Disusun oleh :
Jerry Tanhardjo, S.Ked
42 15 0046
DOSEN PEMBIMBING
dr. H. Rahardjo, Sp. OG, M.Kes
1
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHLUAN……………………………………………………………………...3
BAB III :
KASUS………………………………………………………………………….....13
BAB IV : PEMBAHASAN……………………………………………………………….….18
BAB V : PENUTUP………………………………………………………………………….20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….......…21
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kista coklat ovarium adalah salah satu entitas atau jenis kista ovarium yang
paling sering ditemukan para klinisi dalam bidang obstetri dan ginekologi. Salah satu
dari kista coklat yang memberikan dampak klinis yaitu kista endometriosis atau sering
disebut endometrioma. Prevalensi endometriosis pada ovarium masih belum pasti
diketahui. Namun kasus endometriosis sendiri dikatakan sering terjadi pada sekitar 5-
15% wanita usia reproduktif pada populasi umum.
Karena kasus ini masih cukup sering dijumpai, maka penting sekali untuk
mengenal gejala klinis yang muncul dan terapi yang adekuat pada kasus ini. Selain itu
diperlukan juga langkah pencegahan yang efektif, salah satunya melalui gaya hidup.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Kista merupakan kantung yang berisi cairan dan dapat berlokasi di bagian
mana saja dari tubuh. Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat terbentuk. Tipe
kista ovarium yang paling umum dinamakan kista fungsional, yang biasanya
terbentuk selama siklus menstruasi normal. Setiap bulan, ovarium seorang wanita
tumbuh kista kecil yang menahan sel telur. Ketika sebuah sel telur matur, kantung
membuka untuk mengeluarkan sel telur, sehingga dapat berjalan melewati tuba falopii
untuk melakukan fertilisasi. Kemudian kantung pecah. Salah satu tipe dari kista
fungsional, ada yang dinamakan kista folikular, kantung ini tidak terbuka untuk
mengeluarkan sel telur tapi terus tumbuh. Kista tipe ini biasanya akan menghilang
setelah satu sampai tiga bulan. Kista korpus luteum, bentuk lain dari kista fungsional,
terbentuk apabila kantung kista ini tidak menghilang. Malahan kantung kista menutup
lagi setelah sel telur dikeluarkan (Gary, 2005).
2. Epidemiologi
Kista ovarium lebih sering ditemui pada wanita dengan usia pubertas sampai
dengan pre-menopause. Sedangkan pada wanita dengan menopause kejadian kista
sangat jarang ditemui. Di Amerika serikat kista ovarium lebih umum ditemukan pada
saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal maupun transvaginal.
Secara umum kista ovarium tidak mengarah kepada keganasan namun sekitar 10%
mengarah kearah keganasan (Sjamsuhidayat,1998).
3. Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari kista ovarium belum sepenuhnya
dimengerti, tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan
estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus (Gary, 2005).
Kemungkinan faktor resiko dari kista ovarium yaitu:
1. Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan
payudara.
2. Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif)
3. Gaya hidup yang tidak sehat
4. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya pada penggunaan
obat-obatan yang merangsang ovulasi (klomifen), KB menggunakan minipil
4
5. Nuliparitas
6. Steriliasi dengan ligasi tuba
7. Terapi tamoxifen pada kanker mamma
8. Merokok
4. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter
lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit matur. Folikel yang ruptur akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista di
tengah – tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula – mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan (Sutoto, 1994).
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang – kadang disebut
kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH
dan HCG. Kista fungsional multipel dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional dan kadang – kadang pada kehamilan multipel dengan diabetes, HCG
menyebabkan kondisi yang disebut hiperaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas,
induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila
disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasi dapat tumbuh dari proliferasi sel yang
berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak.
Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh
ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan musinosum. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari
area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ
cell tumor dari germ cell primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi
elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma
ovari polikistik, ovarium biasanya terdiri dari folikel – folikel dengan multipel kistik
berdiameter 2 – 5 mm, seperti terlihat dalam sonogram (Sutoto, 1994).
5
5. Jenis & Karakteristik Kista
Wiknjosastro (2005) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat keganasannya,
kista terbagi dua, yaitu nonneoplastik dan neoplastik. Kista nonneoplastik sifatnya
jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista
neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan
sifatnya.
Kista ovarium neoplastik jinak diantaranya :
d. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal
berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm.
Bentuk cairan kista ini seperti mentega. Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi
juga ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang, atau sisa-sisa kulit. Dinding kista
keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi
6
padat. Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal
dari sel telur melalui proses parthenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak
di perut bagian bawah karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur
sehingga isi kista keluar di rongga peritoneum. Penatalaksanaan dengan pengangkatan
kista dermoid bersama seluruh ovarium (Wiknjosastro, 2005).
