Anda di halaman 1dari 15

Homeostasis Ginjal dalam Menyeimbangkan Cairan tubuh

Ellon Julian*, Jessica Michelle Theo


102016194, 102016239
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat – 11510

Abstrak
Ginjal merupakan salah satu dari organ yang sangat penting dalam tubuh manusia dimana ginjal
berfungsi untuk mengatur bayaknya cairan yang masuk atau pun keluar dan juga memfiltrasi
setiap cairan yang masuk dalam tubuh karna setiap cairan atau elektrolit yang masuk harus
melalui proses tersebut sebelum pada akhirnya akan di buang melalui urin, selain itu ginjal juga
mempunyai fungsi untuk homeostasis yaitu untuk menjaga keseimbangan cairan atau elektrolit
yang ada di intrasel dan ekstrasel oleh karena itu ginjal sangat berperan penting dalam kehidupan
manusia, dan fungsi ginjal pun tidak selamanya akan baik namun dengan semakin bertambahnya
usia maka fungsi dan mekanisme ginjal pun akan menurun.
Kata kunci : keseimbangan cairan, homeostasis ginjal, makro dan mikro

Abstract
The kidneys are one of the most important organs in the human body where the kidneys function
to regulate the incoming or outgoing fluids and also filter every liquid that enters the body
because any fluid or electrolyte that enters must go through the process before it will eventually
be removed through the urine, in addition to the kidney also has a function for homeostasis that
is to maintain the balance of fluids or electrolytes in intracellular and extracellular therefore the
kidney plays an important role in human life, and kidney function is not always good but with
increasing age, and kidney mechanism will decrease.
Keywords : fluid balance, renal homeostasis, macro and renal microstructure

Pendahuluan
Ginjal merupakan salah satu sistem utama yang mengatur dan mempertahankan
homeostatis (kekonstanan lingkungan internal). Dengan menyesuaikan jumlah air dan berbagai
konstituen plasma yang dipertahankan di tubuh atau dikeluarkan di urin, ginjal dapat
mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit dalam kisaran yang sangat sempit yang
memungkinkan kehidupan, meskipun pemasukan dan pengeluaran konstituen-konstituen ini
melalui saluranlain sangat bervariasi.1 Ginjal sangat berguna dalam proses filtrasi zat-zat didalam
darah, reabsorpsi bahan-bahan yang dibutuhkan oleh tubuh, dan sekresi hal-hal yang tidak
dibutuhkan tubuh. Ginjal sangatlah penting dalam hal kesehatan tubuh,karena memberikan hal-
hal yang berguna dan membuang yang tidak berguna.2

Isi

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang (masing-
masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan
terletak sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak
ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan
kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri
adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub
bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat
bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.

Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:


1. Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus
renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan
tubulus kontortus distalis.
2. Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus,
lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
3. Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
4. Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks
5. Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau
6. duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
7. Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix
minor.
8. Calix minor, yaitu percabangan dari calix major

Gambar 1 : Ginjal dan Nefron (www.ruangilmu.com)

Ada pula pembungkus ginjal, urutan dari luar hingga dalam (rongga tubuh hingga bagian
korteks):
Fascia renalis Kapsula adiposa Capsula fibrosa/renalis
1. Capsula fibrosa; meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ren)
2. Capsula adipose; meliputi capsula fibrosa. Pembungkus ini memiliki banyak jaringan
lemak
3. Fascia renalis; merupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak di luar capsula adiposa
serta meliputi ren dan glandula suprarenalis. Di lateral fascia ini melanjutkan diri sebagai
fascia transversalis.
Gambar 2 : vaskularisasi ginjal (www.ruangilmu.com)

Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta abdominal,
sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah memasuki ginjal melalui
hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri segmentalis anterior dan posterior. Kemudian arteri
ini akan masuk ke dalam pyramid dan akan mempercabngkan arteri intelobaris, kemudian akan
bercabang lagi menjadi a.arcuata yang memperdarahi kortek ginjal yaitu segmen superior,
anterior-superior, anterior-inferior, inferior serta posterior. Pda lengkung henle terdapat
percabangan kapiler arteriol aferen pada nefron yustaglomerular, percabangan kapiler ini disebut
dengan vasa recta. Vasa recta akan membentuk lekukan sesuai dengan ansa henle yang
memungkinkan untuk terjadi pertukaran zat antara ansa henle dengan kapiler vasa rekta yang
memegang peranan dalam konsentrasi urin. Kapiler peritubular akan mengalir ke dalam vena
korteks yang menyatu dan membentuk vena interlobularis yang memberi darah kepada vena
arkuata. Vena arkuata bermuara ke dalam ven interlobaris yang menyatu membentuk vena
segmentalis untuk bermuara ke dalam vena renalis. Vena ini akan meninggalkan ginjal dan
menyatu dengan vena cava inferior.3
Gambar 2. Nefron beserta pembuluh darah.
Sumber : Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem.
Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan simpatis ginjal
melalui segmen T10-L1 atau L2, yaitu n.splanchnicus major, n.splanchnicus imus dan
n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan persarafan
simpatis melalui n.vagus.

Mikroskopis ginjal
Ginjal dibagi atas dua daerah yaitu daerah luar atau korteks dan daerah dalam atau
medulla. Korteks ginjal ditutupi oleh simpai jaringan ikat dan jaringan perineal, serta jaringan
lemak. Sedangkan medula dibentuk oleh sejumlah pyramid renal. Dasar setiap pyramid
menghadap korteks dan apexnya kedalam. Apeks pyramid renal membentuk papilla yang terjulur
kedalam kaliks minor. Medula juga terdiri dari ansa henle dan duktus koligens yang akan
bergabung di medulla membentuk duktus papilaris yang besar.1

Papila biasanya ditutupi epitel selapis silindris yang berlanjut ke ruang kaliks menjadi
epitel transisional. Dibawah epitel, terdapat selapis tipis jaringan ikat dan otot polos yang
kemudian menyatu menjadi hilus renalis.4
Gambar 2. Papila renalis dan kaliks minor
Sumber : Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas

Didalam hilus renalis dan diantara pyramid, terdapat cabang-cabang arteri dan vena
renalis, yaitu pembuluh interlobaris. Pembuluh ini memasuki ginjal kemudian melengkung
menyusuri dasar pyramid diantara korteks dan medulla disebut arteri arkuata. Pembuluh arkuata
mencabangkan arteri dan vena interlobularis yang lebih kecil, dan arteri arkuata berjalan secara
radial menuju korteks ginjal dan mempercabangkan banyak arteri aferen
Glomerulus.5

Tubulus kontortus proksimal, banyak di korteks dengan lumen kecil, tidak rata, dan
dibentuk oleh selapis sel kuboid besar dengan sitoplasma eosinofilik dan bergranul, dan juga
terdapat brush border. Banyak zat yang direabsorbsi aktif dalam tubulus proksimal ini, seperti
natrium, kalium, kalsium, fosfat,glukosa, asam amino, dan air. Sel tubulus proksimal ini
mereabsorpsi 60-65% air yang disaring dalam korpuskel ginjal. Air dan zat terlarutnya diangkut
langsung melalui dinding tubulus dan segera diambil oleh kapiler peritubular. Sel ini memiliki
mikrovili yang panjang, yang membentuk brush border.4

Gambar 3. Tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal


Sumber : Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas

Ansa henle, berasal dari tubulus proksimal lurus yang berubah jadi ansa henle segmen desendens
tipis dengan sel epitel gepeng dan sedikit mikrovili. Kemudian struktur berlanjut menjadi segmen
asendens tipis lalu jadi tebal, yang selnya sebagian besar kuboid.

Tubulus kontortus distal memiliki sel epitel selapis kuboid. Tetapi sel ini berbeda dengan epitel
pada tubulus kontortus proksimal karena lebih kecil dan tidak memiliki brush border. Sel-sel
tubulus distal ini memiliki lebih banyak inti di dinding tubulus distal. Sel tubulus kontortus distal
memiliki banyak invaginasi yang menunjukkan fungsi transpor-ionnya. Laju absorpsi Na+ dan
sekresi K+ oleh pompa ion diatur oleh aldosteron dari kelenjar adrenal yang penting untuk
menjaga keseimbangan garam dan cairan tubuh. Tubulus distal juga menyekresi H+ dan NH4+ ke
dalam urin tubulus, yang penting untuk menjaga keseimbangan asam-basa di darah.4

Aparatus juxtaglomerular, merupakan strurkur yang terdiri dari tiga sel utama:
macula densa yang merupakan sekelompok sel tubulus, sel mesangial ekstraglomerulus, dan sel
granular.

Duktus koligens, dilapisi oleh epitel kuboid dan batas-batasnya terlihat jelas di bawah
mikroskop. Di medula, duktus koligens ini merupakan komponen utama mekanisme pemekatan
urin. Terdapat hormon ADH yang membuat duktus koligens lebih permeabel terhadap air
sehingga terjadi peningkatan laju penarikan air secara osmotik dari lumennya dan diangkut ke
vasa recta sehingga ditahan di tubuh.4
Gambar 4. Duktus koligens
Sumber : Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas

Hormon- hormon yang bekerja di ginjal :


 ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis
posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan
ekstrasel.
 Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus
ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium,
natrium, dan sistem angiotensin rennin.
 Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons radang,
pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada
ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
 Renin
Sistem renin-angiotensin- aldosteron (Raas) memainkan peran penting dalam mengatur volume
darah dan resistensi vaskular sistemik , yang bersama-sama mempengaruhi curah jantung dan
tekanan arteri. Ada tiga komponen penting untuk sistem ini: 1) renin, 2) angiotensin, dan 3)
aldosteron. Renin, yang terutama dirilis oleh ginjal, merangsang pembentukan angiotensin dalam
darah dan jaringan, yang pada gilirannya merangsang pelepasan aldosteron dari korteks adrenal.
 Eritropoietin (EPO)
EPO adalah pengatur utama dari produksi sel darah merah. Fungsi utamanya adalah untuk
diferensiasi dan perkembangan sel-sel darah merah dan untuk memproduksi hemoglobin,
molekul dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen.
 Vitamin D
Merupakan hormone steroid yang dimetabolisme di ginjal menjadi bentuk aktif 1,25-
dihidroksikolekakalsiferol,yang berperan meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat dari
usus.9
Mekanisme Kerja Ginjal
Ginjal memiliki berbagai fungsi salah satunya mengatur keseimbangan elektrolit yang
menjadikannya sebagai salah satu organ yang mempertahankan homeostasis. Selain itu ginjal
juga membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Asupan elektrolit
ditentukan oleh makanan dan minuman yang dikonsumsi.10
Air merupakan komponen utama pada manusia. Seperti plasma, memiliki 90% air
didalamnya. Tetapi kandungan air pada tubuh seseorang berbeda-beda salah satu faktornya
merupakan lemak yang memiliki kandungan air paling sedikit yaitu sekitar 10%. Kandungan air
cenderung tidak berubah karena ginjal mengatur keseimbangan air.
Pertukaran air dan konstituen lainnya antara CIS (cairan intrasel) dengan luar tubuh harus
melewati CES (cairan ekstrasel), sehingga CES juga diatur karena terjadi pertukaran bebas
melalui dinding kapiler. Homeostasis ginjal ini meliputi mekanismenya yang dibagi menjad 3 :

