Anda di halaman 1dari 14

UNIT REKAM MEDIK RS UNHAS

RS UNHAS merupakan rumah sakit tipe B. Menurut PERMENKES Nomor


340 Tahun 2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit, salah satu kriteria yang harus
dimiliki oleh rumah sakit tipe B adalah memiliki pelayanan penunjang klinik, seperti
Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan
Rekam Medik.
Keberadaan unit rekam medis pada suatu rumah sakit sangat penting. Hal ini
karena sumber informasi yang berasal dari data rekam medis sangat berguna
sebagai landasan untuk menilai kinerja unit pelayanan medis, sehingga dapat
digunakan untuk evaluasi kinerja dan kepuasan pasien yang akan mempengaruhi
pengambilan keputusan atau penetapan kebijakan selanjutnya.
Selain itu, unit rekam medik juga dapat membantu mahasiswa yang sedang
belajar atau meneliti tentang keadaan pelayanan suatu rumah sakit. Gambarannya
dapat dilihat pada data-data rekam medis. Kelengkapan dari pengisisan rekam
medik sangat penting sebagai bukti ketika terjadi masalah yang berhubungan
dengan medical error.
Standar tentang pelayanan dan operasional unit rekam medik diatur dalam
PERMENKES No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis, KMK No. 377 Tahun
2007 tentang Standar Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, Kepmenkes No.
129 Tahun 2008 tentang SPM Rumah Sakit, Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan
dan Penyajian Data RS Tahun 2005, Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan,
PORMIKI Tahun 2008, Kep Dirjen Yanmed 78/1991 tentang Penyelenggaraan
Rekam Medis di RS, dan SE Dirjen Yanmed HK.00.06.1.5.01160 tentang Petunjuk
Teknis Pengadaan Formulir Rekam Medis Dasar dan Pemusnahan Arsip Rekam
Medis di Rumah Sakit Tahun 1995.

...... http://tugaskuliahfkm.blogspot.co.id/2012/04/laporan-residensi-i-unit-rekam-
medis.html
Analisa Kuantitatif dan kuantitatif RM
Analisa Kuantitatif

1. Pengertian Analisa Kuantitatif

Analisa Kuantitatif adalah review bagian tertentu dari isi Rekam Medis dengan
maksud menemukan kekurangan khusus yang berkaitan dengan pencatatan Rekam
Medis.

2. Perlu Pengetahuan Tentang

a. Jenis formulir yang digunakan


b. Jenis formulir yang harus ada
c. Orang yang berhak mengisi Rekam Medis
d. Orang yang berhak melegalisasi penulisan.

3. Waktu Menganalisa

 Retrospective Analysis : Sesudah pasien pulang. Hal ini telah lazim


dilakukan karena dapat dianalisa secara keseluruhan walaupun hal ini
memperlambat proses melengkapi yang kurang.

 Concurrent Analysis : Saat pasien masih dirawat

4. Tujuan Analisa Kuantitatif

 Menentukan sekiranya ada kekurangan agar dapat dikoreksi pada saat


pasien masih dirawat
 Untuk mengidentifikasi bagian yang tidak lengkap dengan mudah dapat
dikoreksi dengan adanya suatu prosedur sehingga rekam medis menjadi lebih
lengkap dan dapat digunakan untuk pelayanan pasien.
 Kelengkapan rekam medis sesuai peraturan yang ditetapkan jangka
waktunya, perizinan, dan akreditasi.
 Mengetahui hal hal yang berpotensi menyebabkan ganti rugi.

5. Komponen Analisa Kuantitatif

Komponen dasar meliputi suatu review Rekam Medis :

 Memeriksa identifikasi pasien pada setiap lembar Rekam Medis


 Adanya semua laporan / catatan yang penting
 Adanya autentikasi penulis
 Terciptanya pelaksanaan rekaman / pencatatanyang baik.

Analisis kuantitatif dan kualitatif rm

Analisa Kualitatif

1. Pengertian Analisa Kualitatif

Analisa Kualitatif adalah suatu review pengisian Rekam Medis yang berkaitan
tentang ke konsistensian dan isinya merupakan bukti bahwa Rekam Medis tersebut
akurat dan lengkap.

