Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM V-VII

KIMIA LINGKUNGAN

Dosen Mata Kuliah :

Indah Werdiningsih, SKM, M.Sc

Disusun oleh :

1. Dinda Ristiani Putri NIM. P07133117012


2. Fikri Habibi Daroziqi NIM. P07133117015
3. Hana Hanifah Isnaini NIM. P07133117017
4. Revina Yunanda NIM. P07133117031
5. Sweetika Cahya Febriana NIM. P07133117036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

D III KESEHATAN LINGKUNGAN

2017/2018
LAPORAN PRAKTIKUM V KIMIA LINGKUNGAN

BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (BTM)

I. Hari, tanggal : Rabu, 13 Desember 2017


II. Tempat : Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
III. Materi : Pengujian Bahan Tambahan Makanan (BTM) Methanil
Yellow, Rhodamin B, Uji Boraks, dan Test Kit Formalin

IV. Tujuan
1. Mempraktekkan cara atau prosedur pengujian zat pewarna Methanil
Yellow pada sampel dan memeriksa ada tidaknya zat pewarna Rhodamin
B yang terdapat dalam sampel.
2. Mempraktekkan cara atau prosedur pengujian zat pewarna Rhodamin B
pada sampel dan memeriksa ada tidaknya zat pewarna Rhodamin B yang
terdapat dalam sampel.
3. Mempraktekkan cara atau prosedur Uji Boraks pada sampel dan
memeriksa ada tidaknya kandungan boraks dalam sampel.
4. Mempraktekkan cara atau prosedur Test Kit Formalin pada sampel dan
memeriksa ada tidaknya kandungan formalin dalam sampel.