Filtrasi
Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan melalui kapiler
glomerulus ke dalam kapsula Bowman. Seperti kebanyakan kapiler, kapiler glomerulus juga
relative impermeable terhadap protein, sehingga cairan hasil filtrasi (disebut filtrat glomerulus)
pada dasarnya bersifat bebas protein dan tidak mengandung elemen seluler termasuk sel darah.6
Cairan yang difiltrasi ke dalam glomerulus dalam kapsul Bowman harus melewati tiga
lapisan yang membentuk membrane glomerulus: (1) dinding kapiler glomerulus, (2) lapisan
gelatinosa aseluler yang dikenal sebagai membrane basal (basement membrane), dan (3) lapisan
dalam kapsul Bowman. Secara kolektif, ketiga lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekul
halus yang menahan sel darah merah dan protein plasma, tetapi melewatkan H2O dan7 zat terlarut
lain yang ukuran molekulernya cukup kecil.
Dinding kapiler glomerulus yang terdiri dari selapis sel endotel gepeng, memiliki lubang-
lubang dengan banyak pori-pori besar, atau fenestra, yang membuat seratus kali lebih permeable
terhadap H2O dan zat terlarut dibandingkan kapiler di tempat lain. Membrane basal terdiri dari
glikoprotein dan kolagen, glikoprotein bermuatan sangat negative dan yang akan menolak
albumin dan protein plasma lain, karena yang terakhir juga bermuatan negative. Dengan
demikian, protein plasma hampir seluruhnya tidak dapat difiltrasi, dan kurang dari 1% molekul
albumin yang berhasil lolos untuk masuk ke kapsul Bowman.
Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat suatu gaya yang mendorong
sebagian plasma dalam glomerulus menembus lubang-lubang membrane glomerulus. Dalam
perpindahan cairan dari plasma menembus membrane glomerulus menuju kapsul Bowman tidak
terdapat mekanisme transport aktif atau pemakaian energy local.8
Filtrasi glomerulus disebabkan oleh adanya gaya-gaya fisik pasif yang serupa dengan gaya-
gaya yang terdapat di kapiler bagian tubuh lainnya. Karena glomerulus merupakan suatu kapiler,
prinsip-prinsip dinamika cairan yang mendasari ultrafiltrasi melintasi kapiler lain juga berlaku,
kecuali dua perbedaan penting :
1. kapiler glomerulus jauh lebih permeable dibandingkan dengan kapiler di tempat lain,
sehingga untuk tekanan filtrasi yang sama lebih banyak cairan yang difiltrasi,
2. keseimbangan gaya-gaya di kedua sisi membrane glomerulus adalah sedemikian rupa,
sehingga filtrasi berlangsung dikeseluruhan panjang kapiler. Sebaliknya, keseimbangan
gaya-gaya di kapiler lain bergeser, sehingga filtrasi berlangsung di bagian awal pembuluh
tetapi menjelang akhir terjadi reabsorpsi.

Terdapat tiga gaya fisik yang terlibat dalam filtrasi glomerulus:


(1) tekanan darah kapiler glomerulus
(2) tekanan osmotic koloid plasma, dan
(3) tekanan hidrostatik kapsul Bowman.
Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di
dalam kapiler glomerulus. Tekanan ini bergantung pada kontraksi jantung (sumber energy yang
menghasilkan filtrasi glomerulus) dan resistensi arteriol aferen dan eferen terhadap aliran darah.

Reabsorbsi
Beberapa zat seperti glukosa dan asam amino, direabsorbsi hampir disemua tubulus.
Sehingga kecepatan ekskresi urin zat tersebut nol. Banyak ion dalam plasma seperti natrium,
klorida, dan bikarbonat, juga sangat direabsorbsi, tetapi kecepatan reabsorbsi dan ekskresi
urinnya bergantung dengan keadaan tubuh. Sebaliknya produk buangan seperti ureum dan
kreatinin sulit direabsorbsi di tubulus sehingga diekskresi dalam jumlah yang besar.
Bila suatu zat yang akan direabsorbsi maka :
1. melintasi membrane epitel tubulus ke dalam cairan interstisial ginjal dan kemudian
2. melalui membrane kapiler peritubulus kembali ke pembuluh darah. Sehingga reabsorsi air
dan zat terlarut melipti serangkaian langkah transport
Reabsorsi di sepanjang nefron :
1. Tubulus proksimal pada pertengahan pertama tubulus proksimal, natrium direabsorbsi
dengan cara ko- transpor bersama-sama dengan glukosa, asam amino, dan zat terlarut
lainnya.tetapi pada bagian pertengan kedua dari tubulus proksimal, hanya sedikit glukosa
dan asam amino yang direabsorbsi. Pada saat ini yang terutama direabsorbsi adalah
natrium dan klorida.
2. Ansa henle bagian desendens tipis sangat permeable dengan air dan sedikit permeable
terhadap zat terlarut, termasuk ureum dan natrium. Sehingga sekitar 20% air yang
difiltrasi diserap disini. Lengkung asendens, termasuk tebal dan tipis tidak permeable
terhadap air, dan mamapu melakukan transport aktif natrium, klorida, dan kalium.
3. Tubulus distal memiliki ciri yang samam dengan bagian asendens lengkung henle,
kerana alasan inilah disebut pula segmen pengencer.
4. Tubulus distal bagian akhir dan tubulus koligentes kortikalis memiliki sel sel prinsipalis
dan sel interkalatus. Sel prinsipalis mereabsorbsi natrium dan air dari lumen dan
menyekresikan ion kalium ke lumen. Sel interkalatus mereabsorbsi kalium dan
menyekresikan ion hydrogen ke dalam lumen tubulus.
5. Duktus koligentes medulla hanya menyerap 10% air yang difiltrasi namun merupakan
bagian akhir sehingga penting, Ciri tubulus ini adalah:
● Permeabilitas duktus koligentes bagian medulla terhadap air dikontrol oleh kadar ADH.
● Bersifat permeable terhadap ureum, membentuk urin yang pekat.
● Menyekresikan ion hydrogen, peran dalam control asam basa.

