Anda di halaman 1dari 23

RESUME LISTRIK MAGNET

Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Listrik Magnet pada hari Rabu dan Kamis di ruang
kuliah 12 Gedung 3 FKIP

Oleh :
Mardhika Wulansari (110210152021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 1


BAB 20
MEDAN MAGNET

20.1 BENTUK MEDAN MAGNET


Apabila sebuah magnet batang digantung
dengan menggunakan benang, maka magnet
batang akan mengarah ke utara dan selatan.
Bagian magnet batang yang mengarah ke utara
disebut kutub utara, dan bagian magnet batang
yang mengarah ke selatan disebut kutub selatan.
Namun, apabila magnet batang tersebut
dipotong tepat ditengah, maka kedua kutup
magnet tidak akan terpisah, namun akan
terbentuk kutup utara dan selatan kembali pada
tiap – tiap magnet batang yang telah terpotong tersebut.
Arah dari medan magnet pada magnet batang dapat
diketahui dengan cara, meletakkan kompas – kompas kecil pada
sekitar magnet batang. Dari gambar dibawah dapat diketahui
bahwa medan magnet mangalir dari kutup utara menuju kutub
selatan.

20.2 ARUS SEBAGAI SUMBER MEDAN MAGNET


Hans Christian Oersted (1820) dalam percobaannya
menemukan bahwa terdapat medan magnet di sekitar arus listrik
yang mengaliri kawat berarus.
Oersted menemukan bahwa apabila arus yang mengaliri
kawat, maka kompas yang diletakkan sedemikian rupa di sekitar kawat
akan bergerak dan mengarah melingkar, sedangkan apabila kawat tidak
dialiri arus, maka kompas akan menunjuk arah utara dan selatan. Untuk
menentukan arah medan magnet pada kawat berarus dapat digunakan

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 2


kaidah tangan kanan, dimana ibu jari menunjukkan arah arus, dan keempat jari lainnya
menunjukkan arah medan yang ada disekitar kawat.
Medan magnet tidak hanya dihasilkan oleh kawat lurus yang berarus, melainkan tiap
kawat yang berarus dapat menghasilkan medan magnet. Namun medan yang dihasilkan
oleh kawat tersebut berbeda – beda untuk tiap keadaan dan mengikuti pola kawatnya.

20.3 GAYA PADA ARUS LISTRIK DAN PERPINDAHAN ELEKTRON


Apabila terdapat kawat yang dialiri oleh arus
listrik dan berada dalam medan magnet, maka pada
kawat tersebut akan timbul gaya yang arahnya
tegak lurus terhadap medan magnet, dan arus
listrik. Gaya ini disebut dengan gaua Lorentz.
Untuk menentukan arah gaya Lorentz (F), dapat
digunakan kaidah tangan kanan, dimana ibu jari menunjuk arah arus listrik, dan jari yang
lainnya menunjukkan arah medan magnet, serta telapak tangan menunjukkan arah gaya
(F).
Gaya Lorentz tersebut tidak hanya
terjadi pada kawat yang dialiri arus
dalam medan magnet, namun juga
terjadi pada muatan yang berada dalam
medan magnet. Sama dengan kawat
yang dialiri arus, arah gaya Lorentz
pada muatan dalam medan magnet
dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan, dimana ibu jari menunjukkan arah vektor
kecepatan muatan, kemudian empat jari lainnya merupakan arah medan magnet, serta
telapak tangan merupakan arah gaya (F).

20.4 DEFINISI INDUKSI MAGNETIK B


Sudut yang terbentuk antara I dan B adalah θ, dimana I merupakan arus yang
mengalir serta B menrupaka medan magnet yang terbentuk. Karena B harus tegak lurus
dengan I, maka nilai B dapat dicari dengan menggunakan persamaan :

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 3


𝐵⊥ = 𝐵𝑠𝑖𝑛𝜃
∆𝐹~(∆𝐿)𝐼𝐵𝑠𝑖𝑛𝜃

Dari kedua persamaan diatas didapatkan

∆𝐹 = (∆𝐿)𝐼𝐵𝑠𝑖𝑛𝜃

Dimana: ∆𝐹=gaya (N)

∆𝐿=panjang kawat (m)

𝐼 =kuat arus (A)

