Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Yayasan adalah suatu organisasi yang didirikan untuk melakukan kegiatan


dibidang kemanusiaan, atau kegiatan dalam lingkup sosial sehingga kita dapat
mengenalnya sebagai lembaga sosial yang dikenal memiliki aktifitas sosial-
nirlaba, oleh karena itu yayasan didirikan tidak untuk tujuan yang komersial atau
mencari keuntungan, melainkan untuk membantu atau meningkatkan
kesejahteraan hidup orang lain.

Pendirian yayasan diperuntukkan untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu


misalanya di bidang sosial, keagamaan, pendidikan dan kemanusiaan, maka
karena praktik demikian berkembang secara terus menerus pada gilirannya status
yayasan dalam kenyataannya diterima sebagai suatu bentuk badan hukum seperti
halnya Perseroan Terbatas,1 akibatnya yang sering kita temukan dalam praktik di
masyarakat adalah banyaknya pendirian yayasan dengan bermacam bentuk
yayasan dengan latar belakang, tujuan yang berbeda-beda, sehingga dalam
penggunaan yayasan ini akhirnya menjadi tidak ada batasan apapun dan beberapa
yayasan digunakan tidak pada tujuan yang sebenarnya yaitu dijadikan sebagai
sumber keuntungan sehingga akhirnya yayasan yang terdiri dari macam-macam
bentuk dan latar belakang yang beragam tersebut tidak dapat dikatakan lagi
sebagai organisasi sosial tetapi lebih kepada organisasi yang mencari
profit/keuntungan bagi pendirinya dengan mengatas namakan sosial dan
kemanusiaan dalam melaksanakan kegiatannya.

1
Suyud Margono, Mencermati KUH Perdata terdapat beberapa Komponen pasal-pasalyang
mengatur secara tidak tegas mengenai keberadaan yayasan, ketentuan tersebut dapat kita
temukan dalam beberapa Pasal 365, 899, 1954 KUH Perdata. Dalam ketentuan-ketetuan
tersebut, perhimpunan sebagai fungsi sosial atau perwalian, artinya terdapat fungsi karikatif dan
tiap-tiap anggota dapat menarik manfaat dari perkumpulan-perkumpulan (vereniging) tersebut.
Beberapa pengaturan-pengaturan tersebut dapat kiranya disamakan sebagai yayasan sebgai
badan hukum yang mempunyai fugsi sosial dan kemanusiaan, dijelaskan dalam bukunya, Badan
Hukum Yayasan (Dinamika Praktik, Efektifitas dan Regulasi di Indonesia), cetakan -1, Penerbit PRC
(Pustaka Reka Cipta), Bandung, 2015. Hal 134.
Beriringan dengan diterbitkannya Undang-undang Yayasan Nomor 28
Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 16 tahun 2001
Tentang Yayasan, kecenderungan akan timbul berbagai masalah, berkaitan
dengan kegiatan yayasan, maksud dan tujuan didirikannya Yayasan, Anggaran
Dasar, sengketa antara Pengurus dan Pendiri (tanggungjawan internal), ataupun
masalah dengan pihak lain atau pihak yang berkepentingan (tanggungjawab
eksternal), misalnya tanggungjawab terhadap pemberian dana (donatur),
keterbukaan informasi publik, maupun dugaan adanya Yayasan digunakan untuk
menampung kekayaan dari Pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara
melawan hukum (misal: money laundering).2

1.2. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dapat kami rumuskan dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana seharusnya organ yayasan melaksanakan pertanggungjawaban


dalam pengelolaan yayasan?
2. Apakah penerapan undang-undang yayasan sudah berjalan dengan baik?