7
Penanganan kista korpus luteum ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam
hal dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum
diangkat tanpa mengorbankan ovarium (Wiknjosastro, 2005).
c. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya
kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya
bilateral dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik
terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi,
akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah
akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya
mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan (Wiknjosastro, 2005).
8
7. Diagnosis
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakan melalui pemeriksaan fisik walaupun
sangat sulit. Maka untuk membantu diagnosa kista ovarium diperlukan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan yang umum untuk digunakan adalah:
USG (Ultrasonografi)
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista,
membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau
padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (Schorge, 2008).
Pemeriksaan Lab
Dapat berguna untuk screening maupun diagnosis sifat kista jinak atau
ganas. Berikut adalah pemeriksaan lab untuk membantu menegakan diagnosis
kista ovarium:
Beta-HCG : Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal apakah
wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini digunakan untuk
screening awal menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.
Darah lengkap : Untuk penyakit keganasan dapat diperkirakan dengan
melihat LED, sedangkan HB, HT, angka leukosit lebih digunakan untuk
menilai kondisi pasien.
9
Urinalisis : Untuk menyingkirkan diagnosis lain seperti batu ginjal,
ISK, dan gangguan saluran kemih lainnya.
Tumor Marker : Tumor marker spesifik terhadap keganasan ovarium
adalah CA125. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang spesifik
karena marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus dan
ovarium.
8. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2011), menyatakan bahwa dapat dipakai prinsip
bahwa kista ovarium neoplastik memerlukan operasi dan kista nonneoplastik tidak.
Jika menghadapi kista yang tidak memberi gejala atau keluhan pada penderita dan
yang besar kistanya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm,
kemungkinan besar kista tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum, jadi
merupakan kista nonneoplastik. Tidak jarang kista-kista tersebut mengalami
pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan
setelah beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya normal.
Oleh sebab itu, dalam hal ini perlu menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara
mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang. Jika selama waktu observasi dilihat
peningkatan dalam pertumbuhan kista tersebut, maka dapat mengambil kesimpulan
bahwa kemungkinan besar kista itu bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan
satu pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung kista. Akan tetapi, jika kistanya besar atau ada komplikasi, perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba
(salpingooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk
10
mengetahui apakah ditemukan pada satu atau pada dua ovarium (Prawirohardjo,
2011).
Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk
mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada
waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh
seorang ahli patologi anatomik untuk mendapatkan kepastian apakah kista ganas atau
tidak. Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan salpingo-
ooforektomi bilateral. Akan tetapi, wanita muda yang masih ingin mendapat
keturunan dan tingkat keganasan kista yang rendah (misalnya kista sel granulosa),
dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi
yang tidak seberapa radikal (Prawirohardjo, 2011).
11
BAB III
KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. SM
Tempat tanggal lahir : Sleman, 10/05/1973
Usia : 43 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Badran JT/793 RT45/10. Bumiijo
Tanggal masuk : 20/01/2016
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Nyeri perut kiri bawah
12
D. Riwayat penyakit keluarga
Alergi (-) Asthma (-)
Jantung (-) Hipertensi (-)
Diabetes Melitus (-) Tumor / CA (-)
E. Riwayat Paritas
P1Ab0AH1
I 1996 / aterm / normal / bidan / perempuan / 2400gr / hidup
F. Riwayat menstruasi
Menarche 13 tahun
Siklus 28 hari
Durasi menstruasi 8 hari
Kuantitas 9-10x ganti pembalut
Dismenorea (+)
Flour albus (-)
G. Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali, Menikah umur 21 tahun, dengan suami sekarang 22 tahun.
H. Riwayat Kontrasepsi
Pernah, metode suntik 3 bulanan.
d. Status generalis
Kepala Normochepali, Konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-)
Leher Pembesaran limfonodi (-), nyeri tekan (-)
Thoraks Pergerakan simetris, suara nafas vesikuler,
wheezing (-/-), ronkhi (-/-), bunyi jantung S1
S2 murni, bising jantung (-)
Abdomen Distensi (-), Bising usus (+), Perkusi timpani,
13
tidak ada perbesaran hepar maupun lien, asites
(-), nyeri tekan (+) pada kuadran bawah
Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2 detik, nadi kuat regular,
edema (-)
J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah
Parameter Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 12,6 gr/dl 11.7-15.5
Hematokrit 35,9 % 36-46
Eritrosit 4,24 juta/ul 3.7-5.2
Trombosit 413 ribu/ul 140-440
Leukosit 8,60 ribu/ul 4.1-11.0
Eosinofil 2% 2-4
Limfosit 28,9 % 18-42
Monosit 4,7 % 2-8
MCV 86,8 Fl 80-94
MCH 29,7 Pg 26-32
MCHC 34,2 g/Dl 32-36
BT (Masa perdarahan) 2,0 Detik 1-3
CT (Masa pembekuan) 10,0 Detik 5-15
GDS 79,2 mg/dL 70-140
Golongan darah A
HBSAg Negatif Negatif
Pemeriksaan USG
USG Abdomen (Uterus) : Densitas ekogenik, bentuk dan ukuran dbn, scan
para uteri dextra et sinistra tampak multicystic dextra et sinistra dan terkesan
saling berhubungan membentuk kista
K. Diagnosis Kerja
Kista Ovarii
L. Rencana Terapi
Direncanakan dilakukan operasi kistektomi pada 21 Januari 2016. Setelah
masuk bangsal pada pasien dilakukan pemeriksaan USG abdomen.