𝐵 =Induksi magnetik (Tesla)

Apabila digunakan aturan vector cross product A x B, sebagai pengganti AB sin θ


sehingga,

∆𝐹 = (∆𝐿)𝐼 × 𝐵 = 𝐼(∆𝐿 × 𝐵)

20.5 GAYA PADA PERPINDAHAN MUATAN


Pada saat muatan positif q berada dalam suatu medan magnet, gaya lorentz yang
terjadi dapat dicari menggunakan persamaan:
𝐼 = 𝑞𝑛𝐴𝑣
Dimana n adalah jumlah muatan bebas per satuan volume. Apabila persamaan tersebut
dimasukkan ke persamaan sebelumnya :
∆𝐹 = (∆𝐿)𝐴𝑛𝑞𝑣 × 𝐵
Dimana 𝑛(∆𝐿)𝐴 adalah jumlah perpindahan muatan pada kawat,
∆𝐹
sehingga 𝐹 = 𝑛(∆𝐿)𝐴, dan didapatkan 𝐹 = 𝑞𝑣 × 𝐵

Apabila muatan positif, bergerak melingkar maka akan ada pengaruh gaya sentripetal,
yang dapat dirumuskan
𝑚𝑣 2 𝑚𝑣
𝑞𝑣𝐵 = 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑟 =
𝑟 𝑞𝐵

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 4


20.6 EFEK HALL (EFEK RUANG)
Gaya Lorentz yang terjadi sebenarnya juga dipengaruhi oleh gaya gravitasi, namun
karena efek yang diakibatkan kecil, efek ini biasaya diabaikan, sehingga gaya Lorentz yang
ada dapat dirumuskan :
𝐹 = 𝑞𝐸 + 𝑞𝑣 × 𝐵
Persamaan tersebut disebut hubungan Lorentz, dimana hubungan ini menunjukkan
efek kombinasi dari medan listrik dan medan magnet. Apabila arus tetap (I) mengalir pada
bidang konduktor, maka beda potensial dari titik M ke N adalah nol, hal ini disebabkan
karena potensial yang terjadi dari P ke M dan dari P ke N sama. Namun, apabila bidang
konduktor tersebut diberikan medan magnet (B), maka hasil yang terjadi akan berbeda.
Adanya medan magnet, akan menyebabkan gaya Lorentz mengarah ke atas, sehingga titik
M akan menjadi muatan positif dan titik N akan menjadi muatan negatif. Karena gaya
Lorentz tegak lurus dengan medan magnet, maka :
𝐸𝑞 = 𝑞𝑣𝐵 sin 900
𝐸 = 𝑣𝐵
Dimana E merupakan medan listrik yang mengalir dari M ke N di bidang konduktor.
Kejadian tersebut disebut voltase Hall (Vh), dimana besarnya Vh dapat ditentukan dengan
persamaan :
𝑀

𝑉𝐻 = ∫ 𝐸. 𝑑𝑦 = 𝐸𝑑
𝑁

𝑉𝐻 = 𝑣𝐵𝑑
Dimana d adalah lebar bidang konduktor.
Karena keadaan tersebut, titik M memiliki potensial yang lebih tinggi dari titik N,
sehingga kecepatan elektron negatif adalah :
𝐽
𝑣=
𝑛𝑞
Dimana : 𝐽= rapat arus listrik
n= jumlah arus per satuan volume

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 5


1
𝑣= 𝐵𝐽𝑑
𝑛𝑞
1
Dengan 𝑛𝑞merupakan koefisien hall

20.7 MOMEN GAYA PADA SEBUAH LOOP BERARUS LISTRIK


Banyak perangkat elektronik yang sering menggunakan kumparan kawat yang
berputar karena adanya medan magnet, contohnya motor listrik.

