Pengawasan
Pengawasan
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat, rahmat dan
karunianya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah controlling.
Terima kasih kami ucapkan kepada H.M. Syaiful Bahri, S.E M.M., yang telah memberikan
tugas ini sehingga kami dapat menambah pemahaman kami tentang pengantar manajemen.
Terima kasih pula kami ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini.
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak H.M.
Syaiful Bahri, S.E M.M. Banyak kendala yang kami alami dalam menyusun makalah ini.
Namun, itu semua tidak menyurutkan niat kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami telah berupaya menyempurnakan makalah ini, namun seperti kata pepatah, “Tak ada
gading yang tak retak” maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari H.M. Syaiful Bahri, S.E M.M., teman-teman dan orang lain yang sudi meluangkan
waktunya untuk menyimak isi dari makalah ini.
Sekali lagi, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami sangat berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan......................................................................................... 1
BAB IIPEMBAHASAN
2.2.2 Pemasaran............................................................................ 5
2.2.3 Keuangan............................................................................. 6
2.2.4 Personalia............................................................................. 6
Terjadi.................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN
Pengawas atau controller dapat diibaratkan dengan navigator kapal. Navigator kapal yang
sudah terlatih itu membantu kapten kapal. Tanpa seorang navigator, kapal dapat terkandas
pada batu karang atau kehilangan haluan, tetapi hak untuk memberi komando tetap berada di
tangan kapten kapal. Navigator hanya memberi petunjuk dan memberitahukan kapten,
bagaimana posisi kapal yang sedang dikemudikan itu. Jadi organisasi atau badan usaha juga
bisa diibaratkan sebagai kapal, sehingga peran pengawas (controller) sangat penting dalam
maju mundurnya suatu organisasi atau badan usaha.
Pengawasan (Controlling) sendiri memiliki arti penemuan, penerapan cara dan alat untuk
menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan dan
mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan adanya manajemen pengawasan (controlling)
dimaksudkan untuk mengawasi kegiatan-kegiatan organisasi agar pelaksanaan kegiatan
tersebut sejalan dengan tujuan yang ditetapkan.
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa fungsi ini berusaha untuk menjamin kegiatan
organisasi bergerak ke arah tujuannya. Dengan adanya fungsi pengawasan, dapat diketahui
apakah pelaksanaan kegiatan berjalan sebagaimana semestinya atau terjadi kesalahan atau
penyimpangan. Jika telah diketahui, tindakan lebih lanjut dapat dilaksanakan. Kemudian,
dapat diusahakan untuk meningkatkannya dan jika terjadi kesalahan dapat dilakukan
perbaikan.
1.2 Permasalahan
3) Bagaimana elemen-elemen esensial yang ada di dalam tiap sistem kontrol sendiri ?
6) Ada berapa macam dan jenis-jenis pengawasan jika ditinjau dari setiap segi?
Adapun maksud dan tujuan kami sebagai penulis dalam membuat makalah ini
1) Agar dapat memahami tentang pengertian dari pengawasan.
3) Agar mengetahui elemen-elemen esensial yang ada dalam tiap sistem kontrol.
7) Agar mengetahui bahwa pengawasan itu adalah aspek yang sangat penting.
BAB II
PEMBAHASAN
Controling merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh seorang
controller (pengawas). Pengawasan dilakukan untuk menemukan dan mengoreksi adanya
penyimpangan-penyimpangan dari hasil yang telah dicapai dibandingkan dengan rencana
kerja yang telah ditetapkan, pada setiap tahap-tahap kegiatan perlu dilakukan pengawasan.
Sebab apabila terjadi penyimpangan akan lebih cepat melakukan koreksi atau perbaikan.
Seorang controller ( pengawas ) harus menyelaraskan tingkat jaminan sumber daya dengan
kebutuhan rencana-rencana yang pasti dengan proses mencatat atau dengan pengendalian
perkembangan ke arah tujuan pokok dan sasaran serta metode pencapaiannya yang
memungkinkan seorang pengawas melihat lebih awal adanya penyimpangan. Oleh karena itu,
pengawasan berkaitan erat dengan perencanaan.
