Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran permasalahan siswa
SMP Negeri di Kota Bogor. Populasi penelitian berjumlah 16. 228 siswa dengan
menggunakan teknik sampling insidental dan jumlah sampel yang diambil 386
siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Uji coba
instrumen dalam penelitian ini adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas
butir instrumen penelitian menggunakan rumus korelasi product moment. Hasil
uji validitas 120 butir pernyataan dengan kriteria r-tabel yang digunakan sebesar
0,28 menghasilkan butir yang valid 94 butir dan 26 butir yang drop. Uji reliabilitas
dengan teknik uji administrasi sederhana menggunakan rumus alpha cronbach dan
di dapatkan hasil 0,92 yang berarti bahwa instrumen memiliki reliabilitas tinggi.
Analisis dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kuantitatif untuk mengetahui
tingkat permasalahan siswa kemudian mengkategorisasikannya dalam kategori
sangat bermasalah, bermasalah dan tidak bermasalah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa siswa SMP Negeri di Kota Bogor masuk dalam kategori bermasalah (62.
44%). Dengan demikian guru bimbingan dan konseling dapat segera memberikan
layanan secara preventif dan kuratif secara komprehensif yakni layanan dasar,
layanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem kepada seluruh
siswa, terutama siswa yang bermasalah.
Kata Kunci: Permasalahan Remaja, Permasalahan Siswa SMP
sering meledek dan berbuat jahil pada goncangan dan tantangan, suatu periode
temannya, 21 siswa merokok, dan 7 orang dimana perubahan fisik, intelektual, dan
mencoret-coret fasilitas umum menggunakan emosi yang terjadi menimbulkan kekecewaan
cat semprot. dan tekanan dalam diri individu dan konflik
Persoalan kenakalan yang dilakukan antara individu dengan masyarakat. Kurang
oleh siswa SMP merupakan persoalan stabil dan kurang terprediksinya peran-peran
yang cukup serius. Sehingga dibutuhkan yang diharapkan seiring dengan terjadinya
penanganan secara serius guna memperbaiki perubahan-perubahan dalam masyarakat,
perilaku sosial baru agar lebih mampu akan menjadikan proses peralihan dari masa
diterima di lingkungan masyarakat. Disinilah anak-anak menuju masa dewasa menjadi
dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan lebih sulit. Monks membagi remaja menjadi
konseling disamping kegiatan pengajaran. tiga kelompok usia, yaitu remaja awal (12
Adanya layanan BK diharapkan bisa memberi sampai 15 tahun), remaja pertengahan (15
solusi terhadap permasalahan-permasalahan sampai 18 tahun), dan remaja akhir (18
yang dihadapi oleh siswa. sampai 21 tahun). (Monks, 2006)
Dalam proses mengentaskan Tugas-tugas perkembangan pada
permasalahan siswa, guru BK harus terlebih masa remaja, antara lain:
dahulu mengetahui jenis permasalahan 1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih
siswa dan melakukan analisis kebutuhan matang dengan teman sebaya baik pria
berdasarkan data yang konkret dan validitas maupun wanita. Tugas perkembangan
dari data tersebut dapat dipertanggung pada masa remaja menuntut perubahan
jawabkan. Sehingga, permasalahan yang besar dalam sikap dan perilaku anak.
dilakukan siswa dapat diselesaikan dengan 2. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
segera secara efektif dan efisien, pencegahan Perkembangan masa remaja yang
dapat dilakukan sedini mungkin, dan siswa penting akan meggambarkan seberapa
dapat berkembang sesuai dengan tugas jauh perubahan yang harus dilakukan dan
perkembangannya. masalah yang timbul dari perubahan itu
Berdasarkan latarbelakang masalah sendiri.
yang telah diuraikan, maka perumusan 3. Menerima keadaan fisiknya dan
masalah pada penelitian ini adalah menggunakan tubuhnya secara efektif.
“bagaimana profil permasalahan siswa di Seringkali remaja sulit menerima kondisi
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri fisiknya apabila sejak kanak-kanak
di Kota Bogor ?”. Tujuan dari penelitian ini mereka sudah memiliki konsep fisik yang
adalah untuk mendapat gambaran empirik diagungkan.
siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri di Kota Bogor tahun ajaran 2015- 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku
2016 terkait permasalahan siswa SMP. sosial yang bertanggungjawab.
Menerima peran seks dewasa yang
LANDASAN TEORETIK diakui masyarakat tidaklah sulit bagi
REMAJA laki-laki, tetapi berbeda halnya dengan
Remaja mempunyai arti yang luas perempuan, karena sebagai anak-anak
mencakup kematangan mental, emosional, merka diperbolehkan memainkan peran
spasial dan fisik. Remaja diartikan sebagai sederajat.
masa perkembangan transisi antara masa 5. Mencapai kemandirian emosional
anak dan masa dewasa yang mencakup dari orangtua dan orang-orang dewasa
perubahan biologis, kognitif dan sosial lainnya. Kemandirian emosi tidaklah
emosional (Santrock, 2001). sama dengan kemandirian perilaku.
Masa remaja merupakan masa penuh 6. Mempersiapkan karir ekonomi.
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai
permasalahannya rendah artinya memiliki perempuan. Selain itu, siswa laki-laki tidak
gambaran perilaku yang tidak menyimpang mudah terpengaruh oleh hal-hal yang tidak
dan bertolak belakang di hampir setiap relevan dengan permasalahannya, sehingga
deskriptor-deskriptor permasalahan siswa tetap fokus pada apa yang menjadi tujuan
SMP. Hal ini menunjukkan perilaku yang pemecahan masalah (Bastable, 2002).
baik dan siswa mampu menyesuaikan diri
dengan segala perubahan dan perkembangan KESIMPULAN DAN SARAN
baik secara fisik maupun psikis, Berdasarkan hasil penelitian dapat
Data hasil penelitian yang disimpulkan bahwa, permasalahan siswa SMP
menunjukkan bahwa siswa SMP berada pada Negeri di Kota Bogor secara keseluruhan
kategori bermasalah senada dengan pernyataan berada pada kategoribermasalah (57,65%).
yang dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Tiga indikator yang memperoleh persentase
Amerika RAND yang menyebutkan bahwa permasalahan tertinggi, yaitu memperoleh
jenjang sekolah menengah merupakan masa informasi karir, meningkatkan keterampilan
kritis bagi remaja awal. Perilaku bermasalah belajar, dan konsep diri akademik.
siswa meningkat pada sekolah menengah dan Saran bagi guru BK diharapkan dapat
disebut-sebut sebagai penyebab terjadinya memberikan layanan dasar dalam bidang
keterasingan remaja, dikeluarkan dari karir agar siswa dapat mengenali diri dan
sekolah, dan prestasi rendah. keterampilan yang dimiliki, menggambarkan
Hasil data penelitianmenunjukkan keterampilan dan menghubungkannya dengan
bahwa sebagian besar siswa kelas VII berbagai minat dan bakat atau perencanaan
(65,22%), VIII (65,97%), dan IX (55, 91%) masa depan, dan pengenalan sekolah lanjutan
berada pada kategori bermasalah. Banyaknya (SMA/SMK) serta bagaimana mengatur
jumlah siswa di setiap kelas dengan waktu dan berkonsentrasi dalam belajar
keberagaman yang terdapat di dalamnya terhindar dari rasa cemas menghadapi UN.
(agama, budaya, tingkat ekonomi dll), Dukungan guru kelas dalam memberikan
tentunya dapat memberikan dampak negatif kesempatan pada siswa untuk mengikuti
maupun positif. Siswa yang tidak mampu layanan BK, dan mengalihtangankan siswa
menyesuaikan diri tetunya akanmenunjukkan yang memerlukan layanan kepada guru BK.
sikap atau perilaku yang tidak sesuai. Guru Orang tua juga diharapkan dapat
BK yang hanya berjumlah 2-4 orang disetiap bekerjasama dengan pihak sekolah dalam
sekolah tidak sebanding dengan jumlah memberikan informasi terkait kegiatan
siswa, yang secara langsung maupun tidak belajar siswa dan perilakunya sehari-hari.
akan mempengaruhi perhatian guru BK Dan siswa juga diharapkan dapat mengikuti
terhadap siswa. Berdasarkan observasi yang setiap layanan yang diberikan oleh guru BK
dilakukan, peneliti juga menemukan masih dan segera melapor kepada guru atau orang
ada guru BK yang memiliki tugas lain tua seandainya memiliki masalah.
yaitu sebagai Pembina ekstrakulikuler dan
kesiswaan. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan jenis kelamin American School Counselor Association.
menunjukkan bahwa siswa perempuan (2004). ASCA National Standards for
memiliki permasalahan yang cenderung Students. Alexandria, VA: ASCA.
lebih tinggi atau bermasalah dari pada Bastable, S. (2002). Perawat Sebagai
laki-laki. Perbedaan yang menonjol antara Pendidik: Prinsip-prinsip
laki-laki dan perempuan terletak pada arah Pembelajaran dan Pengajaran. (G.
pengenalan masalahnya. Siswa laki-laki Wulandari & G. Widiyanti, Trans.
cenderung suka menerapkan pendekatan ). Jakarta: EGC. (Original work
baru sehingga memiliki lebih banyak cara published 1997)
memecahkan masalah dibandingkan siswa