Anda di halaman 1dari 20

TUTORIAL KLINIK GINEKOLOGI

KISTA OVARII ENDOMETRIOSIS

Disusun oleh :
Jerry Tanhardjo, S.Ked
42 15 0046

DOSEN PEMBIMBING
dr. H. Rahardjo, Sp. OG, M.Kes

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi


RS BETHESDA
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
Yogyakarta
2016

1
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHLUAN……………………………………………………………………...3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………..4

BAB III :
KASUS………………………………………………………………………….....13

BAB IV : PEMBAHASAN……………………………………………………………….….18

BAB V : PENUTUP………………………………………………………………………….20

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….......…21

2
BAB I

PENDAHULUAN

Kista coklat ovarium adalah salah satu entitas atau jenis kista ovarium yang
paling sering ditemukan para klinisi dalam bidang obstetri dan ginekologi. Salah satu
dari kista coklat yang memberikan dampak klinis yaitu kista endometriosis atau sering
disebut endometrioma. Prevalensi endometriosis pada ovarium masih belum pasti
diketahui. Namun kasus endometriosis sendiri dikatakan sering terjadi pada sekitar 5-
15% wanita usia reproduktif pada populasi umum.

Endometriosis selain dapat menyebabkan nyeri pelvis kronis atau


dysmenorrhea, juga sering menyebabkan infertilitas. Selain daripada itu, sering kasus
neoplasma ganas pada ovarium maupun ekstraovarium berawal dan berkembang dari
lesi itu sendiri. Seringkali tindakan operasi untuk penanganan kista endometriosis
dianggap tidak cukup, bahkan diperlukan terapi medikamentosa yang memakan waktu
cukup lama sehingga menyebabkan biaya yang dibutuhkan seringkali tidak murah.
Juga adanya efek samping dari obat-obatan yang tersedia untuk terapi kista
endometriosis.

Karena kasus ini masih cukup sering dijumpai, maka penting sekali untuk
mengenal gejala klinis yang muncul dan terapi yang adekuat pada kasus ini. Selain itu
diperlukan juga langkah pencegahan yang efektif, salah satunya melalui gaya hidup.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Kista merupakan kantung yang berisi cairan dan dapat berlokasi di bagian
mana saja dari tubuh. Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat terbentuk. Tipe
kista ovarium yang paling umum dinamakan kista fungsional, yang biasanya
terbentuk selama siklus menstruasi normal. Setiap bulan, ovarium seorang wanita
tumbuh kista kecil yang menahan sel telur. Ketika sebuah sel telur matur, kantung
membuka untuk mengeluarkan sel telur, sehingga dapat berjalan melewati tuba falopii
untuk melakukan fertilisasi. Kemudian kantung pecah. Salah satu tipe dari kista
fungsional, ada yang dinamakan kista folikular, kantung ini tidak terbuka untuk
mengeluarkan sel telur tapi terus tumbuh. Kista tipe ini biasanya akan menghilang
setelah satu sampai tiga bulan. Kista korpus luteum, bentuk lain dari kista fungsional,
terbentuk apabila kantung kista ini tidak menghilang. Malahan kantung kista menutup
lagi setelah sel telur dikeluarkan (Gary, 2005).

2. Epidemiologi
Kista ovarium lebih sering ditemui pada wanita dengan usia pubertas sampai
dengan pre-menopause. Sedangkan pada wanita dengan menopause kejadian kista
sangat jarang ditemui. Di Amerika serikat kista ovarium lebih umum ditemukan pada
saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal maupun transvaginal.
Secara umum kista ovarium tidak mengarah kepada keganasan namun sekitar 10%
mengarah kearah keganasan (Sjamsuhidayat,1998).

3. Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari kista ovarium belum sepenuhnya
dimengerti, tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan
estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus (Gary, 2005).
Kemungkinan faktor resiko dari kista ovarium yaitu:
1. Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan
payudara.
2. Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif)
3. Gaya hidup yang tidak sehat
4. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya pada penggunaan
obat-obatan yang merangsang ovulasi (klomifen), KB menggunakan minipil
4
5. Nuliparitas
6. Steriliasi dengan ligasi tuba
7. Terapi tamoxifen pada kanker mamma
8. Merokok

4. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter
lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit matur. Folikel yang ruptur akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista di
tengah – tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula – mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan (Sutoto, 1994).
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang – kadang disebut
kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH
dan HCG. Kista fungsional multipel dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional dan kadang – kadang pada kehamilan multipel dengan diabetes, HCG
menyebabkan kondisi yang disebut hiperaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas,
induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila
disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasi dapat tumbuh dari proliferasi sel yang
berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak.
Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh
ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan musinosum. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari
area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ
cell tumor dari germ cell primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi
elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma
ovari polikistik, ovarium biasanya terdiri dari folikel – folikel dengan multipel kistik
berdiameter 2 – 5 mm, seperti terlihat dalam sonogram (Sutoto, 1994).

5
5. Jenis & Karakteristik Kista
Wiknjosastro (2005) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat keganasannya,
kista terbagi dua, yaitu nonneoplastik dan neoplastik. Kista nonneoplastik sifatnya
jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista
neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan
sifatnya.
Kista ovarium neoplastik jinak diantaranya :

a. Kistoma ovarii simpleks


Merupakan kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih
yang serosa dan berwarna kuning. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista
dengan reseksi ovarium (Wiknjosastro, 2005).

b. Kistadenoma Ovarii Musinosum


Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi
sangat besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan
degeneratif sehingga timbul perleketan kista dengan omentum, usus-usus, dan
peritoneum parietal. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perleketan dan produksi
musin yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei. Penatalaksanaan
dengan pengangkatan kista in vitro tanpa pungsi terlebih dulu dengan atau tanpa
salpingo-ooforektomi tergantung besarnya kista (Wiknjosastro, 2005).

c. Kistadenoma Ovarii Serosum


Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular,
tapi jika multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar,
tetapi tidak sebesar kista musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat
timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama dengan kistadenoma ovarii
musinosum (Wiknjosastro, 2005).

d. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal
berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm.
Bentuk cairan kista ini seperti mentega. Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi
juga ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang, atau sisa-sisa kulit. Dinding kista
keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi
6
padat. Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal
dari sel telur melalui proses parthenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak
di perut bagian bawah karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur
sehingga isi kista keluar di rongga peritoneum. Penatalaksanaan dengan pengangkatan
kista dermoid bersama seluruh ovarium (Wiknjosastro, 2005).

Kista ovarium non neoplastik diantaranya :


a. Kista Folikel
Kista ini berasal dari Folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah
tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim,
melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau lebih, dan besarnya
biasanya dengan diameter 1 – 1,5 cm. Kista folikel ini bisa menjadi sebesar jeruk
nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis yang terdiri atas beberapa lapisan sel
granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista, maka terjadilah atrofi pada
lapisan ini. Cairan dalam kista berwarna jernih dan sering kali mengandung estrogen.
Oleh sebab itu, kista kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel
lambat laun dapat mengecil dan menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista
pun menghilang. Umumnya, jika diameter kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat
ditunggu dahulu karena kista folikel biasanya dalam waktu 2 bulan akan menghilang
sendiri (Wiknjosastro, 2005).

b. Kista Korpus Luteum


Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi
korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum
persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista,
berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus
luteum lebih jarang dari pada kista folikel. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna
kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum
dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak
teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan
perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di dalam
perut yang mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam
diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan
operasi, gambaran yang khas kista korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis.

7
Penanganan kista korpus luteum ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam
hal dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum
diangkat tanpa mengorbankan ovarium (Wiknjosastro, 2005).

c. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya
kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya
bilateral dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik
terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi,
akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah
akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya
mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan (Wiknjosastro, 2005).

d. Kista Coklat / Endometrioma


Kista coklat adalah massa soliter, non neoplastik, berbatas tegas yang
mengandung jaringan endometrium dan juga seringkali darah. Endometrioma secara
klinis bias dikenali dengan perabaan pada palpasi bila berukuran besar atau hanya
muncul sebagai nyeri pelvis kronis dan nyeri abdomen. Kebanyakan kasus terjadi
didalam pelvis, namun pada endometrioma atipikal, endometrioma dapat ditemukan
pada usus, thorax dan dinding abdomen. Endometrioma dinding abdomen banyak
dijumpai pada pasien dengan riwayat operasi ginekologi. (Wiknjosastro, 2005).

