Anda di halaman 1dari 6

134 Profil Permasalahan Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Bogor

PROFIL PERMASALAHAN SISWA SEKOLAH MENENGAH


PERTAMA (SMP) NEGERI DI KOTA BOGOR

Weni Nur Wendari1


Aip Badrujaman2
Atiek Sismiati S.3

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran permasalahan siswa
SMP Negeri di Kota Bogor. Populasi penelitian berjumlah 16. 228 siswa dengan
menggunakan teknik sampling insidental dan jumlah sampel yang diambil 386
siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Uji coba
instrumen dalam penelitian ini adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas
butir instrumen penelitian menggunakan rumus korelasi product moment. Hasil
uji validitas 120 butir pernyataan dengan kriteria r-tabel yang digunakan sebesar
0,28 menghasilkan butir yang valid 94 butir dan 26 butir yang drop. Uji reliabilitas
dengan teknik uji administrasi sederhana menggunakan rumus alpha cronbach dan
di dapatkan hasil 0,92 yang berarti bahwa instrumen memiliki reliabilitas tinggi.
Analisis dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kuantitatif untuk mengetahui
tingkat permasalahan siswa kemudian mengkategorisasikannya dalam kategori
sangat bermasalah, bermasalah dan tidak bermasalah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa siswa SMP Negeri di Kota Bogor masuk dalam kategori bermasalah (62.
44%). Dengan demikian guru bimbingan dan konseling dapat segera memberikan
layanan secara preventif dan kuratif secara komprehensif yakni layanan dasar,
layanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem kepada seluruh
siswa, terutama siswa yang bermasalah.
Kata Kunci: Permasalahan Remaja, Permasalahan Siswa SMP

PENDAHULUAN tersebut menjadikan siswa SMP berada


Siswa sekolah menengah pertama pada masa yang banyak menarik perhatian
berada pada tahap remaja awal dengan rentang karena sifat-sifat khas yang dimilikinya.
usia antara 12-15 tahun. Pada usia ini, siswa Perkembangan emosi siswa pada usia remaja
berada dalam masa pubertas, dimana terjadi awal menunjukkan sifat yang sensitif dan
transisi dan perkembangan pada dirinya baik rekreatif (kritis), emosinya sering bersifat
secara fisik, psikis, maupun secara sosial negatif dan temperamental. Melalui interaksi
(Sarwono, 2011). Siswa mulai meninggalkan sosial timbal balik dengan lingkungan yang
peran sebagai anak-anak dan berusaha tidak kurang baik, mereka akan mudah tergoda
tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap untuk melakukan berbagai kenakalan.
ini adalah penerimaan terhadap bentuk Studi pendahuluan yang dilakukan
kondisi fisik serta berupaya mengembangkan oleh peneliti pada beberapa siswa Sekolah
diri melalui pergaulan dengan membentuk Menengah Pertama di Kota bogor pada 1
teman sebayanya (peer group). Oktober 2015 bahwa, dari 30 siswa yang
Perubahan dan perkembangan diwawancarai menujukkan 15 siswa mengaku
pernah membolos dan menyontek, 30 siswa
1
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, weninurwendari72@gmail. com
2
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, aip_bj@yahoo. com
3
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, atiek. sismiati@yahoo. com

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


Profil Permasalahan Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Bogor 135

