Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR


DAN TIDAK MENULAR
DOKTER INTERNSHIP PUSKESMAS AMPARITA
KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
PERIODE SEPTEMBER 2017-JANUARI 2018

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN TB PARU

A. LATAR BELAKANG

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh


kuman Mycobacterium tuberculosis, sebagian besar kuman ini menyerang paru, tetapi
juga dapat menyerang organ tubuh lainnya.TB paru merupakan penyakit kronis
(menahun) yang telah lama dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti karena menular.
Cara penularan TB yaitu salah satunya melalui udara atau bercak lendir atau dahak
penderita.
Laporan World Health Organization (WHO) TB adalah penyakit kedua
setelah HIV dan AIDS sebagai pembunuh terbesar di seluruh dunia karena agen
menular tunggal. Pada tahun 2007 bahwa Indonesia penderita TB Paru yaitu sekitar
528 ribu. Pada tahun 2009 terdapat sekitar 9,4 juta penderita kasus TB Paru secara
global. Di lihat secara prevalensinya TB Paru di dunia mencapai 14 juta kasus atau
sama dengan 200 kasus per 100.000 penduduk. Pada tahun 2011 terdapat 8,7 juta
orang jatuh sakit karena TB dan 1,4 juta meninggal karena TB. Lebih dari 95%
kematian akibat TB Paru terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah,
sedangkan laporan WHO pada tahun 2009 dan 2010, mencatat peringkat Indonesia
menurun dibawah India, Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria (WHO, 2010). Dilihat lagi
pada tahun 2011 kasus TB Paru semakin menurun yang masih terdapat 450.000 kasus
danitulah yang menyebabkan masih tingginya jumlah kasus baru TB di negara kita
yaitu menempati tiga besar negara dengan penderita TB terbanyak.

B. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Penyakit TB di Indonesia masih bersaing dengan penyakit tidak menular yang
masih memunyai masalah penyebab kematian seperti penyakit jantung koroner.
Kajian medis tentang TB terus menerus dilakukan untuk mengurangi angka kesakitan
dan kematian, bahkan sampai pada efek pemakaian obat sampai resisten obat (Syafar,
2011). Setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat TB dan terdapat 450.000
kasus TB paru. Tiga per empat dari kasus TB ini terdiri dari usia produktif (15 - 49
tahun) (Kemenkes RI, 2010).

C. PEMILIHAN INTERVENSI
Oleh karena permasalahan di atas, maka kami bermaksud mengadakan
penjaringan tersangka TB paru pada pasien yang berobat di PKM Amparita dan
edukasi tentang penyakit TB paru pada pasien yang datang berobat serta penyuluhan
mengenai penyakit TB paru pada pasien dan petugas PKM Amparita, sehingga dapat
dilakukan pencegahan penuluran dan penatalaksanaan sedini mungkin sehingga
masyarakat dapat mengenal gejala dan tanda penyakit TB paru lebih dini.

D. PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilakukan di Ruang Pemeriksaan Umum PKM Amparita dan
Laboratorium PKM Amparita dalam bentuk pemeriksaan/skrining tersangka TB Paru
lalu kemudian dilakukan pemeriksaan sputum BTA SPS selama periode September
2017-Januari 2018.
E. EVALUASI
1. Kesimpulan
Tanggal Nama Jenis Tempat Status
Pemeriksaan Kelamin/Usia Tinggal
22/11/2016 Risma Yusuf P/28 Getengan BTA +
6/12/2016 Petrus L/23 palipu BTA +
6/12/2016 Maria Nita P/71 Sillanan BTA +
10/1/2017 Tambing L/89 Patengko BTA +
10/1/2017 Sattu Adi L/77 Kepe BTA +
20/3/2017 Yohanis Baru L/55 Tampo BTA -
Simbuang
22/3/2017 Kristina P/66 Minanga BTA -
Palinggi
8/4/2017 Ambe Lomo L/68 Tampo BTA -
12/4/2017 Rudi L/49 Kepe BTA -
3/5/2017 Nur Intan P/36 Pakala BTA -
5/5/2017 Sanda P/21 Randanan BTA -

Berdasarkan hasil pemeriksaan selama 4 bulan didapatkan 6 tersangka TB


paru, setelah pemeriksaan laboratorium BTA SPS, tidak ada yang positif menderita
TB Paru. Selain itu terdapat 5 orang yang teridentifikasi TB Paru dengan BTA (+)
sejak bulan November 2016 hingga Januari 2017, hingga saat ini mereka tetap rutin
kontrol dan mengambil obat di PKM Getengan.
2. Saran
Pasien-pasien yang dicurigai TB paru, walaupun memperoleh hasil negatif
dari pemeriksaan sputum BTA SPS, sebaiknya tetap dirujuk ke RS untuk dilakukan
pemeriksaan foto thoraks. Selain itu perlunya active case finding untuk menjaring
masyarakat yang dicurigai TB Paru di desa-desa agar melakukan pemeriksaan sputum
BTA.
Peserta Internship Pendamping

(dr. Dhian Karina Aprilani) (dr. Nurwati)

Anda mungkin juga menyukai