2
Suyud Margono, Aspek Hukum Yayasan : Antara Fungsi Karitatif & Kegiatan Komersial., cetakan-
1, Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, 2002. Hal 4.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Badan Usaha Badan Hukum ( Yayasan)

2.1.1. Pengertian Yayasan

Istilah Yayasan pada mulanya digunakan dari sebagai terjemahan dari istilah
“stichting” dalam Bahasa Belanda dan “foundation” dalam Bahasa Inggris.3

Yayasan adalah kumpulan dari sejumlah orang yang terorganisasi dan dilihat dari
segi kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial. Dari sejak awal, sebuah
yayasan didirikan bukan untuk tujuan komersial atau untuk mencari
keuntungan,akan tetapi tujuannya tidak lebih dari dari membantu atau
meningkatkan kesejahteraan hidup orang lain.4

Meskipun sebelumnya Yayasan di Indonesia belum ada undang - undang yang


mengaturnya, beberapa pakar hukum Indonesia salah satunya Prof. Soebekti dan
Meskipun sebelumnya Yayasan di Indonesia belum ada undang - undang yang
mengaturnya, beberapa pakar hukum Indonesia diantaranya Prof, Soebekti dan
Prof. Warjono Projodikoro berpendapat bahwa Yayasan merupakan badan
hukum.Adapun pengertian yayasan menurut para Ahli diantaranya :

Prof. Soebekti menyatakan bahwa Yayasan adalah suatu badan hukum di bawah
pimpinan suatu badan pengurus dengan tujuan sosial dan tujuan yang legal. 5

Prof. Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya berjudul “Hukum Perdata Tentang


Persetujuan - Persetujuan Tertentu”, berpendapat bahwa Yayasan adalah badan
hukum. Dasar suatu Yayasan adalah suatu harta benda kekayaan yang dengan
kemauan memiliki ditetapkan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Pengurus
yayasan juga ditetapkan oleh pendiri Yayasan itu. Pendiri dapat mengadakan

3
Chatamarassjid, SH, MH, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba, (Bandung:
PT. Citra Aditya Bhakti, 2000), hal. 5.
4
Gatot Supramono, Hukum Yayasan di Indonesia, Cetakan ke-1, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta,
2008. Hal 1.
5
Prof.Soebekti, Kamus Hukum.
peraturan untuk mengisi lowongan dalam pengurus. Sebagai badan hukum yang
dapat turut serta dalam pergaulan hidup di masyarakat, artinya dapat dijual beli,
sewa-menyewa dan lain - lain dengan mempunyai kekayaan terpisah dari barang -
barang, kekayaan orang - orang yang mengurus Yayasan itu.6

Adapun pengertian menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang


Yayasan yaitu :

“ Yayasan adalah badan Hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial keagamaan dan
kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota”

Berdasarakan pada pengertian diatas, terdapat batasan yang sangat jelas pada
yayasan, serta diharapkan pada masyarakat dapat menerima juga memahami
bentuk dan tujuan dari pendirian Yayasan tersebut. Sehingga semua pihak sama
persepsi tentang diberikannya yayasan dan tujuannya yang hanya bergerak
dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan sehingga tidak digunakan untuk
tujuan yang bersifat komersil.

2.1.2. Yayasan sebagai Badan Hukum

Menurut Prof.Subekti,7 pengertian badan hukum adalah suatu badan atau


perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti
menerima serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat dan menggugat dimuka
hakim.

Yayasan sebagai badan hukum mempunyai karakter yang khas. Jenis badan
hukum ini lahir karena adanya suatu perbuatan hukum yakni pemisahan sejumlah
kekayaan dari pendiri dengan tujuan tertentu. Dalam Undang-undang Yayasan
yaitu Undang-undang nomr 16 tahun 2001 jo. Undang-undang nomor 28 Tahun
2004 mengatur secara tegas tentang Yayasan sebagai badan hukum. Pada Pasal 1
angka 1 Undang-undang yayasan, disebutkan bahwa Yayasan adalah badan
hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk

6
Basuki Juni Nugraha,
7
Pendapat R. Subekti dalam Suyud Margono, Badan Hukum Yayasan ( Dinamika Praktek,
Efektifitas dan Regulasi di Indonesia, Pustaka Reka Cipta, Bandung, 2015. Hal. 38
mencapai tujuan tertentu dibidang sosial keagamaan dan kemanusiaan yang tidak
mempunyai anggota.

