PENDAHULUAN
1 Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
2 Green & Kreuter. 2005. Health Program Planning. 4th Ed., NY, London: Mc. Graw-Hill.
3 Green, L.W. and M.W. Kreuter. 2005. Health Program Planning: An Educational and Ecological Approach. Fourth
Kesehatan, Depkes RI
Model precede-proced. Ini terdiri dari 9 fase yang terbagi menjadi 5 face precede
yaitu pengkajian sosial, pengkajian epidemologi, pengkajian perilaku dan
lingkungan,pengkajian pendidikan dan ekologis, diagnosis adminitrasi dan kebijakan dan
4 fase tahap Proceed yaitu implementasi, evaluasi proses, evaluasi dampak (impact) dan
evaluasi hasil (outcome).
Jadi, bisa disimpulkan bahwa perilaku sesorang atau masyrakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang
atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku.
Contohnya:
Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di Posyandu dapat disebabkan
karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya
(predisposing factors). Atau barangkali juga karena rumahnya jauh dari posyandu atau
puskesmas tempat mengimunisasikan anaknya (enabling factors). Sebab lain, mungkin
karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lainnya disekitarnya tidak pernah
mengimunisasikan anaknya (reinforcing factors).
6 Chinn PL, Kramer MK: Theory and Nursing Integrated Knowledge Development, 7th Ed, St. Louis, 2008, Mosby.
7 Kaplan GA, Everson SA, Lynch JW. The Contribution of Social and Behavioural Research to an Understand of The
Distribution of Disease: a multi-level approach. In : Smedley BD, Syme SL, eds. Promotion Health: Intervention
Strategies From and Behavioural Reasearch. Washington, DC: National Academy Press, 2000: 37-80
8 Departemen Kesehatan RI, 2007. Panduan Promosi Kesehatan di Sekolah. Depkes RI, Jakarta
Adapun penjelasan dari tiap fase dalam kerangka Precede Proceed Theory adalah
sebagai berikut (Fertman, 2010):9
1. Fase 1 (Penilaian Sosial)
Dalam fase ini, program menyoroti kualitas dari hasil keluaran secara spesifik,
indikator utama sosial dari kesehatan dalam populasi spesifik (contohnya derajat
kemiskinan, rata-rata kriminalitas, ketidakhadiran, atau tingkat pendidikan yang rendah)
yang berefek kepada kesehatan dan kualitas hidup.Sebagai contoh, pada pekerjaan
industriyang kumuh dan berbahaya dengan rata-rata kecelakaan yang tinggi, sedikitnya
pelayanan kesehatan, dan keterbatasan kesediaan makanan diluar pedangang keliling,
pekerja mungkin merasa tidak aman dan menjadi tidak sehat selama kondisi bekerja.
Proses ini juga merupakan proses penentuan persepsi seseorang terhadap
kebutuhan dan kualitas hidupnya dan aspirasi untuk lebih baik lagi, dengan penerapan
berbagai informasi yang didesain sebelumnya. Partisipasi masyarakat adalah sebuah
konsep pondasi dalam diagnosis sosial dan telah lama menjadi prinsip dasar bagi
kesehatan dan pengembangan komunitas. Hubungan sehat dengan kualitas hidup
merupakan hubungan sebab akibat. Input pendidikan kesehatan, kebijakan, regulasi dan
organisasi menyebabkan perubahan out come, yaitu kualitas hidup. Fase ini membantu
masyarakat (community) menilai kualitas hidupnya tidak hanya pada kesehatan. Adapun
untuk melakukan diagnosa sosial dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah
kesehatan melalui review literature (hasil-hasil penelitian), data (misalnya BPS, Media
massa), group method.
