YAYASAN
YAYASAN
PENDAHULUAN
1
Suyud Margono, Mencermati KUH Perdata terdapat beberapa Komponen pasal-pasalyang
mengatur secara tidak tegas mengenai keberadaan yayasan, ketentuan tersebut dapat kita
temukan dalam beberapa Pasal 365, 899, 1954 KUH Perdata. Dalam ketentuan-ketetuan
tersebut, perhimpunan sebagai fungsi sosial atau perwalian, artinya terdapat fungsi karikatif dan
tiap-tiap anggota dapat menarik manfaat dari perkumpulan-perkumpulan (vereniging) tersebut.
Beberapa pengaturan-pengaturan tersebut dapat kiranya disamakan sebagai yayasan sebgai
badan hukum yang mempunyai fugsi sosial dan kemanusiaan, dijelaskan dalam bukunya, Badan
Hukum Yayasan (Dinamika Praktik, Efektifitas dan Regulasi di Indonesia), cetakan -1, Penerbit PRC
(Pustaka Reka Cipta), Bandung, 2015. Hal 134.
Beriringan dengan diterbitkannya Undang-undang Yayasan Nomor 28
Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 16 tahun 2001
Tentang Yayasan, kecenderungan akan timbul berbagai masalah, berkaitan
dengan kegiatan yayasan, maksud dan tujuan didirikannya Yayasan, Anggaran
Dasar, sengketa antara Pengurus dan Pendiri (tanggungjawan internal), ataupun
masalah dengan pihak lain atau pihak yang berkepentingan (tanggungjawab
eksternal), misalnya tanggungjawab terhadap pemberian dana (donatur),
keterbukaan informasi publik, maupun dugaan adanya Yayasan digunakan untuk
menampung kekayaan dari Pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara
melawan hukum (misal: money laundering).2
Adapun masalah yang dapat kami rumuskan dalam makalah ini adalah :
2
Suyud Margono, Aspek Hukum Yayasan : Antara Fungsi Karitatif & Kegiatan Komersial., cetakan-
1, Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, 2002. Hal 4.
BAB II
LANDASAN TEORI
Istilah Yayasan pada mulanya digunakan dari sebagai terjemahan dari istilah
“stichting” dalam Bahasa Belanda dan “foundation” dalam Bahasa Inggris.3
Yayasan adalah kumpulan dari sejumlah orang yang terorganisasi dan dilihat dari
segi kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial. Dari sejak awal, sebuah
yayasan didirikan bukan untuk tujuan komersial atau untuk mencari
keuntungan,akan tetapi tujuannya tidak lebih dari dari membantu atau
meningkatkan kesejahteraan hidup orang lain.4
Prof. Soebekti menyatakan bahwa Yayasan adalah suatu badan hukum di bawah
pimpinan suatu badan pengurus dengan tujuan sosial dan tujuan yang legal. 5
3
Chatamarassjid, SH, MH, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba, (Bandung:
PT. Citra Aditya Bhakti, 2000), hal. 5.
4
Gatot Supramono, Hukum Yayasan di Indonesia, Cetakan ke-1, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta,
2008. Hal 1.
5
Prof.Soebekti, Kamus Hukum.
peraturan untuk mengisi lowongan dalam pengurus. Sebagai badan hukum yang
dapat turut serta dalam pergaulan hidup di masyarakat, artinya dapat dijual beli,
sewa-menyewa dan lain - lain dengan mempunyai kekayaan terpisah dari barang -
barang, kekayaan orang - orang yang mengurus Yayasan itu.6
“ Yayasan adalah badan Hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial keagamaan dan
kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota”
Berdasarakan pada pengertian diatas, terdapat batasan yang sangat jelas pada
yayasan, serta diharapkan pada masyarakat dapat menerima juga memahami
bentuk dan tujuan dari pendirian Yayasan tersebut. Sehingga semua pihak sama
persepsi tentang diberikannya yayasan dan tujuannya yang hanya bergerak
dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan sehingga tidak digunakan untuk
tujuan yang bersifat komersil.
Yayasan sebagai badan hukum mempunyai karakter yang khas. Jenis badan
hukum ini lahir karena adanya suatu perbuatan hukum yakni pemisahan sejumlah
kekayaan dari pendiri dengan tujuan tertentu. Dalam Undang-undang Yayasan
yaitu Undang-undang nomr 16 tahun 2001 jo. Undang-undang nomor 28 Tahun
2004 mengatur secara tegas tentang Yayasan sebagai badan hukum. Pada Pasal 1
angka 1 Undang-undang yayasan, disebutkan bahwa Yayasan adalah badan
hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk
6
Basuki Juni Nugraha,
7
Pendapat R. Subekti dalam Suyud Margono, Badan Hukum Yayasan ( Dinamika Praktek,
Efektifitas dan Regulasi di Indonesia, Pustaka Reka Cipta, Bandung, 2015. Hal. 38
mencapai tujuan tertentu dibidang sosial keagamaan dan kemanusiaan yang tidak
mempunyai anggota.
“ yayasan mempunyai organ yang terdiri dari pembina, pengurus dan pengawas.”
a. Pembina
Pembina yayasan menurut Pasal 2 ayat (1) adalah organ yang mempunyai
kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang-
undang Yayasan dan/atau anggaran dasar, yang meliputi kewenangan yang
dimaksud dalam pasal 28 ayat 2 meliputi:
8
Chaidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1997. Hal 32
- penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar yayasan;
b. Pengurus
Menurut Basuki juni Nugraha, S.H. pengurus adalah organ dalam yayasan yang
melaksanakan kegiatan/ kepengurusan yayasan didalam maupun diluar yayasan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat 1. Organ pengurus terdiri dari :
Seorang ketua;
Seorang sekretaris;
Seorang bedahara.
Kewenangan pengurus meliputi :
- Melaksanakan kepengurusan yayasan ;
- Mewakili yaysan baik didalam maupun diluar pengadilan;
- Mengangkat dan memberhentikan pelaksanaan kegiatan yayasan ;
- Bersama-sama dengan anggota pengawas mengangkat anggota pembina
jika yayasan tidak lagi memiliki pembina;
- Mengajukan perpanjangan jangka waktu endirian, jika yayasan didiriakn
untuk jangka waktu tertentu;
- Menandatangani laporan tahunan bersama-sama dengan pengawas;
- Mengusulkan kepada pembina tentang perlunya penggabungan (merger)
yayasan;
- Bertindak selaku likuidator jika tidak ditunjuk likuidator dalam likuidasi
atau pembubaran yayasan.
c. Pengawas
Menurut pasal 40 ayat 1 undang-undang nomor 16 tahun 2001 tentang
yayasan, Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan
pengawasan serta nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan
yayasan, namun dalam praktiknya yayasan tidak saja memberikan nasihat
dan melakukan pengawasan saja. Pengawas memiliki tanggung jawab atas
kegagalan pengurus menjalankan program kerja atau kegiatan yayasan.
Pertanggungjawaban pengurus yayasan tersebut tidak hanya dalam hal
urusan pengelolaan saja namun bertanggung jawab atas administrasi juga.
Pertanggungjawaban pengawas yayasan tersebut berarti pengawas secara
formal dianggap mengetahui dan memberikan persetujuan tertulis atas
perbuatan hukum yayasan yang dilaksanakan pengurus, sehingga langsung
atau tidak langsung pengawas yayasan seharusnya mengetahui kegiatan
yayasan . sehingga apabila yayasan melakukan perbuatan melawan
hukum, tidak hanya pengurus saja yang bertanggung jawab namun
pengawaspun harus tetap bertanggung jawab baik mengenai professional
liabilities maupunkekayaan pribadinya.
PEMBAHASAN
9
Chatamarrasjid Ais, Badan Hukum Yayasan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti. 2006, hal.111.
definisi kegiatan sosial,namun dalam kenyataan banyak institusi mendapatkan
pendidikan yang baik seseorang harus membayarnya dengan mahal.
10
Fendi Supriono, Jurnal Ilmu Hukum Legal O pinion, Edisi 1, Volume 3, Tahun 2015.
melawan hukum yang telah dilakukan oleh organyayasan tersebut. Akan tetapi
sedikit orang yang mau melakukan diadakannya pemeriksaan dikarenakan yang
dapat mengajukan permohonan melakukan pemeriksaan adalah pihak diluar
yayasan yaitu pihak ketiga melalui penetapan pengadilan.
Dalam hal pelaksanaan tugas dalam organ yayasan, Pengurus dan pengawas harus
bekerja dengan itikad baik. sebagaimana tercantum dalam undang-undang
yayasan yang menerapkan prinsip fiduciary duty bagi para pengurus/ pengawas
yayasan.Prinsip-prinsip dari doktrin fiduciary adalah :
1. Yayasan dapat mendirikan dan/ atau turut serta dalam badan usaha yang
kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan yakni bersifat
sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
2. Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha
dengan menanamkan modalnya pada badan usaha lain baik dalam bentuk
perseroan terbatas, dengan ketentuan usaha tersebut tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, kesusilaan dan/ atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Penyertaan modal yayasan yang bersifat
prosfektif dalam suatu badan usaha jumlahnya tidak boleh melebihi 25%
dari seluruh nilai kekayaan yayasan.
Dalam hal yayasan memperoleh kekayaan, bak berupa uang, barang, maupun
kekayaan lainnya yang murni diperoleh dari kegitan yang murni dilakukan yayasn
tidak diperbolehkan untuk menggunakannya demi keperluan pribadi pengurus
11
Jurnal ilmu hukum legal opinion, edisi 1, volume 3, tahun 2015
yayaan maupun pengawasnya. Ini sesuai dengan pasal 5 undang-undang yayasan
yang berbunyi :
Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang
diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-undang ini, dilarang dialihkan atau
dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah,
maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada
Pembina, Pengurus dan Pengawas.
Dari penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa dewasa ini telah banyak yayasan
yang telah berorientasi pada kegiatan yang dapat menghasilkan profit keuntungan
secara finansial. Namun disamping terdapat yayasan yang telah berubah tujuannya
menjadi komersil, masih terdapat juga yayasan yang hanya berfokus pada
pengumpulan dana yang diperuntukan untuk sumbangan-sumbangan sosial
kemasyarakatan atau dengan kata lain yayasan tersebut benar-benar murni tidak
bertujuan mendapatkan keuntungan dari kegiatan usaha yayasan melainkan hanya
berfokus pada kegiatan-kegiatan yang menjadi tujuan utama didiraikannya
yayasan. Terdapat tiga tipe yayasan yaitu :12 Tipe yang pertama, kegiatan yayasan
hanya semata-matamengumpulkan dana-dana dari para dermawan, untuk dana-
dana yang terkumpul disumbangkan kepada badan-badan kegiatan sosial, seperti
memberikan beasiswa, menyumbang panti-panti asuhan, rumah sakit, dan lain-
lain. Dengan yayasan sama sekali tidak ikut campur dalam penyelenggaraan sosial
seperti bahan pendidikan, panti, rumah sakit, dan lain-lain lembaga sosial yang
bersangkutan. Tipe ini adalah tipe yayasan yang klasik kuno.
12
Anwar Borahima, Kedudukan Yayasan di Indonesia Eksistensi, Tujuan dan Tanggung Jawab
Yayasan Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, Hlm. 153. Yang dikutip dari Jurnal ilmu
hukum legal opinion, edisi 1, volume 3, tahun 2015
BAB IV
SIMPULAN
4.1. SIMPULAN