6. Tanda dan gejala


Sebagian besar kasus kista fungsional tidak memberikan gejala, atau hanya
gejala seperti nyeri ringan yang biasanya terabaikan. Tetapi pada kista yang
berkembang cukup besar dapat menimbulkan gejala yang lebih signifikan yaitu nyeri
tajam pada abdomen bagian bawah. Namun untuk memastikan kista hanya dari
manifestasi atau gejala tidaklah cukup, karena gejala yang ditimbulkan mirip dengan
endometriosis, radang panggul, dan kehamilan ektopik atau kanker ovarium.
Tanda dan Gejala :
1. Tekanan, terasa penuh, atau nyeri di abdomen
2. Teraba benjolan /massa di perut bagian bawah.
3. Gangguan haid
4. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi
5. Nyeri selama hubungan seksual
6. Nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasi atau diare, obstruksi usus dan
asites (Wiknjosastro, 2005).

8
7. Diagnosis
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakan melalui pemeriksaan fisik walaupun
sangat sulit. Maka untuk membantu diagnosa kista ovarium diperlukan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan yang umum untuk digunakan adalah:
 USG (Ultrasonografi)
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista,
membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau
padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (Schorge, 2008).

Dari gambaran USG dapat terlihat:


a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval)
dan terlihat sangat echolucent dengan dinding yang tipis/tegas/licin, dan di
tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding
depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler
(bersepta-septa).
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal
echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam
kista.
d. kistik dengan dinding yang tipis, tegas, licin dan echolucent. Kista dapat
unilokuler atau multilokuler.

 Pemeriksaan Lab

Dapat berguna untuk screening maupun diagnosis sifat kista jinak atau
ganas. Berikut adalah pemeriksaan lab untuk membantu menegakan diagnosis
kista ovarium:
 Beta-HCG : Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal apakah
wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini digunakan untuk
screening awal menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.
 Darah lengkap : Untuk penyakit keganasan dapat diperkirakan dengan
melihat LED, sedangkan HB, HT, angka leukosit lebih digunakan untuk
menilai kondisi pasien.

9
 Urinalisis : Untuk menyingkirkan diagnosis lain seperti batu ginjal,
ISK, dan gangguan saluran kemih lainnya.
 Tumor Marker : Tumor marker spesifik terhadap keganasan ovarium
adalah CA125. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang spesifik
karena marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus dan
ovarium.

 Pemeriksaan Patologi Anatomi


Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari
tumor ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses
operasi, kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah mikroskop
(Schorge, 2008).

8. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2011), menyatakan bahwa dapat dipakai prinsip
bahwa kista ovarium neoplastik memerlukan operasi dan kista nonneoplastik tidak.
Jika menghadapi kista yang tidak memberi gejala atau keluhan pada penderita dan
yang besar kistanya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm,
kemungkinan besar kista tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum, jadi
merupakan kista nonneoplastik. Tidak jarang kista-kista tersebut mengalami
pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan
setelah beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya normal.
Oleh sebab itu, dalam hal ini perlu menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara
mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang. Jika selama waktu observasi dilihat
peningkatan dalam pertumbuhan kista tersebut, maka dapat mengambil kesimpulan
bahwa kemungkinan besar kista itu bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan
satu pengobatan operatif.

Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung kista. Akan tetapi, jika kistanya besar atau ada komplikasi, perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba
(salpingooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk

10
mengetahui apakah ditemukan pada satu atau pada dua ovarium (Prawirohardjo,
2011).

Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk
mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada
waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh
seorang ahli patologi anatomik untuk mendapatkan kepastian apakah kista ganas atau
tidak. Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan salpingo-
ooforektomi bilateral. Akan tetapi, wanita muda yang masih ingin mendapat
keturunan dan tingkat keganasan kista yang rendah (misalnya kista sel granulosa),
dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi
yang tidak seberapa radikal (Prawirohardjo, 2011).

William (2005) menyatakan bahwa, terapi bergantung pada ukuran dan


konsistensi kista dan penampakannya pada pemeriksaan ultrasonografi. Mungkin
dapat diamati kista ovarium berdiameter kurang dari 80 mm, dan skening diulang
untuk melihat apakah kista membesar. Jika diputuskan untuk dilakukan terapi, dapat
dilakukan aspirasi kista atau kistektomi ovarium. Kista yang terdapat pada wanita
hamil, yang berukuran >80 mm dengan dinding tebal atau semisolid memerlukan
pembedahan, setelah kehamilan minggu ke 12. Kista yang dideteksi setelah kehamilan
minggu ke 30 mungkin sulit dikeluarkan lewat pembedahan dan dapat terjadi
persalinan prematur. Keputusan untuk melakukan operasi hanya dapat dibuat setelah
mendapatkan pertimbangan yang cermat dengan melibatkan pasien dan pasangannya.
Jika kista menimbulkan obstruksi jalan lahir dan tidak dapat digerakkan secara digital,
harus dilakukan seksio sesaria dan kistektomi ovarium.

11
BAB III

KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Ny. SM
Tempat tanggal lahir : Sleman, 10/05/1973
Usia : 43 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Badran JT/793 RT45/10. Bumiijo
Tanggal masuk : 20/01/2016

II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Nyeri perut kiri bawah

B. Riwayat penyakit sekarang


Keluhan dirasakan sudah sejak lama, tetapi 3 bulan terakhir keluhan dirasakan
memberat. Nyeri hilang timbul, sensasi seperti tertusuk-tusuk muncul terutama
saat mau haid ataupun kecapean.

C. Riwayat penyakit dahulu:

Diabetes Melitus (-) Asthma (-)


Penyakit jantung (-) Hipertensi (-)

12
D. Riwayat penyakit keluarga
Alergi (-) Asthma (-)
Jantung (-) Hipertensi (-)
Diabetes Melitus (-) Tumor / CA (-)

E. Riwayat Paritas
P1Ab0AH1
I  1996 / aterm / normal / bidan / perempuan / 2400gr / hidup

F. Riwayat menstruasi
Menarche 13 tahun
Siklus 28 hari
Durasi menstruasi 8 hari
Kuantitas 9-10x ganti pembalut
Dismenorea (+)
Flour albus (-)

G. Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali, Menikah umur 21 tahun, dengan suami sekarang 22 tahun.
H. Riwayat Kontrasepsi
Pernah, metode suntik 3 bulanan.

I. Pemeriksaan fisik (20 Januari 2016)


a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : CM, E4V5M6
c. Tanda Vital:
Tek. Darah : 110/70 mmHg Respirasi : 18 x/menit
Nadi : 88 x/menit Suhu : 36,5 oC
BB : 62 kg TB : 150 cm

d. Status generalis
Kepala Normochepali, Konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-)
Leher Pembesaran limfonodi (-), nyeri tekan (-)
Thoraks Pergerakan simetris, suara nafas vesikuler,
wheezing (-/-), ronkhi (-/-), bunyi jantung S1
S2 murni, bising jantung (-)
Abdomen Distensi (-), Bising usus (+), Perkusi timpani,
13
tidak ada perbesaran hepar maupun lien, asites
(-), nyeri tekan (+) pada kuadran bawah
Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2 detik, nadi kuat regular,
edema (-)

J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah
Parameter Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 12,6 gr/dl 11.7-15.5
Hematokrit 35,9 % 36-46
Eritrosit 4,24 juta/ul 3.7-5.2
Trombosit 413 ribu/ul 140-440
Leukosit 8,60 ribu/ul 4.1-11.0
Eosinofil 2% 2-4
Limfosit 28,9 % 18-42
Monosit 4,7 % 2-8
MCV 86,8 Fl 80-94
MCH 29,7 Pg 26-32
MCHC 34,2 g/Dl 32-36
BT (Masa perdarahan) 2,0 Detik 1-3
CT (Masa pembekuan) 10,0 Detik 5-15
GDS 79,2 mg/dL 70-140
Golongan darah A
HBSAg Negatif Negatif
Pemeriksaan USG
USG Abdomen (Uterus) : Densitas ekogenik, bentuk dan ukuran dbn, scan
para uteri dextra et sinistra tampak multicystic dextra et sinistra dan terkesan
saling berhubungan membentuk kista

K. Diagnosis Kerja
Kista Ovarii
L. Rencana Terapi
Direncanakan dilakukan operasi kistektomi pada 21 Januari 2016. Setelah
masuk bangsal pada pasien dilakukan pemeriksaan USG abdomen.

M. Operasi
Tindakan Operasi : Kistektomi

Diagnosis Pre Operasi : Kista ovarii


14
Diagnosis Post Operasi : Kista Coklat bilateral

Instruksi Post Operasi : Jaringan Kirim PA

Hasil PA : (Tanggal 23/01/2016)


- Makroskopis : Kista kanan dan kiri. Jaringan pecah belah merupakan lembaran
putih kehitaman 2 kup

- Mikroskopis : Seluruhnya menunjukan jaringan ovarium fibrotik dengan kista


endometriosis. Tidak terdapat tanda tanda ganas.

Kesimpulan : Kista Endometriosis Ovarium / Kista Coklat

N. Follow Up

Tanggal 21 Januari 2016

S Nyeri pada luka bekas operasi hilang timbul

O KU Baik Compos Mentis, TD : 110/80 N: 80 RR: 22 T: 36,8


Kepala : konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-)
Thorax : suara napas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-). Suara jantung S1/S2 reguler.
Abdomen : peristaltik 7x / menit. Nyeri tekan (+)
Ekstremitas : Nadi kuat, edema tungkai (-), akral hangat, CRT < 2 detik.

A Post Kistektomi

P Intervensi lanjut TTV


- Ceftriaxone II 1x1, Metronidazole II 2x1, Ketorolac III 2x1. Infus RL.

Tanggal 22 Januari 2016

S Nyeri pada luka bekas operasi. BAB (-), BAK (+). Sudah lepas kateter

O KU Baik Compos Mentis, TD : 120/80 N: 88 RR: 22 T: 36,5

Kepala : konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-)

Thorax : suara napas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-). Suara jantung S1/S2 reguler.

Abdomen : peristaltik 10x / menit. Nyeri tekan (+)

15
Ekstremitas : Nadi kuat, edema tungkai (-), akral hangat, CRT < 2 detik.

A Post Kistektomi

P Intervensi lanjut TTV

Tanggal 23 Januari 2016

S Nyeri pada luka bekas operasi. BAB (+), BAK (+). Sudah bisa berjalan dan aktivitas
ringan. Mual muntah (-). Perut terasa kembung.

O KU Baik Compos Mentis, TD : 100/70 N: 80 RR: 20 T: 36,5

Kepala : konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-)

Thorax : suara napas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-). Suara jantung S1/S2 reguler.

Abdomen : Peristaltik 13x /menit. Nyeri tekan (+)

Ekstremitas : Nadi kuat, akral hangat, edema tungkai (-), CRT < 2 detik

A Post Kistektomi

P Intervensi Stop. Kontrol 1 minggu post op.


Amoxicilin 500mg 3x1. Velivet 1x1 / 6

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien (42 tahun) datang ke poli (20/01/2016) dengan keluhan nyeri
perut kiri bawah. Keluhan ini sudah dirasakan sejak lama. Keluhan muncul terutama saat
mendekati siklus menstruasi. Keluhan sudah dirasakan pasien memberat sejak 3 bulan
terakhir. Pada pemeriksaan USG terlihat adanya gambaran massa kistik pada ovarium dan
berdasarkan USG ditegakkan diagnosa sementara yaitu kista ovarii. Pasien direncanakan
16
untuk operasi tanggal 21/01/2016. Setelah dilakukan operasi kistektomi, jaringan dikirim
untuk pemeriksaan PA yang hasilnya menunjukkan kista coklat.