sering meledek dan berbuat jahil pada goncangan dan tantangan, suatu periode
temannya, 21 siswa merokok, dan 7 orang dimana perubahan fisik, intelektual, dan
mencoret-coret fasilitas umum menggunakan emosi yang terjadi menimbulkan kekecewaan
cat semprot. dan tekanan dalam diri individu dan konflik
Persoalan kenakalan yang dilakukan antara individu dengan masyarakat. Kurang
oleh siswa SMP merupakan persoalan stabil dan kurang terprediksinya peran-peran
yang cukup serius. Sehingga dibutuhkan yang diharapkan seiring dengan terjadinya
penanganan secara serius guna memperbaiki perubahan-perubahan dalam masyarakat,
perilaku sosial baru agar lebih mampu akan menjadikan proses peralihan dari masa
diterima di lingkungan masyarakat. Disinilah anak-anak menuju masa dewasa menjadi
dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan lebih sulit. Monks membagi remaja menjadi
konseling disamping kegiatan pengajaran. tiga kelompok usia, yaitu remaja awal (12
Adanya layanan BK diharapkan bisa memberi sampai 15 tahun), remaja pertengahan (15
solusi terhadap permasalahan-permasalahan sampai 18 tahun), dan remaja akhir (18
yang dihadapi oleh siswa. sampai 21 tahun). (Monks, 2006)
Dalam proses mengentaskan Tugas-tugas perkembangan pada
permasalahan siswa, guru BK harus terlebih masa remaja, antara lain:
dahulu mengetahui jenis permasalahan 1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih
siswa dan melakukan analisis kebutuhan matang dengan teman sebaya baik pria
berdasarkan data yang konkret dan validitas maupun wanita. Tugas perkembangan
dari data tersebut dapat dipertanggung pada masa remaja menuntut perubahan
jawabkan. Sehingga, permasalahan yang besar dalam sikap dan perilaku anak.
dilakukan siswa dapat diselesaikan dengan 2. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
segera secara efektif dan efisien, pencegahan Perkembangan masa remaja yang
dapat dilakukan sedini mungkin, dan siswa penting akan meggambarkan seberapa
dapat berkembang sesuai dengan tugas jauh perubahan yang harus dilakukan dan
perkembangannya. masalah yang timbul dari perubahan itu
Berdasarkan latarbelakang masalah sendiri.
yang telah diuraikan, maka perumusan 3. Menerima keadaan fisiknya dan
masalah pada penelitian ini adalah menggunakan tubuhnya secara efektif.
“bagaimana profil permasalahan siswa di Seringkali remaja sulit menerima kondisi
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri fisiknya apabila sejak kanak-kanak
di Kota Bogor ?”. Tujuan dari penelitian ini mereka sudah memiliki konsep fisik yang
adalah untuk mendapat gambaran empirik diagungkan.
siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri di Kota Bogor tahun ajaran 2015- 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku
2016 terkait permasalahan siswa SMP. sosial yang bertanggungjawab.
Menerima peran seks dewasa yang
LANDASAN TEORETIK diakui masyarakat tidaklah sulit bagi
REMAJA laki-laki, tetapi berbeda halnya dengan
Remaja mempunyai arti yang luas perempuan, karena sebagai anak-anak
mencakup kematangan mental, emosional, merka diperbolehkan memainkan peran
spasial dan fisik. Remaja diartikan sebagai sederajat.
masa perkembangan transisi antara masa 5. Mencapai kemandirian emosional
anak dan masa dewasa yang mencakup dari orangtua dan orang-orang dewasa
perubahan biologis, kognitif dan sosial lainnya. Kemandirian emosi tidaklah
emosional (Santrock, 2001). sama dengan kemandirian perilaku.
Masa remaja merupakan masa penuh 6. Mempersiapkan karir ekonomi.
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