Sekresi
Sekresi tubulus mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus
ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk ke dalam tubulus
ginjal.
Sekresi tubulus, dapat juga di pandang sebagai mekanisme tambahan yang meningkatkan
eliminasi zat-zat tertentu dari tubuh. Semua zat yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui
filtrasi glomerulus maupun sekresi tubulus dan tidak direabsorpsi, akan dieliminasi dalam urin.
Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan saat reabsorpsi
tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat
aktif atau pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen
(H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya adalah senyawa-
senyawa yang asing bagi tubuh.

Sekresi ion pada ginjal :


1. Sekresi Ion Hidrogen
Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam basa tubuh. Ion
hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di tubulus proksimal, distal,
dan pengumpul (duktus koligentes). Tingkat sekresi H+ bergantung pada keasaman cairan tubuh.
Sebaliknya, sekresi H+ akan berkurang apabila konsentrasi H+ di dalam cairan tubuh terlalu
rendah.
Asam secara terus menerus ditambahkan akibat dari aktivitas metabolik, tetapi H+ yang dibentuk
tidak boleh dibiarkan menumpuk dalam tubuh sehingga harus dikeluarkan. Paru hanya
mengeluarkan H+ yang dihasilkan oleh CO2. Tugas ginjal adalah untuk mengeliminasi H+ yang
berasal dari asam sulfur, fosfat, laktat, dan yang lainnya. H+ tambahan dari CO2 juga mampu
dibuang oleh ginjal.2
2. Sekresi Ion Kalium
Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan di berbagai
bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di
tubulus distal dan pengumpul. Reabsorpsi ion kalium di awal tubulus bersifat konstan dan tidak
diatur, sedangkan sekresi K+ di bagian akhir tubulus bervariasi dan berada dibawah kontrol.
Dalam keadaan normal, jumlah K+ yang diekskresikan dalam urin adalah 10% sampai 15% dari
jumlahnya yang difiltrasi. Namun, K+ yang difiltrasi hampir seluruhnya direabsorpsi, sehingga
sebagian besar K+ yang muncul di urin berasal dari sekresi K+ yang dikontrol dan bukan
difiltrasi.
Sekresi ion kalium di tubulus distal dan pengumpul digabungkan dengan reabsorpsi Na+
melalui pompa Na+-K+ basolateral yang bergantung pada energi. Pompa ini tidak saja
memindahkan Na+ ke luar ke ruang lateral, tetapi juga memindahkan K+ ke dalam sel tubulus.
Konsentrasi K+ intrasel yang meningkat mendorong difusi K+ dari sel ke dalam lumen tubulus.
Dengan menjaga konsentrasi K+ di cairan interstisium rendah, yaitu dengan memindahkan K+ ke
dalam sel tubulus dari cairan interstisium di sekitarnya, pompa basolateral mendorong difusi
pasif K+ keluar dari plasma kapiler peritubulus ke dalam cairan interstisium.
3. Sekresi Anion dan Kation Organik
Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekrotik yang terpisah, satu
untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organik.
Sistem-sistem ini memiliki beberapa fungsi penting :
a. Dengan menambahkan lebih banyak ion organik tertentu ke cairan tubulus yang sudah
mengandung bahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi , jalur sekrotik organik ini
mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut. Yang termasuk dalam ion-ion organik
tersebut adalah zat-zat perantara kimiawi yang terdapat dalam darah, misalnya golongan
prostaglandin, yang setelah menjalankan tugasnya, perlu segera dibersihkan dari darah,
sehingga aktivitas biologisnya tidak berkepanjangan.
b. Pada beberapa keadaan yang penting, ion organik secara ekstensif tetapi tidak ireversibel
terikat ke protein plasma. Karena melekat ke protein plasma, ion-ion organik tersebut
tidak dapat difiltrasi melalui glomerulus. Sekresi tubulus mempermudah eliminasi ion-ion
organik yang dapat difiltrasi melalui urin.
c. Yang paling terpenting adalah kemampuan sistem sekresi ion organik mengeliminasi
banyak senyawa asing dari tubuh. Sistem ion organik dapat mensekresikan sejumlah
besar ion organik yang berbeda-beda, baik yang diproduksi secara endogen (di dalam
tubuh) maupun ion organik asing yang masuk ke dalam tubuh. Mekanisme nonselektif
ini memungkinkan sistem sekresi ion organik tersebut meningkatkan pengeluaran
banyak zat kimia organik asing, termasuk zat-zat tambahan pada makanan, polutan
lingkungan (misalnya pestisida), obat, dan bahan organik non-nutritif lain yang masuk
ke dalam tubuh.

Ketidakseimbangan asam-basa
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
1. Asidosis respiratorik, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi.
Pembentukan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan
konsentrasi ion H+.
2. Alkalosis respiratorik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat
hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H+
menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru.
Diare akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan asidosis uremia akibat
gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H+
bebas meningkat.
4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H+ dalam plasma defisiensi asam
non- karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena
kehilangan ion H+ karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnya
ion H+ akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat,
sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat untuk menkompensasi ganguan
keseimbangan asam basa tersebut sehingga fungsi pernapasan dan ginjal sangat
penting.8

Kesimpulan
Ginjal merupakan organ utama dalam melaksanakan homeostasis. Dalam melakukan
homeostasisnya ginjal melakukan 3 mekasine didalamnya, filtrasi reabsorpsi, dan sekresi, yang
tentunya berguna untuk kelangsungan hidup seorang individu dan jika tidak menjaga kesehatan
ginjal maka akan timbul berbagai macam penyakit yang berbahaya bagi manusia karna fungsi
ginjal yang utama adalah membunga racu yang ada pada tubuh kita.

Daftar pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003. h.318.
2. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2011.h.514,525,531,553-80.
3. Basmajian JV, Slonecker CE. Metode anatomi berorientasi pada klinik. Jakarta: Binarupa
Aksara; 2003. h. 57.
4. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. In: Frans Dany, editor. Saluran
Cerna. Jakarta : EGC; 2007.h.278-307.
5. Victor, PE.Atlas histology di Fiore dengan kolerasi fungsional. Ed. 9. Jakarta: EGC;
2003.h. 247-54.
6. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FA Davis
Company; 2007.h.236-98.
7. Yusri. Fungsi ginjal-organ eksresi. Edisi 6 Mei 2011. Diunduh dari: www.anneahira.com,
23 September 2011.
8. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2001. P.461-3.
9. Anonim. Aldosteron. Edisi 10 Oktober 2008. Diunduh dari: www.omedicine.com, 24
September 2011.
10. Elseiver Inc. Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran. Diterjemahkan dari Guyton
and Hall textbook of medical physiology, Ed. 12. Indonesia. 2014.

Anda mungkin juga menyukai