Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian Japanese Encephalitis


Japanese encephalitis adalah penyakit radang otak akibat virus, yang paling banyak
terjadi di kawasan Asia. Virus japanese encephalitis adalah virus golongan flavivirus.
Penularan virus tersebut sebenarnya hanya terjadi antara nyamuk Culex (terutama Culex
tritaeniorhynchus), babi, dan atau burung sawah/ladang.

B. Penularan Japanese Encephaltis


Manusia bisa tertular virus japanese encephalitis bila tergigit oleh nyamuk Culex
tritaeniorhynchus yang terinfeksi. Biasanya nyamuk ini lebih aktif pada malam hari. Nyamuk
golongan Culex ini banyak terdapat di persawahan dan area irigasi. Di Bali, tingginya kejadian
japanese encephalitis dikaitkan dengan banyaknya persawahan dan peternakan babi di area
tersebut. Kejadian penyakit japanese encephalitis pada manusia biasanya meningkat pada
musim penghujan.

C. Gejala Japanese Encephalitis


Sebagian besar penderita japanese encephaltiis hanya menunjukkan gejala yang
ringan atau bahkan tidak bergejala sama sekali. Gejala dapat muncul 5-15 hari setelah gigitan
nyamuk yang terinfeksi virus. Gejala awal yang muncul dapat berupa demam, menggigil,
sakit kepala, lemah, mual, dan muntah. Kurang lebih 1 dari 200 penderita infeksi japanese
encephalitis menunjukkan gejala yang berat yang berkaitan dengan peradangan pada otak
(encephalitis), berupa demam tinggi mendadak, sakit kepala, kaku pada tengkuk, disorientasi,
koma (penurunan kssadaran), kejang, dan kelumpuhan.
Gejala kejang sering terjadi terutama pada pasien anak-anak. Gejala sakit kepala dan
kaku pada tengkuk terutama terjadi pada pasien dewasa. Keluhan-keluhan tersebut biasanya
membaik setelah fase penyakit akut terlampaui, tetapi pada 20-30% pasien, gangguan saraf
kognitif dan psikiatri dilaporkan menetap. Komplikasi terberat pada kasus japanese
encephalitis adalah meninggal dunia (terjadi pada 20-30% kasus encephalitis).
D. Pemeriksaan yang Perlu Dilakukan
Diagnosis japanese encephalitis didapat dari gejala-gejala yang penderita alami,
pemeriksaan fisik yang dokter lakukan, dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
laboratorium yang perlu dilakukan yaitu pemeriksaan darah dan pemeriksaan cairan sumsum.
Tindakan pengambilan cairan tulang sumsum adalah tindakan yang tidak sederhana, harus
dilakukan di ruang perawatan, tidak bisa dilakukan di laboratorium klinik biasa.
Bila Anda terserang infeksi, sistem imun tubuh akan membentuk antibodi untuk
melawan infeksi tersebut. Tes-tes laboratorium ini berfungsi mendeteksi adanya antibodi
(IgM) yang melawan virus japanese encephalitis. IgM dapat dideteksi dalam cairan sumsum
4 hari setelah gejala muncul, dan dapat dtemukan dalam darah 7 hari setelah gejala muncul.

E. Pengobatan Japanese Encephalitis


Saat ini tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit japanese encephalitis.
Pengobatan yang diberikan adalah berdasarkan gejala yang diderita pasien (simtomatik),
seperti istirahat, pemenuhan kebutuhan cairan harian, pemberian obat pengurang demam, dan
pemberian obat pengurang nyeri. Pasien perlu dirawat inap supaya dapat diobservasi dengan
ketat, sehingga penanganan yang tepat bisa segera diberikan bila timbul gejala gangguan saraf
atau komplikasi lainnya.

F. Pencegahan Japanese Encephalitis


Beberapa tindakan pencegahan yang bisa dilakukan antara lain :
1. Mencegah gigitan nyamuk
a) Menggunakan anti nyamuk berupa lotion atau spray yang aman bagi kulit.
b) Menggunakan pakaian yang menutupi tubuh bila beraktivitas di luar rumah.
c) Menggunakan kelambu saat tidur/ air conditioner.
d) Sebisa mungkin menghindari kegiatan di malam hari di area pertanian, ladang, atau
persawahan di mana banyak terdapat nyamuk Culex.
2. Vaksinasi
Pencegahan utama yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan vaksin
japanese encephalitis. Vaksin ini dapat diberikan mulai usia 2 bulan hingga dewasa. Vaksin
ini perlu diberikan 2 kali, dengan jarak antar pemberian vaksin 28 hari. Vaksin booster bisa
diberikan pada orang dewasa (>17th) minimal setahun setelah 2 dosis vaksin tersebut.

Anda mungkin juga menyukai