Anda di halaman 1dari 23

PAPER THT

CORPUS ALIENUM PADA BRONKUS


Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)

THT

Di Rumah Sakit Haji Medan Sumatera Utara

Disusun Oleh :

Hendra Aditama (17360175)


Hendric Hariansyah (17360176)
Irfan Wahyu Widodo (17360177)
Ismi Hanifah (17360178)

Pembimbing :

dr. Dewi Puspitasari, M.Ked, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN


RSU HAJI MEDAN SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2018

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobilalamin atas rahmat dan ridho dari-NYA sehingga

penulis dapat menyelesaikan paper dengan judul “CORPUS ALIENUM PADA

BRONKUS”. Proses penulisan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai

pihak, maka tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. Dewi Puspitasari, M.Ked, Sp. THT-KL selaku pembimbing dalam

melaksanakan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) SMF Ilmu THT RS.

Umum Haji Mina Medan, Sumatera Utara.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan paper ini baik secara

langsung ataupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Medan, Juni 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul........................................................................................... 1

Kata Pengantar .......................................................................................... 2

Daftar Isi.................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi ............................................................................. 5

2.2 Faktor Penyebab ................................................................. 5

2.3 Faktor Predisposisi ............................................................... 5

2.4 Tanda dan Gejala ................................................................. 6

2.5 Lokasi Penyebab Sumbatan Bronkus .................................. 7

2.6 Patomekanisme Aspirasi Benda Asing ................................ 7

2.7 Macam-macam Sumbatan Bronkus ..................................... 8

2.8 Penatalaksanaan .................................................................. 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan dan minuman

secara anatomis terletak di belakang tenggorokan (jalan nafas). Kedua saluran

ini sama-sama berhubungan dengan lubang hidung maupun mulut. Agar tidak

terjadi salah masuk, maka di antara kerongkongan dan tenggorokan terdapat

sebuah katup (epiglotis) yang bergerak secara bergantian menutup

tenggorokan dan kerongkongan seperti layaknya daun pintu. Saat bernafas,

katup menutup kerongkongan agar udara menuju tenggorokan, sedangkan

saat menelan makanan, katup menutup tenggorokan agar makanan lewat

kerongkongan. Tersedak dapat terjadi bila makanan yang seharusnya menuju

kerongkongan, malah menuju tenggorokan karena berbagai sebab.1

4
Gambar 1.1 Jalan masuknya makanan dan minuman ke dalam saluran nafas 1

Obstruksi jalan napas oleh benda asing pada orang dewasa sering

terjadi pada saat makan, daging merupakan penyebab utama obstruksi jalan

napas meskipun demikian berbagai macam bentuk makanan yang lain

berpotensi menyumbat jalan napas pada anak-anak dan orang dewasa.1

Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing

eksogen (dari luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh) yang

dalam keadaan normal benda tersebut tidak ada. Secara statistik, persentase

aspirasi benda asing berdasarkan letaknya masing-masing adalah; hipofaring

5%, laring/trakea 12%, dan bronkus sebanyak 83%. Rasio laki-laki banding

wanita adalah 1,4 : 1 Kebanyakan kasus aspirasi benda asing terjadi pada anak

usia <15 tahun; sekitar 75% aspirasi benda asing terjadi pada anak usia 1–3

tahun.1 Hal ini terjadi karena anak seumur itu sering tidak terawasi, lebih

aktif, dan cenderung memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya.2

Benda asing eksogen terdiri dari zat organik seperti kacang-

kacangan, tulang, dan lain-lain; dan zat anorganik seperti peniti, jarum dan

lain-lain. Benda asing endogen contohnya krusta, nanah, secret kental, darah

atau bekuan darah, dan meconium.3

Benda asing ada yang dapat ditembus sinar x seperti : biji kacang,

kedele, kayu, duri, atau daging dan yang tidak tembus sinar x seperti logam.

Gejala klinik tergantung jenis dan letak, ditemukan stridor dan sumbatan jalan

nafas.5

5
Sesak napas (dispnea) ialah sukar bernapas yang dirasakan oleh

pasien, jadi subyektif. Bila oleh pemerikasa tampak pasien sukar bernapas,

jadi ini secara obyektif, maka disebut gawat napas (respiratory distres).

