CRS Pterigium Stella
CRS Pterigium Stella
PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 73 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Ma. Sabak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirawasta (kontraktor)
Status : Menikah
II. ANAMNESIS
2.1 Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan rasa mengganjal pada mata kiri dan
kanan sejak ± 3 bulan yang lalu
2
2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-)
- Riwayat mata merah berulang (-)
- Riwayat pakai kacamata baca (+)
- Riwayat menggunakan obat tetes mata sebelumnya (-)
- Riwayat operasi sebelumnya (-)
- Riwayat trauma pada mata (-)
- Riwayat alergi (-)
- Riwayat Hipertensi (-)
- Riwayat penyakit Diabetes Mellitus (-)
3
Nadi : 82 x/menit
Respiratory rate : 18 x/menit
Suhu : normal
Pemeriksaan Eksternal
Jaringan fibrovaskular Jaringan fibrovaskular
melewati limbus kornea melebihi derajat 2 tetapi
tetapi tidak lebih dari 2 tidak melebihi pinggiran
4
mm melewati kornea pupil mata
Palpebra Superior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
Palpebra Inferior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
Konjungtiva tarsus Sup & Papil (-), folikel (-), Papil (-), folikel (-),
Inf lytiasis (-) lythiasis (-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi (-), hiperemis (-) Injeksi (-), hiperemis (-)
5
Kornea Jernih, infiltrat (-) Jernih, infiltrat (-)
Bilik mata depan dangkal,hifema(-) dangkal,hifema(-)
hipopion (-) hipopion (-)
Iris Kripta iris normal Kripta iris normal
Lensa Jernih Jernih
shadow test (+) shadow test (+)
V. DIAGNOSIS BANDING
Pseudopterigium
Pingekula
VI. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
1. Menggunakan kaca mata pelindung UV
2. Menggunakan helm saat berpergian dengan motor, kaca helm
diturunkan untuk mencegah terpaparnya mata dengan angin debu
3. Menjelaskan cara penggunaan tetes mata
6
Farmakologi
1. Cendo Lyteers 4x1 tetes OS
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan
banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya
8
membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh
limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus
dan bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus
limfatikus yang banyak. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan
pertama (oftalmik) nervus trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit
mempunyai serat nyeri.
9
terletak di atas 400 Lintang. Insiden pterygium cukup tinggi di Indonesia yang
terletak di daerah ekuator, yaitu 13,1%.3
3.4. Etiologi
10
diabsorbsi kornea dan konjungtiva mengakibatkan kerusakan sel dan
proliferasi sel.
b. Faktor Genetik
Berdasarkan penelitian case control menunjukkan riwayat keluarga dengan
pterigium, kemungkinan diturunkan secara autosomal dominan.
c. Faktor lain
Iritasi kronik atau inflamasi yang terjadi pada area limbus atau perifer
kornea merupakan pendukung terjadinya teori keratitis kronik dan
terjadinya limbal defisiensi, dan saat ini merupakan teori baru patogenesis
dari pterigium. Debu, kelembaban yang rendah, dan trauma kecil dari bahan
partikel tertentu, dry eyes, dan virus papiloma juga diduga sebagai penyebab
dari pterigium.
3.6. Patofisiologi
Etiologi pterygium tidak diketahui dengan jelas. Tetapi penyakit ini lebih
sering pada orang yang tinggal di daerah iklim panas. Oleh karena itu gambaran
yang paling diterima tentang hal tersebut adalah respon terhadap faktor-faktor
lingkungan seperti paparan terhadap matahari (ultraviolet), daerah kering,
inflamasi, daerah angin kencang dan debu atau faktor iritan lainnya. Pengeringan
lokal dari kornea dan konjungtiva yang disebabkan kelainan tear film
menimbulkan pertumbuhan fibroplastik baru merupakan salah satu teori.
Tingginya insiden pterygium pada daerah dingin, iklim kering mendukung teori
ini.2
Ultraviolet adalah mutagen untuk p53 tumor supresor gene pada limbal
basal stem cell. Tanpa apoptosis, transforming growth factor-beta diproduksi
dalam jumlah berlebihan dan menimbulkan proses kolagenase meningkat. Sel-sel
bermigrasi dan angiogenesis. Akibatnya terjadi perubahan degenerasi kolagen dan
terlihat jaringan subepitelial fibrovaskular. Jaringan subkonjungtiva terjadi
degenerasi elastoik proliferasi jaringan vaskular bawah epithelium dan kemudian
11
menembus kornea. Kerusakan pada kornea terdapat pada lapisan membran
bowman oleh pertumbuhan jaringan fibrovaskular, sering disertai dengan
inflamasi ringan. Epitel dapat normal, tebal atau tipis dan kadang terjadi
displasia.2,5
Limbal stem cell adalah sumber regenerasi epitel kornea. Pada keadaan
defisiensi limbal stem cell, terjadi pembentukan jaringan konjungtiva pada
permukaan kornea. Gejala dari defisiensi limbal adalah pertumbuhan konjungtiva
ke kornea, vaskularisasi, inflamasi kronis, kerusakan membran basement dan
pertumbuhan jaringan fibrotik. Tanda ini juga ditemukan pada pterygium dan
karena itu banyak penelitian menunjukkan bahwa pterygium merupakan
manifestasi dari defisiensi atau disfungsi limbal stem cell. Kemungkinan akibat
sinar ultraviolet terjadi kerusakan limbal stem cell di daerah interpalpebra.2
12
Tanda klinis yang dapat terlihat yaitu mulai dengan tanda-tanda iritasi
mata yaitu mata tampak merah dan berair terus, terlihat banyak pembuluh darah
skelra yang tampak terutama pada garis temporonasal, dan jika gradasi dari
pterygium sudah tinggi maka yang akan tampak adalah penonjolan jaringan yang
menuju kornea, jaringan yang ada adalah jaringan fibrosa yang opak.2,5
Pterygium dibagi menjadi tiga bagian yaitu : body, apex (head) dan cap.
Bagian segitiga yang meninggi pada pterygium dengan dasarnya kearah kantus
disebut body, sedangkan bagian atasnya disebut apex dan ke belakang disebut
cap. A subepithelial cap atau halo timbul pada tengah apex dan membentuk batas
pinggir pterygium.5
13
3. Derajat 3 : sudah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi pinggiran
pupil mata dalam keadaan cahaya normal (pupil dalam keadaan
normal sekitar 3 – 4 mm)
4. Derajat 4 : pertumbuhan pterygium melewati pupil sehingga
mengganggu penglihatan.
Secara klinis pterygium dapat dibedakan dengan dua keadaan yang sama
yaitu pinguekula dan pseudopterygium. Bentuknya kecil, meninggi, masa
kekuningan berbatasandengan limbus pada konjungtiva bulbi di fissura
interpalpebra dan kadang-kadang mengalami inflamasi. Tindakan eksisi tidak
diindikasikan. Prevalensi dan insiden meningkat dengan meningkatnya umur.
Pinguekula sering pada iklim sedang dan iklim tropis dan angka kejadian sama
pada laki-laki dan perempuan. Paparan sinar ultraviolet bukan faktor resiko
penyebab pinguekula.3,5
14
Pertumbuhan yang mirip dengan pterygium, pertumbuhannya
membentuk sudut miring seperti pseudopterygium atau Terrien's marginal
degeneration. Pseudopterygium mirip dengan pterygium, dimana adanya jaringan
parut fibrovaskular yang timbul pada konjungtiva bulbi menuju kornea. Berbeda
dengan pterygium, pseudopterygium adalah akibat inflamasi permukaan okular
sebelumnya seperti trauma, trauma kimia, konjungtivitis sikatrikal, trauma bedah
atau ulkus perifer kornea. Untuk mengidentifikasi pseudopterygium, cirinya tidak
melekat pada limbus kornea. Probing dengan muscle hook dapat dengan mudah
melewati bagian bawah pseudopterygium pada limbus, dimana hal ini tidak dapat
dilakukan pada pterygium. Pada pseudopterygium tidak dapat dibedakan antara
head, cap dan body dan pseudopterygium cenderung keluar dari ruang fissura
interpalpebra yang berbeda dengan true pterygium.3,5
15
segitiga
Warna Putih Putih-kuning Putih kekuningan
kekuningan keabu-abuan
Letak Celah kelopak Celah kelopak Pada daerah
bagian nasal mata terutama konjungtiva yang
atau temporal bagian nasal terdekat dengan
yang meluas ke proses kornea
arah kornea sebelumnya
6♂:♀ ♂>♀ ♂=♀ ♂=♀
Progresif Sedang Tidak Tidak
Reaksi Tidak ada Tidak ada Ada
kerusakan
permukaan
kornea
sebelumnya
Pembuluh Lebih menonjol Menonjol Normal
darah
konjungtiva
Sonde Tidak dapat Tidak dapat Dapat diselipkan di
diselipkan diselipkan bawah lesi karena
tidak melekat pada
limbus
3.9 Penatalaksanaan
16
ketidaknyamanan yang menetap, gangguan penglihatan bila ukuran 3-4 mm dan
pertumbuhan yang progresif ke tengah kornea atau aksis visual, adanya gangguan
pergerakan bola mata. 1,2
1. Bare sclera : tidak ada jahitan atau jahitan, benang absorbable digunakan
untuk melekatkan konjungtiva ke sklera di depan insersi tendon rektus.
Meninggalkan suatu daerah sklera yang terbuka.
2. Simple closure : tepi konjungtiva yang bebas dijahit bersama (efektif jika
hanya defek konjungtiva sangat kecil).
3. Sliding flaps : suatu insisi bentuk L dibuat sekitar luka kemudian flap
konjungtiva digeser untuk menutupi defek.
4. Rotational flap : insisi bentuk U dibuat sekitar luka untuk membentuk
lidah konjungtiva yang dirotasi pada tempatnya.
5. Conjunctival graft : suatu free graft biasanya dari konjungtiva superior,
dieksisi sesuai dengan besar luka dan kemudian dipindahkan dan dijahit.
6. Amnion membrane transplantation : mengurangi frekuensi rekuren
pterygium, mengurangi fibrosis atau skar pada permukaan bola mata dan
penelitian baru mengungkapkan menekan TGF-β pada konjungtiva dan
fibroblast pterygium. Pemberian mytomicin C dan beta irradiation dapat
diberikan untuk mengurangi rekuren tetapi jarang digunakan.
7. Lamellar Keratoplasty, excimer laser phototheraupetic keratectomy dan
terbaru menggunakan gabungan angiostatic steroid.
17
3.10 Komplikasi Pteregium
3.11 Prognosa
Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik, rasa tidak
nyaman pada hari pertama postoperasi dapat ditoleransi, kebanyakan pasien
setelah 48 jam post operasi dapat beraktivitas kembali.3
18
BAB IV
ANALISIS KASUS
Anamnesis
Fakta Teori
Os merupakan laki-laki berusia 73 tahun Pteregium merupakan
yang bekerja sebagai kontraktor. Pasien pertumbuhan jaringan
datang dengan keluhan rasa mengganjal di fibrovaskular berbentuk segitiga
mata kiri dan kanan sejak 3 bulan terakhir. yang berawal dari tepi fisura
Keluhan terasa lebih berat pada mata kiri. palpebra dan mengarah ke
± 3 tahun yang lalu muncul gumpalan kornea.1
putih seperti lemak pada kedua mata, Merupakan penyakit
kemudian meluas ke tengah mata. Awalnya degeneratif dengan insidensi
tidak ada keluhan, namun timbul rasa tertinggi usia 20-49 dan lebih
mengganjal pada mata dan mata sering sering timbul pada laki-laki yang
berair. bekerja di luar rumah.3
Pasien bekerja di luar ruangan, hampir Faktor resiko penyakit ini
setiap hari terpapar sinar matahari dan debu. adalah radiasi sinar ultraviolet,
Riwayat trauma disangkal. Pasien sering genetik, dan faktor lain (debu,
berpergian tanpa menggunakan helm. kering, dan trauma kecil dari
Tidak ada anggota keluarga yang bahan partikel tertentu, dry eye
mengalami keluhan serupa. dan virus papilloma)1,2
Awalnya tidak ada keluhan
apa-apa, hanya jika pterigium
mengalami irtasi akan timbul
mata merah, berair, dan
mengganjal. Namun seiring
19
membesarnya ukuran pteregium
hingga memasuki kornea, pasien
akan mengalami penurunan
penglihatan, rasa mengganjal,
bahkan diplopia akibat gangguan
gerak bola mata.1,2,5
Pemeriksaan Oftalmologikus
Fakta Teori
1. Visus dasar : OD 6/12, OS 6/9 Gambaran tanda klinis pada
2. Posisi bola mata : ortoforia pteregium adalah muncul sebagai
3. Pergerakan bola mata : duksi versi baik lipatan berbentuk segitiga pada
4. Jaringan pteregium : konjungtiva bulbi yang meluas ke
OD : jaringan fibrofaskular melewati kornea dari fisura interpalpebralis
limbus kornea tetapi tidak lebih dari yang dapat mengenai satu atau
2mm melewati kornea (grd 2) kedua mata. Kira-kira 90%
OS : jaringan fibrovaskular melebihi terletak di daerah nasal.
derajat 2 tetapi tidak melebihi Perluasan menuju kornea dapat
pinggiran pupil mata (grd 3) menurunkan visus jika menutupi
5. Palpebra : tidak ada kelainan area pupil. Pada gradasi
6. Konjungtiva : kelainan pada 1/3 pteregium yang tinggi akan
konjungtiva bulbi tampak penonjolan jaringan
7. Kornea : tidak ada kelainan dengan vaskularisasi tinggi dan
8. Limbus : terdapat jaringan fibrovaskular dasar opak.
9. Sklera : tidak terdapat kelainan Pterigium dibagi menjadi tiga
10. COA : sedang bagian yakni body, apex, and cap.
3,5
11. Lensa : jernih
12. TIO : normal Pterygium juga dapat dibagi ke
13. Lapangan pandang : tidak menyempit dalam 4 derajat yaitu :3
1. Derajat 1 : jika pterygium
hanya terbatas pada limbus
20
kornea.
2. Derajat 2 : jika sudah
melewati limbus kornea tetapi
tidak lebih dari 2 mm
melewati kornea.
3. Derajat 3 : sudah melebihi
derajat 2 tetapi tidak melebihi
Mata
pinggiran pupil mata dalam
keadaan cahaya normal (pupil
dalam keadaan normal sekitar
3 – 4 mm)
4. Derajat 4 : pertumbuhan
pterygium melewati pupil
sehingga mengganggu
penglihatan.
Mata kanan
Mata kiri
Penatalaksanaan
Pada pasien ini diberikan pengobatan yaitu berupa non farmakologis dan
farmakologis.
21
Non-farmakologis
Penatalaksanaan umum yaitu dengan memberikan edukasi kepada pasien :
- Menggunakan kaca mata hitam pelindung UV
- Menggunakan helm saat berpergian dengan motor, kaca helm diturunkan
untuk mencegah terpaparnya mata dengan angin dan debu
- Menjelaskan pasien tentang penyakitnya yang dapat berulang walaupun
telah dioperasi.
- Menjelaskan cara penggunaan tetes mata
Farmakologis
Penatalaksanaan khusus yaitu dengan memberikan terapi farmakologi, berupa
obat tetes mata topikal :
- Cendo Lyteers 4 x1gtt ODS
Merupakan merek dagang untuk artificial tears atau air mata buatan.
Terapi ini diberikan pada kasus pterigium ini untuk membantu mendelusi
debu atau partikel yang mengiritasi jaringan pterigium serta melindungi
kornea.
22
BAB V
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24