Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebidanan Komunitas sebagai segala aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan
pasiennya dari gangguan kesehatan. Pengertian kebidanan komunitas yang lain menyebutkan
upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan Ibu dan Anak balita
di dalam keluarga dan masyarakat. Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
kebidanan (Spradly, 1985; Logan dan Dawkin, 1987 dalam Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 1).

POSYANDU Adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan kesehatan
masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak
dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara program Keluarga Berencana –
Kesehatan di tingkat desa.

Deteksi dini tumbuh kembang anak / balita adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah.

Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan vaksin kepada anak
sebelum anak terinfeksi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana asuhan bayi baru lahir di komunitas?


2. Bagaimana asuhan bayi dan balita di komunitas berkaitan dengan program pemerintah?
3. Bagaimana pelayanan kontrasepsi dan KB di masyarakat?
4. Bagaimana pelayanan lansia yang berkaitan dengan kespro di masyarakat?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asuhan Bayi Baru Lahir Di Komunitas

a. Standar tempat pelayanan

 Mempunyai lokasi tersendiri yang telah disetujui oleh pemerintah daerah setempat
(tata kota), tidak berbaur dengan kegiatan umum lainnya seperti pusat perbelanjaan,
tempat hiburan, sejenisnya.
 Tidak berdekatan dengan lokasi bentuk pelayanan sejenisnya dan juga agar sesuai
dengan fungsi sosialnya yang salah satu fungsinya adalah mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
 Standar Tata Ruang
a. Setiap ruang periksa mempunyai luas 2×3 meter
b. Setiap bangunan pelayanan, minimal mempunyai ruang periksa, ruang
administrasi/kegiatan lain sesuai kebutuhan, ruang tunggu dan kamar mandi/ WC,
masing-masing 1 buah.
c. Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan.
d. Lebih bagus jika ada ruangan khusus rooming in / rawat gabung, dan ruang
laktasi.

b. Standar Peralatan

Peralatan Tidak Steril

No Jenis Alat Jumlah


1 Stetoskop

2 Timbangan bayi

3 Pengukur panjang bayi

4 Termometer
5 Oksigen dalam regulator

6 Penghisap lendir

7 Ambubag (bayi)

8 Lampu sorot

9 Penghitung Nadi

10 Sterilisator

11 Bak Instrumen dan tutup

12 Metlin (lila)

13 Sarung tangan

14 Celemek

15 Masker

16 Sarung kaki plastic (penolong)

17 Pengaman mata

18 Tempat kain kotor

19 Tempat sampah

20 Tempat plasenta

21 Gunting (biasa,perban)

22 Suction

23 Handuk
Peralatan steril

No Jenis Alat Jumlah


Klem
1
½ Kocher
2
Korentang
3
Penghisap lendir
4
Handscon
5
Gunting tali pusat
6
Gunting benang
7
Benang dan jarum
8
Duk steril
9
Pinset (anatomis,ciruge)
10
Pengikat tali pusat
11
Kapas
12
Kain kasa
13
Plester
14
c. Standar Pelayanan pada bayi dan balita menurut program pemerintah

 Pelayanan Pada Bayi

Pengertian Bayi

Menurut Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan pembagian
masa neonatal, yaitu usia 0 – 28 hari. Masa neonatal dini yaitu usia 0 – 7 hari Masa neonatal
lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari. Masa pasca neonatal yaitu usia 29 hari – 1 tahun.Bayi
merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun, namun tidak ada batasan yang
pasti. Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap
kematian. Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal (kematian di 27 hari
pertama hidup), dan post-natal (setelah 27 hari).

 Pengertian Pelayanan Pada Bayi

Pengertian pelayanan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pelayanan adalah menolong
menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain seperti tamu atau pembeli.

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart yang di berikan oleh
tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 12
bulan setelah bayi lahir.

d. Jadwal Kunjungan Bayi

Pelaksanaan kunjungan neonatus dan bayi baru lahir:

1. Kunjungan I

Dilakukan pada 6 jam pertama setelah persalinan.

1. Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering.


2. Menilai penampilan bayi secara umum yaitu bagaimana penampakan bayi secara
keseluruhan dan bagaimana ia bersuara yang dapat menggambarkan keadaan
kesehatannya.
3. Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting untuk diawasi selama 6
jam pertama.
4. Memeriksa adanya cairan atau bau busuk pada tali pusat, menjaga tali pusat agar tetap
bersih dan kering.
5. Pemberian ASI awal.

2. Kunjungan II

Pada hari ke-3 setelah persalinan.

1. Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi


2. Menanyakan bagaimana bayi menyusui.
3. Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus)
4. Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya busuk

3. Kunjungan III

Pada minggu ke-2 setelah persalinan.

1. Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu pasca salin
2. Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup
3. Bayi harus mendapatkan imunisasi BCG untuk mencegah tuberculosis, vaksin polio I
secara oral, vaksin hepatitis B

4. Kunjungan IV

Pada 6 minggu setelah kelahiran.

1. Memastikan bahwa laktasi berjalan baik dan berat badan bayi meningkat
2. Melihat hubungan antara ibu dan bayi.
3. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu untuk penimbangan dan
imunisasi
Tujuan Kunjungan Bayi

1. Untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar.


2. Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat
pertolongan
3. Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan
pertumbuhan,imunisasi,serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh
kembang.

Tujuan Bidan Memberikan Kunjungan:

1. Mengidentifikasi gejala penyakit.


2. Menawarkan tindakan skrining metabolik.
3. Memberikan KIE kepada orang tua.
4. Mengkaji riwayat atau masalah pada pemenuhan nutrisi bayi, perhatian, usaha
menangis, BAB, BAK dll.
5. Melakukan pemriksaan fisik, memberikan penyuluhan dan anticipatory guidance
pada orang tua.
6. Membuat kunjungan dalam 6-8 minggu untuk imunisasi dan check-up serta harus
melakukan pengkajian fisik kembali jika ditemukan kondisi emergency yang
memerluakan perawatan dari dokter spesialis anak

 Pelayanan Pada Balita

Pengertian Balita

Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai
dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60
bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.

Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5
tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan
sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di
masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan
tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
Pengertian pelayanan pada Balita

Pelayanan pada balita adalah pelayanan yang diberikan pada balita sehat dan sakit yang
sesuai diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan standar.

Jadwal kunjungan pada balita

 Anak berumur sampai 5 bulan diperiksa setiap bulan


 pemeriksaan dilakukan setiap 2 bulan sampai anak berumur 12 bulan
 Pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sampai anak berumur 24 bulan
 Permeriksaan dilakukan satu kali dalam satu tahun

Kegiatan yang dilakukan pada kunjungan balita

 Pemeriksaan fisik anak dilakukan termasuk penimbangan berat badan


 Penyuluhan atau nasihat pada ibu tentang pemeliharaan kesehatan anak dan perbaikan
gizi serta hubungan psikososial antar anak, ibu, dan keluarga. Ibu diminte memperhatikan
tumbuh kembang anak, pola makan, dan tidur serta perkembangan perilaku sosial anak
 Penjelasan tentang keluarga berencana untuk mengatur jarak kehamilan

2.2 Asuhan Kesehatan Bayi Dan Balita Di Komunitas Berkaitan Dengan Program
Pemerintah

a. Pelayanan kesehatan pada bayi


Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh
tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11
bulan setelah lahir.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:


1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari-2 bulan
2. Kunjungan bayi satu kali pada umue 3-5 bulan
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6-8

4. Kunjungan bayi satu kali pada umue 9-11 bulan

Pelayanan kesehatan kepada bayi meliputi:

Asuhan bayi baru lahirPelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan
Persalinan Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhanbayi baru lahir dapat
dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat.Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir dilaksanakan
dalam ruangan yangsama dengan ibunya atau rawat gabung (ibu dan bayi dirawat dalam
satukamar, bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24 jam). Asuhan bayi baru lahir meliputi:

1. Pelayanan neonatal esensial dan tatalaksana neonatal


meliputi:
a. Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman
b. Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini
c. Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan
d. Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan
Inisiasi menyusui dini ( IMD ) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan
dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri. Inisiasi menyusui dini (IMD )
akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI ekslusif. Pemerintah
Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi
menyusui dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena IMD dapat
menyelamatkan 22 % dari bayi yang meninggal sebelum usia 1 bulan. Program ini
dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya dan
membiarkan bayi mencari untuk menemukan putting susu ibun untuk menyusu. IMD harus
dilaksanakan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dangan kegiatan menimbang atau
mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan hanya dikeringkan kecuali tangannya.
Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.
Menyusui 1 jam pertama kehidupan yang di awali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi
dinyatakan sebagai indicator global dan Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan
merupakan program pemerintah khususnya Departemen Kesehatan RI.
e. Melakukan penilaian terhadap bayi baru lahir
• Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
• Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
• Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera lakukan
tindakan resusitasi bayi baru lahir.
f. Membebaskan Jalan Nafas nafas
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera setelah
lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas
dengan cara sebagai berikut :
• Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
• Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan
kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
• Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kassa steril.
• Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain
kering dan kasar.
• Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung
oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
• Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
• Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)
• Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus
diperhatikan.
g. Merawat tali pusat
• Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem plastik tali
pusat pada puntung tali pusat.
• Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin 0,5 %
untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
• Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
• Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan kering.
• Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang disinfeksi
tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul
kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.
• Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat dan
dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang
berlawanan.
• Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%
• Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi
tertutup dengan baik..(Dep. Kes. RI, 2002)
h. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas
• Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena
setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.

• Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang
dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi
akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut
• Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/
ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi,
atau pendingin ruangan.
• Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda yang
mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :


• Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk
membantu bayi memulai pernapasannya.
• Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang
baru (hanngat, bersih, dan kering)
• Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat
kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
• Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan
panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran
• Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan
penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat
badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi
dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir.
i. Pencegahan Infeksi
• Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
• Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
• Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap
lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
• Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam
keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
• Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir
normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi
beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM.
• Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan
obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau
tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai
dengan perawatan tali pusat
j. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan
untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.Pengkajian
ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap
kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus
diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah
atau bayi tampak tidak sehat.
Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir
• Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
• Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
• Pastikan pencahayaan baik
• Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi
telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan
cepat
• Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh
k. Imunisasi BCG, hepatitis B dan polio oral

2. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada 0 – 28 hari (kunjungan
neonatus)
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau
memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk
mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan dan pelayanan kepada neonatus (0-28 hari). Dalam pelayanan kesehatan neonatus,
petugas selain melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga memberikan konseling perawatan
bayi kepada ibu.

3. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI eksklusif untuk bayi dibawah 6 bulan
dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi diatas 6 bulan;
Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan cara
memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan, melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD)
pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI ekslusif setelahnya.

4. Pemantauan tumbuh kembang bayi untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang


anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang bayi
Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang mencakup
a. Aspek Pertumbuhan:
1) Timbang berat badannya (BB)
2) Ukur tinggi badan (TB) dan lingkar kepalanya (LK)
3) Lihat garis pertambahan BB, TB dan LK pada grafik
b. Aspek Perkembangan:
1) Tanyakan perkembangan anak dengan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
2) Tanyakan daya pendengarannya dengan TDD (Tes Daya Dengar)
3) tanyakan daya penglihatannya dengan TDL (Tes Daya Lihat),
c. Aspek Mental Emosional:
1) KMEE (Kuesioner Masalah Mental Emosional)
2) CHAT (Check List for Autism in Toddles = Cek Lis Deteksi Dini Autis)
3) GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

5. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai
dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan keperluan segera merujuk pada dokter.
Diantaranya bisa dengan:
a. Manajemen Terpadu Bayi Sakit (MTBS):
1) melakukan kunjungan neonatal oleh bidan desa/kelurahan
2) upaya pemeriksaan kesehatan terpadu pada bayi muda dan balita
b. Pelayanan Pengobatan
1) pemeriksaan kejadian kesakitan (morbiditas)
2) perawatan kesehatan dan penanganan medis

Pemberian dosis obat pada bayi sering kali berbeda, mengingat anak masih dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan. Pada anak yang lahir premature , penetapan dosis yang
diberikan sangat sulit karna fungsi organ belum berfungsi sempurna sehingga proses
absorbs,distribusi, metabolism dan eksresi tidak maksimal yang kadang menimbulkan
efeksamping yang lebih besar dibandingkan efek terapinya. Pada prinsipnya dosis ditentukan
dengan dua standar, yakni berdasarkan dengan luas permukaan rubuh dan berat badan.

b. Pelayanan kesehatan pada balita


Beberapa faktor yang sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan Balita,
yaitu:
1. Keluarga Berencana

Dalam mempersiapkan anak yang berkualitas, maka sejak dari mulai terjadi pembuatan sampai
dianya menjadi dewasa haruslah dilakukan pemeliharaan dan penjagaan yang seksama agar
tumbuh kembang anak tersebut tidak mengalami kegagalan.
Faktor anak selama dalam kandungan akan sangat mempengaruhi dalam proses tumbuh
kembang anak dikemudian hari. Sebagai contoh dari seorang ibu yang sehat dan memelihara
kandungannya secara seksama, berarti ibu tersebut telah mempersiapkan sejak awal suatu
keturunan yang dapat diharapkan sebagai generasi penerus yang berkualitas. Hal ini secara
umum tidak akan sama bila sang Ibu sejak dini tidak terlibat dalam mempersiapkannya. Keikut
sertaan ibu dalam keluarga berencana, sehingga proses persalinan yang ideal dapat dipenuhi dan
ini akan sangat membantu kesehatan ibu dan anak yang akan dilahirkannya. Sebagai contoh
seorang ibu hendaklah jangan melahirkan terlalu dini, ataupun terlalu lambat, begitu juga
sebaiknya seorang ibu janganlah melahirkan terlalu sering dan janganlah mempunyai anak
terlalu banyak.

2. Pemberian Kebutuhan Nutrisi Yang Baik Pada Anak


Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik seorang anak, pemberian makanan yang bergizi
mutlak sangat diperlukan. Anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya mempunyai
beberapa fase yang sesuai dengan umur si anak, yaitu fase pertumbuhan cepat dan fase
pertumbuhan lambat. Bila kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka akan terjadi gangguan gizi
pada anak tersebut yang mempunyai dampak dibelakang hari baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak tersebut maupun gangguan intelegensia.
Untuk Tumbuh Kembang Anak Pesan Utamanya Adalah:

 Asi saja (ASI ekslusif) adalah makanan terbaik bagi kehidupan bayi 4-6 bulan pertama
kehidupan.
 Pasca umur 4-6 bulan, bayi memerlukan makanan lain disamping ASI
 Anak dibawah 3 tahun membutuhkan 5-6 kali sehari
 Anak dibawah 3 tahun membutuhkan sejumlah/sedikit lemak atau minyak ditambahkan
dalam makanannya sehari-hari.
 Semua anak membutuhkan makanan kaya Vitamin A
 Sesudah sakit, anak membutuhkan extra meals untuk mengejar (catch up) kehilangan
pertumbuhan selama sakit

3. Pemberian Kapsul Vitamin A

Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh
yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan
tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya
campak, diare dan infeksi lain.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak
mengalami kekurangan terhadap Vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin
A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. (Depkes RI,
2007).
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :
• Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia 6-11 bulan satu kali
dalam satu tahun
• Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ). Hal ini dapat terjadi
karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada
selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening ( kornea mata ).
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh Departemen
Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A
secara gratis dengan target pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian diharapkan
balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga menengah
kebawah.

4. Pencegahan Muntah Dan Menceret

Penyakit ini paling sering menyerang Balita. Muntah menceret pada bayi dan anak dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
· Infeksi pada saluran cerna sendiri
· Intoleransi terhadap makanan yang diberikan dan
· Infeksi lainnya diluar saluran cerna.
Pada saat ini penanganan muntah menceret haruslah dilaksanakan sesegera mungkin, yaitu
dimulai pemberian terapi sejak dari rumah. (therapy begin at home), seperti pemberian oralit,
tablet zinc, dll.

5. Pencegahan Infeksi Saluran Nafas Akut

Penyakit ini merupakan penyakit yang tersering dijumpai pada anak Balita, baik yang hanya
berupa untuk pilek biasa sampai dengan adanya infeksi pada saluran nafas bawah, yaitu infeksi
yang mengenai paru-paru.

6. Vaksinasi Atau Imunisasi

Pada saat sekarang ini vaksin yang dapat digunakan dalam pencegahan penyakit telah banyak
beredar di Indonesia, dan hasil daya lindung yang ditimbulkannya juga telah terbukti
bermanfaat.imunisasi wajib diantaranya:
a. BCG :
Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit tuberkulosis. Pada anak yang telah mendapat
vaksinasi BCG diharapkan dianya kan terhindar dari penyakit tuberkulosis, ataupun kalau
terinfeksi bentuknya adalah ringan, tidak menimbulkan infeksi yang berat seperti tuberkulosis
otak, tulang ataupun melibatkan organ tubuh yang lain.
b. Polio Oral Vaksin:
Mengandung tiga macam virus hidup yang telah dilemahkan, yang dapat digunakan dalam
memberikan daya lindung terbadap kelumpuhan dan kematian
c. Vaksin Hepatitis B :
Pemberian vaksin ini sangat bermanfaat untuk memberikan perlindungan agar tidak terjadi
penyakit hati yang kronis, yang rasa berlanjut dengan terjadi karsinoma hati.
d. Vaksin campak:
Memberi kekebalan terhadap penyakit campak
e. DPT:
memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri pertusis dan tetanus

7. Posyandu

Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup :


1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi
dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas

c. Pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita/ deteksi dini

1. Pemantauan tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah/ deteksi dini
Deteksi dini tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah adalah kegiatan
pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita
dan anak prasekolah.

Ada tiga jenis deteksi dini tubuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan
di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa:
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan,meliputi:
Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB)
Pengukuran lingkar kepala
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, meliputi:
a. Skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan kuesioner pra skrining
perkembangan (KPSP)
b. Tes daya dengar
c. Tes daya lihat

3. Deteksi dini penyimpangan mental omosional


Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan / pemeriksaan untuk menemukan
secara dini adanya masalah mental emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan
mental emosional terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

d. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuh kebal terhadap infasi
mikroorganisme (bakteri dan virus). Yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme
tersebut memiliki kesempatan untuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi tubuh kita akan
terlindungi dari infeksi begitu pula orang lain. Karena tidak tertular dari kita

 Tujuan Imunisasi
Tujuan dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderitaan suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit
yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu:

1. Hepatitis.
2. Campak.
3. Polio.
4. Difteri.
5. Tetanus.
6. Batuk Rejan.
7. Gondongan
8. Cacar air
9. TBC
 Macam-Macam Imunisasi

Imunisasi Aktif.

Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yangsecara aktif membentuk zat
antibodi, contohnya: imunisasi polio ataucampak . Imunisasi aktif juga dapat di bagi 2 macam:

1. Imunisasi aktif alamiah Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di peroleh sembuh
dari suatu penyakit.
2. Imunisasi aktif buatan Adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan untuk
mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit.

Imunisasi Pasif

Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalantubuhnya di dapat dari
luar.Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanusSerum).Pada orang yang mengalami luka kecelakaan.
Contah lain adalah: Terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagi jenis
antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa kandungan.misalnya antibodi terhadap
campak. Imunisasi pasif ini dibagi yaitu:

1. Imunisai pasif alamiah Adalah antibodi yang didapat seorang karena di turunkan oleh ibu
yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.
2. Imunisasi pasif buatan Adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serum
untuk mencegah penyakit tertentu

 jenis-Jenis Imunisasi
.

1. Imunisai BCG adalah prosuder memasukkan vaksin BCG yang bertujuanmemberi


kekebalan tubuh terhadap kuman mycobakterium tuberculosis dengan cara menghambat penyebaran
kuman.
2. Imunisasi hepatitis B adalah tindakan imunisasi dengan pemberian vaksin hepatitis B ke
tubuh bertujuan memberi kekebalan dari penyakit hepatitis.
3. Imunisasi polio adalah tindakan memberi vaksin poli (dalam bentuk oral) atau dikenal
dengan nama oral polio vaccine (OPV) bertujuan memberi kekebalan dari penyakit poliomelitis.
Imunisasi dapat di berikan empatkali dengan 4-6 minggu.
4. Imunisasi DPT adalah merupakan tindakan imunisasi dengan memberivaksin DPT (difteri
pertusis tetanus) /DT (difteri tetanus) pada anak yang bertujuan memberi kekebalan dari kuman
penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Pemberian vaksin pertama pada usia 2 bulan dan
berikutnya dengan interval 4-6 minggu.
5. Imunisasi campak adalah tindakan imunisasi dengan memberi vaksin campak pada anak
yang bertujuan memberi kekebalan dari penyakit campak. Imunisasi dapat di berikan pada usia 9
bulan secara subkutan,kemudian ulang dapat diberikan dalam waktu interval 6 bulan atau lebih
setelah suntikan pertama . ( Asuhan neonatus bayi dan balita :98-101)

2.3

2.4 Pelayanan Lansia Yang Berkaitan Dengan Kespro Di Masyarakat

a. Kesehatan Reproduksi

Pengertian kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan
sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.

Suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang
berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi
bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki
kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000).

b. Perkembangan Reproduksi Usia Lanjut

a. Wanita
Perubahan Anatomik pada Sistem Genitalia, dengan berhentinya produksinya hormon
estrogen, genitalia interna daneksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.
 Vagina
Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita
belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia
menipis begitu pula jaringan sub mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat
fibrosis. Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan koitus, artinya
makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia
eksterna.
 Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya
menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak
menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan.
 Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi “keriput”
sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya,
permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara
umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila
ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang
pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.
 Payudara (Glandula Mamae)
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana
payudara tetap besar dan menggan¬tung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya
mem¬pengaruhi kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik
maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan
bentuk tubuh serupa akromegali ringan.Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang
menghilang.Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah.Rambut ketiak, pubis mengurang,
oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar
ovarium.Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa
klimakterik.

b. Pria
Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :

 Produksi testoteron menurun secara bertahap. Penurunan ini mungkin juga


akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan . Testis menjadi lebih kecil dan kurang
produktif tubular testis akan menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses
spermatogenesis, dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk
membuahi ovum.



 Kelenjar prostat biasanya membesar.
Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan 90% pria diatas
usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukan terapi lebih lanjut.
 Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat dan ereksi yang
sempurna mungkin juga tertunda.

Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi intensitas dan
durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin kurang kaku dan bergantung
pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan stimulasi alat kelamin
secara langsung untuk untuk menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut
untuk periode yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme dan biasanya pengeluaran pre-
ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.

 Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari.


Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah cairan
sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi yang kadang-kadang
dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan akibat dari
kurangnya pengontrolan yang berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa
refrakter memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama tidur.

 Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12 sampai
48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya membutuhkan beberapa menit
saja.

 Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi.

c. Upaya Pelayanan Kesehatan Reproduksi terhadap Lansia

Upaya pelayanan kesehatan reproduksi terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan
jenis pelayanan kesehatan yang diterima.

1. Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to life,
dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan
(care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas yang dianut
oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health to Life, and Add
Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan,
dan memperpanjang usia.
1. Pendekatan

Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai
berikut :

a. Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)


b. Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
c. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
d. Lansia turut memilih kebijakan (choice)
e. Memberikan perawatan di rumah (home care)
f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
g. Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging)
h. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
i. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
j. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and family
care)

2. Jenis – jenis Pelayanan Lansia

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu promotif,
prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.

A. Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan
klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang positif menjadi norma-
norma sosial. Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :

  Mengurangi cedera
  Meningkatkan keamanan di tempat kerja
  Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
  Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
  Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut

B. Preventif
Pencegahan primer, meliputi :

 Program imunisasi
 Konseling
 Dukungan nutrisi
 Exercise
 Keamanan di dalam dan sekitar rumah
 Manajemen stres
 Menggunakan medikasi yang tepat.

Pencegahan sekuder, meliputi:


Pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder :

 Kontrol hipertensi
 Deteksi dan pengobatan kanker
 Skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.
 Pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat
 Jenis pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi, medukung
usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih berfungsi.

C. Rehabilitatif
Prinsip :

 Pertahankan lingkungan aman


 Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
 Pertahankan kecukupan gizi
 Pertahankan fungsi pernafasan
 Pertahankan aliran darah
 Pertahankan kulit
 Pertahankan fungsi pencernaan
 Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
 Meningkatkan fungsi psikososial
 Pertahankan komunikasi
 Mendorong pelaksanaan tugas

Anda mungkin juga menyukai