Anda di halaman 1dari 13

1

BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1. Analisa Deskriptif :


5.1.2. Gambaran Umum Subjek Penelitian
1. Kelompok umur penderita
Karakteristik penderita malaria berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
1. Tabel 5.1
a. Distribusi Subjek Penelitian Menurut Golongan Umur

Kel.Umur Kel.Umur Kel.Umur Kel.Umur


0-11 tahun 4 (12,9 %) 5 (16,1 %) 9 (14,5 %)
12-17 tahun 5 (16,1 %) 9 ( 29,0 %) 14 (22,6 %)
18-55 tahun 8 (25,8 %) 10 (32,2 %) 18 (29,0 %)
> 56 tahun 14 (45,2 %) 7 (22,6 %) 21 (33,9 %)
Jumlah 31 (100 %) 31 (100 %) 62 (100 % )
Sumber : Data Primer
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh umur dengan kekambuhan
penyakit malaria , maka golongan umur dikelompokkan dalam kelompok umur > 45
tahun dan kelompok umur < 45 tahun pada kasus dan kontrol.
2. Tabel 5.2
b. Distribusi Subjek Penelitian Menurut Golongan Umur

Kelompok umur Kasus Kontrol Total


> 45 tahun 23 (74,6 %) 12 (39,2 %) 35 ( 56,3) %)
< 45 tahun 8 (25,3 %) 19 (66,8 %) 27 (43,7 %)
Jumlah 31 (100 %) 31 (100 %) 62 (100 % )
Sumber : Data Primer
Pada tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa umur > 45 tahun terbanyak
pada kelompok kasus yaitu sebesar 74,6 %, dibanding dengan kelompok kontrol
yaitu sebesar 39,2 %.
b. Jenis kelamin penderita
Faktor jenis kelamin hubungannya dengan kekambuhan sakit malaria dapat
kita lihat pada tabel berikut :
Tabel 5.3
Distribusi Subjek Penelitian Menurut Jenis Kelamin
Dengan kejadian malaria
2

Jenis kelamin Kasus Kontrol Total


Laki-laki 25 (79,7 %) 20 (63,8 %) 45 (72,1 %)
Perempuan 6 (20,3 %) 11 (36,2 %) 17 (28,8 %)
Jumlah 31 (100 %) 31 (100 %) 62 (100 % )
Sumber : Data Primer
Pada tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa proporsi jenis kelamin laki-
laki pada kelompok kasus lebih banyak (79,7 %) dibandingkan pada kelompok
kontrol hanya (63,8 %)
c. Kelelahan
Faktor kelelahan hubungannya dengan kekambuhan sakit malaria dapat kita
lihat pada tabel berikut :
Tabel 5.5
3. Distribusi Subjek Penelitian Menurut
4. Faktor kelelahan

Faktor Kelelahan Kasus Kontrol Total


Ada 26 (83,5 %) 12 (39,2 %) 38 (61,4) %)
Tidak ada 5 (16,5 %) 19 (60,8 %) 24 (14,5 %)
Jumlah 31 (100 %) 31 (100 %) 62 (100 % )
Sumber : Data Primer
Pada tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa proporsi subjek yang lelah
llebih banyak pada kelompok kasus yaitu sebesar (83,5 %) jika dibandingkan dengan
kelompok kontrol yaitu sebesar (39,2%).

d. Stress
Faktor stress hubungannya dengan kekambuhan penyakit malaria dapat kita
lihat pada tabel sbb :
Tabel 5.4
Distribusi Subjek Penelitian Menurut Faktor Stress

Faktor stress Kasus Kontrol Total


Ada 29 (90,3 %) 13 (41,9 %) 41 (66,1 %)
Tidak ada 3 (9,7 %) 18 (58,1 %) 21 (33,9 %)
Jumlah 31 (100 %) 31 (100 %) 62 (100 % )
Sumber : Data Primer
Pada tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa proporsi subjek yang
mengalami stress lebih banyak pada kelompok kasus yaitu sebesar (90,3 %) jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar (41,9 %).
e. Cara/kebiasaan hidup
Faktor cara/kebiasaan hidup dengan kejadian sakit malaria dapat kita lihat
3

pada tabel berikut :


5. Tabel 5.6
Distribusi Subjek Penelitian Menurut
Cara/Kebiasaan Hidup

Cara/Kebiasaan hidup Kasus Kontrol Total


Tidak menggunakan kelambu atau di `12 (39,2 6 (20,2 %) 18 (29,7
luar rumah malam hari %) %)
Tidak menggunakan kelambu dan di 7 (21,5 %)
luar rumah malam hari 11 (35,4) 18 (28,5 %)
Menggunakan kelambu dan di rumah %) 18 (58,2 %)
malam hari 26 (41,7 %)
8 (25,3 %)
Jumlah 31 (100 %) 31 (100 %) 62 (100 % )
Sumber : Data Primer
Pada tabel tersebut di atas menunjukkan proporsi kebiasaan tidak
menggunakan kelambu atau berada di luar rumah pada malam hari lebih banyak pada
kelompok kasus yaitu sebesar (39,2 %) jika dibandingkan dengan kelompok kontrol
yaitu sebesar (120,2 %).
f. Status Gizi
Faktor gizi dengan kejadian penyakit malaria dapat kita lihat pada tabel sbb :
Tabel 5.4
Distribusi Subjek Penelitian Menurut Status Gizi

Status Gizi Kasus Kontrol Total


Kurus 23 (77,2 %) 12 (32,9 %) 35 (59,9 %)
Normal 8 (22,8 %) 19 (67,1 %) 27 (43,0 %)
Jumlah 31 (100 %) 31 (100 %) 62 (100 % )
Sumber : Data Primer
Pada tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa proporsi subjek berada pada
status gizi kurus lebih banyak pada kelompok kasus yaitu sebesar (77,7 %) jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar (32,9 %).
5.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang
mempengaruhi kekambuhan penyakit malaria untuk masing-masing variabel
seperti :
5.2.1. Hubungan faktor umur terhadap kekambuhan sakit malaria
Dari hasil uji regresi logistik bivariat hubungan antara faktor umur dengan
kekambuhan sakit malaria pada penderita malaria didapatkan bahwa tidak ada
4

hubungan yang signifikan antara faktor umur dengan kekambuhan sakit malaria
dengan tingkat kemaknaan (p) sebesar 0,006. Hasil pengolahan data tentang faktor
umur penderita selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini.

Tabel 5.7
Hubungan Faktor Umur Penderita Malaria
Dengan Kekambuhan Sakit Malaria

Variabel Estimasi B Sig OR 95 % CI


Faktor jenis 0,829 0.160 2.292 0,722-7,277
kelamin
Constan -0,606 0,232 0.545

5.2.2. Hubungan faktor jenis kelamin dengan kekambuhan penyakit malaria


Dari hasil uji regresi logistik bivariat hubungan antara faktor jenis kelamin
dengan kekambuhan sakit malaria pada penderita malaria didapatkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara faktor jenis kelamin dengan kekambuhan sakit
malaria dengan tingkat kemaknaan (p) sebesar 0,006 dan nilai OR = 4,55. Hal ini
berarti resiko kekambuhan sakit malaria pada jenis kelamin laki-laki sebesar 4,55
kali dibanding dengan jenis kelamin perempuan.
Hasil pengolahan data tentang jenis kelamin penderita selengkapnya dapat
dilihat pada tabel 5.8 berikut ini.
Tabel 5.8
Hubungan Faktor Jenis Kelamin Penderita Malaria Dengan
Kekambuhan Sakit Malaria
Variabel Estimasi B Sig OR 95 % CI
Faktor umur 1.516 0.006 4.552 1.544-13.424
Constan -0.865 0.040 0.421

5.2.3. Hubungan faktor kelelahan terhadap kekambuhan malaria


Dari hasil uji regresi logistik bivariat hubungan antara faktor kelelahan
dengan kekambuhan penyakit malaria pada penderita malaria didapatkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara faktor kelelahan dengan kejadian penyakit malaria
dengan tingkat kemaknaan (p) sebesar 0, 001 dan nilai OR = 8,23. Hal ini berarti
resiko sakit malaria pada kelompok yang mempunyai kelelahan ya sebesar 8,23 kali
dibanding dengan penderita yang tidak mengalami kelelahan.
Hasil pengolahan data tentang faktor kelelahan pada penderita malaria
5

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini.


Tabel 5.9.
(1) Hubungan Faktor Kelelahan Dengan Kekambuhan Sakit Malaria

Variabel Estimasi B Sig OR 95 % CI


Faktor kelelahan 2,108 0,001 8,233 2,482-27,316
Constan -1,335 0,008 0263

5.2.4. Hubungan faktor stress dengan kekambuhan sakit malaria


Dari hasil uji regresi logistik bivariat hubungan antara faktor stress dengan
kekambuhan penyakit malaria pada penderita malaria didapatkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara stress dengan kekambuhan sakit malaria dengan
tingkat kemaknaan (p) sebesar 0, 000 dan nilai OR = 12,91. Hal ini berarti resiko
kekambuhan sakit malaria pada kelompok yang mengalami stress yaitu sebesar
12,91 kali dibanding dengan penderita yang tidak mengalami stress.
Hasil pengolahan data tentang faktor stress pada penderita malaria
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini.
Tabel 5.10.
(2) Hubungan Faktor Stress Dengan Kekambuhan Sakit Malaria
Variabel Estimasi B Sig OR 95 % CI
Stress 2,558 0,000 12,916 3,226-51,742
Constan -1,791 0,004 0,167

5.2.5. Hubungan faktor kebiasaan dengan kekambuhan sakit malaria


Dari hasil uji regresi logistik bivariat hubungan antara faktor kebiasaan
penderita dengan kekambuhan sakit malaria pada penderita malaria didapatkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor cara/kebiasaan penderita malaria
yaitu kebiasaan tidak menggunakan kelambu dan berada diluar rumah pada malam
hari dengan kekambuhan sakit penyakit malaria dengan tingkat kemaknaan (p)
sebesar 0, 002 dan nilai OR =4,5 bila demikian juga ada hubungan yang signifikan
antara kebiasaan tidak menggunakan kelambu atau berada diluar rumah pada malam
hari dengan kekambuhan sakit malaria dengan tingkat kemaknaan 0,050 dan nilai
OR = 4,54. Hal ini berarti resiko sakit malaria pada kelompok yang mempunyai
kebiasaan tidak menggunakan kelambu dan berada diluar rumah pada malam hari
dengan kejadian penyakit malaria sebesar 4,5 kali dibanding dengan penderita yang
mempunyai kebiasaan menggunakan kelambu dan berada di rumah pada malam hari
dengan kejadian penyakit malaria, demikian juga resiko sakit malaria pada penderita
malaria yang mempunyai kebiasaan tidak menggunakan kelambu atau berada diluar
rumah pada malam hari dengan kekambuhan sakit malaria sebesar 3,54 kali
6

dibanding dengan penderita yang mempunyai kebiasaan menggunakan kelambu dan


berada di rumah pada malam hari dengan kekambuhan sakit sakit malaria.
Hasil pengolahan data tentang cara/kebiasaan penderita malaria selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini.
Tabel 5.11
Hubungan Faktor Kebiasaan Dengan Kekambuhan Sakit Malaria

Variabel Estimasi B Sig OR 95 % CI


Cara/kebiasaan penderita
Tidak menggunakan kelambu 1,504 0,022 4,500 1,244-16,286
dan di luar rumah malam hari (1)
Tidak menggunakan kelambu 1,263 0,050 3,536 1,001-12,485
atau di luar rumah malam hari
(2)

5.2.6. Hubungan faktor status gizi dengan kekambuhan sakit malaria


Dari hasil uji regresi logistik bivariat hubungan antara faktor atatus gizi
dengan kejadian penyakit malaria pada penderita malaria didapatkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kekambuhan sakit malaria
dengan tingkat kemaknaan (p) sebesar 0,001 dan nilai OR = 7,2. Hal ini berarti
resiko sakit malaria pada kelompok penderita kurus sebesar 7,2 kali dibanding
dengan penderita yang mempunyai status gizi normal.
Hasil pengolahan data tentang umur penderita selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 5.16 berikut ini.
Tabel 5.12
(3) Hubungan Status Gizi Penderita Malaria Dengan Kekambuhan
Sakit Malaria

Variabel Estimasi B Sig OR 95 % CI


Status gizi 1.974 0.001 7,200 2.327-22.279
penderita
Constan -0.099 0.012 0.333

5.2.7. Rangkuman hasil analisis hubungan masing-masing faktor resiko terhadap


kejadian sakit malaria.
7

Pada penelitian ini dilakukan terlebih dahulu uji masing-masing faktor resiko
yang disebut uji statistik bivariat dengan menggunakan uji regresi logistik. Hasilnya
didapatkan variabel independen yang signifikan adalah 1)Jenis kelamin 2) Kelelahan
3) Stress 4) cara/kebiasaan hidup 5) status gizi, sedangkan umur didapat hasilnya
tidak bermakna.
Adapun hasil analisis bivariate masing-masing variabel penelitian dengan
cara analisis regresi logistik terhadap kejadian sakit malaria pada penderita adalah
sbb :
Tabel 5.14 Rangkuman Hasil Uji Bivariate dari Masing-masing Variabel Penelitian
Faktor Resiko Kejadian Sakit Malaria Pada Penderita Malaria

No Variabel Koefesien Df P OR CI 95%


Regresi
1. Umur 0,829 1 0,160 2,292 0,72-7,28
2. Jenis Kelamin 1,516 1 0,006 4,552 1,54-13,42
3. Kelelahan 2,108 1 0,001 8,233 2,48-27,37
4. Stress 2,558 1 0,000 12,916 3,23-51,74
5. Status Gizi 1,974 1 0,001 7,200 2,33-22,28
Cara/kebiasaan hidup : 2 0,040
Cara (1) 1,504 1 0.022 4.500 1,24-16,28
Cara (2) 1,263 1 0,050 3,535 1,00-12,49

5.3. ANALISA MULTIVARIATE


5.3.3. Analisa Multivariate dari beberapa variabel yang signifikan (P<0,25) pada uji
bivariate.

Analisa multivariate ini dilakukan untuk mengetahui hubungan beberapa


variabel secara bersama-sama terhadap kejadian sakit malaria pada penderita malaria.
Variabel yang dimaksud adalah variabel independen yang secara statistik mempunyai
tingkat kemaknaan p < 0,25. Variabel independen tersebut adalah 1)Jenis kelamin, 2)
Kelelahan 3) Stress 4) Kebiasaan 5) Status gizi. Hasil analisa multivariate tersebut
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut ini.
Tabel. 5.14. HASIL ANALISA MULTIVARIATE VARIABEL INDEPENDEN
TERHADAP KEJADIAN SAKIT MALARIA
PADA PENDERITA MALARIA

Variabel B Wald Df Sig OR CI 95%


Lower Upper
8

Umur -0,188 0,025 1 0,874 0,829 0,082 8,342


Jenis Kelamin -1,034 0,480 1 0,488 0,356 0,019 6,625
Kelelahan 2885 5,245 1 0,022 17,379 1,510 200,081
Stress 2,252 4,286 1 0,038 9,505 1,127 80,138
Status Gizi 2,926 5,851 1 0,016 18,661 1,742 199,854
Cara hidup : 1,875 2 0,392
Cara (1) 1,557 1,175 1 0,186 4,744 0,473 47,558
Cara (2) 1,345 1,144 1 0,285 3,839 0,327 45,132
Dari seluruh variabel yang dianalisa secara bersama-sama dengan
menggunakan analisis multivariate regresi logistik dengan metode enter tersebut,
didapatkan bahwa variabel : 1) kelelahan 2) stress dan 3) status gizi, mempunyai
pengaruh yang bermakna dalam kejadian sakit malaria pada penderita malaria
(p<0,05), sedangkan variabel yang lain yaitu 1) umur, dan 2) kebiasaan hidup
meskipun dalam analisa bivariate secara statistik bermakna namun dalam analisis
multivariate ternyata mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kejadian
sakit malaria pada penderita malaria. Begitupula variabel jenis kelamin.
9

BAB 6
PEMBAHASAN

6.1. Deskriptif karakteristik penderita indeks dan anggota keluarga


Dari hasil penelitian tentang karakteristik penderita malaria sebagian besar
menunjukkan penderita berusia produktif dan berjenis kelamin laki-laki.
6.2. Hubungan variabel independen dengan kekambuhan sakit malaria pada
penderita malaria.

Pada analisa bivariate di dapatkan bahwa variabel yang signifikan terhadap


kejadian sakit malaria pada penderita malria adalah jenis kelamin, kelelahan, stress,
kebiasaan dan status gizi. Namun dalam analisa multivariate hanya ada 3 variabel
yang signifikan yaitu faktor kelelahan, faktor stress dan status gizi.
6.2.1. Hubungan variabel jenis kelamin umur dengan kekambuhan sakit malaria
pada penderita malaria.

Tentang peristiwa timbulnya penyakit menurut Gordon dan Le Richt pada


tahun 1950 yang dikutip oleh Aswar A. (1999) menyebutkan bahwa timbulnya pada
manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor pejamu (Host), faktor agent
dan lingkungan. Yang dimaksud dengan Host adalah penderita malaria, agent adalah
plasmodium berat ringannya penyakit infeksi akibat agent tersebut tergantung pada
banyaknya kuman, virulensi dan patogenisisti dari hasil tersebut
Pada seseorang yang dibuktikan dengan pemeriksaan sedian darah tepi
dengan mikroskop ditemukan plasmodium malaria disebut sebagai penderita malaria.
Dari hasil uji regresi logistik bivariat hubungan antara faktor jenis kelamin
dengan kekambuhan sakit malaria pada penderita malaria didapatkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kekambuhan sakit malaria
dengan tingkat kemaknaan (p) sebesar 0,006 dan nilai OR = 4,55. Hal ini berarti
resiko sakit malaria pada jenis kelamin laki-laki sebesar 4,55 kali dibanding dengan
penderita perempuan.
6.2.2. Hubungan faktor kelelahan dengan kekambuhan sakit malaria
Dari hasil uji regresi logistik bivariat hubungan antara faktor kelelahan
dengan kekambuhan sakit malaria pada penderita malaria didapatkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara faktor kelelahan dengan kekambuhan sakit malaria
dengan tingkat kemaknaan (p) sebesar 0, 001 dan nilai OR = 8,23. Hal ini berarti
resiko sakit malaria pada kelompok yang mengalami kelelahan sebesar 8,23 kali
dibanding dengan penderita yang tidak mengalami kelelahan.
10