2. Perlu Pengetahuan Tentang

 Proses penyakit
 Peran dan standar yang ditetapkan oleh staf medis dan instituti yang
bersangkutan
 Perizinan
 Akreditasi
 Standarisasi dari badan yang mereview pencatatan Rekam Medis.

3. Tujuan Analisa Kualitatif

 Mendukung Kualitas informasi


 Merupakan aktifitas dari risk menajement
 Membantu dalam memberikan kode penyakit dan tindakan yang lebih spesifik yang
sangat penting untuk penelitian medis,study administrasi dan penagihan.
 Meningkatkan kualitas pencatatan,khususnya yang dapat mengakibatkan ganti rugi
pada masa yang akan datang
 Kelengkapan informed consent sesuai dengan peraturan
 Identifikasi catatan yang tidak konsisten
 Mengingatkan kembali tentang pencatatan yang baik dan memperlihatkan
pencatatan yang kurang.

4. Komponen Analisa Kualitatif

 Review kelengkapan dan kekonsistenan diagnosa


 Review Kekonsistenan pencatatan
 Review adanya informed consent yang seharusnya ada
 Review cara / praktek pencatatan
 Review hal-hal yang berpotensi menyebabkan tuntutan ganti rugi

...............http://www.medrec07.com/2014/12/analisa-kuantitatif-dan-kualitatif-rekam-
medis.html

Analisi kuan dan kual ke 2


1. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah telaah/review bagian tertentu dari isi rekam medis dengan
maksud menemukan kekurangan khusus yang berkaitan dengan pencatatan rekam medis

Jadi analisis kuantitatif menurut penulis dapat disebut juga sebagai analisis
ketidaklengkapan baik dari segi formulir yang harus ada maupiun dari segi kelengkapan
pengisian semua item pertanyaan yang ada pada formulir sesuai dengan pelayanan yang
diberikan pada pasien.

Tenaga rekam medis yang melakukan analisis kuantitatif harus ‘’tahu’’ (dapat
mengidentifikasi, mengenal, menemukan bagian yang tidak lengkap ataupun belum tepat
pengisiannya) tentang :

1. Jenis formulir yang digunakan


2. Jenis formulir yang harus ada
3. Orang yang berhak mengisi rekam medis
4. Orang yang harus melegalisasi penulisan

Tujuan Analisis Kuantatif :

1. Menentukan sekiranya ada kekurangan agar dapat dikoreksi dengan segera pada saat
pasien masih dirawat, dan item kekurangan belum terlupakan, untuk menjamin
efektifitas kegunaan isi rekam medis di kemudian hari. Yang dimaksud dengan
koreksi ialah perbaikan sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi.
2. Untuk mengidentifikasi bagian yang tidak lengkap yang dengan mudah dapat
dikoreksi dengan adanya suatu prosedur sehingga rekam medis menjadi lebih lengkap
dan dapat dipakai untuk pelayanan pada pasien, melindungi dai kasus hukum,
memenuhi peraturan dan untuk analisa statistik yang akurat.
3. Kelengkapan Rekam medis sesuai dengan peraturan yang ditetapkan jangka
waktunya, perizinan, akreditasi, keperluan sertifikat lainnya
4. Mengetahui hal-hal yang berpotensi untuk membayar ganti rugi

Komponen Analisis Kuantatif :

1. Memeriksa identifikasi pasien pd setiap lebar RM

ü Setiap lembar RM harus ada identitas pasien (No. RM, Nama ), bila ada lembaran rekam
medis yang tanpa identitas harus di review untuk menentukan milik siapa lembaran tersebut.

ü Dalam hal ini dengan Concurrent Analysis akan lebih mudah untuk dilengkapi dilakukan
daripada Restrospective analysis

2. Adanya semua laporan yang penting

ü Pada komponen ini akan memeriksa laporan-laporan dari kegiatan pelayanan yang
diberikan ada atau tidak ada.

ü Laporan yang ada di rekam medis :

Laporan umum seperti ; lembar riwayat pasien, pemeriksaan fisik, catatan perkembangan,
observasi klinik, ringkasan penyakit

Laporan khusus, seperti laporan operasi, anasthesi dan hasil-hasil pemeriksaan lab.

ü Dalam laporan tersebut pencatatan tanggal dan jam pencatatan menjadi penting karena ada
kaitannya dengan peraturan seperti lembar riwayat pasien dan pemeriksaan fisik harus diisi <
24 jam sesudah pasien masuk rawat inap, maka agar lengkap harus dilakukan analisis ketidak
lengkapan dengan cara Concurrent, karena kalau dengan retrsopective pemeriksaan yang
tidak lengkap diketahui setelah pasien pulang sedangkan aturannya pemeriksaan fisik harus
diisi < 24 jam, sehingga rekam medis tersebut tidak dapat dilengkapi lagi atau disebut dengan
‘’Deficiency’’.

3. Review Autentifikasi
ü Pada komponen ini analisis kuantitatif memeriksa autentifikasi dari pencatatan berupa
tanda tangan, nama jelas termasuk cap/stempel atau kode seseorang untuk kompeterisasi,
dalam penulisan nama jelas harus ada titel/gelar profesional (Dokter, perawat)

ü Dalam autentifikasi tidak boleh tanda tangani oleh orang lain selain dari penulisnya,
kecuali bila ditulis oleh dokter jaga atau mahasiswa maka ada tanda tangan sipenulis di
tambah countersign oleh supervisor dan ditulis telah direview dan dilaksanakan atas intruksi
dari … atau telah diperiksa oleh…atau diketahui oleh …

4. Review Pencatatan

Pada komponen ini akan dilakukan :

ü Pemeriksaan pada pencatatan yang tidak lengkap dan tidak dapat dibaca, sehingga dapat
dilengkapi dan diperjelas.

ü Memeriksa baris perbaris dan bila ada barisan yang kosong digaris agar tidak diisi
belakangan

ü Bila ada yang salah pencatatan, maka bagian yg salah digaris dan dicatatan tersebut masih
terbaca, kemudian diberi keterangan disampingnya bahwa catatan tersebut salah

2. Analisis Kualitatif

Adalah suatu review pengisian rekam medis yang berkaitan tentang kekonsistenan dan isinya
merupakan bukti rekam medis tersebut akurat dan lengkap

Tujuan Analisis Kualitatif :

1. Mendukung kualitas Informasi


2. Merupakan aktifitas dari Risk management
3. Membantu dalam memberikan kode penyakit dan tindakan yang lebih spesifik yang
sangat penting untuk penelitian medis, studi administrasi dan untuk penagihan
4. Meningkatkan kualitas pencatatan, khusunya yang dapat mengakibatkan ganti rugi
pada masa yang akan datang
5. Kelengkapan Informed consent sesuai dengan peraturan
6. Identifkasi catatan yang tidak konsisten
7. Mengingatkan kembali tentang pencattan yang baik dan memperlihatkan pencatatan
yang kurang.

Komponen Analisis Kualitatif :

1. Review Kelengkapan dan kekonsistenan diagnosa


2. Review kekonsistenan pencatatan diagnosa
3. Review pencatatan hal-hal yg dilakukan saat perawatan dan pengobatan
4. Review adanya informed consent yg seharusnya ada
5. Review cara/praktek pencatatan
6. Review hal-hal yang berpotensi menyebabkan tuntutan ganti rugi

1. Review Kelengkapan dan kekonsistenan diagnosa

Pada review ini akan memeriksa kekonsistenisan Diagnosa diantaranya :

