Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri lengan akibat hernia nukleus pulposus cervikal adalah suatu kondisi tulang
belakang yang seringkali memerlukan penanganan pengobatan. Hernia nukleus pulposus
biasanya berkembang dalam kelompok usia 30 - 50 tahun. Meskipun herniasi diskus
intervertebralis segmen servical mungkin akibat dari suatu trauma atau luka pada vertebra
cervikal, gejala yang meliputi nyeri lengan, lebih sering terjadi secara spontan. Nyeri
lengan akibat dari herniasi diskus intervertebralis terjadi sebab materi diskus
intervertebralis yang mengalami herniasi menekan nervus spinalis cervikal. Bersamaan
dengan nyeri lengan, rasa kebas dan kesemutan bisa terdapat pada lengan sampai ke jari-
jari tangan. Kelemahan otot mungkin juga didapatkan disebabkan herniasi diskus
intervertebralis cervikal.

Terdapat banyak faktor yang meningkatkan resiko terjadinya HNP cervikal,


antara lain: Gaya hidup seperti merokok, tidak berolahraga secara teratur, dan asupan
nutrisi yang tidak cukup dapat menyumbang buruknya kesehatan diskus intervertebralis.
Seiring menuanya tubuh, perubahan biokimiawi secara alami menyebabkan diskus secara
bertahap menjadi kering dan mempengaruhi kekuatan diskus dan tingkat
kekenyalannya.Postur tubuh yang salah, digabung dengan kebiasaan mekanika tubuh
yang tidak benar dapat memberikan tambahan tekanan pada vertebra cervikal. Gabungan
dari faktor-faktor tersebut dengan efek dari penggunaan terus menerus yang menganut
azas “ pakai dan rusak”, trauma, cara mengangkat beban yang salah, maka mudah
dipahami mengapa diskus sangat mungkin mengalami herniasi. Herniasi ini dapat
berkembang secara mendadak atau bertahap dalam kurun waktu mingguan atau bulanan.

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 1


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
Vertebra servikal I juga disebut atlas, pada dasarnya berbeda dengan lainnya
karena tidak mempunyai corpus vertebra oleh karena pada atlas dilukiskan adanya
arcus anterior terdapat permukaan sendi, fovea, vertebralis, berjalan melalui arcus
posterior untuk lewatan arcus posterior untuk lewatnya arteri vertebralis.
Vertebra servikal II juga disebut aksis, berbeda dengan vertebra servikal ke-3
sampai ke-6 karena adanya dens atau processus odontoid. Pada permukaan cranial
corpus aksis memiliki tonjolan seperti gigi, dens yang ujungnya bulat, aspek dentis.
Vertebra servikal III-V processus spinosus bercabang dua. Foramen
transversarium membagi processus transversus menjadi tuberculum anterior dan
posterior. Lateral foramen transversarium terdapat sulcus nervi spinalis, didahului
oleh nervi spinalis.
Vertebra servikal VI perbedaan dengan vertebra servikal I sampai dengan
servikal V adalah tuberculum caroticum, karena dekat dengan arteri carotico.
Vertebra servikal VII merupakan processus spinosus yang besar, yang biasanya
dapat diraba sebagai processus spinosus columna vertebralis yang tertinggi, oleh
karena itu dinamakan vertebra prominens,

1. Ligamentum
Ligamentum adalah pita jaringan fibrosa yang kuat dan berfungsi untuk
mengikat serta menyatukan tulang atau bagian lain atau untuk menyangga suatu
organ.
a. Ligamentum longitudinal anterior

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 2


Ligamentum longitudinal anterior merupakan suatu serabut yang
membentuk pita lebar dan tebal serta kuat, yang melekat pada bagian corpus
vertebra, dimulai dari sebelah anterior corpus vertebrae cervicalis II (yang
meluas ke kepala pada os occipital pars basilaris dan tuberculum anterior
atlantis) dan memanjang ke bawah sampai bagian atas depan fascies pelvina os
sacrum. Ligamen longitudinal anterior ini lebih tebal pada bagian depan corpus
karena mengisi kecekungan corpus. Ligamen longitudinal anterior ini berfungsi
untuk membatasi gerakan extensi columna vertebralis. Dimana daerah lumbal
akibat berat tubuh akan mengalami penambahan lengkungan pada vertebra
columna didaerah lumbal.

b. Ligamentum longitudinal posterior


Ligamentum longitudinal posterior berada pada permukaan posterior
corpus vertebrae sehingga dia berada di sebelah depan canalis vertebralis.
Ligamentum ini melekat pada corpus vertebra servikal II dan memanjang
kebawah os sacrum. Ligamentum ini diatas discus intervertebralis diantara
kedua vertebra yang berbatasan akan melebar, sedangkan dibelakang corpus
vertebra akan menyempit sehingga akan membentuk rigi. Ligamentum ini
berfungsi seperti ligamentum-ligamentum lain pada bagian posterior vertebra
colum, yaitu membatasi gerakan ke arah fleksi dan membantu memfiksasi dan
memegang dalam posisi yang betul dari suatu posisis reduksi ke arah
hyperextensi, terutama pada daerah thorakal.

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 3


c. Ligamentum intertransversarium
Ligamentum intertransversarium melekat antara processus transversus
dua vertebra yang berdekatan. Ligamentum ini berfungsi mengunci persendian
sehingga membentuk membuat stabilnya persendiaan.

d. Ligamentum flavum
Ligamentum flavum merupakan suatu jaringan elastis dan berwarna
kuning, berbentuk pita yang melekat mulai dari permukaan anterior tepi bawah
suatu lamina, kemudian memanjang ke bawah melekat pada bagian atas
permukaan posterior lamina yang berikutnya. Ligamentum flavum ini di daerah
servikal tipis akan tetapi di daerah thorakal ligamentum ini agak tebal.
Ligamentum ini akan menutup foramen intervertebral untuk lewatnya arteri,
vena serta nervus intervertebral. Adapun fungsi ligamentum ini adalah untuk
memperkuat hubungan antara vertebra yang berbatasan.

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 4


e. Ligamentum interspinale
Ligamentum interspinale merupakan suatu membran yang tipis melekat
pada tepi bawah processus suatu vertebra menuju ke tepi atas processus
vertebra yang berikutnya. Ligamentum ini berhubunganm dengan ligamentum
supra spinosus dan ligamentum ini didaerah lumbal semakin sempit.

2. Otot pada Leher


Otot yang terdapat pada leher terdiri dari otot sternocleidomastoideus
origonya terletak pada processus mastoideus dan linea nuchae superior, insersio
Pada incisura jugularis sterni dan articulation sternoclavicularis, fungsi rotasi,
lateral flexi, kontraksi bilateral mengangkat kepala dan membantu pernapasan bila
kepal difixasi inervasi nervus accessorius dan plexus servikal (C1 dan C2).

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 5


Otot scaleni terbagi atas 3 serabut, yang pertama otot scalenus anterior,
origo pada tuberculum anterius processus transversus vertebra cervicalis III sampai
VI, insersio pada tuberculum scalene anterior, inervasi plexus brachialis (C5-C7)
dan berfungsi menarik costa I, menekuk leher ke latero anterior dan menekuk leher
ke anterior. Yang kedua otot scalenus medius origo terletak pada tuberculum
posterior processus transversus vertebra cervicalis II sampai dengan VII, insersio
pada costa I di belakang sulcus a.subclavicula dan kedalam membrane intercostalis
externa dari spatium intercostalis I, inervasi plexus cervicalis dan brachialis (C4-
C8) dan berfungsi mengangkat costa I dan menekuk leher ke lateral costa I. Yang
terakhir otot scalenus posterior origo terletak pada processus transversus vertebra
cervicalis V sampai VII, insersio pada permukaan lateral costa II, inervasi plexus
brachialis ( C7-C8) dan berfungsi fleksi leher, membantu rotasi leher dan kepala
serta mengangkat costa I.

Otot trapezius dibagi menjadi 3 serabut yaitu yang pertama pars descendens
origo berasal dari linea nuchae superior, protuberantia occipitalis externa dan
ligamentum nuchea, insersio pada sepertiga lateral clavicula, berfungsi untuk
melakukan gerakan adduksi dan retraksi dan menginervasi nervus accessorius dan
rami trapezius (C2-C4). Otot pars tranversa origo berasal dari servikal, insersio
pada sepertiga lateral clavicula, berfungsi untuk melakukan gerakan adduksi dsn
retraksi. dan menginervasi nervus accessorius dan rami trapezius (C2-C4). Yang
ketiga pars ascendens origo berasal dari vertebra thoracalis III sampai XII, dari
processus spinosus dan ligamentum supraspinasum, insersio pada trigonum spinale
dan bagian spina scapulae yang berdekatan, berfungsi untuk menarik ke bawah
(depresi) dan menginervasi nervus accessorius dan rami trapezius (C2-C4).

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 6


Otot levator scapula origo terletak pada tuberculum posterior processus
transversus vertebra cervicalis I sampai IV, insersio pada angulus superior scapula,
berfungsi mengangkat scapula sambil memutar angulus inferior ke medial dan
menginervasi nervus dorsalis scapulae (C4-C8). Otot ini difungsikan untuk
mengangkat pinggir medial scapula. Bila bekerja sama dengan serabut tengah otot
trapezius dan rhomboideus, otot ini menarik scapula ke medial dan atas, yakni pada
gerakan menjepit bagu ke belakang.

Otot longus colli kira-kira membentuk segitiga karena terdiri atas tiga
kelompok serabut. Fungsinya : untuk membengkokkan servikal ke depan dan ke
samping. Inervasinya plexus cervicalis dan brachialis (C2-C8). Otot longus colli
terdiri dari 3 serabut, yang pertama serabut oblique superior origonya berasal dari
uberculum anterius processus transversus vertebra cervicalis II sampai V dan
insersio pada tuberculum anterior atlas. Yang kedua serabut oblique inferior, origo
berjalan dari corpus vertebra thoracalis I sampai III dan insersio pada tuberculum
anterius vertebra cervicalis VI. Dan yang terakhir serabut medial, origo terbentang
dari corpus vertebra thoracalis bagian atas dan vertebra cervicalis bagian bawah
insersio pada corpus vertebra cervicalis bagian atas.

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 7


Otot longus capitis origo terletak pada tuberculum anterius processus
transversus vertebra cervicalis III sampai VI, insersio pada bagian basal os occipital
berfungsi membentuk gerakan flexi, Lateral flexi dan menginervasi plexus cervicalis
(C1-C4).

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 8


B. Patologi
1. Definisi
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu keadaan dimana terjadi
penonjolan diskus intervertebralis ke arah posterior dan/atau lateral dalam
kanalis vertebralis yang dapat menimbulkan penekanan/penyempitan radiks
saraf-saraf dan penekanan medula spinalis dengan berakibat timbulnya
gejala-gejala neurologis. Apabila penekanan terjadi pada bagian leher
(cervical) maka disebut dengan Hernia Nukleus Pulposus Cervical.

HNP (Hernia Nukleus Pulposus) merupakan saraf terjepit yang juga


sering terjadi di daerah leher. HNP secara umum digunakan untuk kelaian
pada vertebra cervicalis, pergeseran atau displacement nukleus pulposus tidak
selalu merupakan penyebab kelainan pada vertebra cervicalis. Herniasi
vertebra cervicalis dapat dikategorikan menjadi 3 tipe : (1) Herniasi tipe
lunak (soft disc herniation) yang meliputi herniasi nukleus pulposus melalui
robekan pada angulus fibrosus, (2) Herniasi tipe keras (hard disc protrusion)
yang meliputi pembentukan bone spur, atau (3) Kombinasi keduanya. Ketika
materi lunak dari nukleus pulposus mengalami herniasi melalui robekan paa
angulus fibrosus maka disebut “soft disc herniation” karena material dari
diskus yang mengalami herniasi mempunyai konsistensi yang lunak. Namun
demikian, tanpa adanya robekan atau defek pada ngulus fibrosus, gejala
kelainan vertebra cervical tetap dapat terjadi akibat pembentukan bone spur
(pertumbuhan yang berlebihan dari spikula tulang) pada tepi vertebra
sehingga menekan saraf atau medula spinalis. Hal ini disebut “hard dics
herniation” karena terbentuk dari bone spur. Kombinasi dari kedua jenis
herniati tersebut juga dapat terjadi.

2. Etiologi
Manuver gerakan yang tidak wajar atau berlebihan, posisi dan
gerakan leher yang salah dapat menyebabkan mikrotrauma berulang dan

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 9


sebagai konsekuensinya bisa mendorong terjadinya herniasi diskus
intervertebralis pada kondisi diskus intervertebralis yang telah mengalami
degenerasi sebelumnya. HNP terjadi sebagai akibat penekanan cervikal yang
berulang atau, meskipun jarang, dari satu kejadian traumatik. Peningkatan
resiko bisa bertambah karena penekanan getaran, pengangkatan beban yang
berat, posisi duduk yang lama, trauma whiplash, dan gerakan akselerasi atau
deselerasi yang sering.

Hal ini berhubungan dengan bertambahnya usia dalam suatu proses


penuaan, maka diskus mengalami proses degenerasi, tulang-tulangnya tidak
lagi memiliki kandungan air dan mineral yang cukup. Hal ini berakibat
menurunnya tinggi badan dan membengkaknya diskus kearah kanalis
spinalis. Penekanan diskus ke kanalis spinalis akan menekan saraf tulang
belakang (medulla spinalis). Namun dengan aktivitas pekerja kantor yang
sering berada didepan komputer dalam waktu yang lama dan aktifitas fisik
yang kurang dapat menjadi faktor resiko terjadinya penekanan diskus ke
medulla spinalis.
Seiring bertambahnya usia, maka bagian tengah diskus
intervertebralis yaitu nukleus pulposus mulai kehilangan kadar air di
dalamnya, hal ini menjadikan diskus intervertebralis tidak lagi efektif sebagai
bantalan atau peredam getaran. Bila kondisi diskus mulai memburuk, lapisan
luar yakni annulus fibrosus dapat mengalami robekan.
Hal ini dapat mendorong pemindahan bagian tengah diskus
(dinamakan diskus mengalami pecah atau herniasi) melewati suatu celah
robek pada lapisan luar, ke ruang yang ditempati oleh nervus spinalis dan
medulla spinalis. Selanjutnya diskus yang mengalami herniasi dapat menekan
nervus spinalis dan menyebabkan nyeri, rasa kebas, kesemutan atau
kesemutan pada bahu atau lengan.

3. Tanda dan Gejala


Pada area servikal, HNP sering terjadi pada C5-C6 dan C6-C7.
Herniasi lateral diskus C5-C6 menyebabkan penekanan pada radiks C6 yang

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 10


akan menimbulkan parestesia serta baal pada daerah distribusi persarafannya.
Selain itu, biasanya juga didapatkan kelemahan otot biseps dan penurunan
refleks biseps. Herniasi diskus C6-C7 menyebabkan iritasi radiks C7 dan
menampilkan gejala hiperalgesia serta parestesia jari tengah. Selain itu juga
bisa didapatkan penurunan refleks triseps.

Herniasi diskus bagian sentral (jarang) umumnya menampilkan gejala


kompresi medulla spinalis yang hebat berupa gejala transeksi fungsional dan
hilangnya semua fungsi di bawah persarafan segmen yang terkena berupa:

Central cord syndrome, yang ditandai dengan kelumpuhan akut dan


tidak nyeri, terutama pada ekstremitas atas dimana bagian distal lebih
berat daripada bagian proksimal.
Brown sequard syndrome, yang menampilkan hemiseksi medulla
spinalis, dimana terjadi kelemahan motoric serta sensorik
(proprioseptif) ipsilateral dengan gangguan sensorik (protopatis)
kontralateral.
Anterior cord syndrome yang menampilkan gejala dari gangguan 2/3
bagian anterior medulla spinalis.
HNP cervical lebih sering terjadi pada usia 30-40 tahun, dan lebih
banyak terjadi pada pria daripada wanita. Pasien dengan HNP cervical akan
menunjukkan gejala-gejala radiculopathy, mielopathy atau bahkan
menunjukkan gejala keduanya. Gejala radiculopathy terjadi apabila nucleus
pulposus keluar dan menekan radiks medulla spinalis, sedangkan gejala
mielopathy terjadi bila nucleus pulposus langsung menekan medulla
spinalis. Lokasi yang sering mengalami HNP adalah area parasentral
unilateral, dimana pada area tersebut annulus fibrosus adalah yang terlemah
serta ligamennya tipis.
Pasien dengan Hernia Nukleus Pulposus Cervical merasakan nyeri
pada leher atau lengan, kebanyakan dari pasien merasakan gangguan fungsi
pada lengan dan kaki. Gejala yang timbul pada lengan antara lain
kelemahan, keram dan kekakuan. Seringkali pasien mengeluh kesulitan
mengkancingkan bajunya, memutar kunci atau membuka botol. Gejala yang

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 11


timbul pada kaki, seperti kelemahan, kesulitan berjalan hingga sering
terjatuh, dan bila berlanjut pasien harus menggunakan tongkat bila berjalan.

Gejala HNP cervical adalah sebagai berikut :


1. Keluhan sering timbul pada saat mengerakkan leher
2. Nyeri di belakang kepala, leher, bahu, lengan dan jari tangan.
3. Kelemahan otot bahu, lengan dan jari tangan.
4. Rasa baal/kesemutan di leher sampai ke tangan.

4. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi


Biasanya ditemukan pada usia muda. Herniasi terjadi akibat adanya
kelainan diskus intervertebralis, nucleus pulposus yang berupa material
gelatinous yang ada di bagian dalam mengalami prolaps melalui lapisan
annulus fibrosus yang serupa ligamentum yang ada di luarnya. Protrusi ini
dapat menekan akar saraf dan menimbulkan inflamasi (melibatkan interleukin
dan substance P) yang mendasari terjanya radiculopathy. Herniasi terjadi
melalui lesi yang timbul pada annulus posterior di samping kanan dan kiri
ligamentum longitudinale posterior. Herniasi ke anterior dan lateral jarang
terjadi. Penyebab HNP umumnya karena trauma. Kelainan bawaan annulus
jarang ditemukan.

Rasa nyeri terasa tumpul dan dalam atau ngilu.dirujuk ke scapula


medial, bahu atas / belakang, bagian posterior lengan bawah, siku, hingga
pergelangan tangan. Fleksi servekal ke depan menambah rasa nyeri. Rasa
nyeri dapat unilateral atau bilateral tergantung lokasi dan luasanya protrusi.
Sebagian besar HNP cervical timbul di antara VC5 dan VTh1, akar saraf VC7
yang paling sering terkena. Khas ditemukan kelemahan otot triceps dan
penurunan atau hilangnya refleks disertai nyeri pada sisi medial lengan
bawah, serta rasa kebas pada dua jari sisi ulnar.
Pada beberapa kasus, gejala radikuler dapat disertai rasa berat pada
kedua tungkai, kesulitan berjalan melalui garis lurus (barefoot heel-to-toe
walking), gangguan fine motor skills (memasang kancing baju, memanipulasi

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 12


benda-benda kecil), Lhermitte phenomenon (fleksi – ekstensi leher diikuti
timbulnya rasa nyeri tajam seperti tersengat listrik turun melalui spinal
menuju ke lengan dan tungkai). Dapat pula ditemukan penurunan tonus otot-
otot tungkai, hiperrefleksi, clonus pergelangan kaki dan refleks patologis
(Hoffmann sign dan Babinsky sign), gejala-gejala ini mirip dengan gejala-
gejala akibat adanya spinal stenosis yang disertai myelopathy.

C. Pendekatan Intervensi Fisioterapi


 InfraRed
Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan
panjang gelombang sekitar 7700 Ao – 4 juta Ao (Libriana dan Irfan, 2003).
Dimana mempunyai efek fisiologis pada kulit superficial, vasodilatasi
pembuluh darah, berpengaruh terhadap jaringan otot sehingga menaikkan
suhu dan membantu terjadi rileksasi otot, pemanasan akan membuangan sisa
metabolisme.

 Ultrasound
Gelombang ultra sound merupakan gelombang suara yang di
peroleh dari getaran yang memiliki frekuensi 20.000 Hz. Frekuensi ultra
sound merupakan jumlah oscilasi gelombang suara yang dicapai dalam
waktu satu detik yang dinyatakan dengan megahertz (MHz). Umumnya
frekuensi yang ddigunakan dalam terapi ultra sound adalah 1 dan 3 MHz
(Prentice, 2002). Ultra Sound memiliki tiga efek antara lain, yaitu efek
mekanik, efek panas, dan efek biologis

 TENS
TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik
untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit. Dalam
hubungannya dengan modulasi nyeri (Slamet, 2006).
Dalam kasus ini menggunakan metode umum dimana
pemasangan elektroda pada atau sekitar nyeri. Cara ini merupakan
cara yang paling mudah dan paling sering digunakan sebab metode