6.2.3. Hubungan faktor stress dengan kekambuhan sakit malaria

ari hasil uji regresi logistik bivariat hubungan antara faktor riwayat penyakit
sebelumnya dengan kejadian penyakit malaria pada penderita malaria didapatkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit malaria sebelumnya
dengan kejadian penyakit malaria dengan tingkat kemaknaan (p) sebesar 0, 000 dan
nilai OR = 12,916. Hal ini berarti resiko kekambuhan sakit malaria pada kelompok
yang mengalami stress sebesar 12,916 kali dibanding dengan penderita yang tidak
mengalami stress.
6.2.4. Hubungan faktor status gizi dengan kekambuhan sakit malaria
Dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa jumlah penderita malaria berstatus gizi
kurus lebih banyak dibanding gizi normal, berarti kemungkinan untuk menderita
penyakit malaria lebih besar pada kelompok gizi kurus dibanding normal. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena semakin rendah (kurus) status gizi, maka daya
tahun tubuh semakin turun, sehingga kemungkinana terserang penyakit semakin
besar.
Rendahnya status gizi kemungkinan disebabkan karena rendahnya
pendapatan keluarga sehingga daya beli untuk kebutuhan pokok rendah, disamping
itu tidak mampu membeli kelambu, obat nyamuk, dsb.
Dari hasil uji regresi logistik bivariat hubungan antara faktor atatus gizi
dengan kejadian penyakit malaria pada penderita malaria didapatkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian penyakit malaria
dengan tingkat kemaknaan (p) sebesar 0,001 dan nilai OR = 7,2. Hal ini berarti
resiko sakit malaria pada kelompok penderita kurus sebesar 7,2 kali disbanding
dengan penderita yang mempunyai status gizi normal.
6.2.5. Hubungan faktor kebiasaan dengan kekambuhan sakit malaria

Cara/kebiasaan sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan


meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Salah
satunya perilaku sehat yang harus diciptakan adalah meningkatnya kemampuan
setiap orang dan kepedulian masyarakat untuk mengatasi lingkungan yang terbebas
dari penularan malaria merupakan salah satu tujuan dari Gerakan Berantas Kembali
Malaria guna mencapai Indonesia sehat 2010 . (Departemen Kesehatan RI.,2000).
Tindakan atau kebiasaan yang didasari adanya pengetahuan dan sikap tentang
penyakit malaria merupakan suatu bentuk perilaku sehat yang pasif dari responden,
dari perilaku yang pasif tersebut diwujutkan dalam suatu tindakan nyata seperti
11

menggunakan kelambu saat tidur dan menghindari keluar rumah pada malam hari
adalah merupakan suatu bentuk perilaku aktif dari responden (Notoadmodjo S,
1993).
Menurut teori L. Green, seseorang berperilaku karena terbentuk dari 3 faktor
dimana pengetahuan dan sikap merupakan faktor predisposisi, tersedia atau tidaknya
fasilitas hidup sehat dalam keluarga merupakan faktor pendukung, sedang sikap dan
perilaku petugas kesehatan sebagai faktor pendorong (Notoadmodjo S, 1993).
Dari hasil uji regresi logistik bivariat hubungan antara faktor riwayat penyakit
sebelumnya dengan kejadian penyakit malaria pada penderita malaria didapatkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor cara/kebiasaan penderita malaria
yaitu kebiasaan tidak menggunakan kelambu dan berada diluar rumah pada malam
hari dengan kejadian penyakit malaria dengan tingkat kemaknaan (p) sebesar 0, 002
dan nilai OR =4,5 bila demikian juga ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan
tidak menggunakan kelambu atau berada diluar rumah pada malam hari dengan
kejadian penyakit malaria dengan tingkat kemaknaan 0,050 dan nilai OR = 3,54. Hal
ini berarti resiko sakit malaria pada kelompok yang mempunyai kebiasaan tidak
menggunakan kelambu dan berada diluar rumah pada malam hari dengan kejadian
penyakit malaria sebesar 4,5 kali dibanding dengan penderita yang mempunyai
kebiasaan menggunakan kelambu dan berada rumah pada malam hari dengan
kejadian penyakit malaria, demikian juga resiko sakit malaria pada penderita malaria
yang mempunyai kebiasaan tidak menggunakan kelambu atau berada diluar rumah
pada malam hari dengan kejadian penyakit malaria sebesar 3,54 kali dibanding
dengan penderita yang mempunyai kebiasaan menggunakan kelambu dan berada di
rumah pada malam hari dengan kejadian penyakit malaria.
Hal tersebut dikarenakan kemungkinan terpapar dengan nyamuk malaria
lebih besar bagi mereka yang tidak menggunakan kelambu saat tidur dan berada di
luar rumah pada malam hari.
6.3. Probabilitas kejadian sakit malaria pada penderita malaria
Dari hasil analisis multivariate terdapat tiga variabel yang mempunyai
hubungan yang signifikan terhadap kekambuhan sakit malaria pada penderita
malaria. Faktor resiko tersebut adalah 1) kelelahan, 2) stress dan 3) status gizi.
6.4. Prioritas perbaikan faktor resiko berdasarkankan besarnya odds ratio pada
analisa multivariate.

1. Faktor kelelahan , maka bagi mereka yang pernah menderita malaria


sebaiknya diberi penyuluhan agar tidak bekerja terlalu berat atau waktu untuk
beistirahat harus diperhatikan..
12

2. Faktor stress, maka bagi mereka yang pernah menderita malaria diberi
penyuluhan agar mereka menghindari stress dalam kehidupan sehari-harinya.
3. Faktor status gizi penderita malaria, maka perlu dilakukan peningkatan status
gizi keluarga melalui : 1) pemberdayaan ekonomi masyarakat misalnya
pemanfaatan lahan pekarangan untuk perkebunan dan perikanan, 2)
penyuluhan gizi, 3) peningkatan pendapatan keluarga untuk meningkatkan
daya beli keluarga
4. Faktor lain yang tidak terbukti ada hubungan dengan kejadian sakit malaria
pada penderita juga perlu diperhatikan seperti cara/kebiasaan hidup.
6.5. Kelemahan penelitian
Kelemahan dari penelitian ini adalah :
1. Terjadinya bias informasi, karena data faktor resiko di kumpulkan setelah
terjadimnya sakit malaria.
2. Terjadinya bias seleksi, karena sampel terdiri dari dua populasi yang berbeda
(kasus dan kontrol).
13

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan :
7.1.1. Faktor umur tidak terbukti ada hubungannya dengan kekambuhan sakit
malaria pada penderita malaria.
7.1.2. Faktor jenis kelamin terbukti ada hubungannya dengan kekambuhan sakit
malaria padaa penderita malaria, akan tetapi jika bersama variabel lain tidak
terbukti adanya hubungan..
7.1.3. Faktor kelelahan terbukti ada hubungannya dengan kekambuhan sakit malaria
pada penderita malaria baik secaral sendiri maupun secara bersama-sama.
7.1.4. Faktor stress terbukti ada hubungannya dengan kekambuhan sakit malaria
pada penderita malaria baik secara sendiri maupun secara bersama-sama.
7.1.5. Faktor kebiasaan terbukti ada hubungannya dengan kekambuhan sakit
malaria padaa penderita malaria, akan tetapi jika bersama variabel lain tidak
terbukti adanya hubungan
7.1.6. Faktor status gizi terbukti ada hubungannya dengan kejadian sakit malaria
pada penderita malaria baik secar sendiri maupun secara bersama-sama.
7.2. Saran
7.2.1. Untuk mencegah kekambuhan sakit malaria pada penderita malaria
karenakelelahan, stress dilakukan penyuluhan agar sedapat mungkin mereka
tidak sampai pada keadaan kelelahan dan stress, sedangkan pada status gizi
yang rendah maka diperlukan peningkatan status gizi keluarga melalui
pemberdayaan ekonomi masyarakat secara lintas sector.
7.2.2. Faktor lain seperti jenis kelamin cara atau kebiasaan hidup yang tidak
terbukti ada hubungan dengan kejadian penyakit malaria, perlu dilakukan
penyuluhan agar sedapat mungkin menghindarkan hal-hal yang dapat
membuat mereka kambuh dari penyakit malaria.

Anda mungkin juga menyukai