Hubungan sebab akibat dapat terjadi secara langsung melalui kebijakan sosial, intervensi
pelayanan sosial, kebijakan kesehatan dan program kesehatan.
a. Bagian atas yaitu kebijakan sosial atau keadaan sosial, mengindikasikan masalah
kesehatan mempengaruhi kualitas hidup, sehingga kualitas hidup dapat memotivasi
dan mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan. Kualitas hidup sulit diukur dan
sulit didefinisikan; ukuran obyektif (indikator sosial), yaitu angka pengangguran,
9
Fertman, C. I. and D. D. Allenswort. 2010. Health Promotion Programs from Theory to Practice. Jossey –Bass. San
Francisco
kepadatan hunian, kualitas air. Ukuran subyektif (informasi dari anggota masyarakat
tentang kepuasan hidup, kejadian hidup yang membuat stress, individu dan sumber
daya sosial.
b. Bagian bawah yaitu intervensi kesehatan, mengindikasikan kondisi sosial dan kualitas
hidup dipengaruhi oleh masalah kesehatan.
Dalam model ini juga terdapat tiga faktor, yaitu presdiposing, reinforcing dan
enabling. Hal ini akan menguatkan pembuat progam dalam melakukan analisis lebih
dalam untuk menjalankan progam-progam sesuai dengan kapasitas rendah tersebut.setiap
fase dalam proses akan mengarahkan pembuat progam mencapai tujuan yang diharapkan,
termasuk sampai fase evaluasi. Pada tahap evaluasi akan dijelaskan lebih dalam lagi
bagaimana evaluasi proses maupun dampak dari progam tersebut, jika terjadi hambatan
atau kendala,maka bisa dilakukan modifikasi dan pembaharuan progam secara langsung.
Proses monitoring dan berkelanjutan (sustainable) progam menjadi salah satu strategi
pembuat progam dalam menerapkan model precede-proceed ini.
10 Mary A. Nies, Melanie Mc. EWEN. 2015. Community Public Health Nursing: Promoting The Health Of Population,
6th Edition. Elsevier. St. Louis; USA
sudah tercapai,dan bagaimana dampaknya. Langkah tersebut di jelaskan
sebagai berikut:
a. Tingkat kepatuhan pederita dalam penyelesaian pengobatan lengkap masih
rrendah, dibuktikan dengan data yang melakukan pengobatan secara
lengkap dan tuntas hanya mencapai 4,01%
b. TB paru merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia.
c. TB paru merupakan kasus multicausal (yang disebabkan oleh banyak
faktor)
d. Pengunaan fasilitas laboratorium di wilayah kerja puskesmas belum
sepenuhnya di lakukan.
e. Pengetahuan masyarakat tentang progam pengobatan secara lengkap
masih kurang, hal ini dibuktikan dengan adanya pernyataan dari beberapa
penderita, jika merasa sudah baik maka penderita akan menghentikan
pengobatan (tidak mengikuti aturan pengobatan hinga tuntas)
f. Beberapa budaya mempengaruhi keberhasilan dalam menangani kasus TB
di Desa X, karena sebagian masyarakat menganggap hal tersebut adalah
batuk biasa dan lebih percaya ke pengobatan alternatif
2) Fase 2: Pengkajian Epidemiologi
Fase epidemiologi menggambarkan urgensi masalah , pola dan gambaran
kejadian masalah . fase ini merupakan fase indentifiasi kejadian secara
epidemiologi pada kasus TB paru diwilayah kerja Desa X. Masalah yang
terindentifikasi sebagai berikut.
a. Ditemukan kasus baru BTA+ sejumlah 775 kasus tahun 2013
b. Kasus baru BTA – Ro+ dan EP sejumlah 666 kasus,total kasus baru TB
sejumlah 1.441 kasus.
c. Angka kematian akibat TB adalah 23 kasus
d. Sepuluh kasus terbanyak pasien rawat jalan di rumah sakit umum
pemerintah tipe A hingga tahun 2013, urutan tertinggi adalah Tuberkulosis
dengan angka 114.962 kasus
e. Salah satu yang mempengaruhi adalah adanya pola kerja PMO
(Pengawasan Minum Obat) yang belum maksimal. Selain itu
pertimbangan modifikasi lingkungan penderita sangat mempengaruhi
kejadian ataupun kesembuhan penderita TB.
3) Fase 3: Pengkajian Perilaku dan Lingkungan
Merupakan fase pengkajian terhadap faktor prilaku dan gaya hidup serta
lingkungan yang menjadinya faktor TB paru diwilayah kerja Desa X. Hal ini
juga terkait dengan budaya ataupun adat yang ada di Desa X.
4) Fase 4: pengkajian pendidikan, dan ekologis ini meupakan indentifikasi
terhadap 3 faktor yang berkontribusi terhadap penyebab terjadinya TB paru di
Desa X meliputi:
Faktor predis posisi.
Faktor pemungkin dan faktor penguat.
5) Fase 5: Diagnosis adiminitrasi dan kebijakan pada fase ini dilakukan kajian
terhadap upaya promosi kesehatan, kebijakan pemerintah daerah yang telah
dilakukan berhubungan dengan kejadian TB paru di wilayah Desa X meliputi:
Komitmen kepala pemerintahan dalam membuat peraturan dan progam
penanggulangan, adanya undang-undang yang menggatur serta bagaimana
alokasi anggaran dari APBN dan APBD dalam menangani kasus TB.
6) Fase 6: Implementasi
Pada fase pelaksanaan, perlu adanya monitoring progam dan jangka wakttu
ketercapaian progam. Selain itu perlu adanya pengawasan pengunaan
anggaran sehingga progam dapat berjalan efektif.sasaran, advokasi,negosiasi
dan kemintraan sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah progam
penanganan TB di Desa X.
7) Fase 7: Evaluasi proses
Evaluasi bertujuan untuk menggetahui efektifitas teknik dan strategi dalam
mengembangkan progam penanganan TB di Desa X, sehinga dapat di lakukan
modifikasi progam agar lebih optimal mencapai tujuan.
8) Fase 8: Evaluasi Dampak
Pada tahap ini dijelaskan dampak postif mmaupun negatif dari adanya progam
tersebut, apa saja yang dipengaruhi dengan adanya progam penanganan TB di
Desa X.
9) Fase 9: Evaluasi Hasil
Tahap ini merupakan penilaian dan pengukuran secara keseluruhan apakah
tujuan sudah tercapai sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. Apabila
sudah sesuai bagaimana mengembangkan progam penanganan kasus TB agar
bisa berkelanjutan,siapa yang meneruskan progam. Hal ini perlu dilakukan
analisis, sehingga keberhasilan progam tidak berhenti.
11
Green. 1991. Health Promotion Planning An Aducational and Environmental Approach Second Edition. London.
Mayfield publishing company.
DAFTAR PUSTAKA
Chinn PL, Kramer MK: Theory and Nursing Integrated Knowledge Development, 7th Ed, St.
Louis, 2008, Mosby.
Depkes RI, 2006. Pengembangan Promosi Kesehatan di Daerah Melalui Dana Dekon 2006.
Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan, Depkes RI
Departemen Kesehatan RI, 2007. Panduan Promosi Kesehatan di Sekolah.
Depkes RI, Jakarta
Fertman, C. I. and D. D. Allenswort. 2010. Health Promotion Programs from Theory to
Practice. Jossey –Bass. San Francisco
Green & Kreuter. 2005. Health Program Planning. 4th Ed., NY, London: Mc. Graw-Hill.
Green, L.W. and M.W. Kreuter. 2005. Health Program Planning: An Educational and
Ecological Approach. Fourth Edition. McGraw-Hill. New York. hlm. 10
Green. 1991. Health Promotion Planning An Aducational and Environmental Approach
Second Edition. London. Mayfield publishing company.
Kaplan GA, Everson SA, Lynch JW. The Contribution of Social and Behavioural Research to
an Understand of The Distribution of Disease: a multi-level approach. In : Smedley BD,
Syme SL, eds. Promotion Health: Intervention Strategies From and Behavioural
Reasearch. Washington, DC: National Academy Press, 2000: 37-80.
Mary A. Nies, Melanie Mc. EWEN. 2015. Community Public Health Nursing: Promoting The
Health Of Population, 6th Edition. Elsevier. St. Louis; USA
Mc Ginnis JM, Russo PG, Knickman, Jr., Health Affairs, 2 (2), April 2002.
Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.