Kista coklat / endometrioma pada kasus ini terjadi di dalam ovarium sebagai akibat
dari perdarahan intra ovarium berulang. Lebih dari 90% endometrioma adalah pseudokista
yang terbentuk akibat invaginasi korteks ovarium. Dinding kista umumnya tebal dan fibrotik
dan biasanya memiliki perlekatan fibrotik yang areanya timbul perubahan warna. Didalam
kista umumnya terdapat cairan kental berwarna gelap, karena terisi produk darah yang sudah
berdegenerasi dimana tampilan ini menyebabkan endometrioma sering disebut kista coklat.

Pada kasus ini etiologi yang paling mungkin adalah dipicu dari gaya hidup pasien,
terutama pola makan sehari-hari. Pasien mengatakan bahwa sehari hari lebih banyak
mengkonsumsi daging merah, gorengan, makanan bersantan yang mengandung kadar lemak
tinggi dan sedikit mengkonsumsi sayur dan buah buahan. Makanan dengan kadar lemak
tinggi akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah dimana kolesterol merupakan
prekursor awal untuk pembentukan hormon steroid salah satunya estrogen. Kadar estrogen
yang berlebih ini akan memicu proliferasi berlebihan dari sel endometrium sehingga
meningkatkan risiko terbentuknya kista endometriosis. Pada penelitian kasus kontrol oleh
Parazzini dkk (2004) mengatakan bahwa terdapat peningkatan risiko terjadinya kista
endometriosis pada kelompok wanita yang mengkonsumsi daging merah dibandingkan
kelompok wanita yang mengkonsumsi sayuran hijau dan buah buahan (P < 0,001).

Pasien diberikan terapi Ceftriaxone yang merupakan antibiotik golongan sefalosporin


generasi ke-3 dan Metronidazole yang bertujuan untuk profilaksis infeksi post operasi.
Ketorolac merupakan obat golongan NSAID yang bekerja dengan menghambat prostaglandin
dan menghambat aktifitas sitokin yang berguna untuk mengurangi peradangan dan nyeri.
Pasien juga diberikan Amoxicillin sebagai terapi lanjutan untuk pencegahan infeksi dan
Velivet untuk terapi endometriosis. Velivet merupakan obat-obatan golongan
estrogen/progestin dimana dalam obat ini terkandung ethynil estradiol (EE) untuk
mengurangi sekresi LH dari hipotalamus dan desogestrel (progestin) menghambat sekresi
gonadotropin sehingga mencegah maturasi folikel dan ovulasi, yang diharapkan dengan
terapi ini dapat menormalkan kembali siklus menstruasi.

17
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kista endometriosis pada kasus ini dapat dipicu oleh kebiasaan mengkonsumsi
makanan mengandung kadar lemak tinggi

B. Saran

- Dilakukan pemeriksaan Ca-125

18
DAFTAR PUSTAKA

F. Gary Cunningham, F. Gant N. (et al). Alih Bahasa Andry Hartono, Y. Joko S. (et
al). 2005. Obstetri William Edisi 21. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Mas Soetomo Joedosepoetro Sutoto. 2005. Tumor Jinak pada Alat – alat Genital. In :
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editors. Ilmu Kandungan.
Edisi ketiga. Cetakan Ketujuh. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
19
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan edisi ketiga. PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

Schorge et al. 2008. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology


Section. Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills.

Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Beda, Edisi Revisi, EGC, 1 1027; Jakarta, 1998

Sutoto, M. S. J. 1994. Tumor Jinak pada Alat – alat Genital, Ilmu Kandungan. Jakarta
: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

William Helm, C. 2005. Ovarian Cysts. American College of Obstetricians and


Gynecologists. Available at http://emedicine.com

Winkjisastro H, Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editro: Saifudin A,B, dkk, Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1999: 13-14

20

Anda mungkin juga menyukai