Pengawasan ( Controlling ) dapat diartikan secara negatif, positif, dan dalam arti luas. Dalam
arti negatif pengawasan dapat diartikan sebagai tindakan mencari-cari kesalahan kemudian
memberikan sanksi, dan melakukan larangan-larangan. Dalam arti positif pengawasan ialah
tindakan-tindakan agar organisasi atau perusahaan berjalan terarah, tidak terjadi kesalahan-
kesalahan, penyimpangan atau kebocoran di segala bidang. Sedangkan dalam arti luas,
pengawasan adalah aktifitas controller untuk melakukan pengamatan, penelitian dan
penilaian dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi atau perusahaan yang sedang atau
telah berjalan untuk mencapain tujuan yang telah ditetapkan.
a. Earl P Strong: Pengawasan adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu
perusahaan, agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana.
e. Stoner, Freeman dan Gilbert, menyatakan bahwa pengawasan adalah proses untuk
memastikan bahwa segala akifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
f. Secara lebih lengkap, mockler, dalam Stoner, Freeman, dan Gilbert mengemukakan
fungsi pengawasan dalam manajemen adalah upaya sistematis dalam menetapkan standar
kinerja dan berbagai tujuan yang direncanakan, mendesain system informasi umpan balik,
membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan yang telah ditetapkansebelumnya,
menentukan,apakah terdapat penyimpangan dan tingkat signifikan dari setiap penyimpangan
tersebut, danmengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh sumber
daya perusahaan dipergunakan secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
perusahaan.
g. Mockler secara lengkap menguraikan bahwa pada intinya pengawasan tidak hanya
berfungsi untuk menilai apakah sesuatu itu berjalan ataukah tidak, akan tetapi termasuk
tindakan koreksi yang mungkin diperlukan maupun penentuan sekaligus penyesuaian standar
yang terkait dengan pencapaian tujuan dari waktu ke waktu.
2.2 TUJUAN DAN BIDANG-BIDANG PENGAWASAN
Sesuai dengan pengertian pengawasan dalam arti luas, maka pengawasan bertujuan :
3. Mencegah penyimpangan
2.2.1 Produksi
Di bidang ini pengawasan dimulai saat menerima pesanan dari pembeli, kemudian melakukan
pembelian bahan sampai dengan produk selesai dibuat. Hal ini meliputi pula pengawasan
persediaan barang dan pengawasan kualitas serta kuantitas produk.
2.2.2 Pemasaran
Tugas bagian ini dimulai saat produk akan dikirim ke pasar atau konsumen. Oleh karena itu
biasanya pengawasan berawal dari sini, tetapi adakalanya bagi perusahaan yang cukup besar
sebelumnya sudah dimulai dengan riset dan mengumpulkan informasi dari pasar.
2.2.3 Keuangan
Bidang ini harus ditangani dengan cepat, tepat, dan akurat. Pengolahan dan pengawasan yang
kurang teliti akan berakibat terjerumusnya perusahaan di dalam masalah keuangan yang
bertujuan agar perusahaan dapat menekan biaya-biaya yang digunakan.
2.2.4 Personalia
Bidang ini merupakan factor penting yang akan ikut menentukan tercapainya tujuan suatu
organisasi sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tugas dari bidang ini adalah
mengatur, membina, menggerakkan, mengarahkan, serta mengembangkan pegawai agar
mampu menyelesaikan tugas-tugasnya secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya
tujuan perusahaan atau organisasi.
Esensi kontrol terletak pada pengawasan langkah-langkah yang ada dikaitkan dengan
hasil yang diinginkan yang ditentukan di dalam proses perencanaan. Elemen-elemen esensial
dalam tiap sistem kontrol adalah :
2. Alat pengukur untuk kegiatan yang sedang berjalan (bila mungkin secara kuantitatif).
4. Beberapa sarana koreksi atas kegiatan yang sudah berjalan seperti untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
Elemen pertama dari suatu sistem melibatkan jawaban atas pertanyaan: kira-kira
hasilnya akan bagaimana? Elemen ini menuntut perhatian akan masa yang akan datang atas
apa yang diinginkan dan apa yang diharapkan. Usaha untuk meramalkan kejadian yang akan
datang merupakan dasar untuk menafsirkan kejadian yang aktual sedang berjalan. Ramalan
yang lemah sekalipun, merupakan kerangka kerja untuk lebih baik memahami pengalaman.
Kriteria yang ditentukan sebelumnya dapat diterapkan dengan bebas. Tujuannya bisa dinilai
oleh orang lain, baik atau tidak baik.
Suatu sistem kontrol yang berfaedah tidak dinilai dari baiknya tujuan. dia hanya
menyajikan sarana yang mengarahkan aktifitas ke suatu tujuan aktual. Kriteria yang di
tentukan sebelumnya harus dinyatakan secara eksplisit. Maka dari itu, pernyataan kuantitatif
lebih diutamakan. Dalam manajemen produksi, unit-unit fisik, seperti angkutan per-ton,
jarak, unit-unit per jam, kerja mesin, atau berat limbah per-unit keluaran atau out put, dapat
memberikan tolok ukur yang sederhana dan langsung untuk operasi. Dalam manajemen
financial, nilai uang atau dollar berlaku sebagai pernyataan khusus untuk norma-norma.
Seringkali para manajer financial menggunakan keberhasilan yang lalu sebagai tolok ukur
kasar untuk mengontrol operasi yang berjalan, contohnya, laporan 12 bulan yang lalu.
Asumsinya adalah bahwa prestasi yang lalu tidak terlalu jelek dan bahwa apabila dapat
disamakan atau dilewati, maka perusahaan tidak akan mundur. Para manajer pemasaran
sebaliknya seringkali menggunakan data- data industry sebagai tolok ukur yang dapat
digunakan oleh perusahaan untuk membandingkan hasil-hasil penjualannya sendiri. Mereka
juga mengembangkan yang didasarkan pada potensi pasar untuk digunakan sebagai tujuan
yang ditentukan sebelumnya.
Elemen kedua dalam sistem kontrol ialah pengukuran prestasi aktual. Langkah ini
pada umumnya menuntut perhatian khusus dan pengeluaran, karena pencatatan dan laporan-
laporan haruslah disusun untuk menyampaikan informasi dalam bentuk yang cocok untuk
sistem kontrol. Pengukuran-pengukuran prestasi aktual harus dalam unit sama dengan yang
ditentukan kriteria sebelumnya. Pelaporan prestasi aktual yang benar menaikkan nilai sistem
kontrol. Perbaikan- perbaikan dalam pemprosesan data yang baru ini meningkatkan
kecepatan pelaporan data-data tersebut.
Elemen ketiga sistem kontrol melibatkan studi pertautan. Teknik tersebut seperti ratio,
kecenderungan, ekuasi matematis, dan peta-peta membantu mengartikan pengukuran-
pengukuran prestasi aktual dengan menunjukan hubungan antara pengalaman aktual atas
kriteria yang ditetapkan terdahulu. Gunanya pembandingan prestasi yang lalu dengan prestasi
yang sudah direncanakan ialah tidak hanya untuk mengetahui apabila ada kesalahan tetapi
juga untuk memungkinkan manajer meramalkan problem di masa datang. Suatu sistem
kontrol yang baik akan memberikan informasi secepatnya sehingga hambatan-hambatan
dapat dicegah.
Elemen keempat suatu sistem kontrol ialah tahap membuat koreksi. Elemen keempat
ini melibatkan suatu keputusan untuk tidak melakukan kegiatan apapun apabila prestasi
“tidak terkontrol”.
Dua tipe dasar kekeliruan yang menghinggapi manajer dalam mengambil tindakan
korektif ialah :
Suatu sistem kontrol yang baik harus memberikan beberapa dasar yang membantu
manajer mengestimasikan resiko-resikonya sehubungan dengan tipe-tipe kekeliruan di atas.
Sudah barang tentu, tes akhir suatu sistem kontrol ialah tindakan korektifnya jatuh pada
waktu yang tepat.
2. Mengukur prestasi yang sedang berjalan dan membandingkannya dengan standar yang
telah ditetapkan.
3. Mengambil tindakan untuk memperbaiki prestasi yang tidak sesuai dengan standar.
Dirancang untuk mengantisipasi adanya penyimpangan dari standar atau tujuan dan
memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.
Pengawasan ini adalah untuk memastikan bahwa output yang dihasilkan sesuai
dengan standar dengan kata lain sebagai pengukur hasil dari suatu kegiatan yang telah
diselesaikan.
Beberapa ide dasar tertentu sangat berguna dalam pengembangan sistem kontrol.
Prinsip-prinsip kontrol terdiri dari :
Kontrol terbaik hanya bisa diperoleh apabila titik-titik kritis, titik kunci, dan titik batas dapat
diidentifisir dan perhatian khusus diarahkan pada penyesuaian titik-titik tersebut. Usaha
mengontrol semua titik cenderung akan menambah usaha sia-sia saja dan mengurangi
perhatian atas problem-problem penting. Kontrol yang baik tidak berarti kontrol yang
maksimum, karena kontrol itu mahal.
Umpan balik adalah proses penyesuaian kegiatan yang akan datang atas dasar informasi
prestasi. Manajemen banyak menggunakan prinsip umpan balik di bidang-bidang yang pada
permulaan nampaknya tidak berhubungan.
Setiap sistem kkontrol harus peka terhadap perubahan kondisi. Seringkali sistem kontrol
menuntut penyesuaian diri dengan perkembangan-perkembangan baru, termasuk kegagalan
dari sistem kontrol itu sendiri.
Kontrol harus terpola untuk keperluan organisasi. Arus informasi mengenai prestasi yang
sedang berjalan harus sesuai dengan struktur organisasi. Untuk dapatnya mengontrol
keseluruhan kegiatan / operasi, seorang atasan harus menemukan suatu pola yang akan
memberikan kontrol terhadap semua bagian.
Unit-unit dapat direncanakan untuk mengontrol diri sendiri. Apabila suatu department dapat
mempunyai tujuan masing-masing serta system kontrolnya, control yang mendetail dapat
ditangani didalam department itu sendiri.
Setiap sistem kontrol harus didesain untuk memelihara kontak langsung antara pengontrol
dan yang dikontrol. Meskipun telah tersedia sejumlah sistem kontrol yang dilaksanakan oleh
spesialis-spesialis, supervisor pada tingkat pertama masih diperlukan karena mengenal
langsung prestasinya.
Tiap sistem kontrol yang menyangkut orang berkaitan dengan cara-cara psikologis
bagaimana orang itu memandang suatu sistem. Suatu sistem kontrol yang disusun dengan
desain rapi kemungkinan akan gagal karena manusianya tidak menguntungkan untuk sistem
itu.
Ada beberapa macam pengawasan ditinjau dari beberapa segi antara lain:
2. Pengawasan Manajerial yaitu pengawasan yang bersifat khusus yang berlaku hanya
untuk suatu bagian atau unit tertentu saja.
1. Pengawasan keuangan
2. Pengawasan kepegawaian
3. Pengawasan pemasarann
4. Pengawasan produksi
5. Pengawasan kualitas
6. Pengawasan persediaan
a. Internal control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan yang ada
dalam organisasi atau perusahaan itu sendiri.
b. External control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan dari luar
organisasi atau perusahaan.
c. Direct Control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan yang bersangkutan (
pengawasan langsung ).
d. Indirect Control, yaitu pengawasan yang dilakukan bukan oleh atasan langsung,
misalnya pengawasan oleh kepala biro, atau kepala bagian ( pengawasan tidak langsung).
Selain macam pengawasan di atas, ada beberapa jenis dari pengawasan, diantaranya :
a) Pengawasan Kemudi (Steering Control) atau disebut pula pengawasan umpan maju
(feed forward control), pengawasan ini dirancang untuk mendeteksi adanya penyimpangan
dari tujuan yang telah ditetapkan dan memperbolehkan mengambil tindakan koreksi sebelum
kegiatan selesai dikerjakan.
b) Pengawasan Skrening (Screening Control), bisa disebut pengawasan ya atau tidak (yes
or no control). Tipe pengawasan ini merupakan proses yang terlebih dahulu menyetujui
aspek tertentu dari sebuah prosedur, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum
kegiatan dilanjutkan. Disini segi keamanan merupakan faktor kunci dan bahkan dapat
memberikan keamanan ekstra kepada manajer.
c) Pengawasan Purnakarya (Post Action Control) atau disebut pengawasan umpan balik
(Feed Back Control), jenis pengawasan ini mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang
telah diselesaikan.
Dalam hal ini, terdapat beberapa alasan akan pentingnya pengawasan di dalam setiap
organisasi :
a. Adanya perubahan di lingkungan organisasi
Pada umumnya organisasi saat ini cenderung bercorak desentralisasi, maka kegiatan
perusahaan menjadi terpisah-pisah secara geografis, lebih luas dan kompleks. Demikian juga
jika banyak dipakai penyalur dalam penjualan produk, maka untuk menjaga kualitas dan
profitabilitas, perlu system pengawasan yang lebih teliti.
Untuk mendeteksi adanya kesalahan yang mungkin diperbuat oleh pelaku organisasi,
maka digunakan fungsi pengawasan, semakin jarang pekerja melakukan kesalahan, semakin
sederhana manajemen melakukan fungsi pengawasan.
Harold Kontz dan Cyril O Donnel menetapkan asas pengawasan sebagai berikut:
2. Asas efisiensi dan pengawasan (Principle of efficiency and control). Pengawasan itu
efisien bila dapat menghindarkan deviasi dari perencanaan, sehingga tidak menimbulkan hal-
hal lain di luar dugaan.
4. Asas pengawasan terhadap masa depan (Principle of future control). Pengawasan yang
efektif harus ditujukan ke arah pencegahan penyimpangan perencanan yang akan terjadi baik
pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang.
5. Asas pengawasan langsung (Principle of direct control). Teknik kontrol yang paling
efektif ialah mengusahakan adanya manajer yang berkualitas baik. Pengawasan itu dilakukan
manajer atas dasar bahwa manusia itu sering berbuat salah. Cara yang paling tepat demi
pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan ialah mengusahakan agar petugas memiliki
kualitas yang baik.
9. Asas standar (Principle of standard). Kontrol yang efektif dan efisien memerlukan
standar yang tepat, yang berguna sebagai tolok ukur pelaksanaan dan tujuan yang akan
dicapai.
10. Asas pengawasan terhadap strategis (Principle of strategic point control). Pengawasan
yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor- faktor
yang strategis dalam perusahaan.
11. Asas kekecualian (The exception principle). Efisiensi dalam kontrol membutuhkan
adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor kekecualian. Kekecualian ini dapat terjadi
dalam keadaan tertentu ketika situasi berubah atau tidak sama.
12. Asas pengendalian pleksibel (Principle of flexibility of control). Pengawasan harus luwes
untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan rencana.
13. Asas Peninjauan Kembali (Principle of review). Sistem kontrol harus ditinjau berkali-
kali, agar sistem yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
14. Asas tindakan (Principle of action). Pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran-
ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing dan
directing.
a. Membuat peraturan-peraturan yang berhubungan dengan tata cara suatu kegiatan atau
dibuat tata tertib.