Sehingga yayasan memenuhi unsur-unsur badan hukum, yaitu sebagai berikut :

a. Mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal dari perbuatan hukum


pemisahan;
b. Mempunyai tujuan sendiri (tertentu);
c. Mempunyai alat perlengkapan (organisasi).

Kata “ Badan Hukum’ dalam pengertian yayasan menurut undang-undang, perlu


kita garis bawahi karena itu dapat dikatakan sebagai hukum yang tertulis
sekaligus jawaban atas permasalahan akan status yayasan sebagai badan hukum.

2.1.2. Organ Yayasan

Sebagai sebuah badan hukum, yayasan mempunyai suatu badang yang


membentuk kehendaknya dengan perantara alat-alat atau organ-organ badan
tersebut.8 Sebagai sebuah organisasi dalam hukum, segala tindakan yayasan
diwakilkan oleh organ pengurus yang terdapat didalamnya, dan keputusan organ
tersebut adalah keputusan dari sebuah yayasan.

Yayasan dalam melaksanakan kegiatan rutin dan insidentil tertentu direncanakan,


dikelola, diurus dan diawasi oleh organ Yayasan. Sesuai dengan pasal 2 undang-
undnag Nomor 16 Tahun 2001 dikatakan bahwa :

“ yayasan mempunyai organ yang terdiri dari pembina, pengurus dan pengawas.”

a. Pembina

Pembina yayasan menurut Pasal 2 ayat (1) adalah organ yang mempunyai
kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang-
undang Yayasan dan/atau anggaran dasar, yang meliputi kewenangan yang
dimaksud dalam pasal 28 ayat 2 meliputi:

- Kewenangan mengenai perubahan anggaran dasar;

- pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas;

8
Chaidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1997. Hal 32
- penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar yayasan;

- penyelesaian program kerja dan rancangan anggaran dasar tahunan yayasan;

- penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan.

Pada saat setelah pembuatan akta dilakukan dihadapan notaris, berdasrkan


undang-undang yayasan para pendiri yaysan tidak disediakan ruang atau badab
yang tersendiri untuk mereka. Namaun mereka dapat diberikan kedudukan
sebagai pembina sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (3) yang
menyatakan bahwa : “ yang dapat diangkat menjadi anggota pembina
sebagaimana dimaksud ayat 1 adalah orang atau perseorangan sebagai pendiri
yayasan dan atau mereka yang berdasarkan keputusan rapat anggota pembina
dinilai mempunyai deadikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan
yayasan”.

Didalam undang-undang yayasan tidak mengatur akibat hukum dari perikatan


yang dilakukan oleh pendiri yayasan dengan pihak lain untuk kepentingan yang
membawa manfaat bagi yaaysan sebelum adanya pengesahan dari kementrian
kehakiman dan hak asasi manusia, maka dari itu, penting adanya mekanisme
mengenai perolehan manfaat bagi yayasan atas perikatan yang dilakukan oleh
pendiri yayasan dengan pihak lain sebelum yayasan menjadi badan hukum dengan
cara seluruh pendiri yayasan menyetujui, mengakui, serta menerima baik
perolehanmanfaat yang dilakukan oleh pendiri yayasan dengan pihak lain sebelum
yayasan menjadi badan hukum yang dituangkan dalam akta pendirian atau
perubahan akta pendirian yayasan. Keuntunagn yang dimaksudkan sebagai
manfaat adalah keuntungan materiil maupun immateriil.

b. Pengurus

Menurut Basuki juni Nugraha, S.H. pengurus adalah organ dalam yayasan yang
melaksanakan kegiatan/ kepengurusan yayasan didalam maupun diluar yayasan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat 1. Organ pengurus terdiri dari :

Seorang ketua;
Seorang sekretaris;
Seorang bedahara.
Kewenangan pengurus meliputi :
- Melaksanakan kepengurusan yayasan ;
- Mewakili yaysan baik didalam maupun diluar pengadilan;
- Mengangkat dan memberhentikan pelaksanaan kegiatan yayasan ;
- Bersama-sama dengan anggota pengawas mengangkat anggota pembina
jika yayasan tidak lagi memiliki pembina;
- Mengajukan perpanjangan jangka waktu endirian, jika yayasan didiriakn
untuk jangka waktu tertentu;
- Menandatangani laporan tahunan bersama-sama dengan pengawas;
- Mengusulkan kepada pembina tentang perlunya penggabungan (merger)
yayasan;
- Bertindak selaku likuidator jika tidak ditunjuk likuidator dalam likuidasi
atau pembubaran yayasan.
c. Pengawas
Menurut pasal 40 ayat 1 undang-undang nomor 16 tahun 2001 tentang
yayasan, Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan
pengawasan serta nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan
yayasan, namun dalam praktiknya yayasan tidak saja memberikan nasihat
dan melakukan pengawasan saja. Pengawas memiliki tanggung jawab atas
kegagalan pengurus menjalankan program kerja atau kegiatan yayasan.
Pertanggungjawaban pengurus yayasan tersebut tidak hanya dalam hal
urusan pengelolaan saja namun bertanggung jawab atas administrasi juga.
Pertanggungjawaban pengawas yayasan tersebut berarti pengawas secara
formal dianggap mengetahui dan memberikan persetujuan tertulis atas
perbuatan hukum yayasan yang dilaksanakan pengurus, sehingga langsung
atau tidak langsung pengawas yayasan seharusnya mengetahui kegiatan
yayasan . sehingga apabila yayasan melakukan perbuatan melawan
hukum, tidak hanya pengurus saja yang bertanggung jawab namun
pengawaspun harus tetap bertanggung jawab baik mengenai professional
liabilities maupunkekayaan pribadinya.

2.1.3. Pendirian Yayasan


Sebagai badan hukum yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan
memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya sebesar kekayaan awal sesuai
dengan Pasal 9 Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Adapun yang dimaksud sebagai orang dalam ketentuan tersebut di atas, dalam
penjelasannya dikatakan bahwa yang dimaksud dengan orang adalah orang
perseorangan atau badan hukum. Disamping itu yayasan juga dapat didirikan
berdasarkan surat wasiat [Pasal 9 ayat (3)]. Disini penerima wasiat bertindak
mewakili pemberi wasiat [Pasal 10 ayat (2)]. Pendirian yayasan berdasarkan
wasiat dilaksanakan karena bila tidak dilaksanakan, maka pihak yang
berkepentingan dapat meminta pengadilan pemerintah, ahli waris atau menerima
wasiat yang bersangkutan untuk melaksanakan wasiat tersebut [Pasal 10 ayat (3)].
Pendirian yayasan dilakukan dengan Akta Notaris dan dibuat dalam Bahasa
Indonesia, hal ini sudah ditentukan tegas dalam Pasal 9 ayat (2), sehingga
pembuatan akta secara notarial adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi dengan
memenuhi segala ketentuan notaris dalam pembuatan akta, baik pembacaan,
waktu, wilayah kewenangan notaris maupun penandatanganan. Tidak seperti
Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan perjanjian, maka pendirian
yayasan dapat dilakukan melalui perjanjian jika dilakukan oleh 2 (dua) orang
pendirian atau lebih namun dapat juga dilakukan tanpa perjanjian yaitu melalui
wasiat, sebagaimana dilakukan tanpa perjanjian yaitu melalui wasiat, sebagaimana
ditentukan dalam ketentuan Pasal 9 ayat (3).

2.2. Regulasi Yayasan di Indonesia

Sebelum berlakunya undang-undang Yayasan Indonesia, ada kecenderungan


masyarakat memilih bentuk yayasan karena alasan proses pendiriannya sederhana
tanpa harusa adanya pengesahan dari pemerintah dan adanya persepsi yang salah
dari masyarakat bahwa yayasan bukan merupakan subjek pajak. Untuk menjamin
kepastian dan ketertban hukum agara yayasan berfungsi sesuai dengan maksud
dan tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaaan dan tujuannya berdasarkan
prinsip keterbukaan dan akuntabilitas, maka disahkan Undang-undang Nomor 16
Tahun 2016.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pertanggung Jawaban organ Yayasan dalam Pengelolaan Yayasan

Pertanggungjawaban pengurus merupakan landasan kegiatan para


pengurus dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.Mengenai kewenangan
bertindak pengurus serta pertanggungjawaban yayasan sebagai suatu badan
hukum atas tindakan-tindakan yang dilakukan pengurus terhadap pihak
ketiga,maka disini pengurus yayasan mewakil yayasan didalam dan diluar
pengadilan.

