Angka Penting Dan Pengolahan Data PDF
Angka Penting Dan Pengolahan Data PDF
Pendahuluan
Pengamatan merupakan hal yang penting dan biasa dilakukan dalam proses
pembelajaran. Seperti ilmu pengetahuan lain, fisika berdasar pada pengamatan
eksperimen dan pengukuran kuantitatif. Tujuan utama dari ilmu fisika adalah
memperoleh sejumlah hukum dasar yang mengatur fenomena alam dan
menggunakannya untuk memperoleh teori yang dapat memperkirakan hasil dari
eksperimen. Hukum dasar yang dipergunakan untuk membangun teori dijabarkan
dalam bahasa matematika, sebuah alat untuk menjembatani antara teori dan
eksperimen.
1
Analisa Kesalahan
Bila kita melakukan pembuktian hukum-hukum fisika atau mencari besaran fisis
diperlukan pengukuran. Pembacaan skala pada voltmeter, stopwatch atau batang
penggaris sebagai contoh, dapat diterapkan langsung pada serangkaian analisa
terhadap besaran atau hukum yang sedang dipelajari. Ketidakpastian (uncertainty)
dalam pembacaan, akan menghasilkan ketidakpastian pada hasil akhir. Sebuah
pengukuran yang tanpa disertai ketidakpastian akan mengakibatkan penerapan yang
terbatas. Untuk itu, penting sekali dalam perkuliahan dasar teknik laboratorium untuk
memasukan pembahasan tentang ketidakpastian dalam setiap pengukuran.
Ketidakpastian kadang disebut sebagai kesalahan/ralat (error) eksperimental.
Kesalahan sistimatik ditimbulkan oleh sebab yang teridentifikasi dan pada prinsipnya
dapat dihilangkan. Kesalahan sistimatik ada empat jenis, yaitu :
Kesalahan acak berbeda dengan kesalahan sistimatik dan kesalahan ini dapat
dikuantisasi dengan analisa statistik, sehingga efek kesalahan acak pada besaran dan
hukum fisika pada suatu eksperimen dapat ditentukan. Perbedaan antara kesalahan
acak dan kesalahan sistimatik dapat digambarkan dengan contoh berikut. Misalkan
pengukuran suatu besaran fisis dilakukan sebangak lima kali dalam kondisi yang
sama. Jika hanya terdapat kesalahan acak, maka nilai pengukuran kelimanya akan
tersebar disekitar “nilai benar”, sebagian akan terlalu tinggi atau terlalu rendah seperti
terihat dalam Gbr. 1a. Jika selain kesalahan acak juga terdapat kesalahan sistimatik
maka kelima nilai pengukuran akan tersebar bukan disekitar “nilai benar” namun pada
beberapa nilai yang bergeser seperti pada Gbr. 1b
2
a)
nilai benar
b)
nilai benar
Gbr 1. Data pengukuran (a) dengan kesalahan acak (b) dengan kesalahan acak dan sistimatik.
Setiap tanda menunjukan nilai pengukuran.
Jika besaran fisis, seperti pengukuran panjang dengan batang penggaris atau
pengukuran waktu dengan stopwatch dilakukan berulang kali maka sebaran
∑
(1)
dalam Gbr. 2. (dalam beberapa kasus, mendekati “nilai benar” jika n banyak sekali
Semua harga pengukuran akan tersebar disekitar nilai rata-rata seperti ditunjukkan
dan tidak ada kesalahan sistimatik). Sebaran yang kecil dari nilai pengukuran disekitar
nilai rata-rata menunjukan tingkat presisi yang tinggi.
rata-rata .
Gbr.2. Setiap tanda garis menunjukan hasil pengukuran. Nilai terukur tersebar disekitar nilai
Nilai terbaik dari suatu pengukuran telah ditentukan dengan menghitung rata-rata ( ).