V. Dasar Teori
Bahan tambahan makanan dikenal istilah BTM adalah bahan atau
campuran bahan secara alami BUKAN merupakan bagian dari bahan baku
pangan, tetapi ditambah kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti
gumpal, pemucat dan pengental. Bahan tambahan makanan untuk membuat
makanan tampak lebih berkualitas, lebih menarik, serta rasa dan teksturnya
lebih sempurna. Zat-zat itu ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun hasilnya
memuaskan bagi konsumen dan produsen. BTM ternyata sudah lama
digunakan dalam pengawetan makanan, apalagi penggunanya sering dijumpai
penggunaan bahan tambahahan makanan atau zat adiktif makanan
didefinisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu
pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Di sini bahan tambahan
makanan atau zat adiktif makanan sudah termasuk: pewarna, penyedap,
pengawet, pemantap, antioksidan, pengemulsi, penggumpal, pemucat,
pengental dan anti gumpal.
BTM atau zat adiktif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan
selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu.
Penambahan zat adiktif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu
dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi
yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan.
1. Methanil Yellow
Kuning metanil atau methanil yellow adalah zat warna sintetis
berwarna kuning kecoklatan dan berbentuk paddat atau serbuk yang
digunakan untuk pewarna tekstil (kain) dan cat. Methanil yellow juga
dilarang keras digunakan untuk pangan. Namun pada kenyataannya masih
juga dijumpai makanan-makanan yang mengandung zat ini karena ulah
pembuat makanan yang nakal.
Kuning metanil dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut,
diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah. Pada jangka
panjang dapat menyebabkan kanker kandung kemih.
2. Rhodamin B
Rhodamin B adalah pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal
merah keunguan dan dalam larutan akan berwarna merah terang
berpendar. Rhodamin B ini biasa digunakan untuk industri tekstil dan
kertas serta dilarang keras untuk digunakan sebagai pewarna makanan.
Namun masih banyak dijumpai makanan-makanan yang mengandung zat
ini. Para pembuat makanan secara sembunyi-sembunyi memasukkan zat
berbahaya ini dengan harapan makanan yang dibuatnya memiliki warna
cerah dan menarik perhatian pembelinya sehingga bisa laku keras tanpa
memperhatikan efek berbahaya bagi pembelinya yang timbul di belakang
hari.
Rhodamin B bisa menumpuk di lemak sehingga lama-kelamaan
jumlahnya akan terus bertambah. Rhodamin B diserap lebih banyak pada
saluran pencernaan dan menunjukkan ikatan protein yang kuat. Kerusakan
pada hati tikus terjadi akibat makanan yang mengandung rhodamin B
dalam konsentrasi tinggi. Paparan rhodamin B dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.
3. Boraks / Borax
Boraks digunakan untuk mematri logam; pembuatan gelas dan
enamel; anti jamur kayu; pembasmi kecoa; antiseptik; obat untuk kulit
dalam bentuk salep; campuran pembersih.
Boraks beracun terhadap semua sel. Bila tertelan senyawa ini
dapat menyebabkan efek negatif pada susunan syaraf pusat, ginjal dan hati.
Ginjal merupakan organ yang paling mengalami kerusakan dibandingkan
dengan organ lain. Dosis fatal untuk dewasa berkisar antara 15-20 g dan
untuk anak-anak 3-6 g. Bila tertelan, dapat menimbulkan gejala-gejala
yang tertunda meliputi badan terasa tidak nyaman (malaise), mual, nyeri
hebat pada perut bagian atas (epigastrik), pendarahan gastroenteritis
disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan rasa sakit
kepala.
4. Formalin
Formalin digunakan untuk pembunuh kuman sehingga banyak
dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian;
pembasmi lalat dan berbagai serangga lain; bahan untuk pembuatan sutra
buatan, zat pewarna, pembuatan gelas dan bahan peledak; dalam dunia
fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas;
bahan untuk pengawet mayat; bahan pembuatan pupuk lepas lambat (slow-
release fertilizer) dalam bentuk urea formaldehid; bahan untuk pembuatan
parfum; bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku; pencegah
korosi untuk sumur minyak; bahan untuk insulasi busa; bahan perekat
untuk produk kayu lapis (plywood); dalam konsentrasi yang sangat kecil
(< 1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai produk konsumen
seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat
sepatu, shampoo mobil, lilin dan pembersih karpet.
Paparan formaldehid melalui saluran pencernaan dapat
mengakibatkan luka korosif terhadap selaput lendir saluran pencernaan
disertai mual, muntah, rasa perih yang hebat dan perforasi lambung. Efek
sistemik dapat berupa depresi susunan syaraf pusat, koma, kejang,
albuminaria, terdapatnya sel darah merah di urine (hematuria) dan asidosis
metabolik. Dosis fatal formalin melalui saluran pencernaan pernah
dilaporkan sebesar 30 ml. Formaldehid dapat mematikan sisi aktif dari
protein- protein vital dalam tubuh, maka molekul-molekul itu akan
kehilangan fungsi dalam metabolisme. Akibatnya fungsi sel akan terhenti.

VI. Alat dan Bahan :


- Gelas Beker
- Tabung reaksi
- Sendok tanduk
- Reagent uji methanil yellow
- Reagent uji Rhodamin B
- Reagent Uji Boraks
- Test Kit Formalin
- Air mendidih
- Sampel / bahan yang akan diuji

VII. Cara Kerja :


A. Pengujian Kandungan Methanil Yellow
Sampel berupa cairan.
1. Ambil 1 sendok teh bahan yang akan diuji (2-3 ml). Masukkan ke
botol uji (disediakan 1 botol bening 1 buah untuk pengujian, bisa juga
dengan tabung reaksi kalau di laboratorium). Tambahkan Reagent A
sebanyak 4 tetes.
2. Tambahkan 4 tetes Reagent B. Bila terbentuk warna merah jambon
(merah keunguan, akan menjadi warna ungu jika kandungan senyawa
ini banyak) atau warna pink, maka terdapat pewarna sintetis kuning
(methanil yellow/metil yellow) pada makanan/minuman yang diuji.
B. Pengujian Kandungan Rhodamin B
Sampel berupa cairan.
1. Masukkan 1 tetes Reagent A dan Reagent B, dan 4 tetes Reagent B2
ke botol uji atau tabung reaksi. Kocok sekitar 1 menit agar tercampur
rata.
2. Masukkan 1 sendok makan atau sekitar 6 ml cairan uji (airnya saja)
ke dalam botol uji atau tabung reaski yang sudah berisi campuran
Reagent. Kocok sebentar dan diamkan campuran sekitar 10-20 menit.
3. Bila warna cairan uji berubah menjadi ungu, berati cairan uji positif
mengandung pewarna sintetis merah (Rhodamin B)
C. Pengujian Boraks dengan Uji Boraks
1. Lumatkan sampai lembut bahan yang diuji (akan lebih baik diblender
dengan sedikit air. 4 sendok bahan dengan 1 sendok air).
2. Ambil 1 sendok makan bahan yang akan diuji yang sudah dicacah atau
diblender dan masukkan ke dalam gelas.
3. Tambahkan 10 tetes “Reagent Cair” dan 1 sendok makan (sekitar 5
ml) air yang mendidih (air teremos yang panas), lalu diaduk sekitar 1
menit.
4. Basahkan “Kertas Kuning” ke dalam air yang ada di dalam gelas dan
biarkan sampai kering sendiri. Jika kertas yang terbasahi menjadi
berwarna merah, berarti bahan yang diuji positif mengandung
boraks/borax.
D. Pengujian Formalin dengan Test Kit Formalin
1. Cincang/iris kecil-kecil (blender) bahan yang akan diuji. Ambil 10
gram (sekitar 1 sendok makan).
2. Tambahkan 20 ml (sekitar 4 sendok makan) air panas lalu aduk dn
biarkan dingin.
3. Ambil 5 ml air campuran (airnya saja). Tambahkan 4 tetes Reagent A
dan 4 tetes Reagent B.
4. Kocok sebentar dan tunggu 5-10 menit.
5. Amati perubahan warna yang terbentuk. Jika terbentuk warna ungu,
berarti bahan yang diuji positif mengandung bahan berbahaya
formalin.

VIII. Hasil dan Pembahasan :


Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasil seperti
dalam tabel berikut.
Hasil Pengujian
No. Indikator
Positif (+) Negatif (-)
1. Methanil Yellow -
2. Rhodamin B +
3. Boraks +
4. Formalin +
Data dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa sampel/bahan yang diuji
mengandung warna kuning Methanil Yellow. Sampel/bahan lain yang diuji
juga mengandung warna merah Rhodamin B. Bahan yang diuji boraks
menggunakan Uji Boraks dan bahan yang diuji formalin dengan Test Kit
Formalin juga menunjukkan hasil yang positif.
Methanil Yellow dan Rhodamin B termasuk Bahan Tambahan
Makanan (BTM) pewarna makanan sintetis yang dilarang sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 239/ Menkes/ Per/
V/ 1985 tentang Zat Warna Tertentu yang dinyatakan Sebagai Bahan
Berbahaya. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 722/ Menkes/ Per/ IX/ 1988 tentang Bahan Tambahan
Makanan, boraks dan formalin termasuk bahan yang dilarang digunakan dalam
pangan. Pelarangan tersebut tentunya berkaitan dengan dampaknya yang
merugikan kesehatan manusia. Meskipun bahan-bahan tersebut telah dilarang
penggunaannya untuk pangan, namun potensi penggunaan yang salah (misuse)
hingga saat ini bukan tidak mungkin.

IX. Kesimpulan
Kesimpulan dalam percobaan kali ini adalah:

1. Sampel / bahan yang diuji tidak mengandung BTM pewarna sintetis warna
kuning Methanil Yellow
2. Sampel / bahan yang diuji mengandung BTM pewarna sintetis warna
merah Rhodamin B
3. Sampel / bahan yang diuji mengandung BTM Boraks
4. Sampel / bahan yang diuji mengandung BTM Formalin
LAPORAN PRAKTIKUM VI KIMIA LINGKUNGAN
Sampel Udara

1. Debu
A. Alat dan bahan
1. Alat tulis
2. Filter clip
3. Timbangan analitik
4. Stopwatch
5. Oven
6. Tabung kaca eksikator
B. Cara kerja
1. Pasang kertas pada filter clip
2. Oven filter clip + kertas selama 30 menit pada suhu 105 derajat celcius
3. Masukkan pada tabung kaca eksikator untuk mendinginkan
4. Timbang filter clip + kertas sebagai berat awal
5. Pasang pada PDS
6. Pakai PDS di perut dan di deket saluran peranafasan
7. Atur pada kecepatan aliran udara /lpm : 2
8. Tunggu sampai kurang lebih 30 menit
9. Oven filter clip + kertas selama 30 menit pada suhu 105 derajat celcius
10. Masukkan pada tabung kaca eksikator untuk mendinginkan
11. Timbang filter clip + kertas sebagai berat akhir
12. Dari berat awal dan berat bisa sebagai bahan perhitungan kadar debu
C. Data perhitungan
Diketahui :
Berat awal = 16, 6450
Berat akhir = 16,6452
Waktu = 10 menit
Lpm = 2
Ditanya :
Kadar debu = ?
Jawab :
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙)𝑔𝑟𝑎𝑚
Kadar debu = x 1 mg/𝑚3
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙)𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 1 mg/𝑚3
(𝑙𝑝𝑚 𝑥 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢)
(16,6452−16,6450)𝑔𝑟𝑎𝑚
= (2𝑥10)
(0,0002)𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 1000 m/gr x 1000 l/𝑚3
20
0,2
= 20 𝑙 x 1000 l/𝑚3
0,2
= 20 𝑙 x 103 mg/𝑚3

= 0,01 x 103 mg/𝑚3


D. Hasil dan pembahasan
Kadar debu yang diperoleh setelah perhitungan yaitu 0,01 x 103 mg/𝑚3
E. Kesimpulan
Kadar debu yang ada pada laboratorium tidak melebihi ambang batas, jadi
laboratorium di nyatakan baik.

2. SOx
A. Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Alat tulis
b. Tabung kecil
c. Tabung besar
d. Komperator
e. Jam / stop watch
2. Bahan :
a. Penyerap 10 ml
b. 1 sendok Reagen SO2 #1
c. NaOH 1 ml
B. Cara Kerja
1. Ambil penyerap 10 ml
2. Lakukan sampling 1 lpm x 10 menit
3. Tuang larutan setelah sampling ke dalam tabung kecil
4. Tambah 1 sendok Reagen SO2 #1, kocok hngga bubuknya larut
5. Tambah 1 ml NaOH, gojok
6. Siapkan tabung besar, isi dengan indikator SO2 2 ml
7. Tuang isi tabung kcil ke tabung besar, tunggu 15 menit
8. Cocokan dengan komperator
C. Hasil dan Pembahasan
Tidak berubah warna, tidak mengandung SOx.
D. Kesimpulan
Udara baik, karena tidak terdapat SOx pada udara.

3. NOx
A. Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Alat tulis
b. Tabung kecil
c. Tabung besar
d. Komperator
e. Jam / stop watch
2. Bahan :
a. Penyerap 10 ml
b. 1 tetes Reagen NO2 #2
c. 0,05 gram Reagen NO2 #3
B. Cara Kerja
1. Ambil 10 ml larutan penyerap
2. Lakukan sampling 15 menit x 0,2 lpm
3. Pindahkan larutan kedalam tabung
4. Tambahkan 1 tetes reagen NO2 #2
5. Tambahkan 0,05 gram reagen NO2 #3
6. Gojok, tunggu selama 15 menit
7. Cocokan dengan komperator warna
C. Hasil dan Pembahasan
Tidak ada perubahan warna, tidak mengandung NOx.
D. Kesimpulan
Udara baik, karena tidak terdapat kandungan NOx pada udara.

Anda mungkin juga menyukai