Keadaan sesak napas dan gawat napas dapat disebabkan oleh sumbatan

saluran napas (dari hidung-faring-laring trakea-bronkus sampai alveolus).2

Sesak napas dibidang THT terutama disebabkan oleh sumbatan

saluran napas atas (hidung sapai laring) dan saluran napas bawah (trakea-

bronkus). Sumbatan bronkus secara mekanik disebabkan oleh gangguan

ventilasi dan drenase sekret bronkus. Secara fisiologis, bronkus yang tidak

tersumbat sangat erat hubungannnya dengan ventilasi dan drenase paru, daya

pertahanan paru, tekanan intrapulmonal, keseimbangan sirkulasi dan tekanan

karbondioksida. Drenase paru secara normal, bila terdapat infeksi traktus

trakeobronkial dilakukan dengan : a) gerak silia, b) batuk, c) mendeham,

sehingga sekret yang terkumpul dapat dikeluarkan sebelum terjadi

penyempitan saluran napas.2

Kasus aspirasi benda asing sering kali ditemukan pada anak,

meskipun dapat terjadi pada segala usia. Penyebab yang paling sering adalah

aspirasi atau penelanan benda asing akibat kecerobohan pasien atau orang

tuanya. Anak berusia 4 tahun atau kurang, tidak dapat mengunyah kacang,

wortel, berondong jagung dan makanan keras lainnya dengan sempurna.

Mereka cenderung mengulum makanan keras dalam mulut, demikian pula

mainan, peniti, dan benda lain, dan dengan demikian sering kali mengaspirasi

benda – benda tersebut. Faktor – faktor lain yang mengarah pada aspirasi

6
benda asing adalah intoksikasi, hilangnya kesadaran oleh sebab apapun, dan

trauma wajah dengan aspirasi fragmen – fragmen gigi dan lempeng geligi.

Lempeng geligi yang yang menutup palatum mengurangi sensasi intraoral

dalam hal ukuran dan posisi partikel makanan dan ikut berperan pada

aspirasi.3

BAB 1I

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Trakea bercabang dua di setinggi torakal 4 menjadi bronkus utama

kanan dan kiri. Sekat dari percabangan itu disebut karina. Karina letaknya

lebih ke kiri dari garis median, sehingga lumen bronkus utama kanan lebih

luas dari pada sebelah kiri. Bronkus kanan lebih pendek dari pada kiri,

7
panjangnya pada orang dewasa 2,5 cm dan mempunyai 6 – 8 cincin tulang

rawan. Panjang bronkus utama kiri 5 cm dan mempunyai cincin tulang rawan

sebanyak 9-12 buah. Bronkus utama kanan membentuk sudut 25 derajat

sehingga benda asing eksogen lebih mudah masuk ke lumen bronkus kanan.

Faktor lain yang mempermudah masuknya benda asing ke dalam bronkus

utama kanan adalah kerja otot trakea yang mendorong benda asing itu ke

kanan. Selain itu, udara udara inspirasi ke dalam bronkus kanan lebih besar

dibandingkan inspirasi ke bronkus kiri.2

2.2 Faktor Penyebab Sumbatan Bronkus

Faktor penyebab sumbatan bronkus ialah1 :

1) Aspirasi amnion intra-uterin

2) Sekret dan eksudat (benda asing endogen)

3) Peradangan yang menyebabkan edema mukosa, fibrosis, dan sikatriks

4) Obat-obatan seperti opiat dan sulfas atropin

5) Pembedahan

6) Tumor jinak atau ganas yang terdapat di dalam lumen atau diluar lumen

yang menekan dinding bronkus

7) Kelenjar getah bening yang menekan dinding bronkus

8) Alergi

9) Benda asing eksogen

10) Faktor predisposisi seperti umur, jenis kelamin, dan kelainan anatomi

traktus trakeobronkial

8
2.3 Faktor Predisposisi

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam

saluran napas antara lain, faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan,

kondisi sosial, tempat tinggal), kegagalan mekanisme proteksi yang normal

(tidur, kesadaran menurun, alkoholisme, dan epilepsi), faktor fisik (kelainan

penyakit neurologik), proses menelan yang belum sempurna pada anak,

faktor dental, medikal, dan surgikal (bedah, ekstraksi gigi), faktor kejiwaan

(emosi, gangguan psikis), ukuran dan bentuk sifat benda asing, faktor

kecerobohan.2

Benda asing bronkus paling sering berada di bronkus kanan karena

bronkus utama kanan lebih besar, mempunyai aliran udara lebih besar dan

membentuk sudut lebih kecil terhadap trakea dibanding dengan bronkus

utama kiri. Benda asing di saluran napas dapat menjadi penyebab berbagai

penyakit paru, baik akut maupun kronis, dan harus dianggap sebagai

diadnosis banding.2

2.4 Tanda dan Gejala

Gejala yang paling umum dari obstruksi jalan napas akut adalah

perubahan suara, dyspnea, nyeri lokal, dan batuk. Temuan fisik mungkin

termasuk stridor, suara serak, gelisah, retraksi interkostal, suprasternal, dan

supraklavikula, dan jika trauma dapat terjadi perdarahan, emfisema subkutan,

dan deformasi.4

Derajat obstruksi jalan nafas dibagi mejadi berikut4:

9
- Obstruksi lengkap: tidak ada aliran udara yang masuk atau keluar dari paru-

paru.

- Obstruksi parsial: terdapat stridor atau kesulitan bernapas karena

penyempitan saluran napas utama.

- Berpotensi terjadi obstruksi jalan napas: karena anatomi dan fisiologi

pernapasan tiap individu seseorang berbeda – beda.

Gejala aspirasi benda asing dapat dibagi dalam 3 tahap. Tahap pertama

dari gejala awal terjadi saat benda asing teraspirasi, biasanya timbul serangan

batuk dan ingin muntah yang berat. Tahap kedua adalah interval bebas gejala

dimana benda asing tersangkut pada suatu tempat. Tahap ini berlangsung

sekejap atau dapat memanjang hingga bertahun – tahun. Tahap ketiga adalah

tahap komplikasi. Obstruksi, erosi dan infeksi, perdarahan atau perforasi

adalah akibat yang dapat ditimbulkan oleh benda asing yang teraspirasi.3

Benda asing yang tersangkut di laring atau esofagus bagian leher

menimbulkan perasaan tidak nyaman, suara serak, batuk, dan mungkin

dispnea. Benda asing dalam trakea dapat bergerak maju - mundur diatara

karina dan bagian bawah glotis bersama respirasi, menimbulkan bunyi yang

jelas dan tonjolan yang dapat diraba. Edema laring akibat trauma pada

keadaan ini dapat menimbulkan suara serak dan menjadi obstruksi jalan

napas.3

Benda asing di bronkus lebih banyak masuk bronkus kanan karena

anatominya yang lurus. Pasien dengan benda asing di bronkus yang datang

10
ke rumah sakit kebanyakan berada pada fase asimptomatik. Pada fase ini

keadaan umum pasien masih baik dan foto rontgen thorak belum

memperlihatkan kelainan.1 Jika benda asing berada dalam bronkus, terdapat

kemungkinan fisiologis dalam hal obstruksi aliran udara. Jika benda tersebut

menyumbat bronkus secara total, terjadi atelektasis perifer akibat resorpsi

udara paru – paru distal ke dalam darah. Bila benda tersebut tidak

menyumbat, dimana udara dapat lewat disekitarnya baik pada inspirasi

maupun ekspirasi, maka yang terjadi mungkin hanya mengi setempat yang

menyerupai asma. Cukup banyak kasus benda asing yang salah didiagnosis

menjadi asma. Kemungkinan ketiga yang paling sering terjadi adalah

obstruksi parsial dimana benda asing berfungsi sebagai katup. Bronkus

mengembang pada inspirasi dan memungkinkan lewatnya udara ke paru –

paru distal. Keadaan ini menimbulkan emfisema di perifer dari benda asing

tersebut. Jika benda asing dibiarkan dapat timbul pneumoni, abses, atau

perdarahan. Kecurigaan akan adanya benda asing merupakan salah satu

indikasi bronkoskopi bila mana terdapat pneumonia menetap atau kambuh,

mengi setempat atau hemoptasis.2 Benda asing organik menyebabkan reaksi

yang hebat pada saluran napas dengan gejala laringotrakeobronkitis,

toksemia, batuk, dan demam ireguler. Tanda fisik benda asing di bronkus

bervariasi, karena perubahan posisi benda asing dari satu sisi ke sisi lain

dalam paru.1

2.5 Lokasi Penyebab Sumbatan Bronkus1

11
- Sumbatan di dalam lumen bronkus

a) Benda asing eksogen

b) Benda asing endogen

- Kelainan dinding traktus trakeobronkial

a) Peradangan, edema mukosa, ulkus penebalan mukosa, jaringan

granulasi

b) Kelainan cincin trakea dan bronkus, seperti adanya penonjolan

c) Kelainan kelenjar limfa di mukosa dan submukosa

d) Kelainan pembuluh darah (penebalan) pada dainding trakea dan

bronkus

e) Tumor di dinding bronkus

f) Jaringan sikatriks

- Kelainan di luar traktus trakeobronkial

a) Penekanan oleh pembuluh darah aorta pada aneurisma aorta, arteri

pulmonalis

b) Pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar timus

c) Pembesaran kelenjar limfa disekitar trakea dan bronkus

d) Kelainan di daerah mediastinum dan jantung

e) Benda asing di esofagus

2.6 Patomekanisme Aspirasi Benda Asing

12
Saat benda berada di dalam mulut, anak menjerit atau tertawa, sehingga

saat inspirasi, laring terbuka dan benda asing masuk ke dalam laring. Saat

benda asing terjepit di Sfingter laring, pasien batuk berulang, trakea

tersumbat, mengi, dan sianosis. Setelah masuk ke dalam trakeobronkial

kadang terjadi fase asistomatik selama 24 jam atau lebih, diikuti gejala

pulmonum serta bergantung pada derajat sumbatan bronkus.1

Benda asing organik, seperti kacang mempunyai sifat higroskopik,

mudah lunak, mengembang pada air serta dapat menyebabkan iritasi pada

mukosa. Mukosa bronkus menjadi edema dan meradang dan dapat terjadi

jaringan granulasi sehingga gejala obstruksi menghebat dan timbul

laringotrakeobrokitis, toksemia, batuk, dan demam yang iregular. Benda

asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan lebih ringan dan lebih mudah

didiagnosis dengan pemeriksaan radiologik karena umumnya benda asing

anorganik bersifat radioopak. Benda asing berasal dari metal dan tipis dapat

masuk ke dalam bronkus yang lebih distal dan memberikan gejala batuk

spasmodik.1

13
2.7 Macam – macam Sumbatan Bronkus1

Jackson (1936) mebagi sumbatan bronkus dalam 4 tingkat.2

1. Sumbatan sebagian dari bronkus (by-pass valve obstruction = katup bebas).

Pada sumbatan ini inspirasi dan ekspirasi masih terlaksana, akan tetapi

salurannya sempit, sehingga terdengar mengi, seperti pada pasien asma.

Penyebab : benda asing di dalam bronkus, penekanan bronkus dari

luar, edema dinding bronkus, serta tumor di dalam lumen bronkus.

2. Sumbatan seperti pentil. Ekspirasi terhambat, atau katup satu arah

(expiratory check-valve obtruction = katup penghambat ekspirasi). Pada

waktu inspirasi udara masih dapat lewat, akan tetapi pada ekspirasi

terhambat, karena kontraksi otot bronkus. Bentuk sumbatan ini menahan

14
udara di bagian distal, dan proses yang berulang ketika terjadi pernapsan

mengakibatkan terjadinya emfisema paru obstruktif.

Penyebab benda asing di bronkus, edema dinding bronkus pada

bronkitis.

3. Sumbatan seperti pentil yang lain, ialah inspirasi yang terhambat

(inspiratory check-valve obstruction = katup poenghambat inspirasi). Pada

keadaan ini inspirasi terhambat, sedangkan ekspirasi masih dapat

terlaksana. Udara yang terdapat di bagian distal sumbatan akan diabsorpsi,

sehingga terjadi atelaktasis paru.

Penyebab : benda asing di dalam lumen bronkus, gumpalan ingus

(mucous plag), tumor yang bertangkai.

4. Sumbatan total (stop valve obtruction = katup tertutup), sehingga ekspirasi

dan inspirasi tidak dapat terlaksana. Akibat keadaan ini ialah atelaktasis

paru.

Penyebab : benda asing yang menyumbat lumen bronkus, trauma

dinding bronkus.

15
Evaluasi Penyakit Trakeobronkial

Riwayat Penderita

Pasien dengan keluhan utama yang memberi kesan penyakit trakeobronkial

mengharuskan anamnesis yang cermat dengan penentuan sifat gejala dan masalah

berikut2 :

1. Batuk (produktif dan non-produktif)

2. Hemoptisis

3. Mengi

4. Suara serak

5. Atelektasis atau emfisema ( setempat atau generalisata)

6. Pneumonitis atau abses paru menetap atau berulang

7. Aspirasi zat atau benda asing

16
8. Bayangan radiografik yang tak dapat dijelaskan

9. Retensi sekret dalam percabangan trakeobronkial

10. Dispnea bukan sekunder terhadap dekompensasi kardiopulmonar atau

metabolik.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik harus menyertakan palpasi yang cermat pada

leher untuk mencari deviasi trakea, kelenjar getah bening suprakavikular dan

servikal, dan metastasis. Inspeksi, perkusi, dan auskultasi dada perlu diikuti

dengan radiogram dada. Auskultasi harus diperhatikan untuk menemukan

gambaran yang sesuai dengan atelektasis, emfisema, atau mengi.

Pemeriksaan radiogram dengan kontras pada percabangan trakeobronkial di

bawah kontrol fluoroskopik. Penelitian fungsi paru, analisa gas darah, hitung

darah lengkap, biakan sputum serta evaluasi sistem kardiovaskuler juga

sangat membantu.2

Diagnosis pasti benda asing di saluran napas ditegakan setelah

dilakukan tindakan endoskopi atas indikasi diagnostik dan terapi.1

2.8 Penatalaksanaan

Tujuan umum penanggulangan sumbatan bronkus ialah untuk

mengembaklikan fisiologi, yaitu ventilasi dan drenase sekret dengan

memperbaiki gerakan silia, kekuatan batuk dan mendehem.1

17
Tindakan pertama pada tahap awal terjadi aspirasi benda asing identik

dengan tindakan pada tahap awal kasus tertelan benda asing, yaitu menahan

keinginan untuk “melakukan sesuatu,” kecuali jika terjadi sumbatan jalan

napas total yang jelas. Menepuk punggung pasien, menggantung anak dengan

memegang pergelangan kakinya, berusaha memegang benda asing dengan

jari atau dengan memakai alat secara membuta, akan mempersulit keadaan

benda asing yang semula tidak menimbulkan obstruksi, karena dapat

mendorong benda asing masuk ke laring dan menimbulkan obstruksi total.

Manuver ini juga dapat melepaskan benda asing yang tersangkut pada

bronkus utama kanan, di mana benda tersebut akan lompat ke dalam laring

dan “ditangkap” oleh pita suara, dan terjadi suatu obstruksi jalan napas total.2

Bila telah terjadi obstruksi total, maka benda asing harus dilepaskan

atau dibuat jalan napas alternatif dalam waktu 4 menit. Hipoksia melampaui

batas waktu ini berakibat kerusakan otak permanen. Dapat dilakukan

servikotomi atau torakotomi bila tindakan untuk melepaskan benda asing

gagal. Juga perlu dilakukan tindakan untuk memaksa mengeluarkan sisa

udara dalam paru, seperti manuver Heimlich, yaitu dengan memeluk pasien

tepat dibawah sternum dan dengan paksa mendesak perut bagian atas. Jika

berhasil, diafragma akan terangkat dan menekan paru. Benda asing akan

terdorong keluar jalan napas sehingga pasien dapat bernapaas kembali.

Metode lain adalah resusitasi mulut-ke-mulut, yaitu bertujuan memaksa

mendorong benda asing ke dalam percabangan trakeobronkial sehingga tidak

18
lagi menyumbat jalan napas secara total, atau mengeluarkan benda asing

tersebut.3

Bronkoskopi diindikasikan bilamana diagnosis dari gejala

trakeobronkial masih belum jelas ditegakan dengan radiografi atau bila terapi

mengharuskan pencapaian percabangan trakeobronkial secara langsung.2

Bronkoskopi dilakukan dengan bronkoskopi kaku atau serat optik dengan

memakai cunam yang sesuai dengan benda asing itu. Tindakan bronkoskopi

harus segera dilakukan, apalagi bila benda asing bersifat organik. Benda asing

yang tidak dapat dikeluarkan dengan cara bronkoskopi, seperti benda asing

19
tajam, tidak rata, dan tersangkut pada jaringan, dapat dilakukan servikotomi

atau torakotomi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.1

Antibiotik dan kortikosteroid tidak rutin diberikan setelah tindakan

endoskopi pada ekstraksi benda asing. Fisioterapi dada dilakukan pada kasus

pneumonia, bronkitis purulenta dan atelaktasis.2

Pasien dipulangkan 24 jam setelah tindakan, jika paru bersih dan tidak

demam.foto thoraks pasca bronkoskopi dibuat hanya bila gejala pulmonum

tidak menghilang. Gejala – gejala persisten seperti batuk, demam, kongesti

paru, obstruksi jalan napas atau odinofagia memerlukan penyelidikan lebih

lanjut dan pengobatan yang tepat dan adekuat.1

2.9 Komplikasi Sumbatan Bronkus

1. Atelaktasis

2. Emfisema paru

3. Bronkopneumonia

4. Bronkiektasis

5. Abses paru

BAB III

20
KESIMPULAN

Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari

luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh) yang dalam keadaan

normal benda tersebut tidak ada

Benda asing eksogen terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan,

tulang, dan lain-lain; dan zat anorganik seperti peniti, jarum dan lain-lain. Benda

asing endogen contohnya krusta, nanah, secret kental, darah atau bekuan darah, dan

mekonium

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing pada saluran

nafas adalah usia, jenis kelamin, faktor kejiwaan (emosi,dan gangguan psikis)

kegagalan mekanisme proteksi, faktor kecerobohan, misalnya kebiasaan menaruh

benda di mulut, makan dan minum tergesa-gesa.

Benda asing organik seperti kacang mempunyai sifat higroskopik, mudah

jadi lunak,mengembang oleh air serta dapat menyebabkan iritasi pada mukosa,

mukosa bronkus edema, meradang dapat terjadi jaringan granulasi disekitar benda

asing, sehingga gejala sumbatan bronkus menghebat timbul laringotrakeo-brokitis,

toksemia,btuk, dan demam yang iregular.

Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan lebih ringan, dan lebih

mudah didignosis dengan pemeriksaan radiologi. Benda asing berasal dari metal

dan tipis seperti jarum, peniti, dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih distal

dengan memberikan gejala batuk spamodik.

Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan

mengalami 3 stadium. Stadium pertama yaitu violent paroxysms of coughing,

21
(choking), (gagging) dan obstruksi jalan napas dengan segera. Stadium kedua,

gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimptomatis. Stadium ketiga, telah

terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat reaksi

terhadap benda asing.

Diagnosa benda asing di saluran nafas ditegakkan berdasarkan atas

anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik, radiologis dan tindakan bronkoskopi.

Komplikasi dapat disebabkan oleh benda asing itu sendiri atau trauma tindakan

bronkoskopi. Komplikasi akut akibat tersangkutnya benda asing antara lain sesak

nafas, hipoksia, asfiksia sampai henti jantung.

Daftar Pustaka

22
1. Rahman,A. Benda Asing di Trakea. Available from: URL:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18993/1/mkn-mar2007-

40%20%282%29.pdf . Medan . Juni 2018: 77-80.

2. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Napas. Dalam : Buku Ajar Ilmu

Kesehatan THT-KL. Jakarta ; FKUI, 2004

3. Leighton G, Siegel, M.D. Penyakit Jalan Napas Bagian Bawah, Esofagus

dan Mediastinum. Dalam: BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi keenam.

Jakarta : EGC, 1997

4. Goldenberg D, Bhatti N. Management Of The Impaired Airway In The

Adult. Dalam : Cummings - Otolaryngology- Head and Neck Surgery. 4th

ed., Mosby, 2005.

5. Perkasa,M.F. Ekstraksi Benda Asing Laring. Available from: URL:

http://www.scribd.com/doc/32825999/Ekstraksi-Benda-Asing-Laring.

Medan, 2018: 58-60

23

Anda mungkin juga menyukai