Kita juga harus memperkirakan ketidakpastian atau kesalahan nilai tersebut. Standar
deviasi didefinisikan sebagai
∑
(2)
Jika standar deviasi kecil, maka sebaran nilai terukur di sekitar nilai rata-rata akan
kecil sehingga presisi dalam pengukuran menjadi tinggi. Catat bahwa deviasi standar
selalu positif dan memiliki satuan yang sama dengan nilai terukur.
Kesalahan atau ketidakpastian nilai rata-rata ( ) adalah standar deviasi dari harga
rata-rata (sm) yang didefinisikan sebagai :
√
(3)
3
Dimana s adalah standar deviasi dan n adalah banyaknya pengukuran. Sehingga
dapat dituliskan
∑
(4)
Hasil akhir pengukuran dituliskan sebagai
(5)
jangkauan,
hingga .
Persamaan (5) memiliki makna bahwa kemungkinan nilai terukur akan berkisar dalam
3
ditambahkan ke dalam hasil akhir pengukuran, maka hasil akhir akan menjadi
(6)
d1
d1
Gbr. 3 Kesalahan d2 lebih besar dari pada d1 karena titik pusat tanda tidak sama
Perambatan Kesalahan
Perambatan kesalahan merupakan metode sederhana untuk menentukan kesalahan
sebuah nilai, dimana nilai tersebut dihitung dengan menggunakan dua atau lebih nilai
terukur dan dengan menyertakan perkiraan kesalahan yang diketahui.
4
Penjumlahan dan Pengurangan dalam Pengukuran
Misalkan x, y, dan z adalah tiga nilai terukur dengan perkiraan kesalahan sebesar δx,
δy, dan δz. Hasil dari tiga pengukuran dapat dituliskan dalam bentuk
, , (7)
dimana setiap perkiraan kesalahan bisa berupa skala terkecil dari alat ukur. Jika w
merupakan nilai yang akan dihitung dari pengukuran di atas, maka akan didefinisikan
!
menjadi
(8)
Bila perkiraan kesalahan dari x, y, dan z diketahui, maka kesalahan w dapat peroleh
Luas dari persegi panjang dengan lebar w dan tinggi h adalah $ ! · &. Bila kita
mengukur lebar dan tinggi persegi panjang berikut harga perkiraan kesalahannya,
maka kita akan mengetahui nilai w ± δw dan h ± δh sehingga kita dapat menghitung A
± δA. Untuk menentukan δA, pertama-tama kita dapat menggunakan kalkulus turunan
untuk memperoleh turunan luas dari dA
+) +*
, - , -
+(
( ) *
(12)
Penyimpangan
5
Angka Penting
Dalam memperkirakan hasil suatu pengukuran, kita dapat menuliskan perkiraan
terbaik dengan angka penting serta ketidakpastianya sehingga jumlah angka desimal
sesuai dengan perkiraan terbaik. Untuk penulisan perkiraan terbaik, mengikuti aturan
angka penting sedangkan penulisan ketidakpastian mengikuti aturan jumlah desimal.
1. Angka bukan nol yang terletak di posisi paling kiri adalah digit paling berarti
2. Jika tidak ada tanda koma desimal, angka bukan nol yang terletak di posisi
paling kanan adalah digit paling kurang berarti
3. Jika ada tanda koma desimal, angka yang terletak di posisi paling kanan
termasuk angka nol adalah digit paling kurang berarti
4. Jumlah angka berarti adalah jumlah seluruh digit yang terletak diantara dijit
paling berarti dan digit paling kurang berarti ditambah dua
Angka penting adalah semua angka yang diperoleh langsung dari proses pengukuran
dan memasukan angka nol untuk tujuan letak titik desimal. Definisi ini dapat
digambarkan dengan sejumlah contoh:
2 1
2,0 2
2,00 3
0,136 3
2,483 4
3
2,483 × 10 4
310 2 atau 3
2
3,10 × 10 3
2
3,1 × 10 2
Pengukuran dan kesalahan eksperimental harus memiliki dijit penting terakhir pada
tempat yang sama (relativ terhadap titik desimal).