Chatamarrasjid Ais9,menyebutkan: dalam hubungan ini ada dua sisi yang


harus diperhatikan,yaitu kekuasaan pengurus untuk mewakili,pembatasannya
sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar.Standard of care and
diligenceuntuk pengurus mensyaratkan pengurus untuk bertindak diwakili oleh
pengurusnya dimana tindakan tersebut bersumber dari
kontak,kepatutan/kewajaran,peraturan perundang-undang serta anggaran dasar.

Pada mulanya yayasan merupakan organisasi mulia yang bergerak dalam


bidang sosial, keagamaan maupun pendidikan yang non-profit. Namun dewasa ini
terjadi pergerakan fungsi yayasan yang mengalami perubahan orientasi menjadi
organisasi yang bertujuan mendapatkan profit. Pergerakan tersebut tidak dapat
dipungkiri karena butuhnya pembiayaan dalam setiap kegiatan yang dilakukan
yayasan tersebut. Dengan perubahan orientasi tersebut, ini mengakibatkan
maraknya penyelewengan yang dilakukan baik oleh pengurus sebagai penggerak
organ yayasan maupun oleh yayasan itu sendiri sebagai badan hukum. Dengan
orientasi yayasan yang menerima profit baik dari donasi masyarakat maupun
lembaga lain, ini menimbulkan maraknya kegiatan-kegiatan yang melanggar dan
menabrak aturan hukum yang ada.

Banyak sebab mengapa berbagai yayasan di Indonesia menyimpang dari


tujuan filosofis dari didirkannya yayasan.Pertama,sulit untuk mendefinisikan apa
yang dimaksud dengan kegiatan sosial.Apakah pendidikan termasuk dalam

9
Chatamarrasjid Ais, Badan Hukum Yayasan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti. 2006, hal.111.
definisi kegiatan sosial,namun dalam kenyataan banyak institusi mendapatkan
pendidikan yang baik seseorang harus membayarnya dengan mahal.

Di dalam melakukan kegiatan usahanya,yayasan dapat saja atau mungkin


melalkukan berbagai perbuatan melawan/melanggar hukum ataupun perbuatan
curang.Dalam hubungan dengan perbuatan melawan/melanggar hukum ini,pasal
1365 KUH-Perdata menyatakan bahwa: Tiap perbuatan melanggar hukum,yang
membawa kerugian kepada seorang lain,mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu,mengganti kerugian tersebut.Selanjutnya,pasal 1366
KUH-Perdata menyatakan bahwa setiap orang bertanggungjawab tidak saja untuk
kerugian yang disebabkan karena perbuatanya,tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.

Kealpaan ataupun kelalaian ini termasuk dapat berdampak pada kepailitan


yang harus dipertanggungjawabkan oleh pengelola yayasan khususnya
pengurus.Dalam undang-undang yayasan ditentukan, Persoalanya adalah undang-
undang tidak memberikan ukuran atau standar bagi apa yang dimaksud dengan
kecakapan (Duty Of Skill) yang dibutuhkan bagi seorang pengurus dan pengawas
yayasan,dan juga batasan dari suatu perbuatan yang merupakan suatu
kelalaian.kecakapan dan kemampuan pengurus/pengawas yayasan bersifat
subjektif.

Pemeriksaan yayasan dapat dilakukan menurut ketentuan Pasal 53 Ayat


(1), jika terdapat beberapa organ yayasan yang melakukan perbuatan berupa10 :

a. Melakukan perbuatan melawan hukum;


b. Lalai dalam melaksanakan tugasnya;
c. Melakukan perbuatan yang merugikan yayasan;
d. Melakukan perbuatan yang merugikan Negara.