1) Diagnosa saat masuk / alasan saat masuk rawat

2) Diagnosa tambahan

3) Preoperative diagnosis

4) Postoperative diagnosis

5) Phatological diagnosis

6) Clinical diagnosis

7) Diagnosis akhir/utama

8) Diagnosa kedua

b. Review kekonsistenan pencatatan diagnosa

Konsistensi merupakan suatu penyesuaian/kecocokan antara 1 bagian dengan bagian lain dan
dengan seluruh bagian, dimana diagnosa dari awal sampai akhir harus konsisten, 3 hal yang
harus konsisten yaitu catatan perkembangan, intruksi dokter, dan catatan obat.
Contoh Review kekonsistenan pencatatan diagnosa;

– Pada pelayanan rawat inap hasil operasi, hail pemeriksaan PA, hasil pemeriksaan
diagnostik, dan surat pernyataan tindakan harus konsisten , apabila berbeda menunjukan
rekam medis yang buruk

– Catatan perkembangan menulis pasien menderita demam, sedangkan dokter menulis


pasien tidak demam. Perbedaan tersebut mendatangkan pertanyaan dalam evaluasi dokter dan
diputuskan untuk tidak dilakukan tindakan

c. Review pencatatan hal-hal yg dilakukan saat perawatan dan pengobatan

Rekam medis harus menjelaskan keadaan pasien selama dirawat, dan harus
menyimpan seluruh hasil pemeriksaan dan mencatat tindakan yang telah dilakukan pada
pasien

Contoh :

Hasil test normal, pasien dalam keadaan baik, pasien telah diberi penjelasan dan petunjuk.
Semua hal diatas harus ada catatan yang melihatkan kondisi tersebut dalam rekam medis.

d. Review adanya informed consent yg seharusnya ada

Pada komponen ini menganalisa surat persetujuan dari pasien apakah sudah diisi dengan
benar dan lengkap sesuai dengan prosedur dan peraturan yang dibuat secara konsisten

Lihat prosedur dan ketentuan informed consent di PSRM II

1. Review cara/praktek pencatatan

Pada komponen ini akan dilakukan review cara pencatatan, seperti :

1) Waktu pencatatan harus ada, tidak ada waktu kosong antara 2 penulisan, khususnya
pada saar emergency. Tidak ada pencatatan pada suatu periode tidak hanya catatannya saja
yang tidak ada tetapi juga meningkatkan resiko kegagalan dalam pengobatan, dan malpraktek
penelitian dilakukan dengan hati-hati dan lengkap

2) Mudah Dibaca, tulisan harus bagus, tinta yang digunakan harus tahan lama, penulisan
dilakukan dengan hati-hati dan lengkap
3) Menggunakan singkatan yang umum, perlu dibuatkan pedoman untuk
singkatansingkatan yang digunakan sehingga semua tahu tentang arti singkatan tersebut

4) Tidak menulis komentar/hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan pengobatan pasien
/kritikan/hinaan

5) Bila ada kesalahan lebih baik dibiarkan dan kemudian dikoreksi, jangan di tipp ex

1. Review hal-hal yang berpotensi menyebabkan tuntutan ganti rugi

Rekam medis harus mempunyai semua catatan mengenai kejadian yang dapat
menyebabkan/berpotensi tuntutan kepada institusi pelaayanan kesehatan baik oleh pasien
maupun oleh pihak ketiga.

PENGONTROLAN REKAM MEDIS YANG TIDAK LENGKAP

Hasil dari analisa kuantitatif dan kualitatif secara garis besar adalah :

1, Identifikasi kekurangan yg spesifik

2. Pola /gambaran dari pencatatan yg jelek


3. Kejadian yg dapat mengakibatkan ganti rugi

Pengontrolan Rekam Medis yg tidak lengkap dapat dengan cara :

1. Statistik Ketidak lengkapan


2. Pencatatan kekurangan dari Rekam Medis
3. Penyimpanan Rekam Medis yg tidak lengkap
4. Final Chart Check

1. Statistik Ketidak lengkapan

Pengontrolan rekam medis dengan statistik ketidaklengkapan yaitu dengan mengolah data
rekam medis yang tidak lengkap dan menyajikan angka ketidaklengkapan, sehingga dapat
dijadikan peringatan untuk memperbaiki pencatatan rekam medis yang lengkap. Statistik
ketidak lengkapan dapat dihitung dengan cara Incompete dan delinguent Medical record.

................https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2014/07/01/analisis-rekam-medis-
2/

Perencanaan Sumber Daya Manusia di Unit Kerja Rekam Medis Dengan


Metode WISN

A. Pengertian Sumber Daya Manusia


Sumber Daya Manusia merupakan salah satu sumber daya yang terdapat dalam
organisasi, meliputi semua orang yang melakukan aktivitas (Gomes, 1995). Sumber daya
manusia juga merupakan faktor dominan yang harus dipertahankan dalam penyelenggaraan
pembangunan untuk memperlancar pencapaian sasaran pembangunan nasional.

B. Perencanaan SDM dan Metode Workload


Indicator Staffing Need (WISN)
1. Perencanaan SDM
Perencanaan SDM adalah serangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara
sistematis dan strategis yang berkaitan dengan peramalan kebutuhan tenaga kerja/pegawai
dimasa yang akan datang dalam suatu organisasi (publik,bisnis) dengan menggunakan
sumber informasi yang tepat guna penyediaan tenaga kerja dalam jumlah dan kualitas sesuai
yang dibutuhkan. Perencanaan sumber daya manusia di bidang kesehatan diatur dalam
Kepmenkes nomor 81 tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit. Salah satu
metode yang sering digunakan untuk menghitung kebutuhan pekerja dalam perencanaan
SDM adalah analisis menggunakan WISN. Selain metode WISN ada metode lain yang
khusus untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga perawat yaitu metode douglas.
2. Metode Workload Indicator Staffing Need (WISN)
Metode perhitungan kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja ini merupakan suatu
metode perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan beban kerja nyata yang
dilaksanakan oleh setiap kategori sumber daya manusia kesehatan pada tiap unit kerja di
fasilitas pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit.
Metode perhitungan tersebut pada saat ini telah diadaptasi dan digunakan oleh
Departemen Kesehatan RI dalam menghitung jumlah kebutuhan masing- masing kategori
tenaga kesehatan yang dibutuhkan di Kantor Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Propinsi,
Kabupaten/Kota, serta disahkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI
no.81/Menkes/SK/2004.
Menurut Shipp (1998), metode perhitungan ini memiliki keunggulan dibandingkan
metode perhitungan kebutuhan tenaga lainnya. Kelebihan metode ini adalah :
1. Mudah dilaksanakan, karena menggunakan data yang dikumpulkan dari laporan kegiatan
rutin unit layanan,
2. Mudah dalam melakukan prosedur perhitungan, sehingga manajer kesehatan di semua
tingkatan dapat segera memasukkannya dalam perencanaan ketenagaan,
3. Mudah untuk segera mendapatkan hasil perhitungannya, sehingga dapat segera
dimanfaatkan oleh manajer kesehatan di semua tingkatan dalam pengambilan
keputasan/kebijakan,
4. Metode perhitungan dapat digunakan bagi berbagai jenis ketenagaan, termasuk tenaga non
kesehatan (tenaga administrasi, tenaga keuangan, tenaga perencanaan, tenaga penunjang
umum lainnya), dan
5. Hasil perhitungannya realistic, sehingga hasilnya akan memberikan kemudahan dalam
menyusun perencanaan anggaran dan alokasi sumber daya lainnya.
Adapun kekurangan dari metode ini adalah karena input data yang diperlukan bagi
prosedur perhitungan berasal dari rekapitulasi kegiatan/statistik rutin kegiatan unit satuan
kerja/institusi, dimana tenaga yang dihitung bekerja, maka kelengkapan pencatatan data dan
kerapihan penyimpanan data mutlak harus dilaksanakan demi memberikan
keakuratan/ketepatan hasil perhitungan jumlah tenaga secara maksimal.
Menurut Shipp (1998), langkah perhitungan kebutuhan tenaga berdasarkan WISN ini
meliputi 5 langkah, yaitu :
1. Menetapkan waktu kerja tersedia
Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya waktu kerja tersedia masing-
masing kategori SDM yang bekerja selama kurun waktu satu tahun.
2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM yang dihitung
