Ergonomi (Buk Evi
Ergonomi (Buk Evi
NIM : G1D116006
PEMINATAN : K3
ERGONOMI
The human mechine system merupakan sistem yang saling berkaitan atau
disebut juga sistem kompleks yang terdiri dari manusia dan mesin. Contohnya
seperti penerbangan dimana mesin pesawat dapat bergerak atau digerakkan oleh
seorang pilot. Hal ini yang membuktikan bahwa the human mechine system itu
saling berkaitan.
b. Human eror
c. Controls
Alat kontrol dibuat sedemikian rupa sehingga seorang operator dapat
mengambil tindakan yang tepat dan memanipulasinya sehingga mesin dapat
neroperasi sesuai dengan kinerja yang seharusnya. Efektivitas dan efisiensi
kontrol/keamanannya, penggunaan kontrolnya tergantung pada informasi dari
dinamika gerak manusia yang terliput di dalam mesin kontrol. Untuk
menghindari kecelakaan mesin kontrol harus didesain untuk bekerja secara
akurat, cepat, dan mudah dioperasikan tanpa menyebabkan kelelahan.
Menurut Suma’mur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang
diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan semua sesuatu oleh perusahaan
dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore, dan malam.
b. Karakteristik
c. Sistem
d. Standard international
Sesuai dengan UU No.13/2003 mengenai ketenagakerjaan, jika jam kerja
disebuah perusahaan dibuat sebanyak 3 shift dengan masing-masing maksimal 8
jam per hari (termasuk jam istirahat), maka jumlahjam kerja secara akumulatif
masing-masiSng shif tidak boleh lebihdari 40 jam per minggu.
Getaran dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis, misalnya
mesin atau alat-alat mekanis lainnya. Getaran ini terjadi pada manusia mulai dari
tangan sampai keseluruh tubuh. Di sebuah perusahaan tentu memiliki getaran
apalagi jika itu perusahaan industri. Untuk menciptakan tempat kerja yang
aman, nyaman dan ergonomis maka harus memakai nilai ambang abatas getaran
yang berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor KEP.51/MEN/1999.
b. Temperatur/suhu
c. Pencahayaan
Pencahayaan yang seimbang di ruang kerja sangat diperlukan bagi setiap
pekerja, mengingat bahwa pekerja memerlukan melihat dengan jelas kondisi
operasional. Kurang seimbangnya intensitas cahaya dapat mengakibatkan
terjadinya kecelakaan kerja karena silau, adanya bayangan, atau kelelahan mata
yang parah. Kecelakaan juga terjadi akibat tidak cepatnya orang dapat
beradaptasi bila berjalan dari tempat terang ketempat yang gelap. Selain itu,
ketajaman juga menjadi faktor penyebab kecelakaan. Tujuan pencahayaan ialah
memberikan lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan mengurangi kerugian
akibat kinerja visual. Oleh karena itu penting dilakukan analisis faktor yang
dapat menentukan penglihatan yakni tugasnya, lingkungan kerjanya, dan
pencahayaannya.
d. Kebisingan
Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan bagi setiap orang atau
pekerja. Kebisingan terjadi tidak hanya dilingkungan industri saja, tetapi
dibeberapa kegiatan lainnya seperti lalu lintas, hotel, dan institusi pendidikan.
Kebisingan dapat menurunkan kemampuan berkomunikasi, menimbulkan
gangguan tidur serta kerja peredaran darah, mempengaruhi kesehatan mental,
menurunkan produktivitas kerja, menyebabkan ketidaknyamanan, dan
mengubah perilaku sosial pekerja. Efek kebisingan tentu berbeda bagi setiap
pekerja tergantung pada kepekaan pekerja, usia, total energi yang diterima,
lamanya paparan, masa kerja, riwayat penyakit telinga, konsumsi obat-obatan,
dan tentunya karakteristik bising yang diterima. Untuk itu demi menciptakan
lingkungan kerja yang ergonomis maka harus mengikuti nilai ambang batas
kebisingan yang telah diatur di dalam SK Menteri Tenaga Kerja No. Kep-
51/Men/1999 yang mengatur lamanya waktu kerja yang diizinkan dalam taraf
kebisingan tersebut.