Anda di halaman 1dari 13

1 BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pajak merupakan sumber penerimaan negara disamping penerimaan dari sumber migas
dan non migas. Dengan posisi yang sedemikian itu pajak merupakan penerimaan strategis
yang harus dikelula dengan baik. Dalam struktur keuangan Negara tugas dan fungsi
penerimaan pajak dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pajak dibawah Departemen Keuangan
Republik Indonesia. Dari tahun ke tahun telah banyak dilakukan berbagai kebijakan untuk
meningkatkan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan Negara .Kebijakan tersebut
dapat dilakukan melalui penyempurnaan undang-undnag, penerbitan peratuan perundang-
undangan baru dibidang perpajakan, guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak maupun
menggali sumber hukum pajak lainnya.
Berbagai upaya yag dilakukan belum menunjukkan perubahan yang singnifikan bagi
penerimaan Negara. Bahkan kondisi ini makin diperparah pada tahun 1997 dengan terjadinya
krisis ekonomi bahkan krisis multi dimensi yang sampai sekarang ini belum terselesaikan di
Indonesia. Pada umumnya dinegara berkembang, penerimaan pajaknya yang terbesar berasal
dari pajak tidak langsung, Hal ini disebabkan Negara berkembang golongan berpenghasilan
tinggi lebih rendah persentasenya. SPT (Surat Pemberitahuan) adalah surat yang oleh Wajib
Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak
dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Negara Indonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkan UUD 45 yang menjunjung
tinggi hak dan kewajiban setiap orang. Pajak merupakan wujud dari peran serta masyarakat
dalam mendukung pembangunan maupun perekonomian di Indonesia, sehingga dapat
meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab. Peran pajak bagi suatu negara menjadi
sangat dominan. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara, iuran tersebut berupa uang,
bukan barang. Pajak yang dipungut berdasarkan ketentuan UUD dan aturan pelaksanaannya
tanpa jasa timbal balik dari negara.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diulas di atas, didapatkan empat hal
yang menjadi pokok permasalahan dalam makalah ini. Keempat pokok permasalahan
tersebut adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan Surat Pemberitahuan (SPT), Surat Setoran Pajak (SSP)
dan e-Filling?
2. Apa sajakah yang menjadi fungsi dari Surat Pemberitahuan (SPT), Surat Setoran
Pajak (SSP)?
3. Apa saja yang menjadi proses pelaporan SPT dan Pembayaran SPT?
4. Bagaimana batas waktu pembayaran atau penyetoran pajak ?
5. Bagaimana cara menunda mengangsur pembayaran atas ketetapan pajak ?
6. Bagaimana prosedur penggunaan e-filing sebagai aplikasi pajak online?
7. Apa manfaat e-filing bagi wajib pajak dan pemerintah?
8. Apa yang menjadi kelemahan dalam e-filing dan bagaimana jaminan keamanan
penggunaan e-filing?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT), Surat Setoran Pajak (SSP) dan e-Filing
2. Fungsi dari Surat Pemberitahuan (SPT), Surat Setoran Pajak (SSP)
3. Proses pelaporan SPT dan Pembayaran SPT
4. Batas waktu pembayaran atau penyetoran pajak
5. Cara menunda mengangsur pembayaran atas ketetapan pajak
6. Prosedur penggunaan e-filing sebagai aplikasi pajak online
7. Manfaat e-filing bagi wajib pajak dan pemerintah
8. Kelemahan dalam e-filing dan jaminan keamanan penggunaan e-filing
2 BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

2.1.1 Definisi Surat Pemberitahuan (SPT)


Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak
dan atau harta dan kewajiban, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
(UU Nomor 28 Tahun 2007 Ps 1 (11))

2.1.2 Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)


Fungsi SPT ditujukan kepada tiga subjek, yaitu:
1. Wajib Pajak Penghasilan
o Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
tentang :
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak
c. Harta dan kewajiban
d. Pemotongan/ pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu) Masa
Pajak.
2. Pengusaha Kena Pajak

o Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan


jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran
b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP
dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
3. Pemotong/Pemungut Pajak

o Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang


dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

2.1.3 Prosedur Penyelesaian SPT


a. Wajib pajak sebagaimana mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak. Atau dengan cara mengakses situs Direktorat Jenderal Pajak
untuk memperoleh formulir Surat Pemberitahuan tersebut.
b. Setiap wajib pajak mengisi formulir tersebut dengan benar,jelas,dan lengkap,dan
menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Pajak.
c. Wajib pajak telah mendapat izin menteri Keuangan untuk menyelenggarakan
pembukuan,dan wajib menyampaikan SP dalam bahasa Indonesia dan satuan mata uang
rupiah.
d. Penandatanganan SPT harus berisikan tanda tangan stempel/tanda tangan
elektonik.digital,yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama.

2.1.4 Pembetulan SPT dan Pengungkapan Ketidakbenaran


Pembetulan SPT
Sesuai dengan pasal 8 ayat 1 UU KUP jo PP 74 Tahun 2011, Wajib Pajak dengan kemauan
sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan
tindakan;
- Verifikasi dalam rangka menerbitkan surat ketetapan pajak;
- Pemeriksaan; atau
- Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Dalam hal Pembetulan Surat Pemberitahuan menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan
Surat Pemberitahuan harus disampaikan paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa
penetapan. Daluwarsa penetapan pajak ditentukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sesudah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau tahun
Pajak.
Berdasarkan pasal 8 ayat 2 UU KUP dalam hal wajib pajak membetulkan sendiri Surat
Pemberitahuan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar dikenakan sangsi
administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, bagian
bulan dihitung penuh 1(satu) bulan.

Pembetulan karena kompensasi kerugian


Berdasarkan PP 74 Tahun 2011 pasal 6 (enam) Wajib Pajak dapat membetulkan Surat
Pemberitahuan Tahunan yang telah disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima surat
ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak,
Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan
Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali, atas Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa
Tahun Pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang
telah dikompensasikan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (6) UU KUP , dengan menyampaikan pernyataan tertulis. Pembetulan tersebut
paling lama 3 (tiga) bulan setelah menerima SKP, SK keberatan, SK pembetulan, Putusan
banding, atau Putusan PK.
Dalam PP 74 Tahun 2011 pasal 6 ayat 4 jangka waktu 3 (tiga) bulan untuk melakukan
pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dihitung
sejak tanggal stempel pos pengiriman, atau dalam hal diterima secara langsung, jangka waktu
3 (tiga) bulan dihitung sejak tanggal diterimanya surat ketetapan pajak, Surat Keputusan
Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan
Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali oleh wajib pajak.

Pengungkapan ketidakbenaran selama proses pemeriksaan


Berdasarlam pasal 8 ayat 4 UU KUP jo pasal 8 PP 74 Tahun 2011 Wajib Pajak dapat
mengungkapkan dalam laporan tersendiri secara tertulis mengenai ketidakbenaran pengisian
Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
sepanjang pemeriksa pajak belum menyampaikan surat pemberitahuan hasil
Pemeriksaan. Laporan tersendiri secara tertulis tersebut harus ditandatangani oleh Wajib
Pajak dan dilampiri dengan:
- penghitungan pajak yang kurang dibayar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dalam
format SPT;
- Surat Setoran Pajak atas pelunasan pajak yang kurang dibayar; dan
- Surat Setoran Pajak atas pembayaran sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50%.
Untuk membuktikan kebenaran pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT, Pemeriksaan
tetap dilanjutkan dan atas hasil Pemeriksaan tersebut diterbitkan surat ketetapan pajak dengan
mempertimbangkan laporan tersendiri tersebut serta memperhitungkan pokok pajak yang
telah dibayar. Dalam hal hasil Pemeriksaan membuktikan bahwa pengungkapan
ketidakbenaran pengisian SPT yang dilakukan oleh Wajib Pajak ternyata tidak mencerminkan
keadaan yang sebenarnya, surat ketetapan pajak diterbitkan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya tersebut. Surat Setoran Pajak atas pokok pajak yang telah dibayar diperhitungkan
sebagai kredit pajak dalam surat ketetapan pajak yang diterbitkan berdasarkan hasil
Pemeriksaan. Dalam hal pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT Masa PPN, Pajak
Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak dilaporkan
dalam SPT masa PPN tidak dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak sebagaimana diatur
dalam Pasal 9 ayat (8) huruf i Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya.

