LAPSUS Ca Kolorektal
LAPSUS Ca Kolorektal
Disusun Oleh:
Efi Marinda
1710029009
Pembimbing:
dr. Bambang., Sp.B-KBD
Laporan Kasus
Disusun oleh:
Efi Marinda
NIM: 1710029009
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................... I
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS...................................................................... 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 9
3.1 Epidemiologi................................................................................. 9
3.2 Anatomi kolorektal........................................................................ 9
3.3 Fisiologi.......................................................................................... 11
3.4 Faktor resiko................................................................................... 11
3.5 Patogenesis.................................................................................... 11
3.6 Manifestasi klinis dan Diagnostik................................................. 14
3.7 Penatalaksanaan.............................................................................. 18
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 25
4.1 Anamnesis...................................................................................... 25
4.2 Pemeriksaan Fisik........................................................................... 26
4.3 Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 27
4.4 Penatalaksanaan.............................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 28
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Di Amerika Serikat sendiri pada tahun 2016, diprediksi akan terdapat 95.270
kasus KKR baru, dan 49.190 kematian yang terjadi akibat KKR.3 Secara
keseluruhan risiko untuk mendapatkan kanker kolorektal adalah 1 dari 20 orang
(5%). Risiko penyakit cenderung lebih sedikit Pada wanita dibandingkan pada
pria. Banyak faktor lain yang dapat meningkatkan risiko individual untuk terkena
kanker kolorektal. Angka kematian kanker kolorektal telah berkurang sejak 20
tahun terakhir. Ini berhubungan dengan meningkatnya deteksi dini dan kemajuan
pada penanganan kanker kolorektal.1
1.2 Tujuan
Mengetahui prosedur anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
yang diperlukan dan penegakkan diagnosis Ca Kolorektal.
Mengetahui alur penegakkan diagnosis dan penatalaksanaannya ca kolorektal.
Mengkaji ketepatan penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan dalam kasus
ini.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Umur : 50 Tahun
Alamat : Bontang
Agama : Kristen
Pekerjaan : Swasta
MRS : 5 September 2018 DI Ruang Edelweis
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri hilang timbul dari pantat
menjalar ke kaki
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD AWS dengan keluhan nyeri yang hilang timbul dan
menjalar dari pantat hingga kaki. Keluhan tersebut dialami pasien sudah
10 bulan SMRS. Sebelumnya di tahun 2016, pasien mengeluhkan susah
untuk BAB susah mengeluarkan BAB, dan saat BAB kotorannya tampak
berukuran kecil-kecil seperti kotoran kambing dan terasa tidak tuntas saat
BAB, pasien juga mengatakan adanya perubahan pola BAB dimana
kotorannya terkadang cair dan terkadang keras. Pasien juga mengakatakan
pernah mengalami BAB berdarah segar pada tahun 2016, tepatnya 1 bulan
setelah keluhan sulit BAB timbul. Pada bulan 8 tahun 2016 pasien pernah
dilakukan endoskopi dan ditemukan adanya tumor pada usus dan
dilakukan pembuatan lubang untuk BAB pada perut pasien. Kemudian
pada tahun 2017 bulan 8, dilakukan operasi kembali untuk menutup
lubang tersebut. Selain itu setelah operasi yang pertama pasien juga
2
menjalani kemoterapi sebanyak 12 kali dan kemudian dilanjutkan lagi
sebanyak 12 kali juga. Saat ini pasien tidak dapat melakukan aktivitas
seperti dahulu kala dikarenakan pasien sudah tidak bisa berjalan dan hanya
tirah baring dirumah. Keluhan mual muntah disangkal, riwayat demam
disangkal, dan gangguan buang air kecil juga disangkal. Pasien merupakan
perokok aktif sejak SMA tapi sudah tidak merokok lagi, untuk kebiasaan
diet diakui sang istri suka mengkonsumsi daging merah tapi tetap
mengkonsumsi sayur-sayuran juga.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-), alergi (-), Pada tahun 2016
terdiagnosa ca rectosigmoid.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-), alergi (-) riwayat penyakit
keganasan atau polip dalam keluarga (-)
Riwayat kebiasaan:
Pasien merupakan perokok aktif, pasien juga suka mengkonsumsi daging
merah walaupun tetap mengkonsumsi serat.