M. Operasi
Tindakan Operasi : Kistektomi
N. Follow Up
A Post Kistektomi
S Nyeri pada luka bekas operasi. BAB (-), BAK (+). Sudah lepas kateter
Thorax : suara napas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-). Suara jantung S1/S2 reguler.
15
Ekstremitas : Nadi kuat, edema tungkai (-), akral hangat, CRT < 2 detik.
A Post Kistektomi
S Nyeri pada luka bekas operasi. BAB (+), BAK (+). Sudah bisa berjalan dan aktivitas
ringan. Mual muntah (-). Perut terasa kembung.
Thorax : suara napas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-). Suara jantung S1/S2 reguler.
Ekstremitas : Nadi kuat, akral hangat, edema tungkai (-), CRT < 2 detik
A Post Kistektomi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien (42 tahun) datang ke poli (20/01/2016) dengan keluhan nyeri
perut kiri bawah. Keluhan ini sudah dirasakan sejak lama. Keluhan muncul terutama saat
mendekati siklus menstruasi. Keluhan sudah dirasakan pasien memberat sejak 3 bulan
terakhir. Pada pemeriksaan USG terlihat adanya gambaran massa kistik pada ovarium dan
berdasarkan USG ditegakkan diagnosa sementara yaitu kista ovarii. Pasien direncanakan
16
untuk operasi tanggal 21/01/2016. Setelah dilakukan operasi kistektomi, jaringan dikirim
untuk pemeriksaan PA yang hasilnya menunjukkan kista coklat.
Kista coklat / endometrioma pada kasus ini terjadi di dalam ovarium sebagai akibat
dari perdarahan intra ovarium berulang. Lebih dari 90% endometrioma adalah pseudokista
yang terbentuk akibat invaginasi korteks ovarium. Dinding kista umumnya tebal dan fibrotik
dan biasanya memiliki perlekatan fibrotik yang areanya timbul perubahan warna. Didalam
kista umumnya terdapat cairan kental berwarna gelap, karena terisi produk darah yang sudah
berdegenerasi dimana tampilan ini menyebabkan endometrioma sering disebut kista coklat.
Pada kasus ini etiologi yang paling mungkin adalah dipicu dari gaya hidup pasien,
terutama pola makan sehari-hari. Pasien mengatakan bahwa sehari hari lebih banyak
mengkonsumsi daging merah, gorengan, makanan bersantan yang mengandung kadar lemak
tinggi dan sedikit mengkonsumsi sayur dan buah buahan. Makanan dengan kadar lemak
tinggi akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah dimana kolesterol merupakan
prekursor awal untuk pembentukan hormon steroid salah satunya estrogen. Kadar estrogen
yang berlebih ini akan memicu proliferasi berlebihan dari sel endometrium sehingga
meningkatkan risiko terbentuknya kista endometriosis. Pada penelitian kasus kontrol oleh
Parazzini dkk (2004) mengatakan bahwa terdapat peningkatan risiko terjadinya kista
endometriosis pada kelompok wanita yang mengkonsumsi daging merah dibandingkan
kelompok wanita yang mengkonsumsi sayuran hijau dan buah buahan (P < 0,001).
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kista endometriosis pada kasus ini dapat dipicu oleh kebiasaan mengkonsumsi
makanan mengandung kadar lemak tinggi
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
F. Gary Cunningham, F. Gant N. (et al). Alih Bahasa Andry Hartono, Y. Joko S. (et
al). 2005. Obstetri William Edisi 21. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Mas Soetomo Joedosepoetro Sutoto. 2005. Tumor Jinak pada Alat – alat Genital. In :
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editors. Ilmu Kandungan.
Edisi ketiga. Cetakan Ketujuh. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
19
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan edisi ketiga. PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Beda, Edisi Revisi, EGC, 1 1027; Jakarta, 1998
Sutoto, M. S. J. 1994. Tumor Jinak pada Alat – alat Genital, Ilmu Kandungan. Jakarta
: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Winkjisastro H, Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editro: Saifudin A,B, dkk, Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1999: 13-14
20