Pengungkapan ketidakbenaran sebelum penyidikan.


Berdasarkan pasal 8 ayat 3 UU KUP jo pasal 7 PP 74 Tahun 2011 Wajib Pajak dengan
kemauan sendiri dapat mengungkapkan dengan pernyataan tertulis mengenai ketidakbenaran
perbuatannya, yaitu:
- tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
- menyampaikan Surat Pemberitahuan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar,
sepanjang mulainya Penyidikan belum diberitahukan kepada Penuntut Umum melalui
penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
Pernyataan tertulis tersebut harus ditandatangani oleh Wajib Pajak dan dilampiri dengan:
- penghitungan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang dalam format
SPT;
- Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak; dan
- Surat Setoran Pajak sebagai bukti pembayaran sanksi administrasi berupa denda sebesar
150%.

Dalam hal pengungkapan ketidakbenaran perbuatan yang dilakukan Wajib Pajak telah sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya, terhadap Wajib Pajak tidak dilakukan Penyidikan Tindak
Pidana di Bidang Perpajakan. Apabila setelah Wajib Pajak melakukan pengungkapan
ketidakbenaran perbuatan masih ditemukan data yang menyatakan lain dari pengungkapan
ketidakbenaran perbuatan tersebut, terhadap Wajib Pajak tetap dapat dilakukan Pemeriksaan
Bukti Permulaan.

2.1.5 Jenis-jenis SPT


Jenis Surat Pemberitahuan dilihat dari periode pelaporan terdiri dari Surat Pemberitahuan
Tahunan dan Surat Pemberitahuan Masa.
a. Surat Pemberitahuan Tahunan.
Surat Pemberitahuan Tahunan terbagi dalam beberapa bentuk formulir sesuai dengan Wajib
Pajak yang melaporkannya, yaitu:
1. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan (formulir 1771).
2. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan bagi Wajib Pajak yang diizinkan
menyelenggarakan pembukuan dalam Mata Uang Dolar AS (formulir 1771 $).
3. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (formulir 1770).
4. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Sederhana (formulir 1770 S).
5. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Sangat Sederhana
(formulir 1770 SS).
b. Surat Pemberitahuan Masa
Surat Pemberitahuan Masa terbagi dalam beberapa bentuk formulir sesuai dengan jenis
pajak yang dilaporkan, yaitu:
1. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 (formulir 1721).
2. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 22.
3. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26.
4. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25.
5. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2).
6. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 15.
7. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (formulir 1111).
8. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut.
9. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran
yang menggunakan nilai lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak (formulir 1111 DM).
10. SPT Masa Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

SPT dapat berbentuk:


- Formulir kertas
- Dokumen elektronik

2.1.6 Batas Waktu Penyampaian SPT


a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20 hari setelah akhir masa Pajak. Untuk
Surat Pemberitahuan Masa PPN paling lama akhir bulan setelah berakhirnya Pajak.
b. Untuk surat Pemberitahuan PPh wajib pajak orang pribadi paling lama 3 bulan setelah
akhir tahun pajak.
c. Untuk Surat Pemberitahuan PPh wajib pajak badan paling lama 4 bulan setelah akhir
tahun pajak.

2.1.7 Perpanjangan Jangka Waktu SPT


Wajiib pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan paling lama
2 bulan. Pemberitahuan perpanjangan SPT dibuat secara tertulis dan disampaikan ke
kantor pelayan pajak, dengan lampiran :
Penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 tahun pajak yang batas waktu
penyampaiannya diperpanjang
Laporan keuangan sementara
Surat Setoran pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang
terutang.
Dalam Pemberitahuan SPT Tahunan ditandatangin oleh Kuasa wajib pajak. Pemberitahuan
SPT dapat disampaikan : secara langsung, melalui pos dengan bukti pengiriman surat,
melalui jasa kurir dengan bukti pengiriman surat.

2.1.8 Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT


Apabila surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan ,
maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar :
a. Rp. 500.000 untuk Surat Pemberitahuan Masa PPN
b. Rp. 100.000 untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya
c. Rp 1.000.000 untuk Surat Pemberitahuan Tahunan PPh wajib pajak orang pribadi
Kealpaan dikarenakan :
a. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan
b. Menyampaikan SP, tetapi isinya tidak benar.
Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan yang akna dikenakan denda paling
sedikit 1 kali jumlah pajak terutang, dan paling banyak 2 kali jumlah pajak terutang, dan
paling lama di pidana kurungan selama 1 tahun.
Kesengajaan dikarenakan tiak sengaja menyampaikan SP tersebut dengan keterangan yang
tidak benar sehingga menimbulkan kerugian dengan dipidana paling singkat 6 bulan dan
paling lama 6 tahun.

2.2 SURAT SETORAN PAJAK (SSP)

2.2.1 Definisi Surat Setoran Pajak (SSP)


Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran/penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir,dengan cara lain ke kas Negara melalui tmpat pembayaran yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

2.2.2 Fungsi Surat Setoran Pajak (SSP)


Sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat/telah mendapatkan
validasi.
2.2.3 Tempat Pembayaran dan Penyetoran Pajak
a. Bank ditunjuk oleh Menteri Keuangan
b. Kantor Pos

2.2.4 Batas Waktu Pembayaran atau Penyetoran Pajak


Batas waktu pembayaran/penyetoran pajak diatur sbb:
a. Pembayaran Masa
1. PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh pemotong PPh harus disetor paling lama
tgl. 10 bulan berikutnya. PPh tersebut harus dibayar sendiri dan disetorkan paling
lama tgl.15 bulan berikutnya setelah Masa pajak berakhir kecuali ditetapkan lain
oleh Menteri Keuangan.
2. PPh Pasal 15 yang dipotong oleh pemotong PPh disetor paling lama tgl 10 bulan
dan harus dibayar sendiri paling lama tgl 15 bulan setelah masa pajak berakhir.
3. PPh Pasal 21 yang dipotong PPh disetor paling lama tgl 10 bulan berikutnya
setelah masa pajak berakhir
4. PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh pemotong PPh disetor paling
lama tgl 10 bulan setelah Masa Pajak berakhir
5. PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama tgl 15 bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
6. PPh Pasal 22,PPN,dan PPnBm harus dilunasi bersamaan dengan saat Bea Masuk
dan dalam hal bea masuk ditunda/dibebaskan. PPh ini harus dilunasi pada saat
penyelesaian dokumen pemberitahuan. PPh ini harus disetor dalam jangka waktu
1 hari setelah dilakukan pemungutan pajak. Pasal ini dipungut oleh bendahara dan
disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan atas penyerahan barang dari
belanja Negara dengan menggunakan Surat Setoran Pajak. Penyerahan BBM
dipungut oleh wajib pajak badan yang bergerak dalam bidang produksi, dan
disetor paling lama tgl 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir
7. PPN dan PPnBM yang terutang dalam 1 masa pajak harus disetor paling lama
akhir bulan dan sebelum surat Pemberitahuan Masa PPN disampaikan.
8. PPnBm ini dipungut oleh Pemungut PPN ,harus disetor paling lama tgl 15 bulan
berikutnya setelah masa pajak berakhir.
9. PPh Pasal 25 ini dimana yang dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) melaporkan
beberapa pajak,harus dibayar paling lama akhir masa perpajakan dan sesuai
dengan batas waktu masing-masing jenis pajak.
b. Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan,
Putusan Banding, serta Putusan Peninjauaan Kembali,yang menyebabkan pajak yang kurang
dibayar bertambah dan harus dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan sejak tgl diterbitkan.
c. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang dan PPh harus dilunasi sebelum SP PPh
disampaikan.

2.2.5 Tata cara Menunda/Mengangsur Pembayaran atas Ketetapan Pajak.


Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis untuk mengangsur/menunda
pembayaran. Permohonan diajukan paling lama 9 hari kerja sebelum jatuh tempo pembayaran
utang pajak berakhir disertai alas an dan jumlah yang dimohon diangsur/ditunda. Apabila
batas waktu 9 hari tersebut tidak dipenuhi, maka permohonan masih dapat dipertimbangkan
lagi oleh Direktur Jendral Pajak.

Direktur menerbitkan surat keputusan atas permohonaan berupa menerima/menolak. Surat


Keputusan diterbitkan paling lama 7 hari kerja setelah tgl diterimanya permohonan. Apabila
jangka waktu tersebut telah lewat,Direktur tidak memberikan suatu keputusan maka
permohonan tersebut dianggap diterima.Jangka waktu angsuran/penundaan ttidak melebihi
12 bulan dengan mempertimbangkan kesulitan likuiditas/keadaan diluar kekuasaan wajib
pajak dan tidak dapat diperpanjang lagi.

2.3 E-filing

2.3.1 Definisi E-filing


E-filing adalah penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) dalam bentuk elektronika (e-SPT)
oleh wajib pajak ke Direktorat Jenderal Pajak melalui media elektronik dengan
memanfaatkan jalur komunikasi internet, secara online real time.
E-SPT ialah Surat Pemberitahuan Masa atau Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang
berbentuk formulir elektronik (CD) yang merupakan pengganti lembar manual SPT. E-SPT
ini tersedia untuk berbagai jenis laporan dan dapat diperoleh di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) dimana wajib pajak terdaftar atau dibeli melalui layanan pajak.

2.3.2 Prosedur Penggunaan E-Filing Sebagai Aplikasi Pajak Online


Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan oleh wajib pajak untuk melakukan e-Filing :
Langkah Pertama : Mengajukan Permohonan
1) Mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
tempat Wajib Pajak terdaftar sesuai dengan contoh surat permohonan, dengan melampirkan :
a. Fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak atau Surat Keterangan Terdaftar
b. Dalam dalam hal Pengusaha Kena Pajak disertai dengan fotokopi Surat Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak
2) Permohonan sebagaimana dimaksud diatas dapat disetujui apabila,
a. Alamat yang tercantum pada permohonan sama dengan alamat dalam database (master
file) Wajib Pajak di Direktorat Jenderal Pajak.
b. Bagi Wajib Pajak yang telah mempunyai kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan,
telah menyampaikan,
- Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau Badan untuk Tahun
Pajak terakhir.
- Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk Tahun Pajak terakhir
- Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai untuk 6 (enam) Masa Pajak terakhir
3) Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus memberikan keputusan atas permohonan yang
diajukan oleh Wajib Pajak untuk memperoleh Electronic Filing Identification Number (e-
FIN) paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap.

Langkah Kedua : Registrasi


1) Wajib Pajak yang sudah mendapatkan Electronic Filing Identification Number (eFIN) dari
Kantor Pelayanan Pajak mendaftarkan diri melalui website
https://efiling.layananpajak.com/registrasiwp/
2) Setelah Wajib Pajak mendaftarkan diri, Layanan Pajak akan memberikan:
a. User ID dan Password
b. Aplikasi e-SPT beserta petunjuk penggunaan dan informasi lainnya, sesuai dengan jenis-
jenis pajak yang diperlukan
c. Sertifikat digital (digital certificate) yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Pajak
berdasarkan Electronic Filing Identification Number (e-FIN) yang didaftarkan oleh Wajib
Pajak.
3) Sertifikat Digital (Digital Certificate) tersebut akan ter-install secara otomatis ke dalam
komputer yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan registrasi, yang antara lain
berfungsi untuk,
a. Keamanan dengan melakukan pengacakan data e-SPT (encryption).
b. Otentifikasi pengirim data e-SPT.
c. Menjamin integritas data e-SPT.
d. Mencegah penyangkalan (non-repudiation)

Langkah Ketiga : E-Filing


1) Wajib Pajak dapat mempersiapkan dan melakukan pengisian SPT secara off-line melalui
aplikasi e-SPT yang telah diberikan.
2) Setelah data terisi lengkap, penyampaian laporan (e-Filing) dilakukan secara on-line
melalui https://efiling.layananpajak.com/registrasiwp/

Proses e-filing secara lengkap adalah sebagai berikut:


1) Direktorat Jenderal Pajak akan memberikan Bukti Penerimaan secara elektronik yang
dibubuhkan pada bagian bawah Induk Surat Pemberitahuan (e-SPT) yang telah diterima oleh
Direktorat Jenderal Pajak secara benar dan lengkap.
2) Bukti penerimaan secara elektronik berisi informasi yang meliputi; Nomor Pokok Wajib
Pajak, Tanggal dan Jam, Nomor Transaksi Penyampaian Surat Pemberitahuan (NTPS), dan
Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA).
3) Surat Pemberitahuan yang disampaikan secara elektronik pada akhir batas waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan yang jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat
waktu.
4) Wajib Pajak mencetak, menandatangani, dan menyampaikan induk Surat Pemberitahuan
beserta Surat Setoran Pajak (apbila ada) dan dokumen lainnya yang wajib dilampirkan ke
kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar secara langsung atau melalui pos secara
tercatat, paling lambat;
a. 14 (empat belas) hari sejak batas terakhir palaporan Surat Pemberitahuan disampaikan
sebelum batas akhir penyampaian.
b. 14 (empat belas) hari sejak tanggal penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik
dalam hal Surat Pemberitahuan disampaikan setelah lewat batas akhir penyampaian.
5) Apabila kewajiban menyampaikan induk Surat Pemberitahuan beserta Surat Setoran Pajak
(apabila ada) dan dokumen lainnya yang wajib dilampirkan, disampaikan melalui pos secara
tercatat, maka tanggal penerimaan induk Surat Pemberitahuan beserta lampirannya adalah
tanggal yang tercantum pada bukti pengiriman surat.
6) Dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan induk Surat Pemberitahuan beserta lampiran
yang dipersyaratkan dalam janka waktu sebagaimana dimaksud di atas maka Wajib Pajak
dianggap tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan.
7) Layanan Pajak memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa Surat Pemberitahuan
beserta lampirannya yang disampaikna secara elektronik dijamin kerahasiaannya, diterima di
Direktorat Jenderal Pajak secara lengkap dan real time serta diakui oleh Wajib Pajak dan
Direktorat Jenderal Pajak.

2.3.3 Manfaat E-Filing Bagi Wajib Pajak dan Pemerintah


Adapun manfaat dari e-filing bagi Wajib Pajak yaitu:
1) Pelaporan atau penyampaian SPT dapat dilakukan setiap saat tanpa mengenal hari libur
(24 jam dalam sehari, 7 hari seminggu)
2) Kesalahan input data dapat dengan mudah direvisi pada saat pengisian data pada formulir
e-SPT, tanpa harus menghapus atau mengganti kertas lembar SPT.
3) Mengurangi biaya cetak lembar isian SPT.
4) Penyederhanaan proses, dimana pelaporan SPT tidak perlu dilakukan dengan mendatangi
dan mengikuti antrian di Kantor Pelayanan Pajak.
5) Konfirmasi dari Direktorat Jenderal Pajak atas penerimaan laporan pajak (SPT) dapat
diperoleh saat itu juga (real time), setelah data-data yang dikirim telah benar dan lengkap.
6) Sentralisasi Penyampaian SPT PPN bagi Wajib Pajak Badan yang memiliki beberapa
kantor cabang dapat dilakukan sehingga dapat mempermudah konsilidasi pelaporan pajak
antar cabang.
Sedangkan manfaat e-filing bagi pemerintah adalah dapat dengan mudah memprediksi
penerimaan pajak yang dapat menjadi pemasukan bagi kas negara secara cepat.

2.3.4 Kelemahan E-Filing


Pada dasarnya e-filing hanyalah sebatas proses penyampaian SPT, menggantikan proses
manual yang selama ini dilakukan ke proses digital dengan media elektronik. Proses
penyusunan data, penghitungan, dan persiapan laporan SPT tetap dilakukan seperti yang
selama ini telah dijalankan oleh masing-masing Wajib Pajak. Hardware maupun software e-
filing tidak terkoneksi dengan perangkat back-office (sistem akuntansi) yang dimiliki oleh
Wajib Pajak.

2.3.5 Jaminan Keamanan E-Filing


Data e-SPT yang terkirim melalui jaringan internet dari Wajib Pajak mengalami proses acak
(encryption) sehingga sistem komputer Direktorat Jenderal Pajak yang hanya dapat
menerjemahkan data acak tersebut. Verifikasi juga dilakukan untuk memastikan bahwa data
yang diterima oleh Direktorat Jenderal Pajak tidak mengalami perubahan dari data asli yang
dikirim oleh Wajib Pajak. Sebagai media penyampaian e-SPT, Layanan Pajak tidak
menyimpan data e-SPT yang dikirim oleh Wajib Pajak sehingga kerahasiaan data terjamin.
3 BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
1. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak
dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
2. Dasar hukum SPT sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak, Undang-undang KUP dan
Keputusan dari Menteri Keuangan.
3. Fungsi SPTditujukan pada 3 subjek, yaitu Wajib Pajak PPh, Pengusaha Kena
Pajak danPemotong/Pemungut Pajak.
4. Tata cara pelaporan/penyampaian SPT menyangkut dengan Ketentuan Tentang
Penyampaian SPT dan Penyampaian SPT melalui Elekttronik (e-SPT) yang dalam
hal ini penyampaian SPT melalui elektronik (e-SPT) dapat dilakukan dengan Secara
langsung, Melalui Pos dengan Bukti Pengiriman Surat ke KPP tempat WP terdaftar,
Melalui Perusahaan Jasa Ekspedisi atau Kurir dengan Bukti Pengiriman ke KPP tempat
WP terdaftar dan juga E-Filling melalui website DJP (www.pajak.go.id) atau jasa
Penyedia ASP.
5. Jenis SPT ada dua macam, yaitu SPT Tahunan dan SPT Masa.
6. Dalam SPT dikenal dua bentuk SPT yaitu Formulir Kertas (hardcopy) dan e-SPT.
7. Adapun sanksi dalam pelaksanaan SPT adalah Surat teguran atas SPT yang tidak
disampaikan, Sanksi administrasi berupa denda, Sanksi administrasi berupa kenaikan,
Sanksi pidana kurungan dan Sanksi pidana penjara.

B. SARAN
Berdasarkan Uraian diatas, maka yang dapat kami sarankan adalah :
1. Sebaikanya dilakukan sosialisasi yang lebih efektif dalam hal pemberitahuan karena tidak
sedikit juga WP yang tidak mengetahui tentang SPT tersebut.
2. Menyiapkan Drop Box lebih banyak lagi pada tempat-tempat umum yang strategis beserta
petugas penerima dan penelitiannya untuk memudahkan penyampaian dan sebagai bentuk
pelayanan kepada WP.

Anda mungkin juga menyukai