Menetapkan unit kerja dan kategori SDM tujuannya adalah diperolehnya unit kerja dan
kategori SDM yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan baik di dalam
maupun di luar tempat kerja.
3. Menyusun standar beban kerja
Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun per kategori SDM.
Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaiakannya (rata-rata waktu) dan waktu yang tersedia per-tahun yang dimiliki
oleh masing-masing kategori tenaga.
4. Menyusun standar kelonggaran
Penyusunan standar kelonggaran tujuannya adalah diperolehnya faktor kelonggaran tiap
kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu untuk menyelesaiakan suatu
kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah
kegiatan pokok/pelayanan.
5. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja
Adapun rumus waktu tersedia adalah :
Waktu kerja tersedia = (A-(B+C+D+E)) x F
A = hari kerja (jumlah hari kerja/minggu)
B = cuti tahunan
C = pendidikan dan pelatihan
D = hari libur nasional
E = ketidakhadiran kerja (sesuai dengan rata-rata ketidakhadiran kerja selama kurun waktu 1 tahun,
karena alasan sakit, tidak masuk kerja dengan atau tanpa pemberitahuan atau ijin)
F = waktu kerja (waktu kerja dalam satu hari)
Beban kerja masing-masing kategori SDM di unit kerja rumah sakit meliputi :
1. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing kategori tenaga,
2. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyesuaikan tiap kegiatan pokok, dan
3. Standar beban kerja per 1 tahun masing-masing kategori SDM.
Kegiatan pokok adalah kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai dengan standar
pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP), untuk melaksanakan pelayanan
kesehatan/medik yang dilaksanakan SDM kesehatan dengan kompetensi tertentu. Langkah
selanjutnya untuk memudahkan dalam menetapkan beban kerja masing-masing kategori
SDM perlu disusun kegiatan pokok serta jenis kegiatan pelayanan yang berkaitan langsung
fdengan pelayanan kesehatan perorangan.
Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama bekerja
dan kesepakatan bersama. Agar diperoleh data rata-rata waktu yang cukup akurat dan dapat
dijadikan acuan, sebaiknya ditetapkan berdasarkan waktu produktif yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDM yang memiliki kompetensi, kegiatan
pelaksanaan standar pelayanan, standar operasional (SOP) dan memiliki etos kerja yang baik.
Standar beban kerja adalah volume atau kuantitas bebas kerja selama 1 tahun per
kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan (waktu rata-rata) dan waktu kerja tersedia yang
dimiliki oleh masing-masing kategori SDM.
Penyusunan faktor kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan dan
wawancara kepada tiap kategori tentang :
1. Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan kepada pasien, misalnya :
rapat,penyusunan laporan kegiatan,penyusunan kebutuhan obat atau bahan habis
pakai,seminar,pelatihan,pembinaan karya,dll.
2. Frekuensi kegiatan dalam suatu hari,minggu,bulan.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan.
Setelah faktor kelonggaran tiap kategori SDM diperoleh, langkah selanjutnya adalah
menyusun standar kelonggaran dengan melakukan perhitungan berdasarkan rumus :
Standar kelonggaran = Rata-rata waktu per Faktor Kelonggaran
Waktu Kerja Tersedia

Perhitungan kebutuhan tenaga menurut Shipp (19998) :


Kebutuhan Tenaga = Kualitas Kegiatan Pokok + Standar Kelonggaran
Standar Beban Kerja
Standar beban kerja per kategori tenaga didapatkan dengan membagi waktu kerja
tersedia dengan rata-rata waktu produktif tenaga tersebut untuk menyelesaikan satuan produk
layanan. Sehingga langkah pertama sebelum menghitung jumlah tenaga yang dibutuhkan
adalah dengan menghitung penggunaan waktu produktif dari kategori tenaga yang diamati.

By : ida dan ditta


http://idadandita.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai