Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Epispadia”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VA pada Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Keperawatan Klinik VA yang telah membimbing kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Terima kasih pula kepada teman-teman
yang secara ikhlas mengerjakan tugas ini dengan semangat dan kerja sama yang
baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, maka kami menerima
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah
ini.
Jember, September 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
PRAKATA..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Tujuan....................................................................................... 1
1.3 Manfaat.................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN TEORI........................................................................ 3
2.1 Definisi.................................................................................... 3
2.2 Epidemiologi.......................................................................... 4
2.3 Etiologi................................................................................... 4
2.4 Klasifikasi............................................................................... 4
2.5 Tanda dan Gejala.................................................................. 5
2.6 Patofisiologi............................................................................ 5
2.7 Komplikasi & Prognosis....................................................... 6
2.8 Pemeriksaan Diagnostik....................................................... 7
2.9 Penatalaksanaan.................................................................... 7
2.10 Pencegahan............................................................................ 8
BAB 3. PATHWAYS.................................................................................... 9
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................... 10
4.1 Pengkajian............................................................................... 10
4.2 Diagnosa Keperawatan........................................................... 15
4.3 Perencanaan............................................................................. 16
4.4 Implementasi........................................................................... 25
4.5 Evaluasi.................................................................................... 28
BAB 5. PENUTUP........................................................................................ 30
iii
5.1 Kesimpulan............................................................................... 30
5.2 Saran.......................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
iv
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan konsep dasar penyakit epispadia pada pasien dewasa.
2. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pasien dengan epispadia.
2
1.3 Manfaat
2.1 Pengertian
Epispadia adalah suatu keadaan dimana meatus uretra terletak pada
permukaan dorsal penis (Swartz, 1995). Epispadia adalah kelainan letak lubang
uretra kongenital ke sisi dorsal penis, kejadiannya lebih sedikit dibanding
hipospadia (Corwin, 2009). Epispadia adalah meatus uretra tidak meluas ke ujung
penis karena tidak adanya dinding dorsal uretra (Gruendemann, 2005). Epispadia
adalah suatu anomali kongenital yaitu meatus uretra terletak pada permukaan
dorsal penis (Price, 2005).
Berdasarkan beberapa pengertian epispadia menurut beberapa ahli, dapat
disimpulkan bahwa epispadia adalah suatu anomali kongenital yaitu kelainan letak
lubang uretra ke sisi dorsal penis, tidak meluas ke ujung penis karena tidak adanya
dinding dorsal uretra.
2.2 Epidemiologi
Insiden epispadia yang lengkap sekitar 1 dalam 120.000 laki-laki dan 1
dari 450.000 perempuan. Keadaan ini biasanya tidak terjadi sendirian, tetapi juga
disertai anomali saluran kemih. Inkontinensia urine timbul pada epispadia
penopubis (95%) dan penis (75%) karena perkembangan yang salah dari spingter
urinarius (Price, 2005).
2.3 Etiologi
Penyebab dari epispadia, antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon
Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria) atau dapat juga karena reseptor hormon
androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga
walaupun hormon androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi
apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek
yang semestinya. Selain itu, enzim yang berperan dalam sintesis hormon
androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetik atau idiopatik terjadi karena gagalnya sintesis androgen.
Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis
androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat
yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
2.4 Klasifikasi
Epispadia diklasifikam berdasarkan letak meatus kemih di sepanjang
batang penis (Price, 2005):
1. Epispadia glandular (pada glans bagian dorsal)
Epispadia glandular adalah malformasi terbatas pada kelenjar, meatus
terletak pada permukaan, alur dari meatus di puncak kepala penis. Ini
adalah jenis epispadias kurang sering dan lebih mudah diperbaiki.
2. Epispadias penis (antara simfisis pubis dan sulkus koronarius)
5
2.6 Patofisiologi
Epispadia merupakan kelainan kongenital pada bayi laki-laki ataupun
perempuan karena suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dimana lubang
uretra terdapat di bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi
terbuka. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon juga memicu terjadinya
epistasia dimana hormon androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria)
atau karena reseptor hormon androgen sendiri di dalam tubuh yang kurang atau
tidak ada. Sehingga walaupun hormon eandrogen sendiri telah terbentuk cukup
akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu
6
efek yang semestinya atau enzim yang berperan dalam sintesis hormon androgen
tidak mencukupi pun akan berdampak sama. Keadaan epispadia atau letak lubang
uretra kongenital ke sisi dorsal penis menyebabkan kesulitan atau
ketidakmampuan berkemih secara adekuat dengan posisi berdiri (Corwin, 2009).
2.10 Pencegahan
Pencegahan epispadia dapat dilakukan dengan mencegah adannya pemaparan
lingkugan yang buruk, polusi, karsinogen, trauma fisik dan trauma psikis saat
wanita dalam keadaan hamil. Karena mengingat etiologi dari epispadia yang
merupakan kelainan congenital berkaitan dengan sekresi hormone, genetik dan
lingkungan yang menyebabkan pembentukan meatus uretra pada janin abnormal.
9
BAB 3. PATHWAYS
Malformasi
kongenital
Luka
Efek anastesi Pemasangan
Gangguan disfungsi kateter
seksual Terputusnya
hipersalivasi kontinuitas jaringan
Bersihan Jalan
Penumpukan sekret Nyeri akut Terpajan
nafas tidak
di jalan nafas lingkungan luar Gangguan
efektif
eliminasi urin
4.1 Pengkajian
A. Identitas pasien
Iedntitas pasien terdiri dari
Nama :-
Umur : Anak dengan epispadia biasanya ditemukan sejak awal
kelahiran
Jenis kelamin : Kebanyakan terjadi pada laki-laki
Pendidikan : Untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan keluarga
pasien tengtang masalah kesehatan yang di alami anak.
Pendidikan juga dapat menjadi penyebab seperti
pengetahuan ibu tentang obat-obat yang dikonsumsi
selama kehamilan
Agama :-
Alamat : Adanya pemaparan lingkugan yang buruk, polusi,
karsinogen, trauma fisik dan trauma psikis saat wanita
dalam keadaan hamil
Diagnosa Medis : Epispadia
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama pasien atau alasan utama mengapa ia datang ke rumah
sakit. Pasien datang karena mengeluh BAK keluar dari atas.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Sebelum operasi:
Pasien mengeluh sejak lahir lubang penis berada di di atas, bila pasien
BAK pancaran urin tidak keluar dari ujung penis melainkan dari atas,
saat BAK pasien tidak menangis, warna urin kuning jernih tidak ada
darah dan tidak ada demam
Sesudah operasi:
Adanya rasa nyeri: kaji lokasi (pasien mengeluh sejak lahir lubang
penis berada di atas, bila pasien BAK pancaran urin tidak keluar dari
ujung penis melainkan dari atas), karakter, durasi, dan hubungannya
11
C. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pada umumnya tidak terjadi gangguan pada pemeliharaan kesehatan
dikarenakan epispadia. namun biasanya yang terganggu saat akan
melakukan BAK saja.
2. Pola Nutrisi / Metabolik
Pada dasarnya pasien tidak mengalami gangguan pola nutrisi /
metabolik. Nafsu makan pasien tidak mengalami penurunan.
3. Pola Eliminasi
Pada dasarnya pasien tidak mengalami gangguan pola eliminasi.
hanya saja ketika buang air kecil, urinnya akan memancar ke atas.
Namun pada jenis epispadia phenopubic itu baisanya terjadi
kebocoran urin karena leher kandung kemih tidak menutup dengan
sempurna.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien lebih suka beraktivitas didalam rumah. Pada umumnya aktivitas
dan latihan pasien tidak begitu terganggu.
5. Pola Tidur dan Istirahat
Pasien dapat istirahat dan tidur dengan tenang
6. Pola Kognitif dan Perseptual
Lubang penis berada di di atas mempengaruhi perasaan pasien.
7. Pola Persepsi Diri
12
Nadi
Sebelum pembedahan: > 100 x/menit
Sesudah pembedahan: normal (60-100 x/menit)
Frekuensi Pernafasan
Sebelum pembedahan: 16-20 x/menit
Sesudah pembedahan: > 24 x/menit
Suhu : normal (36,5-37,5 oC)
a. Kulit
Kulit putih kecoklatan, kering, wujud kelainan kulit (-),
hiperpigmentasi (-)
b. Kepala
Bentuk normal, rambut kering (-), rambut warna hitam, sukar dicabut.
c. Wajah
Odema (-), wajah orang tua (-)
d. Mata
13
4.3 Perencanaan
Sebelum pembedahan
kooperatif.
2. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji secara verbal dan nonverbal 1. Mengetahui sejauh mana
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam respon pasien terhadap tubuhnya persepsi pasien terhadap
2. Jelaskan tentang pengobatan,
kelainan anatomis, gangguan body image kondisi tubuhnya.
pasien teratasi dengan kriteria perawatan, kemajuan dan prognosis
pertumbuhan meatus uretra 2. Memberikan informasi
hasil: penyakit
yang abnormal di dorsal pada pasien tentang
a. Body image positif 3. Dorong pasien mengungkapkan
b. Mampu mengidentifikasi pengobatan, perawatan,
perasaannya
kekuatan personal 4. Fasilitasi kontak dengan individu kemajuan dan prognosis
c. Mendiskripsikan secara
lain dalam kelompok kecil penyakit.
faktual perubahan fungsi
3. Apabila pasien
tubuh
mengungkapkan
d. Mempertahankan interaksi
perasaannya dengan
sosial
leluasa, pasien dapat
mengurangi masalah yang
dialami sehingga perawat
dapat membantu
mengatasi masalah pasien,
dan pasien dapat
18
menerima kenyataan
tentang abnormalitas
tubunya
4. Pasien akan merasa
bahwa dirinya masih
dapat diterima dalam
kelompok kecilnya dan
melatih rasa percaya diri
pasien untuk
bersosialisasi lagi dengan
kelompoknya
3. Gangguan disfungsi seksual Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu pasien untuk 1. Untuk membantu
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 mengekspresikan perubahan fungsi mengidentifikasi
perubahan anatomis jam disfungsi seksual pasien tubuh termasuk organ seksual seiring perubahan fungsi seksual
pertumbuhan meatus uretra akan dapat teratasi dengan bertambahnya usia. 2. meningkatnya
2. Berikan pendidikan kesehatan
yang abnormal di dorsal Kriteria hasil: pengetahuan pasien akan
tentang penurunan fungsi seksual
Pasien mengungkapkan membantu mengatasai
3. Dorong untuk berdiskusi dengan
disfugsi seksualnya dpat maslaah dsfungsi seksual
pasangan tentang perubahan
teratasi 3. untuk mendapatkan
disfungsi seksual yang terjadi
19
Sesudah Pembedahan
(tahu penyebab nyeri, 3. Anjurkan pasien untuk melaporkan digambarkan oleh pasien.
mampu menggunakan nyeri dengan segera Bantu pasien untuk menilai
4. Bantu melakukan teknik relaksasi
tehnik nonfarmakologi nyeri dengan
misalnya nafas dalam perlahan
untuk mengurangi nyeri, membandingkan dengan
perilaku distraksi, visualisasi dan
mencari bantuan) pengalaman nyeri
bimbingan imajinasi 3. Penundaan pelaporan nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri
5. Periksa tanda-tanda vital sebelum
menghambat peredaran
berkurang dengan
atau sesudah penggunaan anastesi
nyeri/ memerlukan
menggunakan manajemen 6. Berikan obat analgesik sesuai
peningkatan dosis obat.
nyeri indikasi
Selain itu nyeri berat dapat
c. Mampu mengenali nyeri
menyebabkan syok dengan
(skala, intensitas,
merangsang system syaraf
frekuensi dan tanda nyeri)
simpatis, mengakibatkan
d. Menyatakan rasa nyaman
kerusakan lanjut dan
setelah nyeri berkurang
mengganggu diagnostik serta
e. Tanda vital dalam rentang
hilangnya nyeri
normal (kesadaran:
4. Membantu dalam penurunan
komposmetis, TD: 120/80
persepsi/respon nyeri
mmHg, nadi: 20x/menit, 5. Memberikan kontrol situasi,
RR: 20x/menit, suhu: meningkatkan perilaku
23
4.4 Implementasi
5. Mengidentifikasi arti
pengurangan kecemasan
melalui pemakaian alat
bantu
6. Memfasilitasi kontak
dengan individu lain dalam
kelompok kecil
4.5 Evaluasi
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Epispadia adalah suatu keadaan dimana meatus uretra terletak pada
permukaan dorsal penis. Insiden epispadia yang lengkap sekitar 1 dalam 120.000
laki-laki dan 1 dari 450.000 perempuan. Penyebab dari epispadia yaitu gangguan
dan ketidakseimbangan hormon, genetik, serta lingkungan. Tanda dan gejala
epispadia yaitu uretra terbuka pada saat lahir, kesulitan berkemih, meatus uretra
meluas, prepusium menggantung dari sisi ventral penis, penis melengkung ke arah
dorsal saat ereksi, penis pipih dan kecil akibat chordae, lekukan pada ujung penis,
Inkontinesia urin.
5.2 Saran
a. Pada
mahasiswa
Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat
mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang penyakit epispadia baik
mengenai pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun
pencegahan serta penerapan asuhan keperawatannya.
b. Pada Dosen
Dosen diharapkan dapat memfasilitasi mahasiswa apabila terdapat mahasiswa
yang kurang paham tentang penyakit epispadia dan memberikan tambahan
materi atau penjelaskan apabila materi yang diberikan kurang lengkap atau
kurang jelas.
31
DAFTAR PUSTAKA
Swartz, Mark II. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC.