Disusun Oleh :
Kelompok 9
Anggota :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atasa bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusun
iii
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...............................................................................2
1.3 Maksud dan Tujuan................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Faktor-Faktor yang Termasuk Lingkungan Ternak.............................5
3.2 Pengaruh Unsur-Unsur Lingkungan Fisik Terhadap Produktivitas
Penampilan Ternak................................................................................8
3.3 Pengaruh Temperatur Tinggi Lingkungan pada Ternak
Puyuh................................................................................................11
3.4 Cara Adaptasi Ternak Puyuh Terhadap Lingkungan..........................13
BAB IV PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan..........................................................................................15
4.2 Saran.....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
1
I
PENDAHULUAN
II
TINJAUAN PUSTAKA
demikian membuat ternak berada dalam tingkatan tidak nyaman dan menstimulir
reaksi proses fisiolgi tertentu yang membawa perubaran tingkah laku, yang
mencakup menurunnya feedintake dan sejumlah pengurangan efisiensi nisbah
input dan output energi. Dampak utama perubahan temperatur tidak langsung
bereaksi tetapi melaui jalur tidak langsung. Apabila kondisi temperatur yang
tinggi berlangsung terus, maka pengaruh tidak langsung terhadap ternak harus
melalui ketidakcukupan atau minimnya pakan, penyakit dan parasit akan
membuat roda tersebut roboh. Apabila beberapa jarinya hancur maka lingkungan
yang demikian membuat ternak menjadi kurang menguntungkan baik efisiensinya
maupun total produktivitasnya. (Bonsma, 1958)
5
III
PEMBAHASAN
Meskipun curah hujan keseluruhan berkisar antara 254 sampai 508 mm,
hujan dapat turun lebih lebatt meskipun kejadian itu sangat jarang. Iklim yang ada
diberbagai daerah tidaklah sama, melainkan bervariasi tergantung dari faktor-
faktor yang tak dapat dikendalikan (tetap) seperti altitude (letak daerah dari
ekuator, distribusi daratan dan air, tanah dan topografinya) dan latitude
(ketinggian tempat) dan faktor-faktor tidak tetap (variabel) seperti aliran air laut,
angin, curah hujan, drainase dan vegetasi.
6
Temperatur Lingkungan
Kelembaban Lingkungan
Kelembaban adalah jumlah uap air dalam udara. Kelembaban udara penting,
karena mempengaruhi kecepatan kehilangan panas dari ternak. Kelembaban dapat
menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas melalui kulit dan saluran
pernafasan (Chantalakhana dan Skunmun dalam Sientje, 2003).
Kelembaban biasanya diekspresikan sebagai kelembaban relatif (Relative
Humidity = RH) dalam persentase yaitu ratio dari mol persen fraksi uap air dalam
volume udara terhadap mol persen fraksi kejenuhan udara pada temperatur dan
tekanan yang sama (Yousef dalam Sientje, 2003). Pada saat kelembaban tinggi,
evaporasi terjadi secara lambat, kehilangan panas terbatas dan dengan demikian
mempengaruhi keseimbangan termal ternak (Chantalakhana dan Skunmun dalam
Sientje, 2003)..
7
Iklim di indonesia adalah Super Humid atau panas basah yaitu klimat yang
ditandai dengan panas yang konstan, hujan dan kelembaban yang terus menerus.
Temperatur udara berkisar antara 21.11°C-37.77°C dengan kelembaban relatir 55-
100 persen. Suhu dan kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan stress
pada ternak sehingga suhu tubuh, respirasi dan denyut jantung meningkat, serta
konsumsi pakan menurun, akhirnya menyebabkan produktivitas ternak rendah.
Selain itu berbeda dengan factor lingkungan yang lain seperti pakan dan
kesehatan, maka iklim tidak dapat diatur atau dikuasai sepenuhnya oleh manusia.
Curah Hujan
Selama musim hujan, rata-rata temperatur udara lebih rendah, sedangkan
kelembaban tinggi dibanding pada musim panas. Jumlah dan pola curah hujan
adalah faktor penting untuk produksi tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk
suplai makanan bagi ternak.
Angin
Menurut Yousef dalam Sientje (2003) angin diturunkan oleh pola tekanan
yang luas dalam atmosfir yang berhubungan dengan sumber panas atau daerah
panas dan dingin pada atmosfir. Kecepatan angin selalu diukur pada ketinggian
tempat ternak berada. Hal ini penting karena transfer panas melalui konveksi dan
evaporasi di antara ternak dan lingkungannya dipengaruhi oleh kecepatan angin.
Radiasi Matahari
Menurut Yousef dalam Sientje (2003), Radiasi matahari dalam suatu
lingkungan berasal dari dua sumber utama :
(1) Temperatur matahari yang tinggi
(2) Radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir
8
2.Kelembaban Udara
pada sore hari. Ternak yang selalu ada didalam kandang perlu diperhatikan
kelembabannya.
3.Energi Radiasi
Ternak di daerah tropis perlu diadakan pengontrolan keseimbangan panas
tubuhnya. Radiasi yang datang bisa berasal dari matahari, hewan, tumbuhan dan
benda-benda lain yang memantulkan sinar. Energi radiasi yang diterima saling di
pantulkan, sehingga menyebabkan suhu udara menjadi meningkat. Secara umum
energi radiasi mempunyai korelasi negatif dengan kelembaban, tetapi level radiasi
mempunyai korelasi positif dengan temperatur maksimum. Permukaan yang
berwarna putih banyak memantulkan sinar, bagi ternak yang berbulu putih lebih
tahan di gembalakan dari pada yang berwarna lainnya. Ternak yang berwarna
hitam lebih mudah terengah-engah sewaktu berada di padang pengembalaan yang
terkena sinar matahari langsung.
4.Gerakan Udara
Pergerakan udara dapat juga disebut angin. Angin bergerak dari daerah padat arah
udara renggang. Angin membawa panas tubuh ternak melalui pergerakannya. Laju
gerakan udara bergerak di atas permukaan kulit ternak mempengaruhi laju
pelepasan panas tubuh. Pelepasan panas tubuh ternak akan sulit dibawa angin
apabila bulu tubuh tidak dapat di tembus atau banyak kotoran yang melekat.
Pelepasan panas tubuh ternak secara evaporasi sangat bergantung pada cepat atau
lambatnya pergerakan udara di sekitar tubuh ternak. Pelepasan panas tubuh ternak
akan mudah terjadi jika suhu udara sedang dan kecepatan angin tinggi. Angin
akan membawa panas tubuh secara konduksi sepanjang temperatur udara rendah
bila dibandingkan temperatur permukaan kulit. Akan tetapi jika pergerakan udara
semakin meningkat maka radiasi matahari menjadi bertambah. Angin yang
mempunyai kecepatan sekitar 8 km/jam-16 km/jam didaerah panas penting untuk
menolong ternak yang tercekam panas. Angin yang berhembus di malam hari
dengan kecepatan sekitar 8 km/jam-16 km/jam kurang menguntungkan bagi
kehidupan ternak di daerah tropis.
10
5.Curah Hujan
6.Cahaya
Periode cahaya dalam satu hari dinamakan foto periode dan didefenisikan sebagai
waktu matahari terbit dan terbenam. Cahaya sinar matahari secara fisiologis
mempengaruhi tubuh ternak, cahaya yang diterima oleh mata ternak disalurkan ke
hipotalamus yang dapat mensekresi hormon yang dapat berfungsi untuk
melestarikan hormon-hormon lain yang di keluarkan oleh target organ.
7. Tekanan Udara
Di daerah tropis tekanan udara tergantung pada letak daerah. Daerah ditepi pantai
tekanan udaranya lain dengan yang berada di pegunungan. Menurunnya tekanan
atmosfir akan merangsang jumlah konsumsi, tetapi jika tekanan tinggi sebagian
makanan yang normal diberikan tidak akan dimakan ternak. Berdasarkan hasil
penelitian sapi Bali di Timor pada ketinggian tempat yang berbeda menunjukkan
penampilan yang berbeda pula. Pengembangan peternakan dengan
memperhatikan unsur-unsur lingkungan merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan produktivitas.
Temperatur dapat diartikan sebagai tingkat kalor baik dari radiasi, konveksi
maupun konduksi dalam suatu tempat dan waktu tertentu. Jika tingkat kalor
tinggi, maka temperatur dianggap semakin tinggi pula. Temperatur suatu tempat
berbeda dengan tempat yang lainnya, tergantung dari koordinat geometri ( garis
lintang dan bujur ) serta ketinggian tempat. Hal tersebut yang membedakan
persebaran hewan di dunia, antara hewan dengan adaptasi tropis dan adaptasi sub
tropis, hewan dataran rendah dan dataran tinggi. Maka dari itu pula setiap hewan
khususnya hewan ternak memiliki tingkat ketahanan suhu yang berbeda.
Dicontohkan katahanan suhu sapi Frisian Holstein berbeda dengan sapi Ongole,
berbeda pula antara Burung puyuh hutan dan yang sudah domestikasi.
Temperatur yang tinggi menyebabkan sisi negatif yang besar khususnya bagi
hewan aves. Dengan hal tersebut, ternak unggas akan mengalami pengurangan
konsumsi pakan,efisiensi pakan, bobot hidup, serta kecepatan pertumbuhan yang
memepengaruhi produksi dan kualitas telur (Ozbey and Ozcelik, 2004 ).
Temperatur tinggi bertindak sebagai stres, yang berasal dari lingkungan luar.
Pada penelitian yang dilakukan, suhu tinggi ( 35o C ) diberikan kepada Puyuh
Jepang dalam jangka waktu enam minggu. Lalu dihitung adanya perbedaan antara
Burung Puyuh yang dipelihara normal dan suhu tinggi melalui performans yang
12
Setika respon tersebut telah berjalan, maka ternak menjadi stres. Dalam usahanya
untuk menjadikan normal, pada tubuhnya dan perilakunya berkaitan dengan
toleransi, adaptasi, dan homeostasis. Tubuh selalu berusaha untuk mengimbangi
stres yang terjadi, agar tidak terjadi kerusakan. Toleransi berkaitan dengan
kemampuan ternak menerima stres, adaptasi berkaitan dengan kemampuan ternak
menyesuaikan diri dengan stres, dan yang ketiga adalah homeostasis yaitu
keseimbangan.
Dari penelitian didapatkan data bahwa pada perubahan temperatur yang dijadikan
sebagai stres kepada Burung Puyuh Jepang terjadi respon diantaranya.
1. Serum darah
Dari serum darah yang diambil dan dianalisa, didapat bahwa semakin tinggi
termperatur, kadar glukosa, urea, Na, trigliserida dan kloesterol meningkat secara
signifikan. Sedangkan protein, albumin, P, K, ALP mengalami penurunan yang
signifikan pula. Peningkatan kadar glukosa terjadi disebabkan oleh kelenjar
adrenalin yang berada si atas ginjal terkena respon hormon dari otak untuk
menjalankan porses fisiologis sebagai tidnakan respon terhadap stres. Karena
adrenalin bekerja, detak jantung ikut meningkat pula. Sehingga ketika Burung
Puyuh mengalami stres, detak jantungnya pun ikut meningkat. Na dan urea
meningkat karena air yang digunakan untuk proses dalam tubuh menurun.
Sehingga konsentrasi Na dan Urea meninngkat.
Dari data jurnal didapat bahwa, semakin tinggi temperatur kemungkinan untuk
survival. Semakin kecil kemugngkinanya.
1. Produksi Telur
14
Dari hasil penelitian antara temperatur dan produksi telur Burung Puyuh, terdapat
kaitan negatif antara keduanya. Sehingga performans produksi telur menjadi
menurun, bagian yang menurun adalah ukuran besar dan berat dari telur serta
tipisnya cangkang telur yang keluar.
Hal ini bukan semata – mata karena penambahan suhu, namun berkitan dengan
konsumsi pakan. Semakin tinggi temperatur semakin tidak berselera makan.
Dengan kurangnya makan, berkurang pula nutrisi untuk pembuatan telur.
15
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penampilan seekor ternak merupakan pengaruh dari faktor genetik yang
didukung oleh faktor lingkungan serta interaksi antara faktor lingkungan dan
genetik. Seekor ternak menampilkan produktivitas yang tinggi itu merupakan
dukungan dari setiap unsur secara maksimal. Lingkungan selalu ikut dimanapun
ternak itu berada dan ternak selalu berusaha untuk membentuk lingkungan yang
baik atau nyaman agar dapat berprestasi. Lingkungan fisik mempengaruhi ternak
secara langsung yaitu melalui unsur-unsur lingkungannya baik sendiri maupun
interaksi diantaranya dan secara tidak langsung melaui pakan dan penyakit.
Pengembangan peternakan dengan memperhatikan unsur-unsur lingkungan
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan.
4.2 Saran
Lingkungan fisik sangatlah penting bagi ternak dalam mengembangkan
produktivitasnya. Oleh karena itu lingkungan fisik harus diperhatikan dengan
baik. Lingkungan biologi, lingkungan kimia dan lingkungan sosial merupakan
bagian darilingkungan mikro yang tidak kalah pentingnya dari lingkungan fisik.
Agar mendapat produktivitas yang terbaik dari ternak maka perlu pula
diperhatikan lingkungan lainnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ames, 1995. Tunnel Ventilation to Alleviate Animal Heat Stress. Iowa State
University Extension.
Hafez. By. E.S.E, 1968. Adaptation of Domestic Animals. Lea and Febiger.
Philadelphia.
Horst P. dan Mathur P.K., 1989. Position of local fowl for tropically oriented
breeding activities. In genotip x environtment interaction in poultry
production. Edit, P. Merat, Jony. En-Josas (France) May 9 – 11. P: 159 –
174.
http://bannysyaibah.blogspot.co.id/2013/02/pengaruh-unsur-unsur-fisik-
lingkungan.html (diakses tanggal 17 September 2015 pukul 23.30)