DISUSUN OLEH :
KELOMPOK XII
ADILLA SHAFRIYANTYO P G 0015006
ASTRIDA FESKY FEBRIANTY G 0015028
DINA AYU APRIYANI G 0015062
FITA NAFISA G 0015090
KARLA MONICA P G 0015124
MAULIDI IZZATI G 0015152
MOCHAMMAD RASYID A G 0015156
NANDA KURNIA R G 0015182
NOVIANA PRAVITA D G 0015190
STEPHANIE T R G 0015216
YOHANES ADITYA A S G 0015236
CHA JIN HEE G 0015244
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui, Menyetujui,
Kepala UPT Puskesmas Sambirejo Instruktur Lapangan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global
sejak dibahas dalam konferensi internasional tentang kependudukan dan
pembangunan (International Conference on Population and Development,
ICPD) di Kairo, Mesir, pada tahun 1994. Hal yang didapat dari konferensi
tersebut adalah perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah
kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi
dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan
reproduksi serta upaya pemenuhan hak-hak reproduksi.
Kebijakan Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia
menetapkan Kesehatan Reproduksi mencakup 5 komponen, yaitu Program
Kesehatan Ibu dan Anak, Program Keluarga berencana, Program
Kesehatan Reproduksi Remaja, Program Pencegahan dan Penaggulangan
PMS termasuk HIV/AIDS dan Program Kesehatan Reproduksi pada Usia
Lanjut. Tetapi yang diprioritaskan di Indonesia mencakup 4 komponen
program, yaitu Program Kesehatan Ibu dan Anak, Program Keluarga
berencana, Program Kesehatan Reproduksi Remaja, Program Pencegahan
dan Penanggulangan PMS termasuk HIV/AIDS atau yang disebut
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) dan jika ditambah
Kesehatan Reproduksi pada Usia Lanjut disebut Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Komprehensif (PKRK).
Pelaksanaan PKRE bertumpu pada pelayanan masing-masing
program terkait yang ada pada pelayanan kesehatan dasar. PKRE
merupakan keterpaduan berbagai pelayanan dengan tujuan agar sasaran
memperoleh seluruh pelayanan secara terpadu dan berkualitas, termasuk
dalam aspek komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE).
Kesehatan reproduksi mencakup tiga komponen yaitu :
kemampuan (ability), keberhasilan (success), dan keamanan (safety).
Kemampuan berarti dapat berproduksi. Keberhasilan berarti dapat
menghasilkan anak sehat yang tumbuh dan berkembang. Keamanan berarti
semua proses reproduksi termasuk hubungan seks, kehamilan, persalinan,
kontrasepi, dan abortus seyogyanya bukan merupakan aktivitas yang
berbahaya.
Ada empat pilar utama kesehatan reproduksi yaitu (1) Women
Health ; (2) Infant and Child Health ; (3) Prevention and Treatment of
STDs (Pencegahan dan Penanganan Infeksi Menular Seksual) ; dan (4)
Fertility Regulation.
Pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja bertujuan untuk
mencegah dan melindungi remaja dari periaku seksual berisiko atau
perilaku berisiko lain yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan
reproduksi. Perilaku seksual berisiko antara lain seks pranikah yang
berakibat pada kehamilan tidak diinginkan, perilaku seksual berganti-ganti
pasangan, aborsi tidak aman, dan perilaku berisiko tertular Infeki Menular
Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS. Perilaku lain yang berisiko adalah
penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) dan
perilaku gizi buruk yang dapat menyebabkan masalah gizi khusunya
anemia. Selain itu, pelayanan kesehatan reproduksi remaja bertujuan juga
untuk mempersiapkan remaja untuk menjalani kehidupan reproduksi yang
sehat dan bertanggung jawab yang meliputi persiapan fisik, psikis, dan
social untuk menikah dan menjadi orang tua pada usia yang matang.
Kegiatan pembelajaran Field Lab Kesehatan Reproduksi dilakukan
berupa Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dengan pertimbangan
sejalan dengan paradigma sehat dan kegiatan yang sudah terselenggara di
semua Puskesmas mitra Fakultas Kedokteran UNS.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan
mahasiswa dapat memiliki kemampuan untuk:
1. Melakukan penyuluhan KIE Kesehatan reproduksi di tingkat
puskesmas khususnya tentang ANC-10 T.