3
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur(-), gallop(-)
Paru : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Bentuk Flat, BU (+) kesan normal, timfani
(+) pada 4 kuadran, nyeri tekan (+) pada
abdomen kuadran bawah, pembesaran
organ (-).
Ekstremitas : Atas : akral hangat
Bawah: akral hangat edema tungkai (-/-),
varices (-/-)
Rektal Tuse : Tidak tampak adanya perdarahan, lendir,
kondiloma pada anus, tonus spingter ani (+)
normal, pembesaran prostat (-), sulkus
medianus prostat teraba (+), permukaan licin
konsistensi kenyal, nyeri tekan prostat (-),
mukosa anus tampak licin tidak berdungkul-
dungkul, tidak ditemukan darah ataupun
lendir pada handcone.
4
K : 4.4
Cl : 93
HBsAg : NR
HIV : NR
2. Colonoscopy dan Biopsi (14 September 2016)
Tumor rectum, curiga ganas
3. Pemeriksaan Patologi Anatomi (22 September 2016)
Rectum: adenocarsinoma
4. Pemriksaan Patologi Anatomi (17 November 2016)
rectum, operasi:
Adenocarsinoma well differentiated, tumor tumbuh sampai subserosa,
didapatkan lmphy invasi & neural invasi, didapatkan metastasis pada 4 dari
4 KGB. Batas reseksi proksimal dan distal bebas sel tumor (free margin). P
T3N2MX.
5. Foto Thorax (5 September 2018)
multipel nodul kecil-kecil di kedua lapang paru dapat merupakan suatu
proses metastase, cor tak tampak kelainan
6. Bone scan (11 Oktober 2018)
Gambaran penangkapan radioaktivitas yang meningkat pada os vertebra
lumbal V, os sacrum, sacroiliaca joint bilateral dan os ilium kanan
menunjukan adanya tanda- tanda metastasis osteoblastik pada tullang-tulang
tersebut sedangkan pada tulang-tulang lainnya masih dalam batas normal.
7. CT Scan Guiding (2 Oktober 2018)
Tumor Hepar, FNAB: metastase adenokarsinoma
8. MRI (2 Oktober 2018)
Gambaran tumor metastasis hepar dan os sacrum
Tidak didapatkan gambaran massa residif rectum
5
6
7
2.5 Diagnosis
Ca recti metastase liver dan sacrum
2.6 Penatalaksanaan
IVFD Futrolit 20 tpm
Inj ranitidin 2x1 amp
Inj ondancetron 3x1 amp
Xeloda 2x3 tab (pagi dan sore)
Neurodex 1x1 tab
Bcom 2x1 tab
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Epidemiologi
Di Amerika Serikat sendiri pada tahun 2016, diprediksi akan terdapat 95.270
kasus KKR baru, dan 49.190 kematian yang terjadi akibat KKR3. Secara keseluruhan
risiko untuk mendapatkan kanker kolorektal adalah 1 dari 20 orang (5%). Risiko penyakit
cenderung lebih sedikit Pada wanita dibandingkan pada pria. Banyak faktor lain yang
dapat meningkatkan risiko individual untuk terkena kanker kolorektal. Angka kematian
kanker kolorektal telah berkurang sejak 20 tahun terakhir. Ini berhubungan dengan
meningkatnya deteksi dini dan kemajuan pada penanganan kanker kolorektal1.
Usus besar memiliki panjang 1,5 meter dengan diameter 6,5 cm, terbentang dari ileum
hingga anus. Usus besar terbagi empat bagian, yaitu caecum, kolon, rektum, dan kanalis
analis.10
Kolon dibagi menjadi kolon asenden, transversum, desenden, dan sigmoid. Kolon
asenden dan desenden terletak retroperitoneal, sementara kolon transversum dan sigmoid
intraperitoneal. Kolon sigmoid dimulai dari kolon dekat krista iliaka kiri, ke midline,
hingga mencapai rektum pada posisi vertebra S3.
9
Gambar 3.1. Anatomi Kolon dan Rektum10.
Lapisan pada kolon dan rektum terdiri atas mukosa, submukosa, otot sirkular dalam
(membentuk sfinger ani interna), otot longitudinal luar (terpisah menjadi 3 teniae coli
pada
kolon, proksimal teniae bergabung di apendiks dan distal teniae bergabung di
rektum), dan lapisan serosa (melapisi kolon intraperitoneal dan sepertiga rektum).11
10
mesenterik dengan area amorfus rektum (true rectum), sedangkan pada pemeriksaan
12
sigmoidoskopi kaku, rektum berjarak 12 – 15 cm dari anal verge.
Anus menghubungkan kanalis analis dengan dunia luar. Sfingter ani interna
tersusun oleh otot polos yang bekerja involunter dan sfingter ani eksterna tersusun atas
10
otot rangka yang bekerja secara volunter.
3.3 Fisiologi
Fungsi usus besar ialah menyerap air, vitamin, dan elektrolit, ekskresi
mucus serta menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya keluar. Dari 700-
1000 ml cairan usus halus yang diterima oleh kolon, hanya 150-200 ml yang
dikeluarkan sebagai feses setiap harinya. Udara ditelan sewaktu makan, minum,
atau menelan ludah. Oksigen dan karbondioksida di dalamnya di serap di usus,
sedangkan nitrogen bersama dengan gas hasil pencernaan dari peragian
dikeluarkan sebagai flatus. Jumlah gas di dalam usus mencapai 500 ml sehari.
Pada infeksi usus, produksi gas meningkat dan bila mendapat obstruksi usus gas
tertimbun di saluran cerna yang menimbulkan flatulensi.
Faktor tidak dapat dimodifikasi: adalah riwayat KKR atau polip adenoma
4,5,6 7
individual dan keluarga dan riwayat individual penyakit kronis inflamatori pada usus .
7
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi: inaktivitas, obesitas , konsumsi tinggi daging
7,8,9 7
merah , merokok dan konsumsi alkohol moderat-sering. Sementara aktivitas fisik,
6
diet berserat dan asupan vitamin D termasuk dalam faktor protektif 10
Pencegahan kanker kolorektal dapat dilakukan mulai dari fasilitas kesehatan layanan
primer melalui program KIE di populasi/masyarakat dengan menghindari faktor-faktor
risiko kanker kolorektal yang dapat di modifikasi dan dengan melakukan skrining atau
deteksi dini pada populasi, terutama pada kelompok risiko tinggi.
3.5 Patogenesis
Perjalanan KKR memiliki dua jalur utama untuk terjadinya inisiasi tumor dan
progesi, yaitu LOH (Loss of Heterzygocity) dan RER (Replication Error). Jalur LOH
11
memiliki karakteristik delesi kromosomal dan aneuploid tumor, dimana 80% KKR
merupakan hasil dari mutasi pada jalur LOH. 20% sisanya merupakan mutasi pada jalur
RER, dengan karakteristik kesalahan pada mismatch repair selama replikasi DNA. Jalur
LOH:
12
Pada jalur RER, sejumlah gen yang berfungsi, baik untuk mengenali dan
memperbaiki kesalahan replikasi DNA, seperti hMSH2, hMLH1, hPMS1, hPMS2, dan
hMSH6/GTBP, mengalami mutasi. Akibatnya, terdapat predisposisi mutasi sel dan
akumulasi yang akan menyebabkan instabilitas genom dan berujung pada karsinogenesis.
Jalur RER dihubungkan dengan instabilitas mikrosatelit, yang rentan terhadap kesalahan
replikasi.Tumor dengan instabilitas mikrosatelit memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan dengan tumor yang berasal dari jalur LOH dengan mikrosatelit yang stabil.
11,13
KKR berawal dari mukosa yang kemudian menginvasi dinding usus dan jaringan
sekitar. Tumor dapat menjadi besar dan menyebabkan obstruksi. Perluasan lokal,
khususnya ke rektum, dapat menyebabkan obstruksi organ lain, seperti ureter.
Keterlibatan KGB regional merupakan bentuk penyebaran tersering dari KKR dan
biasanya mendahului metastasis jauh atau perkembangan karsinomatosis (metastasis
peritoneal difus). Kecenderungan metastasis KGB meningkat seiring dengan ukuran
tumor, derajat diferensiasi, invasi limfovaskular, dan kedalaman invasi. Lesi kecil pada
dinding usus (T1 dan T2, lihat penentuan stadium) dihubungkan dengan metastasis KGB
pada 5-20% kasus, sementara pada tumor T3 dan T4 dijumpai metastasis KGB pada 50%
kasus. Keterlibatan empat atau lebih KGB memberikan gambaran prognosis buruk.
Metastasis terjadi secara hematogen melalui sistem vena porta. 12
adenikarsinoma
1.) Adenokarsinoma musinosum. Komponen musinosum > 50%
2.) Signet ring cell carcinoma. Komponen musin intrasitoplasma > 50%
Karsinoma adenoskuamosa. Mengandung komponen karsinoma sel skuamosa
dan
adenokarsinoma.
3.) Karsinoma medular. Sel tumor tersusun seperti lembaran, inti vesikuler, anak inti
nyata, sitoplasma eosinofilik, dan ditemukan banyak infiltrasi limfosit di
sekitar
massa tumor.
4.) Karsinoma tidak berdiferensiasi. Komponen sel berdiferensiasi sedikit.
Karsinoid
Dibagi menjadi tumor neuroendokrin berdiferensiasi baik, sedang, dan buruk (small
cell carcinoma pada usus).
Mixed dan composite carcinoid-adenocarcinoma
13
Komponen adenokarsinoma dan karsinoid bergabung. Pada tipe komposit,
adenokarsinoma dan karsinoid terpisah dengan batas tegas. 12
a. Keuluhan utama
Tanda dan gejala berikut ini merupakan temuan yang sering menjadi awal
dugaan adanya karsinoma rekti :
Perdarahan per-anum disertai peningkatan frekuensi defekasi dan/atau
diare selama minimal 6 minggu pada semua umur
Defekasi seperti kotoran kambing
Perdarahan per-anum tanpa gejala anal pada individu
berusia di atas 60
tahun
Peningkatan frekuensi defekasi atau buang air besar berlendir
Massa intra-luminal di dalam rectum
Tanda-tanda obstruksi mekanik usus
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda anemia, kadang dapat pula
ditemukan massa yang teraba pada abdomen, atau tanda-tanda obstruksi
usus.
c. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dilakukan pada setiap pasien dengan gejala ano-
rektal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menetapkan keutuhan sfingter ani
dan menetapkan ukuran dan derajat fiksasi tumor pada rektum 1/3 tengah
dan distal. Pada pemeriksaan colok dubur ini yang harus dinilai adalah:
Keadaan tumor: Ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak bagian
terendah terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian atas kelenjar
prostat atau ujung os coccygis.
Mobilitas tumor: Hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek
terapi pembedahan.
Ekstensi dan ukuran tumor dengan menilai batas atas, bawah, dan
sirkuler. 14,15
14
Pemeriksaan penunjang
15
Dilakukan oleh spesialis bedah kolorektal (operator dependent) atau
spesialis radiologi,
Digunakan terutama pada T1 yang akan dilakukan
eksisi transanal,
Digunakan pada T3-4 yang dipertimbangkan untuk
terapi neoajuvan,
Digunakan apabila direncanakan reseksi trans-anal
atau kemoradiasi
16
System staging
Klasifikasi pentahapan kanker digunakan untuk menentukan luas atau ekstensi kanker
dan nilai prognostik pasien. Sistem yang paling banyak digunakan adalah sistem TNM
American Joint Committee on Cancer (AJCC) edisi ke-7 tahun 2010: 17
17
Tabel 3.4 Stadium Kanker Kolorektal
3.8 Penatalaksanaan
18
lainnya. Penatalaksanaan kanker kolorektal dibedakan menjadi penatalaksanaan kanker
kolon dan kanker rectum.
19
Tabel 2.6 Rangkuman Penatalaksanaan Kanker Rektum
Terapi Endoskopi
Terapi endoskopik dilakukan untuk polip kolorektal, yaitu lesi mukosa kolorektal yang
menonjol ke dalam lumen.
Metode yang digunakan untuk polipektomi tergantung pada
20
ukuran, bentuk dan tipe histolopatologinya. Polip dapat dibiopsi terlebih dahulu untuk
menentukan tindakan selanjutnya. Biopsi polip umumnya dilakukan dengan mengambil
4-6 spesimen atau 8-10 spesimen untuk lesi yang lebih besar. Pada American College of
Gastroenterology menyatakan bahwa polip kecil harus dibuang secara utuh. Jika
jumlahnya banyak (lebih dari 20), harus dilakukan biopsy representative polip
pendukulata besar biasanya mudah dibuang dengan hot snare. Polip sesil besar mungkin
membutuhkan piecemeal resection atau injeksi submukosal untuk menaikkan mukosa
dari tunika muskularis propria agar dapat dilakukan endoscopic mucosa resection
(EMR).19
Terapi Pembedahan
21
dinding usus dan kedalam lemak perirektal.
Fragmentasi tumor harus
dihindarkan, selain itu harus dipastikan pula bahwa garis tepi mukosal dan batas
tepi dalam harus negatif (>3 mm). Keuntungan prosedur lokal adalah morbiditas
dan mortalitas yang minimal serta pemulihan pasca operasi yang cepat.
Keterbatasan eksisi transanal adalah evaluasi penyebaran ke KGB secara
patologis tidak dapat dilakukan. Hal ini menyebabkan angka kekambuhan lokal
lebih tinggi dibandingkan pasien yang menjalani reseksi radikal
d.) Kolektomi dan reseksi KGB regional en-Bloc
Teknik ini diindikasikan untuk kanker kolon yang masih dapat direseksi
(resectable) dan tidak ada metastasis jauh. Luas kolektomi sesuai lokasi tumor,
jalan arteri yang berisi kelenjar getah bening, serta kelenjar lainnya yang berasal
dari pembuluh darah yang ke arah tumor dengan batas sayatan yang bebas tumor
(R0). Bila ada kelenjar getah bening yang mencurigakan diluar jalan vena yang
terlibat sebaiknya direseksi. Reseksi harus lengkap untuk mencegah adanya KGB
positif yang tertinggal (incomplete resection R1 dan R2).
e.) Reseksi transabdominal
Reseksi abdominoperineal dan sphincter-saving reseksi anterior atau anterior
rendah merupakan tindakan bedah untuk kanker rektum. Batas reseksi distal telah
beberapa kali mengalami revisi, dari 5 cm sampai 2 cm. Bila dihubungkan
dengan kekambuhan lokal dan ketahanan hidup, tidak ada perbedaan mulai batas
reseksi distal 2 cm atau lebih.
Implikasi dari beberapa penelitian tentang batas
reseksi distal, bahwa pada kanker rektum rendah, dapat dilakukan prosedur
pembedahan sphincter-saving daripada dilakukan reseksi abdominoperineal
dengan kolostomi permanen .Fungsi dan kontinensi adalah salah satu topik yang
penting dalam memutuskan antara reseksi abdominoperineal atau reseksi anterior
rendah/ultra rendah.
19
f.) Total Mesorectal Excision (TME)
Mesorektum dan batas sirkumferensial (lateral) adalah hal yang sama
pentingnya dengan batas reseksi distal pada kanker rektum. Total mesorectal
excision (TME) untuk kanker rektum adalah suatu diseksi tajam pada batas
ekstrafasial (antara fascia propiarektum dan fascia presakral), dengan eksisi
lengkap mulai dari mesorektum ke dasar pelvis termasuk batas lateralnya. Angka
kekambuhan pada TME untuk kanker rektum tengah dan rendah dilaporkan
sebesar 2,6%.Dari Swedish Rectal Cancer Trials, penurunan kekambuhan lokal
didapatkan turun sebesar 50% setelah pelatihan teknik TME.
22
g.) Bedah laparoskopik pada kanker kolorektal
20
h.) Tindakan bedah untuk kanker metastatik
Tumor primer resektabel dan metastasis resektabel Pada KKR stadium 4
dengan metastasis hati dan atau paru, reseksi merupakan pilihan yang
terbaik dengan catatan tumor primer masih dapat direseksi. Tiga
paradigma pada terapi kanker kolorektal dengan metastasis hati adalah:
klasik yaitu kanker kolorektal dahulu, bersamaan yaitu kanker kolorektal
dan metastasis hati secara bersamaan, atau pendekatan terbalik yaitu
pengangkatan tumor metastasis hepar terlebih dahulu. Keputusan dibuat
berdasarkan di tempat manakah yang lebih dominan secara onkologikal
dan simtomatis.
Tumor primer resektabel dan metastasis tidak resektabel
Pada keadaan
seperti ini, dapat dilakukan reseksi tumor primer dilanjutkan dengan
kemoterapi untuk metastasisnya.
Tumor primer tidak resektabel, metasatasis tidak resektabel Kombinasi
kemoterapi dan pembedahan atau radiasi paliatif merupakan penanganan
standar untuk pasien dengan KKR metastasis. Pada kasus dengan
penyakit metastasis yang tidak resektabel maka terapi pilihannya adalah
kemoterapi sistemik. Untuk penyakit yang sudah jelas tidak dapat
dioperasi, intervensi seperti stenting atau laser ablation dapat dijadikan
pilihan terapi paliatif yang berguna. In situ ablation untuk metastasis hati
yang tidak bisa direseksi juga memungkinkan, tetapi keuntungannya
belum jelas.
3.9 Prognosis
Prognosis kanker kolorektal secara skematis disajikan pada gambar berikut
ini. Diketahui bahwa progesivitas alami dari perjalanan klinis karsinoma
kolorektal meliputi invasi lokal, penyebaran limfatik, dan penyebaran
hematogenosa. Pada setiap 100 pasien yang awalnya dievaluasi, 30 orang di
antaranya akan secara klinis terdeteksi telah mengalami metastasis jauh,
sedangkan 70 orang sisanya akan menjalani proses reseksi untuk tumor lokal. Di
antara ke-70 orang tersebut, 45 akan sembuh dan sisanya mengalami rekurensi.
Sampai saat ini, melalui berbagai studi prospektif ditemukan bahwa angka
survivabilitas 5 tahun adalah sebesar 62,1%. Terdapat berbagai faktor yang
23
berhubungan dengan prognosis tersebut, dan sedikit banyak akan menentukan
derajat risiko populasi dalam program deteksi dini.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Anamnesis
Kasus Teori
nyeri yang hilang timbul dan menjalar Perdarahan per-anum disertai
dari pantat hingga kaki sejak 2016. peningkatan frekuensi defekasi dan/atau
25
4.3 Pemeriksaan Penunjang
Kasus Teori
GDS : 105
Ultrasonografi (USG) abdomen
Ureum : 20 U/L
Creatinin : 0.5U/L Ultrasonografi (USG) endorektal
Na : 129 (bila dapat dikerjakan)
K : 4.4
Cl : 93 Pemeriksaan Patologi Anatomi
HBsAg : NR Biopsi dari rektum dan spesimen
HIV : NR reseksi
Colonoscopy dan Biopsi: Endoskopi: merupakan prosedur
diagnostik utama dan dapat dilakukan
Tumor rectum, curiga ganas
dengan sigmoidoskopi (>35% tumor
Pemeriksaan PA: terletak di rektosigmoid) atau dengan
kolonoskopi total
Rectum: adenocarsinoma
Enema barium dengan kontras ganda
Pemriksaan Patologi Anatomi:
CT colonography (Pneumocolon CT)
rectum, operasi: Adenocarsinoma well
differentiated, tumor tumbuh sampai Magnetic Resonance Imaging (MRI)
subserosa, didapatkan lmphy invasi & Rektum:
Dapat mendeteksi lesi
neural invasi, didapatkan metastasis pada 4 kanker dini (cT1-T2),
Lebih akurat
dari 4 KGB. Batas reseksi proksimal dan dalam menentukan staging lokal T dan
distal bebas sel tumor (free margin). P N (margin sirkumferensial dan
T3N2MX.
keterlibatan sakral pada kasus
Foto Thorax: rekurens).
26
paru dapat merupakan suatu
Bone scan:
CT Scan Guiding:
MRI:
4.4 Penatalaksanaan
Kasus Teori
27
kanker kolorektal dengan
metastasisi yang tidak dapat
direseksi dan tanpa gejala
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Society AC. Colorectal Cancer Facts & Figures 2014-2016. Color Cancer
Facts Fig 2014; 1–32.
2. Ferlay J, Soerjomataram I, Dikshit R, et al. Cancer incidence and mortality
worldwide: Sources, methods and major patterns in GLOBOCAN 2012.
Int J Cancer 2015; 136: E359–E386.
3. Siegel RL, Miller KD, Jemal A. Cancer statistics, 2016. 2016; 66: 7–30.
4. Siegel RL, Miller KD, Jemal A. Cancer statistics, 2016. 2016; 66: 7–30.
7. Chen K, Qiu JL, Zhang Y, et al. Meta analysis of risk factors for colorectal
cancer. World J Gastroenterol 2003; 9: 1598– 1600.
11. Chang AE, Morris AM. Colorectal cancer. In: Mulholland MW, Lillemoe
KD, Doherty GM, Maier RV, Upchurch GR, editors. Greenfield’s
Surgery: Scientific Principles and Practice. 4th ed. Lippincott Williams &
29
Wilkins; 2006
30