136 Profil Permasalahan Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Bogor

sebelum remaja memilih pekerjaan dan hambatan-hambatan siswa dalam mencapai


memepersiapkan diri untuk bekerja. kesuksesan yaitu, perkembangan pribadi,
(Hurlock, 2001) perkembangan akademik, perkembangan
sosial, dan perkembangan karir. Keempat
PERMASALAHAN SISWA aspek perkembangan tersebut menjadi
Masalah ialah suatu kesenjangan kompetensi dasar siswa yang jika tidak
antara apa yang seharusnya terjadi dengan terpenuhi akan menimbulkan beragai
apa yang sudah terjadi tentang suatu perihal, masalah. Hal ini selaras dengan 4 bidang
atau kesenjangan antara kenyataan yang layanan bimbingan dan konseling:
terjadi dengan yang seharusnya terjadi serta 1. Perkembangan Pribadi, diantaranya
harapan dan kenyataannya (Creswel, 2002). masalah kesehatan, fisik, dan perilaku
Secara sederhana masalah dapat konsumtif. (Enung, 2010)
diartikan sebagai sesuatu yang menghambat, 2. Perkembangan Sosial, diantaranya
merintangi, atau mempersulit seseorang hubungan interpersonal, perilaku moral,
mencapai maksud dan tujuan tertentu. Bentuk seksual, dan penyalahgunaan obat-obatan
konkret dari hambatan atau rintangan itu Terlarang (NAPZA). (Desmita, 2005)
dapat bermacam-macam, misalnya godaan, 3. Perkembangan Akademik, diantaranya
gangguan dari dalam atau dari luar, tantangan konsep diri akademik, keterampilan
yang ditimbulkan oleh situasi hidup. Masalah meningkatkan belajar, dan mencapai
yang timbul dalam kehidupan siswa di sekolah sukses dalam belajar. (ASCA, 2004)
beraneka ragam, salah satunya masalah 4. Perkembangan Karir, diantaranya
perkembangan individu. Pengawasan mengembangkan kesadaran karir dan
terhadap remaja harus dilakukan sedini memperoleh informasi karir. (ASCA,
mungkin untuk meminimalisir terjadinya 2004)
masalah yang lebih besar. Selain orang Adapun beberapa faktor yang
tua dan lingkungan bermain, lingkungan mempengaruhi kenakalan remaja, yaitu
sekolahpun juga memiliki perasan penting identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin,
dalam memantau perkembangan melalui harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai
kegiatan yang dilakukan siswa di sekolah. di sekolah, proses keluarga, pengaruh teman
Siswa SMP merupakan remaja sebaya, kelas sosial ekonomi, dan kualitas
awal yang berada pada fase negatif. Secara lingkungan sekitar tempat tinggal. (Santrock,
garis besar sifat-sifat negatif tersebut yaitu, 2003).
negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani
maupun prestasi mental, dan negatif dalam METODE PENELITIAN
sikap soial, baik dalam bentuk menarik diri Tujuan penelitian adalah untuk
dalam lingkungan maupun dalam bentuk mendapatkan gambaran empirik siswa
agresif terhadap lingkungan (Yusuf, 2006). Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di
Pada masa transisi dari fase anak-anak Kota Bogor terkait permasalahan siswa SMP.
menuju remaja awal, memungkinan siswa Penelitian dilakukan pada bulan November
mengalami masa krisis, yang ditandai 2015 – Desember 2015 di 17 SMP Negeri di
dengan kecenderungan munculnya masalah- Kota Bogor.
masalah dan kenakalan remaja. Kondisi ini Metode penelitian yang digunakan
membutuhkan perhatian lebih dari berbagai adalah deskriptif dengan jenis penelitian
pihak. Keluarga, lingkungan sosial, dan juga survei. Populasi dalam penelitian ini adalah
pihak sekolah. siswa kelas VII, VIII dan IX SMP Negeri
ASCA (American School Counselor di Kota Bogor dengan jumlah keseluruhan
Association) mengungkapkan bahwa terdapat 16. 228 siswa. Sampel dalam penelitian ini
4 Aspek perkembangan yang harus dicapai berjumlah 386 siswa dengan menggunakan
oleh siswa dengan tujuan untuk meminimalisir