2. Melakukan KIE Kesehatan reproduksi di kalangan anak remaja
pada institusi sekolah (Kelas IV- VI SD, SMP, dan SMA).
3. Melakukan penyuluhan KB secara terpadu dengan pelaksanaan
upaya kesehatan reproduksi di tingkat Puskesmas.
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
PEMBAHASAN
Pada kegiatan field lab kali ini, kelompok kami melakukan penyuluhan
yang sasarannya adalah siswa SDN Sambirejo 4 dan bapak ibu anggota Prolanis.
Penyuluhan yang ditujukan pada siswa SD memiliki pesan inti yang ingin
disampaikan berupa :
1. Fungsi dan perkembangan organ reproduksi pada pria dan wanita, pubertas
serta gejala-gejala pubertas
2. Menstruasi dan kiat-kiat seputar menstruasi
3. Kesehatan reproduksi, cara menjaga kebersihan dan kesehatan alat
reproduksi yang dapat dilakukan oleh remaja
4. Bahaya dan akibat-akibat yang terjadi jika melakukan kenakalan remaja
seperti pacaran yang tidak sehat, tawuran, hubungan seksual sebelum
menikah dan pada usia dini, dan bahaya merokok dan menggunakan
narkoba
1. Keluarga Berencana
2. Menopause
3. Kontrasepsi (macam-macam, efektifitas, risiko yang terjadi, keuntungan,
dan kerugian)
Namun dari kendala yang kami hadapi saat melakukan penyuluhan dapat
kami atasi dengan menggunakan games, pendekatan personal kepada audience
serta komunikasi yang interaktif. Hal tersebut juga bukan merupakan masalah
yang berarti ketika dilihat dari hasil pretest-posttest yang mengalami peningkatan
cukup baik.
A. KESIMPULAN
Dari kegiatan keterampilan KIE Kesehatan Reproduksi kepada siswa SDN
Sambirejo 4 dan bapak ibu anggota Prolanis dapat disimpulkan bahwa:
1. Dengan adanya penyuluhan , diharapkan setiap siswa mendapatkan
wawasan baru tentang apa sebenarnya reproduksi, pubertas, menstruasi,
kesehatan reproduksi, serta kenakalan remaja.
2. Perilaku hidup sehat dan kesehatan reproduksi remaja merupakan masalah
penting yang harus diperhatikan. Adanya Kegiatan KIE Kesehatan
Reproduksi secara tidak langsung dapat mengurangi angka kasus
kesehatan reproduksi remaja, seperti kasus seks bebas, kasus KTD, kasus
aborsi, dan kasus PMS pada remaja.
3. Adanya penyuluhan pada bapak & ibu anggota prolanis juga dapat
menambahkan wawasan mengenai keluarga berencana, menopause, dan
kontrasepsi.
4. Dengan mengetahui cara penggunaan KB dengan benar dan alat
kontrasepsi, secara tidak langsung dapat mengurangi angka kasus
kematian maternal di Indonesia. Selain itu dapat memperbaiki tingkat
kesehatan reproduksi ditingkat lanjut usia. Ukuran populasi di Indonesia
dapat diatur dan dapat seimbang.
B. SARAN
1. Kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi pada Siswa SDN Sambirejo 4 telah
berjalan dengan baik. Namun karena beberapa siswa adalah siswa kelas
IV, dengan faktor usia yang masih belum masuk usia Remaja,
kemungkinan masih ada yang belum mengerti akan materi yang
disampaikan. Kegiatan KIE dapat dilakukan kepada siswa SMP atau SMA
yang lebih mengerti akan materi penyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA
Foto 3.
Saat belajar tentiran mengenai ANC-10T bersama Ibu Wheny
Foto 4. Saat penyuluhan di SDN 04 Sambirejo berlangsung serta antusiasme dari
adik-adik
Foto 5. Saat adik-adik mengerjakan pretest dan post test