Anda di halaman 1dari 20

4

3 Metode Pendinginan Pada Mass Concrete


Ilmu Konstruksi 4:34 AM Beton

Beton massa/mass concrete adalah semua beton yang dimensinya sangat besar dan
memerlukan tindakan untuk mengatasi peningkatan panas akibat proses hidrasi (yaitu
reaksi semen dengan air yang selain menghasilkan pasta semen juga menimbulkan panas)
Dalam mass concrete, peningkatan suhu disebabkan oleh panas hidrasi semen, dimana tiap
tipe semen memiliki panas hidrasi yang berbeda.
Peningkatan temperatur dalam mass concrete sangat berkenaan dengan hal-hal sebagai
berikut :

1. Material penyusun beton


Semakin tinggi temperature material yang dipakai, suhu beton semakin tinggi. pada mass
concrete dipilih tipe semen dengan panas hidrasi yang rendah.

2. Volume beton
Semakin besar volume semakin tinggi suhu beton

3. Water cement ratio/slump


Semakin tinggi w/c suhu beton semakin tinggi kuat tekan rendah

Perbedaan suhu di dalam beton dan di permukaan beton akan menimbulkan gaya tekan dan
gaya tarik pada beton secara keseluruhan. Untuk mencegah terjadinya keretakan,
perbedaan suhu diusahakan kurang dari 25 derajat celcius.
Karena sifat beton yg tidak kuat menahan gaya tarik, maka semakin tinggi suhu beton
disaat umur muda maka semakin tinggi gaya tarik yg terjadi, jika gaya tarik yg terjadi
melebihi gaya tarik yg diijinkan maka akan terjadi retak. retak bisa juga disebabkan oleh
penyusutan volume beton karena perubahan temperatur udara sekeliling. namun itu semua
berawal dan berpengaruh dari panas hidrasidalam tubuh beton itu sendiri.

Metode-metode yang digunakan untuk pengontrolan suhu beton pada mass


concrete yaitu :

1. Metode pra pendinginan beton ( pre-cooling of concrete )


Metode ini ditekankan pada material-material penyusun beton (komponen beton). dimana
suhu beton meningkat juga dikarenakan unsur-unsur penyusunnya, semakin panas suhu
material yang dipakai, maka akan semakin tinggi pula suhu beton segar yang dihasilkan,
untuk itu diperlukan pendingin untuk material-material beton seperti :

a. Pendinginan agregat kasar


Ada 3 metode dasar dari pendinginan agregat kasar :

Inundation tanks
Ada 5 tahap dalam pengoperasian/pelaksanaan inundation tanks, yaitu :
a. Agregat yg gradasinya bagus dibawa oleh conveyor dari penampungan ke tangki yg terisi
air 1/3 volume tanki.
b. Setelah agg. dimasukkkan dalam tanki air ditambah lagi
c. Setelah tanki penuh, air disirkulasikan
d. Air dialirkan
e. Lubang bawah tanki dibuka dan agregat dibawa ke conveyor untuk dimixing.

Sepanjang perjalanan di conveyor aggregat melewati lapis dewatering utk


meminimal/menstabil kadar air

Belt inundation :
Perbedaan dg inundation tank yaitu agregat tidak pernah meninggalkan conveyor belt.
Conveyor berjalan dan melalui sirkulasi air dingin. Agregat akan dipakai untuk mixing
setelah agregat melalui bak sirkulasi air dingin dan melewati lapis dewatering.

Belt spraying
Modifikasi dari metode belt inundation yaitu sepanjang perjalanan conveyor agregat melalui
terowongan yang terdapat shower heads yang akan menyiram air es di dalam conveyor.

2. Pendinginan (air cooling)

Air cooling adalah metode sirkulasi udara tanpa penampungan dan sangat penting untuk
menginsulasi dinding tampungan agar tetap dingin. Kekurangan dari metode ini adalah
panas yang ditransfer antara agregat dan udara tidak sebaik transfer panas antara agregat dan
air.
keuntungannya : tidak ada masalah dengan moisture content.

3. Penguapan (vacuum cooling)

a. Vacuum cooling adalah metode penguapan agregat dengan kondisi air permukaannya
akan menguap oleh udara luar dan akan terus berlangsung hingga mencapai 40 derajat
faranheit atau 4.44 derajat celcius

b. Pendinginan air
Pendinginan air dapat dilakukan dengan penambahan es balok hingga mencapai suhu air yang
diharapkan. namun metode ini terbatas untuk batching plan yang memiliki tampungan air
yang mudah dijangkau untuk penambahan es balok.

c. Metode paska pendinginan beton (post-cooling concrete)


Metode lain yg digunakan untuk pengontrolan suhu beton yaitu dengan sirkulasi air dingin
melalui pipa-pipa di dalam beton (cooling pipe). Keuntungan dari metode ini yaitu lebih
fleksibel dan pada bagian manapun dari beton akan tetap dingin dan terkontrol suhunya jika
terjadi deviasi/delta suhu yang mendekati atau melebihi dari yang disyaratkan sehingga suhu
di dalam beton dapat langsung diantisipasi dengan mengalirkan air dingin dan juga metode
ini dapat mempercepat proses pelepasan formwork, karena suhu beton dapat diatur dan
disesuaikan dengan suhu luar. Kekurangan dari metode ini yaitu biaya yang sangat mahal
dibandingkan pre-cooling dan metode lainnya.
0

Perbandingan Sistem Formwork (Bekesting)


Ilmu Konstruksi 1:31 AM Beton

Banyaknya pekerjaan struktur yang harus diselesaikan tentunya


menuntut penggunaan formwork yang dapat digunakan berulang, cepat dalam hal bongkar-pasang,
kuat dan aman, murah, mudah dipindahkan serta memberikan hasil yang baik sesuai persyaratan
(permukaan rata, air semen tidak keluar, beton tidak lengket, dsb).

Berikut macam-macam formwork yang digunakan biasa digunakan,antara lain :

1. Formwork Paschal
2. Formwork Panel Plywood
3. Formwork Nampan ( plat baja )
4. Formwork Metal Form
5. Formwork Ulma
6. Formwork Noe
Masing-masing formwork tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

Formwork Paschal

Formwork jenis ini merupakan formwork sistem dari Paschal. Terbuat dari panel baja strip dengan
dan plywood. Formwork jenis ini banyak digunakan pada struktur jembatan pada bagian exposed
(wall abutment, pier). Sistem ini dimodifikasi terkait kebutuhan aksesorisnya sehingga tidak
menggunakan sistem Paschal secara utuh. Gambar panel formwork ini dapat dilihat pada Gambar
berikut :
Untuk menggabungkan antar panel Paschal digunakan pin yang telah terpasang pada panel
(menyatu dengan panelnya).

Lubang-lubang untuk tie rod juga telah di desain khusus sehingga tidak perlu dilakukan pengeboran
pada panel. Bracing menggunakan double hollow 60 x 30. Material bracing ini bukan merupakan
produk dari Paschal tetapi menggunakan material lokal yang telah diperhitungkan mampu menahan
beban yang bekerja pada dinding.

Formwork Panel Plywood

Formwork ini merupakan biasanya hasil rakitan sendiri. Rangkanya terbuat dari besi hollow 60 x 30,
sedangkan permukaannya menggunakan plywood tebal 18 mm. Jika plywood mulai rusak dan tidak
layak lagi digunakan, dapat diganti dengan yang baru dan dirangkai kembali pada framenya. Dengan
demikian, frame hollow dapat digunakan berulang kali. Dimensi standar yang dibuat untuk
keperluan pekerjaan struktur di lapangan adalah 2.44m x 1.22m, 3.00m x 1.22m, 2.44cm x 0.61m,
1.22mx1.22m, 1.22mx0.61m. Pemilihan dimensi ini berdasarkan tipikal dimensi struktur yang ada.
Plywood dan frame hollow disatukan dengan menggunakan paku, sedangkan antar hollow dengan
menggunakan sistem las. Formwork jenis ini banyak digunakan pada struktur jembatan (bagian wall)
dan dapat menghasilkan permukaan ekspos yang relatif bagus.

Antar panel frame disatukan dengan menggunakan bracing horisontal dan tie rod pada saat
pemasangan. Lubang-lubang tie rod dibor pada plywood dengan jarak 60cm.
Formwork “Nampan” (plat baja)

Permukaan formwork jenis ini terbuat dari plat baja (t = 3mm) yang ditopang oleh rangka
hollow. Sistem sambungan las digunakan untuk menyatukan antar rangka hollow dan antara rangka
hollow dengan plat. Dimensi formwork yang digunakan di proyek ini adalah 1.22cm x 1.22cm.

Formwork jenis ini kurang dapat memberikan hasil ekspos yang bagus sehingga banyak digunakan
pada bagian struktur yang tidak terlihat (non ekspos) terutama pada footing dan bottom slab dan
pada bagian struktur lain yang akan tertimbun. Hal ini dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut :

 Permukaan berupa plat baja yang tipis sehingga setelah pemakaian beberapa kali
permukaannya menjadi tidak rata (bergelombang) dan relatif sulit untuk diratakan kembali.
 Dimensi panel relatif kecil sehingga banyak membentuk bekas sambungan pada beton,
 Sambungan antar panel cenderung kurang rata dan tidak presisi sehingga memerlukan
perhatian lebih pada saat pemasangan.

Perkuatan pada formwork ini dengan menggunakan tie rod yang dipasang pada jarak tertentu pada
lubang yang di bor pada plat baja.

Formwork Metal Form

Jenis ini permukaannya terbuat dari plat baja rata dan ditopang oleh plat-plat strip dengan jarak
15cm. Dimensi panel yang tersedia adalah 30cm x 150cm, 13cm x 150cm, 9cm,150. Formwork ini
dilengkapi dengan steel clip untuk menyatukan antar panel. Sambungan antar panel cukup presisi
sehingga menghasilkan beton ekspos yang rata dan tidak bocor (air semen keluar) pada saat
pengecoran. Pemasangan formwork ini relatif lebih mudah, hanya saja perlu dilakukan pengeboran
pada permukaan terlebih dahulu untuk lubang tie rod sebelum digunakan. Karena dimensi panel
kecil, maka pada permukaan struktur akan terlihat banyak garis sambungan antar panel.
Steel clip digunakan untuk menyambungkan antar panel baik arah vertikal maupun horisontal pada
lokasi (lubang) yang telah tersedia

Formwork Ulma

Pada dasarnya, formwork ini merupakan sistem formwork produk dari Ulma. Namun,
perlengkapannya telah disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Secara visual, formwork jenis ini
mirip dengan Paschal. Tipe ini banyak digunakan pada wall struktur drainage box culvert. Dimensi
panel standarnya adalah tinggi : 8´, 6´and 4´, lebar : 24”, 18”, 12”, 6”, 4” dan 2”. Pada bagian sudut
frame ini menggunakan cetakan khusus.
Pada sambungan antar panel digunakan klip standar dari Ulma. Pemasangannnya cukup mudah,
cukup dimasukan pada lubang yang telah tersedian dan dikencangkan dengan menggunakan palu.
Lubang tie rod juga telah tersedia pada tempat-tempat tertentu.

Bracing horisontal tidak menggunakan material standar dari Ulma, akan tetapi menggunakan
material yang tersedia di sekitar proyek (lokal) yaitu double hollow 60x30. Dimensinya telah
dilakukan analisa perhitungan sehingga dapat menahan beban yang bekerja pada dinding/formwork.

Formwork Noe

Formwork sistem yang digunakan pada proyek ini berukuran 75x275 cm dengan berat 28.59 kg/m²
per panel. Panel ini dapat mendukung beban hidrostasis dari beton sebesar 50 kN/m².

Formwork tersebut banyak digunakan pada struktur drainage box culvert pada bagian
dinding. Sambungan antar panel dilakukan dengan menggunakan clip standar. Pemasangannya
cukup mudah yaitu dengan memasang klip pada tepi antar frame dengan menggunakan alat bantu
palu. Pada panel standar, telah tersedia lubang untuk tie rod.
APLIKASI SISTEM FORMWORK

Pada prinsipnya, masing-masing formwork tersebut dapat digunakan pada setiap elemen struktur
seperti pada lantai, dinding, plat lantai. Namun dengan mempertimbangkan lokasi struktur, mutu
hasil pekerjaan dan ketersediaan material formwork, dan kemudahan pemasangannya, penggunaan
masing-masing jenis formwork di lapangan dapat dilihat pada berikut :

KALA ULANG PENGGUNAAN

Penggunaan masing-masing jenis formwork dimana material tersebut masih kuat menahan beban
yang ada serta masih dapat memberikan hasil permukaan beton (ekspose) sesuai persyaratan ,
dapat disajikan dalam berikut ini.