3
Sebagai contoh : 54,1 ± 0,1121 ± 4 8,764 ± 0,002 (7,63 ± 0,10) × 10 .
1. Jika dijit paling kanan pada deretan angka setelah koma desimal lebih besar dari
angka 5, angka paling kurang berarti dinaikan nilainya
2. Jika dijit paling kanan pada deretan angka setelah koma desimal kurang dari
angka 5, angka peling kurang berarti tidak perlu dinaikan nilainya
3. Jika dijit paling kanan pada deretan angka setelah koma desimal sama dengan
angka 5, angka paling kurang berarti dinaikan nilainya, hanya jika dia bilangan
ganjil.
6
Angka Penting pada Perhitungan
Sesungguhnya, angka yang tepat dari penulisan angka penting harus diperoleh
melalui analisa kesalahan. Namun analisa kesalahan membutuhkan waktu dan
biasanya dalam kegiatan laboratorium hal ini ditunda terlebih dahulu. Dalam beberapa
kasus, harus diperoleh angka penting yang cukup sehingga pembulatan tidak
membahayakan. Sebagai contoh ;
0,91 × 1,23 = 1,1 SALAH
Dalam contoh diatas, angka 0,91 dan 1,23 diketahui menunjukan sekitar 1%, dimana
hasilnya 1,1 didefinisikan sekitar 10%. Dalam kasus ini, akurasi hasil berkurang
hampir sepersepuluh karena kesalahan pembulatan. Sekarang, faktor sepuluh dalam
akurasi menjadi penting dan tidak boleh dibuang dalam analisa yang ceroboh.
0,91 × 1,23 = 1,1193 SALAH
Dijit tambahan yang tidak penting merupakan beban, dan selanjutnya hal ini
mengakibatkan akibat yang salah dari hasil
0,91 × 1,23 = 1,12 BENAR
0,91 × 1,23 = 1,119 kurang baik, tapi bisa diterima
Dalam perkalian atau pembagian kadang dapat diterima untuk memakai jumlah yang
sama dari angka penting dari hasil sebagai faktor terakhir. Contoh
2,6 × 31,7 =82,42 = 82
5,3 ÷ 748 = 0,007085 = 0,0071
n h(cm) D(mm)
1 32,0 23,90
2 - 23,95
3 - 23,95 D
4 - 23,90
5 - 23,85
1. Pengukuran tinggi silinder dilakukan 1 kali, maka deviasi dari harga rata-
7
2. Pengukuran diameter silinder dilakukan 5 kali sehingga diperoleh nilai
P R O
O 23,91 NN
Q 5
1
U V P 0,04 NN
RO
O
QQ
1
1 1
X YO & 3,1423,91 32,0 14360,8 NN[
3. Perhitungan volume silinder adalah
4 4
Dengan perhitungan perambatan kesalahan sebagai berikut
berdasarkan
^X ^X
"X \] _ "O ] _ "&
^O ^&
^X ^X 1 1
"X ] _ "O ] _ "& ] YO&_ "O ] YO _ "&
Dengan
^O ^& 2 4
"X 2 1
"O "&
maka
X O &
2
1
2
1
X X \] O_ ] &_ 14360,8\] 0,14_ ] 0,5_
O & 23,91 32,0
881,9 NN [
Analisa Grafik
Salah satu cara terbaik untuk memperoleh hubungan antara variabel terukur adalah
dengan cara memplot data menjadi grafik dan menganalisa grafik tersebut. Prosedur
di bawah ini harus diikuti saat memplot data
1. Gunakan pinsil atau pena yang tajam. Ujung pinsil atau pena yang melebar
akan mengakibatkan ketidakakuratan.
2. Gambarkan grafik pada satu halaman penuh dari laporan. Grafik yang
diciutkan akan mengurangi keakurasian analisa grafik.
3. Beri judul grafik
4. Variabel terikat harus diplot sepanjang sumbu vertikal (y) dan variabel bebas
sepanjang sumbu horizontal (x).
8
5. Berilah nama masing-masing sumbu beserta satuannya
6. Pilih skala untuk setiap sumbu dan mulai setiap sumbu pada titik nol, bila
mungkin
7. Gunakan error bar untuk menunjukkan kesalahan pengukuran
jangkauan
titik data kesalahan
8. Gambarkan kurva melalui titik-titik data. Jika kesalahanya acak, maka 1/3
dari titik-titik tersebut akan tidak berada pada sekitar jangkauan kesalahan
dari kurva terbaik.
Gbr 3 menunjukkan grafik berdasarkan data di atas Grafik berdasarkan data tersebut
menunjukan kecepatan v merupakan fungsi linier dari waktu t. Persamaan umum
untuk garis lurus adalah
(14)
Dimana m adalah kemiringan garis dan b adalah perpotongan terhadap sumbu
vertikal yang merupakan nilai y saat x = 0. Bila v = y, dan x = t, a = m, dan v0 = b
maka :
(15)
Kecepatan vs Waktu
9
Ini merupakan bentuk dari persamaan untuk garis tanpa putus yang melewati data,
dimana v0 adalah nilai kecepatan saat t = 0 dan a adalah kemiringan garis yang
merupakan percepatan benda. Berdasarkan grafik v0 = 0,32 m/s. Untuk menghitung
kemiringan, pilih dua titik pada garis yang cukup terpisah.
n n
,[kl,ml ,pk
b cdNefeQgbQ 0,20 N/
∆i o o
∆j l,ll,k p,k
(16)
b
Bila δa adalah kesalahan dari a
tuvwx xtytuvwx y
, - 0,02 N/
l,[l,p
Nilai eksperimen dan kesalahan untuk a adalah b b 0,20 0,02 N/
(19)
cd brb&bQ sdfsz{zQgbQ
tux|x*x }~j~w tuvwx xtyy
(20)
l N/ 0,32 N/
l,mkl,
(21)
Untuk contoh kedua, perhatikan percobaan dari jarak tempuh sebuah benda sebagai
fungsi dari waktu, dengan data
Gbr. 4. menunjukan grafik berdasarkan data di atas Pada kasus ini, membuat garis
lurus dengan cara melewati titik-titik data tidak benar karena d bukan merupakan
fungsi linier terhadap waktu t. Berdasarkan grafik menujukkan d sebanding terhadap
n
t , dimana n >1 sehingga dapat dikatakan d merupakan fungsi kuadrat terhadap waktu
dengan n = 2.
10
Jarak vs Waktu
Jarak vs (Waktu)2
11
Least Square (Kuadrat Terkecil)
Sejumlah N data (x , y ) akan dicari persamaan garis lurus untuk serangkaian data
i i
tersebut. Prosesnya kadang disebut sebagai regresi linier. Jika sebaran pengukuran
berdasarkan sebaran Gauss, dapat diperlihatkan bahwa garis lurus yang dibuat akan
meminimalisasi jumlah jarak vertikal di kuadrat untuk setiap titik (xi, yi) terhadap garis
lurus y = mx + b seperti terlihat pada Gbr. 6.
Maka dapat dicari nilai m dan b dengan cara meminimalisasi fungsi s sebagai
(24)
Bila suku sebelah kanan dikuadratkan maka
(25)
Dengan Σ adalah penjumlahan semua indeks i. Jika
(26)
Gbr. 6. Garis lurus akan meminimalisasi jumlah jarak vertikal kuadrat di.
(28)
dengan kesalahan
.
(29)
12
, - ∑
∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑
Sedangkan
∑ ∑
(30)
f ,
+ ∑ K
+ + #∑ ∑ K
(31)
f ,
∑ ∑ ∑
Atau dapat ditulis sebagai
∑ ∑ ∑ ∑
(32)
13