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 13


ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa
memperhatikan karakter nyeri ataupun letak yang paling optimal
yang hubungannya dengan jaringan penyebab nyeri (Slamet,
2006)

 Short Wave Diathermy (SWD)


Short Wave Diathermy (SWD) juga untuk mengurangi spasme. Mekanisme
pengurangan spasme sendiri terdiri dari efek panas yang memberikan
vasodilatasi pembuluh darah sehingga peredaran darah lancar dan
meningkatkan suplai nutrisi. Akhirnya dapat memperbaiki peredaran darah
kenaikan suhu jaringan dan memberikan relaksasi pada otot akibatnya spasme
dapat berkurang (Michlovits, 1996).

 Micro Wave Diathermy (MWD)


Pemberian MWD pada jaringan akan memberikan efek dilatasi pada
jaringan terutama pada jaringan bagian luar. Dengan adanya dilatasi tersebut
maka akan diikuti oleh penyerapan zat iritan penyebab nyeri sehingga
penurunan nyeri yang terjadi sebagai akibat dari hilangnya zat iritan nyeri
yang terdapat pada saraf nosisensorik.
Efek MWD pada jaringan ikat berupa peningkatan kelenturan jaringan
karena peningkatan kadar air dalam matriks dan penurunan viskositas matriks
sehingga elastisitas jaringan meningkat dengan demikian dapat mengurangi
kontraktur yang ada. Pada jaringan otot terjadi penurunan spasme otot karena
adanya peningkatan sirkulasi sehingga terjadi penyerapan zat-zat iritan
penyebab nyeri sisa metabolisme sehingga dengan berkurangnya zat-zat
tersebut nyeri akan menurun dan spasme otot juga dapat berkurang

 Traksi Metode Cyriax


Dengan teknik ini dapat menghilangkan nyeri radicular akibat
kompresi dari saraf radiks. Teknik ini tidak memperbaiki cedera dari
jaringan lunak yang mengakibatkan nyeri. Dengan tambahan keadaan

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 14


seperti panas, pijatan, dan juga stimulasi elektrik harus dilakukan
terutama dalam menghilangkan nyeri dan merelaksasikan otot.

 Mobilisasi Saraf Metode Butler’s


mengobati dari gejala yang timbul akibat kelainan
saraf bagian radicular. Prinsipnya dengan memobilisasi saraf yang
bersangkutan hingga menimbulkan keluhan pada penderita. Teknikpertama
dengan mengidentifikasi persarafannya dengan
memprovokasi beberapa tempat yang menimbulkan nyeri terhebat
lalu terakhir dengan memobilisasi radicular saraf yang telah kita
tentukan. Dengan mengoptimalisasikan jaringan sehat dan sistem
kardiovaskuler yang normal dapat memiminalisasikan hal-hal negatif
dari faktor lingkungan sehingga dapat lebih menguntungkan.

 MWM Metode Mulligan


Mobilization With Movement (MWM) Teknik Mulligan merupakan
kombinasi simultan dari terapis dengan menerapkan teknik gliding tambahan
dan pasien melakukan gerakan secara aktif, teknik tersebut dilakukan
bersamaan antara terapis dengan pasien, tehnik Mulligan Mobilization sangat
penting untuk mengembalikan lingkup gerak sendi aktif secara normal dan
dengan waktu lama akan menurunkan nyeri dan meningkatkan mobilitas
sendi serta diharapkan dapat meningkatkan metabolisme dari jaringan
sehingga fleksibilitas dari jaringan membaik.

 Exercise Therapy
 Free active exercise adalah suatu bentuk latihan aktif yang dilakukan
oleh kekuatan otot pasien itu sendiri tanpa menggunakan suatu
bantuan dan tahanan yang berasal dari luar (Hidayat, 2008).
Contohnya fleksi, ekstensi, lateral kanan dan kiri, rotasi kanan dan kiri
cervical.

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 15


 Ressisted active exerciseadalah suatu bentuk latihan aktif melawan
tahanan dimana kekuatan tahanan diterapkan oleh terapis baik
dinamis maupun statis kontraksi otot (Kisner, 2007). Contohnya :
fleksi, ekstensi, lateral kanan dan kiri, rotasi kanan dan kiri cervical
dan diberikan tahanan sepanjang gerakan.

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 16


BAB III
PROSES FISIOTERAPI
A. Identitas Umum Pasien
 Nama : Ny. F
 Tanggal Lahir : 10 April 1958
 Usia : 60 taun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Alamat : Jl. Karantina No. 14 Makassar

B. Anamnesis Khusus
 Keluhan Utama : nyeri pada leher hingga ke lengan atas
 Sifat keluhan : nyeri tajam dan menjalar
 Aktivitas yang memperberat : pasien merasa berat jika mengangkat lengan
ke atas dan merasa sakit jika menggerakkan leher.
 Aktivitas yang memperingan : beristirahat
 Riwayat trauma : tidak ada
 Penyakit Penyerta : asam urat
 Riwayat penyakit sekarang : nyeri leher dirasakan sejak satu minggu yang
lalu hingga pasien sulit melakukan aktivitas.

C. Inspeksi/Observasi
Cervical berdeviasi ke kiri dan pasien enggan menggerakkan lengan sebelah
kiri.

D. Tes Orientasi
 Fleksi Elevasi Shoulder : Nyeri dan terasa berat saat mengangkat tangan
diatas 90o
 Tes Aktif 3 Dimensi Ekstensi : Nyeri

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 17


E. Pemeriksaan Fungsi Dasar
 Aktif :
Gerakan Nyeri Terbatas

Fleksi Cervical Ya Ya
Ekstensi Cervical Ya Ya

Lateral Fleksi Kanan Cervical Ya Ya

Lateral Fleksi Kiri Cervical Ya Ya


Rotasi Kanan Ya Ya
Rotasi Kiri Ya Ya
Fleksi Elevasi Shoulder Ya Ya

 Pasif :
Gerakan Nyeri Terbatas Endfeel

Fleksi Cervical Ya Ya Empty


Ekstensi Cervical Ya Ya Empty

Lateral Fleksi Kanan Cervical Ya Ya Empty

Lateral Fleksi Kiri Cervical Ya Ya Empty

Rotasi Kanan Ya Ya Empty

Rotasi Kiri Ya Ya Empty

Fleksi Elevasi Shoulder Ya Ya Empty

 Tes Resisted Isometric :


Gerakan Nyeri Mampu Melawan
Tahanan
Fleksi Cervical Ya Mampu Melawan
Tahanan Minimal
Ekstensi Cervical Ya Mampu Melawan
Tahanan Minimal
Lateral Fleksi Kanan Cervical Ya Mampu Melawan

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 18


Tahanan Minimal

Lateral Fleksi Kiri Cervical Ya Mampu Melawan


Tahanan Minimal
Rotasi Kanan Ya Mampu Melawan
Tahanan Minimal
Rotasi Kiri Ya Mampu Melawan
Tahanan Minimal
Fleksi Elevasi Shoulder Ya Mampu Melawan
Tahanan Minimal

F. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi


 Palpasi : spasme otot shoulder dan cervical kiri
 Myotome test C5-C6 : nilai 3

 Tes neurologis :
 Compression test : positif
 Distraction test : negatif

 Pemeriksaan Penunjang : MRI


Kesan :
 Bulging disc. Ke posterior C3-C4 dan C5-C6
 Spondylosis Cervicalis
 MR Myelografi : Tidak nampak stenosis canalis spinalis level cervical
 Visual Analog Scale (VAS)

Hasil : 9 (Nyeri berat)

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 19


 Pengukuran ROM
Gerakan Aktif Pasif
23 25
Fleksi Cervical
26 28
Ekstensi Cervical
18 19
Lateral Fleksi Kanan
23 25
Lateral Fleksi Kiri
20 22
Rotasi Kanan
18 21
Rotasi Kiri

G. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi (sesuai konsep ICF)


1. Diagnosis
”Radicular Pain Cervical and Upper Extremity etc HNP Cervical
Posterolateral”
2. Problematik Fisioterapi
 Impairment
- Nyeri tajam dan menjalar ke lengan
- Spasme otot upper trapezius, scalene dan levator scapula
- Kelemahan otot bicep brachii
- Keterbatasan ROM
 Activity Limitation
- Kesulitan mengangkat lengan
- Kesulitan menggerakkan leher ke segala arah
 Participation Restriction
- Keterbatasan saat beribadah
- Keterbatasan dalam rekreasi
- Keterbatasan dalam berolahraga
- Keterbatasan mengendarai kendaraan

H. Rencana Intervensi Fisioterapi


 InfraRed
 Ultrasound

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 20


 TENS
 Short Wave Diathermy (SWD)
 Micro Wave Diathermy (MWD)
 Traksi Metode Cyriax
 Mobilisasi Saraf
 MWM Metode Mulligan
 Exercise Therapy

I. Program Intervensi Fisioterapi


 USD
 Tens
 Exercise Therapy

J. Evaluasi Fisioterapi
Hasil evaluasi dari pemeriksaannyeri menggunakan VAS, setelah
mendapatkan 3 kali terapi dapat dilihat terdapatpenurunan nyeri,yaitu :
- Sebelum terapi : 9
- Setelah terapi : 7
Selain itu, ditemukan pula penambahan ROM, yaitu :
- Sebelum terpi :
Gerakan Aktif Pasif
23 25
Fleksi Cervical
26 28
Ekstensi Cervical
18 19
Lateral Fleksi Kanan
23 25
Lateral Fleksi Kiri
20 22
Rotasi Kanan
18 21
Rotasi Kiri

- Setelah terapi :
Gerakan Aktif Pasif
25 28
Fleksi Cervical

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 21


28 32
Ekstensi Cervical
19 22
Lateral Fleksi Kanan
25 28
Lateral Fleksi Kiri
22 25
Rotasi Kanan
21 22
Rotasi Kiri

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 22


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu keadaan dimana terjadi
penonjolan diskus intervertebralis ke arah posterior dan/atau lateral dalam
kanalis vertebralis yang dapat menimbulkan penekanan/penyempitan radiks
saraf-saraf dan penekanan medula spinalis dengan berakibat timbulnya gejala-
gejala neurologis. Apabila penekanan terjadi pada bagian leher (cervical) maka
disebut dengan Hernia Nukleus Pulposus Cervical.
Herniasi vertebra cervicalis dapat dikategorikan menjadi 3 tipe : (1)
Herniasi tipe lunak (soft disc herniation) yang meliputi herniasi nukleus
pulposus melalui robekan pada angulus fibrosus, (2) Herniasi tipe keras (hard
disc protrusion) yang meliputi pembentukan bone spur, atau (3) Kombinasi
keduanya. Ketika materi lunak dari nukleus pulposus mengalami herniasi
melalui robekan paa angulus fibrosus maka disebut “soft disc herniation”
karena material dari diskus yang mengalami herniasi mempunyai konsistensi
yang lunak.

B. Saran
Mahasiswa diharapkan mampu memahami bagaimana penatalaksanaan
fisioterap pada pasien dengan “ Radikular pain cervical and upper extremity
etc. HNP cervical posterolateral” sehingga dapat meningkatkan kesehatan
masyarakat.

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 23


DAFTAR PUSTAKA

1. Yuliadha Asti , Referat HNP Cervical,


http://www.scribd.com/doc/189140767/Referat-HNP-Cervical.

2. Rinda Fadhila, Referat HNP,


http://www.scribd.com/doc/138876734/131237279-HNP, diakses tanggal 15
Februari 2014.

3. Isnawan Widyayanto, Hernia nucleus pulposus servikal,


http://www.scribd.com/doc/206911823/HNP-Cervical-Final, diakses tanggal
22 Februari 2014.

4. Mercer S, Bogduk N. The ligaments and annulus fibrosus of human adult


cervikal intervertebral discs. Spine. Apr 1 1999;24(7):619-26; discussion 627-
8.
5. Kondo K, Molgaard CA, Kurland LT, et al: Protruded intervertebral
cervikaldiskus: Incidence and affected cervikal level in Rochester,
Minnesota, 1950 through 1974. Minnesota Med 64:751-753, 1981.
6. http://erepo.unud.ac.id/9000/3/2a7e9ae0e31f1d32704ffc8eb1f203d7.pdf
Diakses pada tanggal 21 Maret 2018.
7. http://www.nspclinic.com/article-penjepitan-saraf-cervical-hnp-cervical.html.
Diakses pada tanggal 21 Maret 2018.

HNP CERVICAL POSTEROLATERAL 24

Anda mungkin juga menyukai