Pada gambar diatas, terdapat kumparan kawat persegi panjang yang memiliki
panjang a dan lebar b yang diletakkan dalam medan magnet B, dimana arah medan magnet
B sejajar dengan kawat persegi panjang. Pada saat kumparan dialiri arus listrik, maka
kawat a mendapat gaya magnet F1 ke atas, dan kawat b mendapat gaya magnet F2 ke
bawah. Kedua gaya menghasilkan resultan momen gaya magnet untuk memutar kumparan
sekitar sumbu rotasi yang besarnya
1 1 1
𝜏 = (𝐹1 𝑙1 ) + (𝐹2 𝑙1 ) = (𝐹1 + 𝐹2 )𝑙1
2 2 2
Besar gaya magnet 𝐹1 = 𝐹2 = 𝐵𝑖𝑙2, sehingga
1
𝜏 = (𝐹1 + 𝐹2 )𝑙1 = (𝐵𝑖𝑙1 + 𝐵𝑖𝑙2 )𝑙1 = 𝐵𝑖𝑙1 𝑙2
2
Apabila kumparan terdiri dari N lilitan, besar momen gaya magnet yang dihasilkan
adalah :
𝜏 = 𝑁𝐴𝐵𝑖

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 6


Dimana 𝐴 = 𝑙1 𝑙2 merupakan luas penampang kumparan. Apabila garis normal
bidang membentuk sudut θ terhadap medan magnet,sehingga besar momen gaya yang
terjadi adalah :
𝜏 = 𝑁𝐴𝐵𝑖𝑠𝑖𝑛𝜃

20.8 MOTOR LISTRIK


Motor listrik mengubah energi listrik menjadi energi gerak

Kumparan kawat dililitkan pada sebuah silinder yang disebut rotor. Rotor kemudian
dilekatkan pada sumbu putar. Sumber medan magnet adalah dua magnet yang dibuat tetap
dan saling berhadapan, dengan kutub berhadapan yang berbeda. Pada saat arus mengalir
melalui kumparan, timbul momen gaya magnet yang membuat kumparan berputar. Namun,
pada saat kumparan melewati posisi vertikal, gaya pada bagian kumparan akan berbalik
arah sehingga arah putaran kumparan akan berbalik arah pula. Agar putarannya satu arah,
maka arah arus harus dibalik saat posisi kritis. Apabila arus yang dipakai adalah arus bolak
balik, maka motor listrik akan berputar dengan searah. Namun, arus yang dipakai
merupakan arus searah, agar arusnya dapat berbalik arah, digunakan komulator dan sikat
sikat. Setiap setengah putaran, komutator mengubah sambungannya dari satu sikat ke sikat
lainnya, sehingga arus listrik pada kumparan berubah tiap setengah putaran.

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 7


BAB 21
SUMBER DAN MEDAN MAGNET

21.1 HUKUM AMPERE


Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa arus yang mengalir pada
kawat menimbulkan medan magnet yang meingkari kawat. Arah medan magnet (B)

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 8


konstan terhadap lingkaran dengan jari – jari (r) dengan titik pusat adalah kawat. B tegak
lurus terhadap I, dimana I merupakan arus pada kawat. Semakin besar r, maka semakin
kecil medan magnet, sehingga medan pada kawat lurus berarus yang panjang adalah

𝜇0 𝐼
𝐵=
2𝜋𝑟

Dimana μ0 = 4π.10-7T, yang merupakan permiabilitas ruang hampa. Rumus ini disebut
dengan Hukum Ampere.

Apabila kita melihat beberapa atus kawat menembus bidang, arus ini akan
memberikan tambahan medan magnet sesuai pada daerah yang ditembus, sehingga
hukum ampere dapat ditulis menjadi,

∫ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝜇0 x (𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔𝑖)
𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝

Dapat ditulis juga

∮ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝜇0 x (𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔)

Jika hanya ada saru arus, maka persamaannya menjadi

∮ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝜇0 x 𝐼

Karena medan melingkar B, sama dengan dot product, maka dapat ditulis

𝐵. 𝑑𝑠 = 𝐵 𝑑𝑠

Sehingga

∮ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝜇0 x 𝐼

𝐵 ∮ 𝑑𝑠 = 𝜇0 x 𝐼

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 9


∮ 𝑑𝑠, merupakan jumlah dari sedikit panjang elemen, yang bagian dari lingkaran, maka
kita dapat menggantikannya dengan 2πr

𝐵(2𝜋𝑟) = 𝜇0 𝐼

𝜇0 𝐼
𝐵=
2𝜋𝑟

Terkadang hukum ampere ditulis dengan rapat arus J, daripada arus itu sendiri.
Rapat arus yang masuk pada daerah disekitar kawat adalah

𝑎𝑟𝑢𝑠 𝐼
𝐽= =
𝑎𝑟𝑒𝑎 𝐴

Dimana arah dari rapat arus (J) adalah sama dengan arus. Arus yang mengalir pada area
kecil dA, adalah

𝑑𝐼 = 𝐽. 𝑑𝐴

Untuk area yang lebih besar

𝐼 = 𝐽. 𝐴

Apabila dimasukkan dalam hukum ampere, didapatkan

∮ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝜇0 ∫ J. dA

𝐵 ∮ 𝑑𝑠 = 𝜇0 ∫ J. dA

2𝜋𝑟𝐵 = 𝜇0 ∫ 𝐽. 𝑑𝐴

Dapat diasumsikan rapat arus sama dan tegak lurus dengan perkalian silang arus,
sehingga

𝐼
𝐽=
𝜋𝑎2

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 10


Dimana 𝑎 merupakan jari – jari kawat, dan I merupakan arus yang mengilr pada kaway,
sehingga

𝐼
2𝜋𝑟𝐵 = 𝜇0 ∫ 𝐽𝑑𝐴 = 𝜇0 ∫ 𝑑𝐴
𝜋𝑎2

𝐼
2𝜋𝑟𝐵 = 𝜇0 𝜋𝑟 2
𝜋𝑎2

𝜇0 𝐼𝑟
𝐵=
2𝜋𝑟𝑎2

Dimana 𝑟 ≤ 𝑎

21.2 DEFINISI AMPERE


Apabila terdapat 2 buah kawat sejajar
yang sangat panjang dan dialiri arus listrik, maka
kawat 2 akan mengalami gaya yang disebabkan
oleh medan magnet dari kawat 1, dan begitu pula
sebaiknya.
Nilai 𝐵 pada kawat 2 adalah
𝜇0 𝐼1
𝐵1 =
2𝜋𝑎
Karena 𝐵1 ⊥ kawat 2, sehingga gaya Lorentz
yang terjadi pada jarak 𝐿 di kawat 2 adalah:
𝜇0 𝐼1
𝐹 = 𝐼2 𝐿𝐵 = 𝐼2 𝐿
2𝜋𝑎
𝐹 𝜇0 𝐼1 𝐼2
=
𝐿 2𝜋𝑎
𝜇0 = 4𝜋 × 10−7 𝑁/𝐴2

Karena 𝐼1 , 𝑠𝑖𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼2 , maka perhitungan untuk 𝐼2 juga berlaku untuk 𝐼1 ,


sehingga:

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 11


2𝜋𝑎𝐹
𝐼=√
𝜇0 𝐿

21.3 MEDAN PADA SELENOIDA PANJANG DAN LURUS

Apabila arus listrik mengalir pada kumparan yang berbentuk lingkaran, maka
medan magnet yang dihasilkan melngkari kawat.

Apabila sebuah solenoid dialiri oleh arus listrik, maka disekitar solenoid akan terbentuk
medan magnet. Medan magnet akan terbentuk di dalam selenoida dan diluar selenoida.
Dimana dalam selenoida medan akan mengarah lurus dari satu sisi hingga menembus sisi
yang lain dan keluar memutari selenoida hingga masuk kembali ke titik awal. Ini
menandakan bahwa medan magnet yang ada diluar selenoida jauh lebih lemah daripada
yang ada di dalam selenoida, sehingga besarnya medan magnet yang ada di luar selenoida
dapat diabaikan.
Jika kita hendak menentukan besar medan magnetik di titik P, maka kita harus
membuat suatu bidang. Dimisalkan bidang ACDF di kumparan :

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 12


a) Di luar kumparan (DF), dapat dianggap = 0
𝐹

∫ 𝐵. 𝑑𝑠 = 0
𝐷

b) Sisi FA dan CD, B = 0 karena ⊥ dengan ds.


𝐷 𝐴

∫ 𝐵. 𝑑𝑠 = ∫ 𝐵. 𝑑𝑠 = 0
𝐶 𝐹

c) Di dalam kumparan (AC), B konstan dan sejajar dengan ds


𝐶 𝐶

∫ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝐵 ∫ 𝑑𝑠 = 𝐵𝑑
𝐴 𝐴

Jadi dapat disimpulkan

∮ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝜇0 ∫ 𝐽. 𝑑𝐴

𝐶 𝐷 𝐹 𝐴

∫ 𝐵. 𝑑𝑠 + ∫ 𝐵. 𝑑𝑠 + ∫ 𝐵. 𝑑𝑠 + ∫ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝜇0 ∫ 𝐽. 𝑑𝐴
𝐴 𝐶 𝐷 𝐹

𝐵𝑑 + 0 + 0 + 0 = 𝜇0 (𝑛𝑑)𝐼

𝐵 = 𝜇0 𝑛𝐼

21.4 TOROIDA
Toroida merupakan selenoida yang kedua
ujungnya digabung menjadi satu. Jika kita hendak
menghitung medan magnet di titik P di dalam kumparan,
kita harus menggambar bidang yang melalui titik P
dengan bentuk lingkaran berjari-jari r, sehingga :

∮ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝜇0 ∫ 𝐽. 𝑑𝐴

𝐵(2𝜋𝑟) = 𝜇0 𝑁𝐼

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 13


𝜇0 𝑁𝐼
𝐵=
2𝜋𝑟

21.5 HUKUM BIOT-SAVART


Hukum Biot-Savart dapat dihubungkan langsung dengan hukum Ampere dalam
rangkaian. Apabila bagian kecil dari kawat adalah dL dialiri arus I pada arah dL, jadi dB
pada titik P dengan jarak r dari dL adalah:
𝜇0 𝐼 𝑑𝐿
𝑑𝐵 = 𝑠𝑖𝑛𝜃
4𝜋 𝑟 2
Dimana :
𝜃 = sudut antara 𝑑𝐿 dan 𝑟
𝑟 = 𝑟𝑟̂
Apabila ditulis dalam bentuk vector, persamaan diatas dapat menjadi, |𝑑𝐿 × 𝑟̂ | =
𝑑𝐿 sin 𝜃
𝜇0 𝐼 𝑑𝐿×𝑟̂
Sehingga, 𝑑𝐵 = 4𝜋 𝑟2

Persamaan ini dapat disebut sebagai hukum Biot Savart, namun, pada toroid, hukum Biot
Savart sulit untuk digunakan.

21.6 PUTARAN MELINGKAR: TITIK TENGAH

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 14


Medan magnet pada titik pusat loop melingkar dengan elemen dL, dapat dihitung
dengan menggunakan :
𝜇0 𝐼 𝑑𝐿 𝜋
𝑑𝐵 = sin 2 dengan 𝑑𝐿 ⊥ 𝑟̂
4𝜋 𝑎2

Dimana 𝑑𝐵 sejajar 𝑟̂

2𝜋𝑎
𝜇0 𝐼
𝐵= ∫ 𝑑𝐿
4𝜋𝑎2
0

𝜇0 𝐼
𝐵=
2𝑎

21.7 Putaran Meligkar : Axial Poin

Untuk mencari B di titik P yang letaknya pada jarak tertentu terhadap titik pusat
lingkaran, dapat digunakan persamaan:
𝜇0 𝐼 𝑑𝐿 × 𝐹
𝑑𝐵 =
4𝜋 𝑟 2

Dimana 𝑟̂ ⊥ 𝑑𝐿

𝜇0 𝐼 𝑑𝐿
𝑑𝐵 =
4𝜋 𝑟 2

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 15


Karena 𝑑𝐵 tidak tegak lurus terhadap titik tengah, maka kita harus meluruskan 𝑑𝐵 dan
membuat komponen 𝑑𝐵𝑦 yang lurus terhadap sumbu y, sehingga :

𝜇0 𝐼 𝑑𝐿
𝑑𝐵𝑦 = 𝑑𝐵 sin 𝜙 = sin 𝜙
4𝜋 𝑟 2

𝜇0 𝐼 𝑑𝐿 sin 𝜙
𝐵𝑦 = ∫ 𝑑𝐵𝑦 = ∫
4𝜋 𝑟2

Karena 𝑟 dan sin 𝜙 selalu konstan, sehingga :

𝜇0 𝐼 sin 𝜙 𝜇0 𝐼 sin 𝜙
𝐵𝑦 = 2
∫ 𝑑𝐿 = 2𝜋𝑎
4𝜋𝑟 4𝜋𝑟 2

𝜇0 𝐼𝑎2
𝐵𝑦 = 3
2(𝑎2 + 𝑏 2 )2

21.8 SELENOIDA : EFEK AKHIR

Medan menembus selenoida dengan seragam, selama efek dari selenoida


diabaikan. Pada selenoida dapat ditemukan medan pada tiap titik tengah kumparan.

Untuk menentukan besar medan magnet di titik 𝑃, yang terletak pada titik tengah
kumparan, harus ditentukan dahulu letak 𝑑𝑦, dimana loop 𝑛 𝑑𝑦 memberi medan di titik
𝑃.
𝜇0 𝐼𝑎2 𝑛 𝑑𝑦
𝑑𝐵𝑦 = 3
2(𝑎2 + 𝑦 2 )2

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 16


Dimana y merupakan jarak dari titik tengah menuju titik yang dicari. Untuk menentukan
medan magnet di titik 𝑃, kita harus mengintegralkan 𝑑 𝐵𝑦 dengan batas – (𝐿 − 𝑔) ≤ 𝑦 ≤
𝑔 menjadi :

𝑔
𝜇0 𝑛𝐼𝑎2 𝑑𝑦
𝐵𝑦 = ∫ − 3
2
−(𝐿−𝑔) (𝑎2 + 𝑦 2 )2

Dimana 𝑦 = 𝑎 tan 𝜃, dan 𝜃 merupakan sudut yang dibentuk oleh titik P dengan
ujung atas selenoida, sehingga

𝑎 𝑑𝜃
𝑑𝑦 =
𝑐𝑜𝑠 2 𝜃

𝑎
cos 𝜃 =
√𝑎2 + 𝑦 2

𝜇0 𝑛𝐼 𝑦
Sehingga 𝐵𝑦 = ∫ cos 𝜃 𝑑𝜃. Jika tan 𝜃 = 𝑎, 𝜃 mempunyai 2 nilai yaitu 𝜃1 dan 𝜃2 ,
2

maka :

𝜇0 𝑛𝐼
𝐵𝑦 = ∫ sin 𝜃1 − sin 𝜃2
2

Jika 𝜃1 = 90, 𝜃2 = −90, maka : 𝐵𝑦 = 𝜇0 𝑛𝐼

Namun, jika titik P ada di akhir solenoid, maka 𝜃1 = 90, 𝜃2 = 0, sehingga 𝐵𝑦 =


1
𝜇0 𝑛𝐼
2

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 17


BAB 22
EFEK INDUKSI MAGNETIK

22.1 INDUKSI EMF


Sebuah kumparan yang tidak dialiri arus listrik berada di dalam medan magnet,
maka akan menghasikan arus listrik. Pada saat kumparan tidak berada dalam medan
magnet, maka galvanometer menunjukkan angka nol, artinya tidak ada arus listrik yang
mengalir di kumparan. Namun, pada saat magnet digerakkan dengan kecepatan 𝑣
mendekati kumparan, maka galvanometer menunjukkan angka selain nol, yang artinya
ada arus listrik yang mengalir pada kumparan. Namun, ketika magnet berhenti bergerak
baik pada saat magnet jauh atau dekat dari kumparan, jarum galvanometer menunjukkan
angka nol lagi. Dan seterusnya. Arah arus ketika magnet bergerak masuk dan keluar
adalah berlawanan arah. Peristiwa itulah yang disebut induksi emf.

Dari peristiwa di atas, flux listrik (medan listrik yang mengalir pada suatu area)
yang terjadi dapat dicari, dengan menggunakan persamaan :

∅𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 = ∫ 𝐸. 𝑑𝐴

Sementara flux medan magnet, dapat diacari dengan menggunakan rumus :


∆∅𝑚𝑎𝑔𝑛𝑒𝑡 = 𝐵𝑐𝑜𝑠 𝜃. ∆𝐴

∅𝑚𝑎𝑔𝑛𝑒𝑡 = ∫ 𝐵. 𝑑𝐴

Michael Faraday menyimpulkan bahwa induksi emf 𝜀 pada kumparan dengan


𝑑∅
jumlah kumparan 𝑁 pada perubahan laju flux pada kumparan, berhubungan dengan:
𝑑𝑡

𝑑∅
𝜀 = −𝑁
𝑑𝑡
𝑑∅
Saat = 0, maka emf = 0
𝑑𝑡

∅~𝐵𝐴 𝑐𝑜𝑠 𝜃
Dengan 𝜃 adalah sudat antara B dan A.
Persamaan diatas disebut hukum Faraday.

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 18


22.2 HUKUM LENZ DAN PERUBAHAN ENERGI
Hukum Lenz berisi tentang arah induksi emf. Pada saat magnet batang bergerak
mendekati kumparan dari arah kiri, aliran arus listrik yang dihasilkan akan bergerak ke
arah kanan. Hal ini terjadi disebabkan oleh kenaikan fluks kearah kiri yang terjadi pada
kumparan. Pada saat bagian utara magnet batang didekatkan pada kumparan, maka
bagian kumparan yang didekati magnet akan menjadi arah utara, sehingga arah arus
adalah keluar dari kutub utara kumparan. Dan seterusnya.
Selain berisi tentang arah dari induksi elektro magnetik, Hukum Lenz juga
membahas tentang perubahan energi. Pada saat magnet bergerak mendekati kumparan,
maka energi berpindah dari magnet ke kumparan.

22.3 INDUKTANSI BERSAMA


Pada Induktansi bersama, terdapat dua buah kumparan, kumparan primer dan
kumparan sekunder. Kumparan primer merupakan kumparan yang kelebihan sumber emf,
dan kumparan sekunder merupakan kumparan yang kekurangan sumber emf. Pada
kumparan primer, terpasang sumber dan sklar, namun pada kumparan sekunder hanya
terpasang resistor. Pada awalnya, tidak ada arus yang mengalir pada kedua kumparan.
Namun, apabila saklar ditutup, maka arus akan mengalir dan flux juga akan mengalir
sampai kumparan sekunder. Sehingga nilai emf pada kumparan sekunder dapat dicari
dengan menggunakan persamaan :
𝑑∅2
𝜀2 = −𝑁2
𝑑𝑡
Karena kumparan sekunder dialiri arus dari kumparan primer (𝑖1 ), sehingga :
𝑑(𝑀𝑖1 )
𝜀2 = −𝑁2
𝑑𝑡
Dimana 𝑀 merupakan induktansi bersama dari 2 kumparan (𝑉𝑠/𝐴 atau 𝐻𝑒𝑛𝑟𝑦)
𝑑𝑖1
𝜀2 = −𝑀
𝑑𝑡
𝑑𝑖2
𝜀2 = −𝜋𝜇0 𝑁𝑛𝑎2
𝑑𝑡
𝑀 = 𝜋𝜇0 𝑁𝑛𝑎2

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 19


22.4 INDUKTANSI DIRI
Kumparan pada kawat dapat menginduksi dirinya sendiri. Pade saat arus mengalir
dalam kumparan, arus menyebabkan flux pada kumparan yang sama. Ketika arus
berubah, maka flux juga ikut berubah, dan emf menginduksi kumparan. Hal ini yang
dinamakan induktansi diri.
𝑑𝑖
𝜀 = −𝐿
𝑑𝑡
Dimana L merupakan induktansi diri (satuannya H)
Solenoid terdiri dari 𝑛 kumparan per satuan panjang, dengan panjang 𝑏, dan
radius 𝑎, maka :
∅ = 𝜋𝑎2 𝐵 = 𝜋𝑎2 𝜇0 𝑛𝑖
𝑑∅
𝜀 = −(𝑛𝑏)
𝑑𝑡
𝑑𝑖
𝜀 = −𝜋𝜇0 𝑎2 𝑛2 𝑏
𝑑𝑡
Maka ,
𝐿 = 𝜋𝜇0 𝑎2 𝑛2 𝑏

22.5 SIRKUIT L-R


Sirkuit LR merupakan sirkuit yang terdiri atas inductor, resistor dan sebuah
sumber potensial dalam rangkaian. Sirkuit ini berguna untuk mengetahui perilaku arus
serta tegangan searah (dc) yang melalui sebuah inductor dalam rangkaian.Seperti kita
ketahui :
𝑑𝑖
𝜀 = −𝐿
𝑑𝑡
𝑅
𝑉0
Dengan nilai 𝐼 = (1 − 𝑒 − 𝐿 )
𝑅

22.6 ENERGI PADA SEBUAH MEDAN MAGNETIK


Pada saat kumparan dihubungkan dengan baterai, kumparan akan terinduksi,
sehingga daya bekerja pada kumparan dari baterai. Sebelumnya,
𝑑𝑖
𝜀 = −𝐿
𝑑𝑡

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 20


Dimana, 𝑃 = 𝑉𝑖 dan 𝑉 = 𝜀
Sehingga,
𝑑𝑖
𝑃 = 𝑖𝐿
𝑑𝑡
𝑑𝑊 𝑑𝑖
= 𝑖𝐿
𝑑𝑡 𝑑𝑡
1
𝑊 = 𝐿𝑖 2
2
Apabila kumparan panjang, maka nilai induktansi dirinya :
𝐿 = 𝜋𝜇0 𝑎2 𝑛2 𝑏 = 𝜇0 𝑛2 𝑉
𝐵
𝐼=
𝜇0 𝑛
𝐵2
Sehingga, 𝑊 = 2𝜇 𝑉
0

𝑊 𝐵2
𝐸= =
𝑉 2𝜇0

22.7 ROTASI KUMPARAN : GENERATOR


Generator listrik dan motor listrik menggunakan kumparan yang berputar dalam
medan magnetik.
Sehingga,
∅ = 𝐵. 𝐴 = 𝐴𝐵 cos 𝜃
Dimana 𝜃 = 𝜔𝑡
Maka, ∅ = 𝐴𝐵 cos 𝜔𝑡
𝑑∅
Dari persamaan awal, 𝜀 = −𝑁 𝑑𝑡

𝜀 = −𝑁𝐴𝐵𝜔 sin 𝜔𝑡

22.8 HUKUM FARADAY PADA BENTUK INTEGRAL


Seperti persamaan awal :
𝑑∅
𝜀=−
𝑑𝑡
𝑑∅
∑ ∆𝜀 = −
𝑑𝑡

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 21


𝑑∅
∑ ∆𝑉 = −
𝑑𝑡
𝑑∅
∮ 𝐸. 𝑑𝑠 =
𝑑𝑡
𝑑
− ∮ 𝐸. 𝑑𝑠 = ∫ 𝐵. 𝑑𝑡
𝑑𝑡

22.9 MEDAN LISTRIK NON KONSERVATIF


Beda potensial yang dihasilkan oleh muatan yang tetap, cukup berbeda dengan
tegangan induksi. Apabila efek induksi dihasilkan sebagai akibat dari perubahan fluks,
maka bukan tidak mungkin untuk mendefinisikan sebuah perbedaan potensial unik yang
terjadi diantara dua titik di suatu tempat. Ini sangat mudah dilihat dengan
mempertimbangkan dengan simpel, dimana sebuah solenoida dengan perubahan arus dan
fluks.
Pada elektrostatis dapat ditunjukkan bahwa, usaha bekerja dengan membawa
muatan positif dari satu titik ke titik lain yang terpisah. Hal ini berarti bahwa usaha nol
bekerja dengan muatan dari suatu titik, sekitar lintasan, dan kembali ke titik asal. Untuk
elektrostatis, sebuah medan yang mematuhi hukum tersebut disebut gaya konservatif.
Pada suatu persamaan ∮ 𝐸. 𝑑𝑠 = 0, itu berarti tidak selalu dipatuhi medan listrik. Dapat
disimpulkan bahwa medan listrik tidak selalu konservatif.

22.10 GERAK EMF


Induksi emf dapat muncul pada sebuah muatan yang bergerak dalam medan
magnet. Dimana kecepatan induksi emf dapat dicari dengan:
𝑑𝜑 𝑑
𝜀=− = − 𝐵𝑏𝑥
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑥
𝜀 = −𝐵𝑏 = −𝐵𝑏𝑣
𝑑𝑡
𝐹 = 𝑞𝑣 × 𝐵
𝐹
=𝑣×𝐵
𝑞
𝐸 =𝑣×𝐸

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 22


𝐴
𝑣𝐴 − 𝑣𝐶 = ∫ 𝐸. 𝑑𝑠
𝐶

𝑣𝐶 − 𝑣𝐴 = 𝑣𝐵𝑏

Mardhika Wulansari_110210152021 Page 23

Anda mungkin juga menyukai