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


Profil Permasalahan Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Bogor 137

rumus Slovin. Teknik sampling yang


digunakan adalahinsidental sampling yang
termasuk ke dalam jenis probabilitysampling
teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel (Sugiyono, 2011).
Penelitian ini menggunakan kuesioner
“Permasalahan Siswa” yang merujuk pada 4
aspek kompetensi perkembangan siswa yang
Hasil penelitian secara keseluruhan
dikemukakan oleh ASCA. Setelah dilakukan
menunjukkan 1. 04% tingkat permasalahan
uji coba menggunakan rumus korelasi
siswa berada pada kategori sangat
product moment pada 80 siswa SMP Negeri
bermasalah atau setara dengan tinggi. Siswa
didapat 94 item yang valid dan 26 item
pada kategori sangat bermasalah artinya
yang drop. Sedangkan berdasarkan rumus
memiliki perilaku yang merugikan diri
Alpha Cronbach didapat nilai reliabilitas
sendiri dan orang lain. Terdapat kesenjangan
sebesar 0. 92 yang diinterpretasikan memiliki
antara kenyataan yang dilakukan oleh siswa
reliabilitas sangat tinggi.
dengan harapan perilaku dalam masyarakat
yang dilakukan secara terus-menerus di
hampir setiap aspek dan indikator. Senada
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan pernyataan W. Creswell Jhon bahwa
Hasil penelitian menunjukkan masalah ialah suatu kesenjangan antara
bahwa sebagian besar (62. 44%) siswa SMP apa yang seharusnya terjadi dengan apa
Negeri memiliki tingkat permasalahan yang yang sudah terjadi tentang suatu perihal,
berada pada kategori bermasalah (sedang), 4 atau kesenjangan antara kenyataan yang
siswa (1. 04%) berada pada kategori sangat terjadi dengan yang seharusnya terjadi serta
bermasalah (tinggi), dan 141 siswa (36. harapan dan kenyataannya. Siswa yang
53%) berada pada kategori tidak bermasalah berada pada kategori bermasalah (sedang)
(rendah). mencapai persentase 62. 44%. Siswa dengan
tingkat permasalahan berada pada kategori
Tabel 1
bermaslah (sedang) artinya memiliki
Kategorisasi
perilaku yang menghambat, menganggu, dan
Kategorisasi Fr % merintangi diri untuk mencapai suatu tujuan
Sangat Berma- serta merugikan diri sendiri dan orang lain.
>220 4 1. 04% Andi Mappiere juga mengungkapkan
salah
140 - 62. bahwa perilaku menyimpang disebut juga
Bermasalah 241 dengan tingkah laku bermasalah. Tingkah
220 44%
Tidak Berma- 36.
laku bermasalah masih dianggap wajar jika
<140 141 hal ini terjadi pada remaja. Maksudnya,
salah 53%
tingkah laku ini masih terjadi dalam batas ciri-
Total 386 100%
ciri pertumbuhan dan perkembangan sebagai
akibat dari perubahan yang terjadi pada
Grafik 1 remaja secara fisik dan psikis. Berdasarkan
Permasalahan Siswa analisis permasalahan siswa secara
keseluruhan juga menunjukkan masih adanya
siswa yang masuk dalam kategori tidak
bermasalah (rendah) sebesar 36. 53%. Siswa
pada kategori tidak bermasalah atau tingkat