TINJAUAN MUTU HASIL PEKERJAAN

Mutu hasil pekerjaan dinilai dari kondisi permukaan beton setelah masing-masing formwork dibuka.
Penilaian dilakukan dengan mengacu pada item penilaian yang terdapat dalam Quality-Passing. Nilai
Quality-Passing pada permukaan beton untuk masing-masing jenis formwork dapat disajikan dalam
tabel berikut.
HASIL ANALISA

Dari hasil analisa di atas, dapat dinilai masing-masing formwork berdasarkan komponen
pendukungnya. Penilaian disusun dengan kriteria sebagai berikut :

Siklus pemakaian

Nilai tertinggi diberikan pada formwork yang mampu digunakan berulang kali (paling lama masa
penggunaannya).

Biaya pemasangan

Nilai tertinggi diberikan pada type formwork yang dapat memberikan harga pemasangan yang paling
murah (dari sisi tenaga kerja).

Penggunaan Alat

Nilai tertinggi diberikan pada jenis formwork yang tingkat ketergantungan terhadap crane terendah.

Mutu hasil pekerjaan

Nilai tertinggi diberikan pada jenis formwork yang mampu memberikan mutu hasil pekerjaan yang
paling bagus melalui pendekatan nilai Q-Pass.

Pada tinjauan pemilihan berbagai jenis formwork pada masa mendatang, dapat dilakukan dengan
memperhitungkan biaya pembelian dan pembuatan masing-masing jenis fomwork sehingga dapat
dilakukan perbandingan biaya untuk berbagai kondisi proyek.
0

Beton Pracetak
Ilmu Konstruksi 12:55 PM Beton

Industrialisasi dalam konstruksi bangunan adalah perkembangan alamiah sebagaimana juga


telah menimpa pada industri yang lain. Justru lebih lambat ketimbang yang lain karena lebih
besarnya rintangan yang dihadapi dalam industri bangunan, yang tidak sekedar bersifat
Fashionable trend (kecenderungan mode mutakhir), tetapi juga berkaitan dengan pernyataan
nilai yang menuntut : Perubahan sikap mental dan pikiran baru dari sebagian ahli bangunan.

Selama ini orang merasa terikat kepada rumah yang harus di hargai secara individual, maka
tentu saja orang akan merasakan sesuatu yang lain ketika tiba-tiba akomodasi tempat tinggal
:

 Disediakan dalam bentuk blok-blok atau flat-flat yang bukan bangunan sebagaimana
biasanya.
 Bangunan tidak didesain secara khusus sebagaimana permintaan penggunanya secara
individu.
 Bangunan didirikan dalam bentuk produk yang telah selesai tanpa ada kesempatan
intervensi lagi dari pemakainya.
 Bangunan di desain dengan penampilan yang serupa atau bahkan sama.
 Perangkat bangunan yang langsung jadi jika ingin mendesain dan membangun secara
individu.
 Dengan pilihan yang sangat terbatas.

Industri bangunan mestinya juga membuat progress; penggunaan crane dan mesin-mesin lain
tetapi dengan cara yang lebih luas. Ketertinggalan dalam industri bangunan dikembangkan
dengan cara industrialisasi yang terotomastisasi dalam seluruh prosesnya sejak persiapan dan
moulding (pembuatan percetakan), casting (percetakan), concreting (pengecoran),
prestressing (penegangan), storage (penyimpanan), transportation (pengangkutan), erection
(pendirian), lifting (pengangkatan) dan handling (penanganan).
Prefabrication (prefabrikasi) adalah industrialisasi metode konstruksi di mana komponen-
komponennya diproduksi secara massal dirakit (assemble) dalam bangunan dengan bantuan
crane dan alat-alat pengangkat dan penanganan yang lain.
Prefabricated Structural Components (Komponen Struktur Prefabrikasi) dibuat dari beton
melalui precast units/precast numbers atau precast elements (unit cetakan) tergantung pada
alternative penggunaannya, percetakan dikontrol dengan baik diberi waktu untuk pengerasan
dan mencapai kekuatan tertentu yang diinginkan sebelum diangkat dan dibawa menuju tapak
kontruksi sesungguhnya untuk pembangunan. Metode konstruksi yang dibuat dengan
menggunakan komponen prefabrikasi secara kolektif disebut sebagai ‘prefabricated
contruction (konstruksi prefabrikasi). Konstruksi Prefabrikasi dapat berupa sector aktifitas
bangunan utamanya : industrial architecture (Arsitektur industri), General Engineering
(Rekayasa struktur secara umum) dan Civil Engineering.
Precast Struktural Components ( komponen Struktur Pracetak), alternatifnya dibuat untuk
bangunan pada site tertentu. Kecenderungan ini mengarah pada pabrik pembuat komponen.

Kebutuhan ideal yang harus dipenuhi dalam teknik konstruksi bangunan dengan sistem
konstruksi prefabrikasi :

 Kemampuan pembuatan melalui metode mekanis (beban bawaan dan komponen yang
tertutup).
 Kemungkinan sambungan dan koneksi struktural yang layak dan memungkinkan
untuk dibuat dengan cara yang paling sederhana.
 Secara simultan kemungkinan untuk pelaksanaan fungsinya akibat beban bawaan dan
lketerbatasan ruang geraknya.

Hal yang paling penting adalah bahwa material harus memiliki kualifikasi sebagai berikut :

 Mengisolasi panas, tahan air dan anti pembusukan.


 Anti api dan dapat dicetak secara volumetric.
 Dapat dipaku dan digergaji sehingga memungkinkan untuk perubahan.
 Tidak banyak membutuhkan pemeliharaan (maintenance).
 Memiliki kekuatan yang tinggi.

Keuntungan dan Permasalahan Konstruksi Prefabrikasi

Beberapa keuntungan konstruksi prefabrikasi dalam industri bangunan adalah :

 Waktu konstruksi yang lebih cepat, sejak pekerjaan struktur di tapak, konstruksi
pondasi dan pendirian komponen prefabrikasi.
 Jumlah material yang dibutuhkan tidak berkurang
 Produksi unit precast dalam skala luas menjadikan lebih praktis untuk menggunakan
mesin dan karenanya kebutuhan jumlah pekerja yang terlalu banyak dapat diatasi
 Pengurangan kebutuhan tenaga kerja manusia dan menuntut memiliki keahlian yang
lebih
 Kualitas yang dihasilkan lebih baik sebagai hasil proses pabrik yang selalu di bawah
pengawasan yang ketat dan tetap, penggunaan mesin dan lingkungan kerja yang rapi
 Pekerjaan konstruksi dapat dilaksanakan tanpa tergantung pada kondisi cuaca

Permasalahan dalam konstruksi prefabrikasi adalah :

 Transportasi komponen dari pabrik ke proyek


 Kesulitan dalam penanganan di lapangan khususnya dalam erection (pendirian),
lifting (pengangkatan) dan connecting (penyambungan pada saat finalisasi konstruksi)
 Pelaksanan yang demikian berarti ada tambahan biaya dan problem teknis.
Sejarah Perkembangan Sistem Pracetak

Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan
dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini bisa dimaklumi, karena bahan-bahan
pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet, mudah dibentuk dan harganya
relatif terjangkau. Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian dalan sistem beton
konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan kurang bersih, kontrol kualitas
yang sulit ditingkatkan serta bahan-bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin
lama semakin mahal dan langka.
Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era
millennium baru ini. Pada dasarnya sistem ini melakukan pengecoran komponen di tempat
khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi ) untuk disusun
menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan sistem ini, antara lain mutu yang terjamin,
produksi cepat dan massal, pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan
kualitas produk yang baik. Perbandingan kualitatif antara struktur kayu, baja serta beton
konvensional dan pracetak dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem dikembangkan di
dalam negeri maupun yang didatangkan dari luar negeri. Sistem pracetak yang berbentuk
komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom plat pantai. Permasalahan mendasar
dalam perkembangan sistem pracetak di Indonesia saat ini adalah :

 Sistem ini relatif baru


 Kurang tersosialisasikan jenisnya, produk dan kemampuan sistem pracetak yang telah
ada
 Serta kendala sambungan antar komponen untuk sistem pracetak terhadap beban
gempa yang selalu menjadi kenyataan
 Belum adanya pedoman resmi mengenai tata cara analisis, perencanaan serta tingkat
kendala khusus untuk sistem pracetak yang dapat dijadikan pedoman bagi pelaku
konstruksi.
Perkembangan Sistem Pracetak Di Dunia

Sistem pracetak jaman modern berkembang mula-mula di Negara Eropa. Struktur pracetak
pertama kali digunakan adalah sebagai balok beton precetak untuk Casino di Biarritz, yang
dibangun oleh kontraktor Coignet, Paris 1891. Pondasi beton bertulang diperkenalkan oleh
sebuah perusahaan Jerman, Wayss & Freytag di Hamburg dan mulai digunakan tahun 1906.
Th 1912 beberapa bangunan bertingkat menggunakan sistem pracetak berbentuk komponen-
komponen, seperti dinding, kolom dan lantai diperkenalkan oleh John.E.Conzelmann.
Struktur komponen pracetak beton bertulang juga diperkenalkan di Jerman oleh Philip
Holzmann AG, Dyckerhoff & Widmann G Wayss & Freytag KG, Prteussag, Loser dll.
Sistem pracetak tahan gempa dipelopori pengembangannya di Selandia Baru. Amerika dan
Jepang yang dikenal sebagai negara maju di dunia, ternyata baru melakukan penelitian
intensif tentangt sistem pracetak tahan gempa pada tahun 1991. Dengan membuat program
penelitian bersama yang dinamakan PRESS ( Precast seismic Structure System).
Perkembangan Sistem Pracetak Di Indonesia
Indonesia telah mengenal sistem pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang pancang,
balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. Sistem pracetak semakin
berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti Sistem Column Slab
(1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing Wall (1997), Sistem Beam
Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem Bresphaka (1999) dan siste4m T-Cap
(2000).
Permasalahan Umum Pada Pengembangan Sistem Beton Pracetak
Ada tiga masalah utama dalam pengembangan sistem pracetak :

 Kendala sambungan antar komponen


 Belum adanya suatu pedoman perencanaan khusus untuk sistem struktur pracetak
 Kerjasama dengan perencana di bidang lain yang terkait, terutama dengan pihak
arsitektur dan mekanikal/elektrikal/plumbing.

Sistem Pracetak Beton

Pada pembangunan struktur dengan bahan beton dikenal 3 (tiga) metode pembangunan yang
umum dilakukan, yaitu sistem konvensional, sistem formwork dan sistem pracetak.
Sistem konversional adalah metode yang menggunakan bahan tradisional kayu dan triplek
sebagai formwork dan perancah, serta pengecoran beton di tempat. Sistem formwork sudah
melangkah lebih maju dari sistem konversional dengan digunakannya sistem formwork dan
perancah dari bahan metal. Sistem formwork yang telah masuk di Indonesia, antara lain
sistem Outinord dan Mivan. sistem Outinord menggunakan bahan baja sedangkan sistem
Mivan menggunakan bahan alumunium.
Pada sistem pracetak, seluruh komponen bangunan dapat difabrikasi lalu dipasang di
lapangan. Proses pembuatan komponen dapat dilakukan dengan kontol kualitas yang baik.

Metode Pelaksanaan Beton Pracetak

Beton pracetak adalah beton yang dicetak di beberapa lokasi (baik yang di cetak di
lingkungan maupun di pabrik-pabrik). Menurut SKSNI T-15-1991-03 beton pracetak adalah
komponen beton yang dicor di tempat yang bukan merupakan posisi akhir dalam suatu
struktur. Kekuatan beton yang dipakai sekitar 4000 sampai 6000 psi dan dengan kekuatan
lebih tinggi. Beton cor di tempat memerlukan lebih banyak bekisting dan minimal dalam
pemakaian ulang maksimal 10 kali, sedang untuk beton pracetak bekisting kayu atau fiber
glass bisa di pakai sampai 50 kali dengan sedikit perbaikan.

Besi Tulangan Balok Pracetak

Pengecoran Beton Pracetak

Beton Pracetak Yang Sudah Dicor


Perakitan Beton Pracetak

Pengangkutan elemen pracetak tersebut akan dipasang minimal harus mempertimbangkan


sebagai berikut :

 Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai lokasi.


 Jadwal pemasangan elemen pracetak sesuai jadwal rencana.
 Alternatif jalan lain yang dilewati seandainya ada satu jalan terjadi hambatan.
 Daya tampung lokasi proyek dalam menerima pengiriman elemen pracetak.
 Kemampuan crane dalam mengangkat elemen pracetak.

Dalam pemasangan elemen pracetak ke lokasi posisi terakhirnya,beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah :

 Site Plan
 Peralatan
 Siklus Pemasangan
 Tenaga Kerja

Site Plan

Site Plan yang ada maka akan dapat diperoleh hal-hal sebagai berikut :

 Dapat menempatkan posisi crane di lokasi proyek sehingga dapat difungsikan


semaksimal dalam elemen-elemen pracetak ke posisi terakhirnya.
 Dapat direncanakan tempat penumpukan elemen pracetak yang memudahkan
pengaturannya.

Peralatan

Dalam penggunaan elemen pracetak,menjadi pertimbangan adalah :


 Beberapa crane yang diperlukan dalam suatu proyek agar dapat digunakan
semaksimal mungkin .
 Berapa radius perputaran crane.
 Peralatan pembantu serta jumlah kebutuhan guna mendukung siklus pemasangan
elemen pracetak seperti truk,dan lain sebagainya.

Siklus Pemasangan

Secara garis besar siklus pemasangan dari elemen pracetak dapat dijabarkan sebagai berikut :

 Pengecoran elemen poer


 Pemasangan elemen balok
 Pemasangan elemen pelat
 Pengecoran over topping

Beberapa tipe elemen pracetak adalah

 POER PRECAST
 BALOK PRECAST
 HALF SLAB PRECAST
 PLANK FENDER PRECAST
 DOLPHIN
 KANSTEEN PRECAST
1

Slump Test
Ilmu Konstruksi 12:06 PM Beton
Slump test adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton dinyatakan dalam mm
ditentukan dengan alat kerucut Abram. Slump test berfungsi menentukan
kekakuan/konsistensi beton segar (fresh concrete) sehingga dapat ditentukan tingkat
workability nya. Kekakuan beton dalam suatu campuran ditunjukkan dengan penggunaan air
atau biasa disebut faktor air semen (f.a.s) yang digunakan. Pengujian slump test tersebut akan
menunjukkan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup air.

Workability tersebut dapat menilai campuan beton segar (fresh concrete) bermutu atau tidak.
Jika campuran beton terlalu cair akan membuat mutu beton tersebut rendah, dan butuh waktu
lama peneringannya. Sedangkan beton dengan kadar air kurang akan membuat campuran
tidak merata bahkan sulit untuk mencetak. Pengujian slump tes di Indonesia mengacu pada
peraturan SNI 1972-2008 dan ICS 91.100.30.

Prosedur Pengujian SLUMP adalah sebagai berikut :

 Letakkan kerucut Abram pada plat yang telah disediakan


 Masukkan campuran beton sebanyak 1/3 kerucut abram, lalu dipadatkan dengan
batang logam dengan cara menusuk-nusuk sebanyak 25-30 kali secara merata.
 Lakukan hal serupa pada pengisian campuran beton sebanyak 2/3 cetakan
 Demikian juga pada pengisian campuran beton yang terakhir dilakukan hal yang sama
 Setelah pengisian yang terakhir, bersihkan dan ratakan permukaan atas pada kerucut
abram

 Selanjutnya angkat kerucut Abram tersebut dengan perlahan dan tegak lurus ke atas
 Ukur nilai slump dengan membalikkan kerucut Abram di sebelahnya, gunakan alat
bantu stick untuk mengukur perbedaan tinggi dari campuran tersebut.
NILAI SLUMP UNTUK BERBAGAI PEKERJAAN BETON

(Toleransi nilai slump dari beton segar ± 2 cm )

Berikut adalah gambaran Komparasi antara Strength dan Workability


Pada Grafik terlihat bahwa semakin besar kadar air (f.a.s) maka stregth dari campuran
tersebut akan menurun. dan perbedaan tinggi hasil slump test ditunjukkan dengan nilai yang
besar.
Dapat disimpulkan semakin besar nilai slump semakin rendah mutu/strenght dari campuran
beton tersebut.
Demikian juga apabila semakin kecil nilai slump maka mutu campuran beton tersebut
semakin baik, akan tetapi akan membuat campuran susah merata dan faktor segregasi
(pemisahan agregat kasar dan halus) akan besar.
Oleh karena itu dalam menentukan campuran beton sesuai job mix design selain dari faktor
agregat halus, agregat kasar dan kadar semen, faktor air semen (f.a.s) sangat menentukan
hasil akhir suatu campuran.

Anda mungkin juga menyukai