1. Desain Pushback
Pushback merupakan bentuk-bentuk penambangan yang menunjukkan bagaimana
suatu pit akan ditambang dari titik awal masuk hingga bentuk akhir pit. Pushback
disebut juga phase, slice, dan stage. Tujuan umum dari (pushback) adalah untuk
membagi seluruh volume yang ada dalam pit ke dalam unit-unit perencanaan yang
lebih kecil sehingga mudah ditangani. Adanya pushback akan memudahkan
perancangan tambang yang amat kompleks menjadi lebih sederhana. Dalam
perancangan pushback, parameter waktu dapat mulai diperhitungkan, karena waktu
merupakan parameter yang sangat berpengaruh. Tahapan-tahapan penambangan
yang dirancang secara baik akan memberikan akses ke semua daerah kerja dan
menyediakan ruang kerja yang cukup untuk operasi peralatan kerja tambang.
Dimana:
A = Biaya penambangan secara bawah tanah /ton batubara.
B = Biaya penambangan secara terbuka /ton batubara.
C = Biaya pengupasan tanah penutup /ton overburden.
Hal ini berarti hanya bagian endapan yang mempunyai BESR lebih kecil dari D
yang dapat ditambang secra menguntungkan. Jadi D adalah BESR(1) tertinggi yang
masih diperbolehkan untuk ditambang secara terbuka.
Dimana:
E = Pendapatan /ton batubara
F = Biaya produksi /ton batubara
G = Biaya pengupasan tanah /ton overburden
c. BESR(3)
Keuntungan maksimum dimasukan dalam pertimbangan BESR sebagai berikut:
Dimana:
H = Keuntungan minimum /ton batubara yang diharapkan
e. Rancangan Lereng
Jenjang digambarkan dengan kaki lereng (toe), puncak (crest), sudut muka jenjang
(face angle), dan lebar jenjang (bench width). Permukaan bagian atas dari jenjang
satu dengan yang berikutnya dipisahkan oleh jarak (H) yang disebut dengan tinggi
jenjang. Pembentukan dimensi dan bentuk lereng dipengaruhi oleh karakteristik
batuan, bentuk cadangan, stripping ratio maksimum dan ukuran areal tambang.
Sudut muka jenjang dapat bervariasi tergantung jenis batuannya. Pada umumnya
untuk batuan masif sudut lereng antara 55o-80o sedangkan untuk batuan sedimen
bervariasi antara 50o-60o dengan tinggi jenjang antara 12 -15 meter. Rancangan
lereng yang baik akan memberikan kondisi kerja yang aman dan efisien.
Perhitungan lebar jalan angkut harus mempertimbangkan jumlah lajur, yaitu lajur
tunggal untuk jalan satu arah atau lajur ganda untuk jalan dua arah. Dalam
kenyataannya, semakin lebar jalan angkut maka akan semakin baik dimana lalu
lintas pengangkutan semakin baik dan lancar. Sebaliknya, semakin lebar jalan
angkut, biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan dan perawatan juga semakin
besar. Misalnya saja untuk lajur ganda, ukuran yang dianjurkan adalah tiga setengah
kali dari lebar alat angkut.