Pengawasan yang dilakukan setelah terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan, agar
tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga sasaran dapat tercapai. Hal ini bisa dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut :
Pengawasan ini dilakukan di tengah proses penyimpangan yang terjadi untuk menghindarkan
kegagalan pelaksanaan rencana.
Pengawasan berkala yaitu pengawasan yang dilakukan secara berkala sebulan sekali atau satu
kuartal sekali atau satu tahun sekali.
Pengawasan mendadak ialah pengawasan yang dilakukan secara mendadak tanpa ada
pemberitahuan terlebih dahulu.
2.10 KARAKTERISTIK SISTEM PENGAWASAN YANG EFEKTIF
1) Akurat ; setiap data harus akurat, jika tidak mengakibatkan organisasi tidak tepat dalam
mengambil keputusan untuk mengoreksi suatu penyimpangan.
2) Tepat waktu ; informasi segera dikumpulkan, diarahkan dan dievaluasi jika hendak
diambil tindakan yang tepat pada waktunya untuk perbaikan.
3) Obyektif dan Komprehensif ; informasi dalam sistem pengawasan harus dapat dipahami
dan dianggap obyektif oleh individu yang menggunakannya.
5) Ekonomis ; biaya untuk implementasi sistem sebaiknya lebih kecil daripada keuntungan
yang diperoleh dari sistem itu.
6) Fleksibel ; sistem harus fleksibel agar organisasi lebih mudah bertindak untuk
mengatasi perubahan yang kurang menguntungkan atau memanfaatkan kesempatan-
kesempatan baru.
7) Dapat diterima oleh seluruh anggota organisasi ; idealnya jika sistem tersebut dapat
menghasilkan prestasi yang tinggi diantara para anggota organisasi dengan membangkitkan
perasaan bahwa mereka memiliki otonomi, tanggung jawab dan kesempatan untuk mencapai
tujuan.
8) Dapat diorganisasikan dengan arus pekerjaan organisasi. Hal ini disebabkan oleh:
Ø Setiap langkah dalam proses pekerjaan dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
seluruh operasi.
1. Pengawasan harus mendukung sifat atau kebutuhan dari kegiatan. Untuk masing-
masing kegiatan cara pengawasannya pun berbeda – beda, antara organisasi kecil dan besar
juga berbeda.
2. Pengawasan harus segera melaporkan setiap ada penyimpangan, jika ada penyimpangan
yang terlambat diatasi maka hal itu akan menjadi parah dan memperumit tindakan korektif
yang akan dilakukan.
4. Pengawasan harus akurat dan obyektif. Agar pengawasan menjadi obyektif, maka
mutlak diperlukan suatu ukuran sebagi pedoman pelaksanaannya.
5. Pengawasan harus fleksibel. Dalam melakukan pengawasan, perlu dicari alternatif-
alternatif rencana untuk situasi yang memungkinkan.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi. Jika satu bagian membuat kekeliruan,
maka hal itu harus diatasi bersama- sama dengan kegiatan lain yang merupakan satu kesatuan
organisasi.
1) Menetapkan standard and metode untuk mengukur prestasi. Misalkan beberapa target
yang harus dicapai/ beberapa jumlah produksi yang harus dicapai.
2) Mengukur prestasi kerja, hal ini merupakan proses yang berkesinambungan dan
berulang-ulang yang frekuensinya tergantung pada jenis aktiitasnya, sebaiknya dilakukan
dengan segera agar waktunya tidak terlalu panjang.
5) Mengambil tindakan korektif, apabila tidak ada penyimpangan pada langkah pertama
dan kedua maka manajemen tidak perlu melakukan tindakan apa-apa. Tapi jika sebaliknya,
maka manajemen perlu melakukan tindakan korektif. Tindakan ini dapat berupa perubahan
aktifitas organisasi atau pada standar kerja yang telah ditetapkan semula.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang telanh dirangkum dari bagian awal sampai akhir :
1. Controling merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh
seorang controller ( pengawas).