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


138 Profil Permasalahan Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Bogor

permasalahannya rendah artinya memiliki perempuan. Selain itu, siswa laki-laki tidak
gambaran perilaku yang tidak menyimpang mudah terpengaruh oleh hal-hal yang tidak
dan bertolak belakang di hampir setiap relevan dengan permasalahannya, sehingga
deskriptor-deskriptor permasalahan siswa tetap fokus pada apa yang menjadi tujuan
SMP. Hal ini menunjukkan perilaku yang pemecahan masalah (Bastable, 2002).
baik dan siswa mampu menyesuaikan diri
dengan segala perubahan dan perkembangan KESIMPULAN DAN SARAN
baik secara fisik maupun psikis, Berdasarkan hasil penelitian dapat
Data hasil penelitian yang disimpulkan bahwa, permasalahan siswa SMP
menunjukkan bahwa siswa SMP berada pada Negeri di Kota Bogor secara keseluruhan
kategori bermasalah senada dengan pernyataan berada pada kategoribermasalah (57,65%).
yang dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Tiga indikator yang memperoleh persentase
Amerika RAND yang menyebutkan bahwa permasalahan tertinggi, yaitu memperoleh
jenjang sekolah menengah merupakan masa informasi karir, meningkatkan keterampilan
kritis bagi remaja awal. Perilaku bermasalah belajar, dan konsep diri akademik.
siswa meningkat pada sekolah menengah dan Saran bagi guru BK diharapkan dapat
disebut-sebut sebagai penyebab terjadinya memberikan layanan dasar dalam bidang
keterasingan remaja, dikeluarkan dari karir agar siswa dapat mengenali diri dan
sekolah, dan prestasi rendah. keterampilan yang dimiliki, menggambarkan
Hasil data penelitianmenunjukkan keterampilan dan menghubungkannya dengan
bahwa sebagian besar siswa kelas VII berbagai minat dan bakat atau perencanaan
(65,22%), VIII (65,97%), dan IX (55, 91%) masa depan, dan pengenalan sekolah lanjutan
berada pada kategori bermasalah. Banyaknya (SMA/SMK) serta bagaimana mengatur
jumlah siswa di setiap kelas dengan waktu dan berkonsentrasi dalam belajar
keberagaman yang terdapat di dalamnya terhindar dari rasa cemas menghadapi UN.
(agama, budaya, tingkat ekonomi dll), Dukungan guru kelas dalam memberikan
tentunya dapat memberikan dampak negatif kesempatan pada siswa untuk mengikuti
maupun positif. Siswa yang tidak mampu layanan BK, dan mengalihtangankan siswa
menyesuaikan diri tetunya akanmenunjukkan yang memerlukan layanan kepada guru BK.
sikap atau perilaku yang tidak sesuai. Guru Orang tua juga diharapkan dapat
BK yang hanya berjumlah 2-4 orang disetiap bekerjasama dengan pihak sekolah dalam
sekolah tidak sebanding dengan jumlah memberikan informasi terkait kegiatan
siswa, yang secara langsung maupun tidak belajar siswa dan perilakunya sehari-hari.
akan mempengaruhi perhatian guru BK Dan siswa juga diharapkan dapat mengikuti
terhadap siswa. Berdasarkan observasi yang setiap layanan yang diberikan oleh guru BK
dilakukan, peneliti juga menemukan masih dan segera melapor kepada guru atau orang
ada guru BK yang memiliki tugas lain tua seandainya memiliki masalah.
yaitu sebagai Pembina ekstrakulikuler dan
kesiswaan. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan jenis kelamin American School Counselor Association.
menunjukkan bahwa siswa perempuan (2004). ASCA National Standards for
memiliki permasalahan yang cenderung Students. Alexandria, VA: ASCA.
lebih tinggi atau bermasalah dari pada Bastable, S. (2002). Perawat Sebagai
laki-laki. Perbedaan yang menonjol antara Pendidik: Prinsip-prinsip
laki-laki dan perempuan terletak pada arah Pembelajaran dan Pengajaran. (G.
pengenalan masalahnya. Siswa laki-laki Wulandari & G. Widiyanti, Trans.
cenderung suka menerapkan pendekatan ). Jakarta: EGC. (Original work
baru sehingga memiliki lebih banyak cara published 1997)
memecahkan masalah dibandingkan siswa

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


Profil Permasalahan Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Bogor 139

Creswell, J.W. (2002). Research Design.


Jakarta: KIK Press.
Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fatimah, E. (2010). Psikologi Perkembangan
(Perkembangan Peserta Didik).
Bandung: CV Pustaka Setia.
Monks, J.F. , Knoers, P. M. , & Haditono,
R.S. (2006). Psikologi Perkembangan:
Pengantar Dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Santrock, J.W. (2003). Adolescence
(Perkembangan Remaja) Terjemahan.
Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S.W. (2006). Psikologi Remaja.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2009). Metode Penenlitian


Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: IKAPI.
Syamsu, Y. (2006). Psikologi Perkembangan
Remaja. Padang: Angkasa Raya.

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai