Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Listrik Magnet pada hari Rabu dan Kamis di ruang
kuliah 12 Gedung 3 FKIP
Oleh :
Mardhika Wulansari (110210152021)
UNIVERSITAS JEMBER
2013
∆𝐹 = (∆𝐿)𝐼𝐵𝑠𝑖𝑛𝜃
∆𝐹 = (∆𝐿)𝐼 × 𝐵 = 𝐼(∆𝐿 × 𝐵)
Apabila muatan positif, bergerak melingkar maka akan ada pengaruh gaya sentripetal,
yang dapat dirumuskan
𝑚𝑣 2 𝑚𝑣
𝑞𝑣𝐵 = 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑟 =
𝑟 𝑞𝐵
𝑉𝐻 = ∫ 𝐸. 𝑑𝑦 = 𝐸𝑑
𝑁
𝑉𝐻 = 𝑣𝐵𝑑
Dimana d adalah lebar bidang konduktor.
Karena keadaan tersebut, titik M memiliki potensial yang lebih tinggi dari titik N,
sehingga kecepatan elektron negatif adalah :
𝐽
𝑣=
𝑛𝑞
Dimana : 𝐽= rapat arus listrik
n= jumlah arus per satuan volume
Pada gambar diatas, terdapat kumparan kawat persegi panjang yang memiliki
panjang a dan lebar b yang diletakkan dalam medan magnet B, dimana arah medan magnet
B sejajar dengan kawat persegi panjang. Pada saat kumparan dialiri arus listrik, maka
kawat a mendapat gaya magnet F1 ke atas, dan kawat b mendapat gaya magnet F2 ke
bawah. Kedua gaya menghasilkan resultan momen gaya magnet untuk memutar kumparan
sekitar sumbu rotasi yang besarnya
1 1 1
𝜏 = (𝐹1 𝑙1 ) + (𝐹2 𝑙1 ) = (𝐹1 + 𝐹2 )𝑙1
2 2 2
Besar gaya magnet 𝐹1 = 𝐹2 = 𝐵𝑖𝑙2, sehingga
1
𝜏 = (𝐹1 + 𝐹2 )𝑙1 = (𝐵𝑖𝑙1 + 𝐵𝑖𝑙2 )𝑙1 = 𝐵𝑖𝑙1 𝑙2
2
Apabila kumparan terdiri dari N lilitan, besar momen gaya magnet yang dihasilkan
adalah :
𝜏 = 𝑁𝐴𝐵𝑖
Kumparan kawat dililitkan pada sebuah silinder yang disebut rotor. Rotor kemudian
dilekatkan pada sumbu putar. Sumber medan magnet adalah dua magnet yang dibuat tetap
dan saling berhadapan, dengan kutub berhadapan yang berbeda. Pada saat arus mengalir
melalui kumparan, timbul momen gaya magnet yang membuat kumparan berputar. Namun,
pada saat kumparan melewati posisi vertikal, gaya pada bagian kumparan akan berbalik
arah sehingga arah putaran kumparan akan berbalik arah pula. Agar putarannya satu arah,
maka arah arus harus dibalik saat posisi kritis. Apabila arus yang dipakai adalah arus bolak
balik, maka motor listrik akan berputar dengan searah. Namun, arus yang dipakai
merupakan arus searah, agar arusnya dapat berbalik arah, digunakan komulator dan sikat
sikat. Setiap setengah putaran, komutator mengubah sambungannya dari satu sikat ke sikat
lainnya, sehingga arus listrik pada kumparan berubah tiap setengah putaran.
𝜇0 𝐼
𝐵=
2𝜋𝑟
Dimana μ0 = 4π.10-7T, yang merupakan permiabilitas ruang hampa. Rumus ini disebut
dengan Hukum Ampere.
Apabila kita melihat beberapa atus kawat menembus bidang, arus ini akan
memberikan tambahan medan magnet sesuai pada daerah yang ditembus, sehingga
hukum ampere dapat ditulis menjadi,
∫ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝜇0 x (𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔𝑖)
𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝
∮ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝜇0 x (𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔)
∮ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝜇0 x 𝐼
Karena medan melingkar B, sama dengan dot product, maka dapat ditulis
𝐵. 𝑑𝑠 = 𝐵 𝑑𝑠
Sehingga
∮ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝜇0 x 𝐼
𝐵 ∮ 𝑑𝑠 = 𝜇0 x 𝐼
𝐵(2𝜋𝑟) = 𝜇0 𝐼
𝜇0 𝐼
𝐵=
2𝜋𝑟
Terkadang hukum ampere ditulis dengan rapat arus J, daripada arus itu sendiri.
Rapat arus yang masuk pada daerah disekitar kawat adalah
𝑎𝑟𝑢𝑠 𝐼
𝐽= =
𝑎𝑟𝑒𝑎 𝐴
Dimana arah dari rapat arus (J) adalah sama dengan arus. Arus yang mengalir pada area
kecil dA, adalah
𝑑𝐼 = 𝐽. 𝑑𝐴
𝐼 = 𝐽. 𝐴
∮ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝜇0 ∫ J. dA
𝐵 ∮ 𝑑𝑠 = 𝜇0 ∫ J. dA
2𝜋𝑟𝐵 = 𝜇0 ∫ 𝐽. 𝑑𝐴
Dapat diasumsikan rapat arus sama dan tegak lurus dengan perkalian silang arus,
sehingga
𝐼
𝐽=
𝜋𝑎2
𝐼
2𝜋𝑟𝐵 = 𝜇0 ∫ 𝐽𝑑𝐴 = 𝜇0 ∫ 𝑑𝐴
𝜋𝑎2
𝐼
2𝜋𝑟𝐵 = 𝜇0 𝜋𝑟 2
𝜋𝑎2
𝜇0 𝐼𝑟
𝐵=
2𝜋𝑟𝑎2
Dimana 𝑟 ≤ 𝑎
Apabila arus listrik mengalir pada kumparan yang berbentuk lingkaran, maka
medan magnet yang dihasilkan melngkari kawat.
Apabila sebuah solenoid dialiri oleh arus listrik, maka disekitar solenoid akan terbentuk
medan magnet. Medan magnet akan terbentuk di dalam selenoida dan diluar selenoida.
Dimana dalam selenoida medan akan mengarah lurus dari satu sisi hingga menembus sisi
yang lain dan keluar memutari selenoida hingga masuk kembali ke titik awal. Ini
menandakan bahwa medan magnet yang ada diluar selenoida jauh lebih lemah daripada
yang ada di dalam selenoida, sehingga besarnya medan magnet yang ada di luar selenoida
dapat diabaikan.
Jika kita hendak menentukan besar medan magnetik di titik P, maka kita harus
membuat suatu bidang. Dimisalkan bidang ACDF di kumparan :
∫ 𝐵. 𝑑𝑠 = 0
𝐷
∫ 𝐵. 𝑑𝑠 = ∫ 𝐵. 𝑑𝑠 = 0
𝐶 𝐹
∫ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝐵 ∫ 𝑑𝑠 = 𝐵𝑑
𝐴 𝐴
∮ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝜇0 ∫ 𝐽. 𝑑𝐴
𝐶 𝐷 𝐹 𝐴
∫ 𝐵. 𝑑𝑠 + ∫ 𝐵. 𝑑𝑠 + ∫ 𝐵. 𝑑𝑠 + ∫ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝜇0 ∫ 𝐽. 𝑑𝐴
𝐴 𝐶 𝐷 𝐹
𝐵𝑑 + 0 + 0 + 0 = 𝜇0 (𝑛𝑑)𝐼
𝐵 = 𝜇0 𝑛𝐼
21.4 TOROIDA
Toroida merupakan selenoida yang kedua
ujungnya digabung menjadi satu. Jika kita hendak
menghitung medan magnet di titik P di dalam kumparan,
kita harus menggambar bidang yang melalui titik P
dengan bentuk lingkaran berjari-jari r, sehingga :
∮ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝜇0 ∫ 𝐽. 𝑑𝐴
𝐵(2𝜋𝑟) = 𝜇0 𝑁𝐼
Persamaan ini dapat disebut sebagai hukum Biot Savart, namun, pada toroid, hukum Biot
Savart sulit untuk digunakan.
Dimana 𝑑𝐵 sejajar 𝑟̂
2𝜋𝑎
𝜇0 𝐼
𝐵= ∫ 𝑑𝐿
4𝜋𝑎2
0
𝜇0 𝐼
𝐵=
2𝑎
Untuk mencari B di titik P yang letaknya pada jarak tertentu terhadap titik pusat
lingkaran, dapat digunakan persamaan:
𝜇0 𝐼 𝑑𝐿 × 𝐹
𝑑𝐵 =
4𝜋 𝑟 2
Dimana 𝑟̂ ⊥ 𝑑𝐿
𝜇0 𝐼 𝑑𝐿
𝑑𝐵 =
4𝜋 𝑟 2
𝜇0 𝐼 𝑑𝐿
𝑑𝐵𝑦 = 𝑑𝐵 sin 𝜙 = sin 𝜙
4𝜋 𝑟 2
𝜇0 𝐼 𝑑𝐿 sin 𝜙
𝐵𝑦 = ∫ 𝑑𝐵𝑦 = ∫
4𝜋 𝑟2
𝜇0 𝐼 sin 𝜙 𝜇0 𝐼 sin 𝜙
𝐵𝑦 = 2
∫ 𝑑𝐿 = 2𝜋𝑎
4𝜋𝑟 4𝜋𝑟 2
𝜇0 𝐼𝑎2
𝐵𝑦 = 3
2(𝑎2 + 𝑏 2 )2
Untuk menentukan besar medan magnet di titik 𝑃, yang terletak pada titik tengah
kumparan, harus ditentukan dahulu letak 𝑑𝑦, dimana loop 𝑛 𝑑𝑦 memberi medan di titik
𝑃.
𝜇0 𝐼𝑎2 𝑛 𝑑𝑦
𝑑𝐵𝑦 = 3
2(𝑎2 + 𝑦 2 )2
𝑔
𝜇0 𝑛𝐼𝑎2 𝑑𝑦
𝐵𝑦 = ∫ − 3
2
−(𝐿−𝑔) (𝑎2 + 𝑦 2 )2
Dimana 𝑦 = 𝑎 tan 𝜃, dan 𝜃 merupakan sudut yang dibentuk oleh titik P dengan
ujung atas selenoida, sehingga
𝑎 𝑑𝜃
𝑑𝑦 =
𝑐𝑜𝑠 2 𝜃
𝑎
cos 𝜃 =
√𝑎2 + 𝑦 2
𝜇0 𝑛𝐼 𝑦
Sehingga 𝐵𝑦 = ∫ cos 𝜃 𝑑𝜃. Jika tan 𝜃 = 𝑎, 𝜃 mempunyai 2 nilai yaitu 𝜃1 dan 𝜃2 ,
2
maka :
𝜇0 𝑛𝐼
𝐵𝑦 = ∫ sin 𝜃1 − sin 𝜃2
2
Dari peristiwa di atas, flux listrik (medan listrik yang mengalir pada suatu area)
yang terjadi dapat dicari, dengan menggunakan persamaan :
∅𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 = ∫ 𝐸. 𝑑𝐴
∅𝑚𝑎𝑔𝑛𝑒𝑡 = ∫ 𝐵. 𝑑𝐴
𝑑∅
𝜀 = −𝑁
𝑑𝑡
𝑑∅
Saat = 0, maka emf = 0
𝑑𝑡
∅~𝐵𝐴 𝑐𝑜𝑠 𝜃
Dengan 𝜃 adalah sudat antara B dan A.
Persamaan diatas disebut hukum Faraday.
𝑊 𝐵2
𝐸= =
𝑉 2𝜇0
𝜀 = −𝑁𝐴𝐵𝜔 sin 𝜔𝑡
𝑣𝐶 − 𝑣𝐴 = 𝑣𝐵𝑏