2. Pengawasan memiliki tujuan untuk menemukan kemacetan, mencegah penyimpangan,
melakukan koreksi,memperoleh efisiensi dan efektifitas, dan mempertebal rasa tanggung
jawab dan dapat dilakukan pada bidang produksi, pemasaran, keuangan, personalia, dan
administrasi.
3. Elemen-elemen esensial dalam sistem kontrol adalah sebagai alat ukur, pembanding,
dan sarana koreksi kegiatan yang sedang berjalan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
5. Prinsip-prinsip kontrol terdiri dari titik Kontrol Strategis (Strategic Point Control),
Umpan Balik (Feedback), Kontrol yang Fleksibel (Flexible Control), Kesesuaian Organisasi
(Organizational Suitability), Kontrol Diri (SelfControl), Kontrol Langsung (Direct Control),
Faktor Manusia (Human Factor).
6. Menurut tinjauan dari beberapa segi, ada beberapa macam dan jenis pengawasan, yaitu
menurut ruang lingkupnya, obyek pengawasan, pihak yang mengawasi, dan waktu.
7. Pengawasan merupakan aspek penting dalam manajemen karena jika adanya perubahan
di lingkungan organisasi, jika organisasi semakin kompleks, jika timbulnya kesalahan-
kesalahan dalam bekerja, manajemen akan mampu menghadapi semua tantangan tersebut dan
kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenangnya.
8. Harold Kontz dan Cryil O Donnell menetapkan asas pengawasan menjadi beberapa
asas, diantaranya Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective), Asas efisiensi
dan pengawasan (Principle of efficiency and control), Asas tanggung jawab pengawasan
(Principle of control responsibility), Asas pengawasan terhadap masa depan (Principle of
future control), Asas pengawasan langsung (Principle of direct control), Asas refleksi
perencanaan (Principle of reflection of plans), Asas penyesuaian dengan organisasi (Principle
of organizational suitability), Asas pengawasan individual (Princple of individuality of
control), Asas standar (Principle of standard),Asas pengawasan terhadap strategis (Principle
of strategic point control), Asas kekecualian (The exception principle), Asas pengawasan
fleksibel (Principle of flexibility of control), Asas peninjauan kembali (Principle of review),
Asas tindakan (Principle of action).
9. Sifat dan waktu pengawasan (control) dibedakan atas preventive control, represive
control, pengawasan yang dilakukan tengah proses penyimpangan terjadi, pengendalian
berkala, dan pengendalian mendadak.
10. Karakteristik pengawasan yang efektif yaitu, akurat, tepat waktu, obyektif dan
komprehensif, dipusatkan pada titik pengawasan strategis, ekonomis, fleksibel, dapat
diterima oleh seluruh anggota organisasi, dapat diorganisasikan dengan arus pekerjaan
organisasi.
11. Cara-cara pengawasan yang baik itu, diantaranya pengawasan harus mendukung sifat
atau kebutuhan dari kegiatan, harus segera melaporkan setiap ada penyimpangan, harus
berorientasi jauh kedepan, harus akurat dan obyektif, harus fleksibel, harus serasi dengan
pola organisasi.
12. Langkah-langkah dan proses pengawasan terdiri dari, menetapkan standard and
metode untuk mengukur prestasi, mengukur prestasi kerja, menentukan apakah prestasi kerja
memenuhi standar, mengambil tindakan korektif.
DAFTAR PUSTAKA
Sule, Ernie Tisnawati, dkk. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Penada Media
Group
http://evynurhidayah.blogspot.com/2011/04/makalah-mpk-pengawasan-manajemen.html (17
Mei 2013)
http://zahranmirzan.blogspot.com/2013/01/makalah-pengantar-manajemen-controlling.html