Tujuan dilakukannya pemeriksaan terhadap yayasan yaitu untuk memperoleh


kebenaran tentang adanya dugaan penyimpangan-penyimpangan seperti yang
telah dimaksudkan pada Pasal 53 Ayat (1) diatas. Karena jelas apa yang telah
dikemukakan sebelumnya bahwa secara tidak langsung telah terjadi perbuatan

10
Fendi Supriono, Jurnal Ilmu Hukum Legal O pinion, Edisi 1, Volume 3, Tahun 2015.
melawan hukum yang telah dilakukan oleh organyayasan tersebut. Akan tetapi
sedikit orang yang mau melakukan diadakannya pemeriksaan dikarenakan yang
dapat mengajukan permohonan melakukan pemeriksaan adalah pihak diluar
yayasan yaitu pihak ketiga melalui penetapan pengadilan.

Dalam hal pelaksanaan tugas dalam organ yayasan, Pengurus dan pengawas harus
bekerja dengan itikad baik. sebagaimana tercantum dalam undang-undang
yayasan yang menerapkan prinsip fiduciary duty bagi para pengurus/ pengawas
yayasan.Prinsip-prinsip dari doktrin fiduciary adalah :

1). Bahwa pengurus/pengawas dalam melakukan pekerjaanya tidak boleh


mempunyai kepentingan pribadi atau kepentingan pihak ketiga,tanpa izin atau
sepengetahuan yayasan sebagai suatu badan hukum (the conflict rule)

2). Pengurus/pengawas tidak boleh menyalah gunakan kedudukannya untuk


kepentingan dirinya sendiri atau pihak ketiga,tanpa izin atau sepengetahuan
yayasan (the profile rule).

3). Pengurus/pengawas tidak boleh menyalah gunakan milik yayasan bagi


kepentingan dirinya sendiri maupun pihak ketiga (the misappropriation) prinsip
ini dalam konsepnya berbeda satu sama lain,tetapi seringkali ditetapkan
bersamaan dan berhimpitan.

Yang dimaksud dengan “pelaksana kegiatan”adalah pengurus harian yayasan


yang melaksanakan kegiatan yayasan sehari-hari.selanjutnya yayasan wajib
membayar sebala biaya atau ongkos yang dikeluarkan oleh organ yayasan dalam
rangka menjalankan tugas yayasan.Dengan demikian ketentuan undang-undang
harus membayar segala biaya atau ongkos dalam melaksanakan pekerjaan
dimaksud.

3.2 Pertanggungjawaba yayasana sebagai subejek hukum badan hukum


(recht persoon)
Selain organ yayasan yang dapat bertanggung jawab, yayasan sebagai
badan hukum pun memiliki tanggung jawab atas yayasan. Undang-undang
yayasan mengatur sanksi terhadap yayasan yang berdiri sebelumnya dan tidak
mau mematuh ketentuan undang-undang.Sanksi sengaja diatur karena merupakan
konsekuensi dari suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh yayasan
tersebut.sanksi yang diatur didalam undang-undang yayasan bersifat
administratif,berupa tidak dapat lagi menggunakan kata yayasan,dan yayasan itu
dapat dibubarkan dengan uraian berikut ini :

- Kata “yayasan’’tidak dapat dipakai bila anggaran dasar tidak


disesuaikan.

Bagi yayasan yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya baik yayasan


yang telah didaftarkan ke pengadilan negeri maupun yang tidak pernah
mendaftarkan ,undang –undang yayasan mengancam para yayasan tersebut
tidak boleh memakai kata “YAYASAN” didepan namanya.Dan sanksi
yang demikian merupakan sebuah cara yang pasif,untuk membubarkan
yayasan yg tidak mematuhi undang-undang yayasan.tanpa ada
pemberitahuan,pene-goran,pemaksaan terhadap yayasan,tetapi diharapkan
yayasan dapat bubar secara damai.

- Yayasan dapat dibubarkan

sanksi yang lain terhadap yayasan yang tidak menye-suaikan anggaran


dasarnya adalah,yayasan dapat dibu-barkan.pembubaranya dilalukan
dengan putusan pengadilan,atas permintaan kejaksaan atau pihak yang
berkepentingan.pembubaran yayasan dengan putusan pengadilan
sebagaimana dimaksud disini,merupakan cara yang aktif.Dikatakan
demikian,karena tanpa legal action yayasan.Cara ini juga dimaksudkan
sebagai upaya pencegahan,agar pihak luar yayasan tidak bertindak main
hakim sendiri.

- Pembubaran atas permintaan kejaksaan

Yang berwenang mengajukan permintaan pembu-baran yang pertama


adalah kejaksaan.dibidang hukum pidana,daripada memperhatikan
pekerjaanya dibidang hukum perdata,disamping itu para jaksa juga kurang
menguasai peraturan undang-undang yang menyangkut bidang perdata,dan
hukum acara perdata mempunyai pegangan yang memiliki kepastian
hukum untuk legal action atas nama negara di pengadilan.

- Pembubaran atas permintaan pihak yang berkepentingan lansung

Selanjutnya pihak lain yang dapat mengajukan permintaan pembubaran


yayasan adalah pihak yang berkepentingan.Yang dimaksud pihak ketiga
ini merupakan pihak yang berkepentingan langsung,tetapi tampaknya
masih perlu penafsiran siapa saja sebenarnya yang dimaksud itu.sesuai
dengan namanya”pihak yang kepentingan langsung”,maka yang termasuk
pihak tersebut antara lain adalah orang dalam yayasan badan hukum yang
berpengaruh terhadap tanggung jawab yayasan.

- Pembubaran karena termasuk perkara permohonan

Telah disebutkan bahwa pembubaran yayasan dengan putusan pengadilan


atas permohonan,dalam perkara perdata yang disidangkan di pengadilan
negeri,terdapat dua macam perkara,yaitu perkara perdata gugatan dan
perkara perdata permohonan.cara berlaku hukum acara perdata,pihak
pemohonan mengajukan permohonan dengan menulis surat permohonan
kepada ketua pengadilan negeri yang berisi seperti surat gugatan yg terdiri
atas (persona standi in judicio) para pihak yang berpekara,posita (peristiwa
hukumnya atau kejadianya),dan petium (yang dituntut oleh
pemohon),maka cara persidangan dilanjutkan dengan pembacaan surat
permohonan,kemudian jawab-menjawab,pembuktian,kesimpulam,dan
akhirnya penetapan oleh pengadilan.

- Perhatian hakim atas perkara permohonan pembubaran yayasan

Dalam memutuskan perkara permohonan ini yang harus diperhatikan


hakim,selain masalah pembuktian,juga mengenai hubungan yayasan
dengan pihak ketiga,hubungan dengan pihak ketiga ini sangat penting
karena untuk mengetahui pihak yayasan mempunyai kewajiban untuk
membayar utangnya,sehingga merugikan pihak ketiga,Dalam undang-
undang yayasan sepertinya ini tidak diatur secara tegas,dan perlu ketelitian
bagi hakim yang menyidangkan dan memutus perkara tersebut.

- Pembubaran tanpa melalui eksekusi

Putusan permohonan pembubaran yayasan,sifatnya adalah declaratoir atau


berisi tentang pernyataan.karena terbukti yayasan tidak menyesuaikan
anggaran dasarnya dengan undang-undang,maka diharapkan yayasan yang
bersangkutan dengan kesadaran hukumnya membubarkan sendiri sesuai
dgn putusan itu.

3.2. Penerapan undang-undang yayasan dalam berjalannya organ


yayasan

Sesuai dengan pasal 3 ayat (1) Undang-undang tentang yayasan. Dalam


pasal tersebut menegaskan bahwa yayasan tidak boleh menjadi wadah usaha
secara langsung melainkan harus melalui kegiatan usaha lain yang dibentuk oleh
yayasan. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan oleh yayasan diantaranya adalah
:11

1. Yayasan dapat mendirikan dan/ atau turut serta dalam badan usaha yang
kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan yakni bersifat
sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
2. Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha
dengan menanamkan modalnya pada badan usaha lain baik dalam bentuk
perseroan terbatas, dengan ketentuan usaha tersebut tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, kesusilaan dan/ atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Penyertaan modal yayasan yang bersifat
prosfektif dalam suatu badan usaha jumlahnya tidak boleh melebihi 25%
dari seluruh nilai kekayaan yayasan.

Dalam hal yayasan memperoleh kekayaan, bak berupa uang, barang, maupun
kekayaan lainnya yang murni diperoleh dari kegitan yang murni dilakukan yayasn
tidak diperbolehkan untuk menggunakannya demi keperluan pribadi pengurus

11
Jurnal ilmu hukum legal opinion, edisi 1, volume 3, tahun 2015
yayaan maupun pengawasnya. Ini sesuai dengan pasal 5 undang-undang yayasan
yang berbunyi :

Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang
diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-undang ini, dilarang dialihkan atau
dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah,
maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada
Pembina, Pengurus dan Pengawas.
Dari penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa dewasa ini telah banyak yayasan
yang telah berorientasi pada kegiatan yang dapat menghasilkan profit keuntungan
secara finansial. Namun disamping terdapat yayasan yang telah berubah tujuannya
menjadi komersil, masih terdapat juga yayasan yang hanya berfokus pada
pengumpulan dana yang diperuntukan untuk sumbangan-sumbangan sosial
kemasyarakatan atau dengan kata lain yayasan tersebut benar-benar murni tidak
bertujuan mendapatkan keuntungan dari kegiatan usaha yayasan melainkan hanya
berfokus pada kegiatan-kegiatan yang menjadi tujuan utama didiraikannya
yayasan. Terdapat tiga tipe yayasan yaitu :12 Tipe yang pertama, kegiatan yayasan
hanya semata-matamengumpulkan dana-dana dari para dermawan, untuk dana-
dana yang terkumpul disumbangkan kepada badan-badan kegiatan sosial, seperti
memberikan beasiswa, menyumbang panti-panti asuhan, rumah sakit, dan lain-
lain. Dengan yayasan sama sekali tidak ikut campur dalam penyelenggaraan sosial
seperti bahan pendidikan, panti, rumah sakit, dan lain-lain lembaga sosial yang
bersangkutan. Tipe ini adalah tipe yayasan yang klasik kuno.

12
Anwar Borahima, Kedudukan Yayasan di Indonesia Eksistensi, Tujuan dan Tanggung Jawab
Yayasan Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, Hlm. 153. Yang dikutip dari Jurnal ilmu
hukum legal opinion, edisi 1, volume 3, tahun 2015
BAB IV

SIMPULAN

4.1. SIMPULAN

1. Dalam hal pertanggung jawaban yaysan sebagai badan hukum, pengurus


memegang kendali penuh atas terjadinya perbuatan hukum baik itu dalam
hal pertanggung jawaban pidana, perdata atau yang lainnya.
Pertanggungjawaban tersebut dapat dilakukan oleh pengurus yayasan
yang menjalankan kegiatan atas nama yayasan maupun oleh yayasan itu
sendiri. Selain pengurus yang bertanggung jawab, dalam hal
pertanggungjawaban juga, pengawas dapat bertindak sebagai penaggung
jawab sebuah perbuatan hukum karena secara administratif kegiatan yang
dilakukan oleh yayasan harus diketahui oleh pengawas yayasan. Oleh
sebab itu tidak hanya yayasan dan pengurus yang melakukan perbuatan
melawan hukum saja yang dapat dimintai pertanggung jawabanya
melainkan pengawas yayasan yang mengetahui kegiatan tersebut juga
dapat dimintai pertanggungjawabannya.
2. Penerapan aturan mengenai pelaksanaan kegiatan yayasan diatur dalam
undang-undang no 16 tahun 2001 yang diperbarui dengan undang-undang
nomor 28 tahun 2004. Namun dengan diperbaruinya undang-undang tersebut,
masih terdapat penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh yayasan.
Salah satu contoh yang paling sering terjadi adalah mengenai pemberian
imbalan atau upah yang diberikan kepada pengurus yayasan yang tidak
diperbolehkan oleh undang-undang no 28 tahun 2004 pasal 5 tentang
yayasan.

Anda mungkin juga menyukai