Anda di halaman 1dari 6

Bab 1

Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pada era modern saat ini setiap individu memiliki hak untuk
berekspresi karena itu merupakan bagian dari hak azazi manusia. Namun
terkadang individu dihadapkan oleh suatu aturan dan norma yang membatasi
ruang, gerak dan langkah untuk melakukan kehendaknya. Hal tersebut
merupakan suatu kewajaran karena individu memiliki suatu sifat yang
terkadang dapat melanggar aturan dan norma tersebut baik secara sadar
maupun tidak yang dapat merugikan manusia lain tanpa mereka tahu
sehingga moral mereka menjadi suatu tolak ukur individu lain meberikan
lebeling pada individu tersebut, mengapa demikian karena bila tidak di atur
dalam aturan yang berlaku maka manuasia tersebut akan selalu merugikan
orang lain, oleh sebab itu pola perilaku moral menjadi sentral dalam ranah
etika dan hukum baik dalam masyarakat dan warga negara. Moral itu
merupakan ilmu pengetahuan begitu juga sebaliknya sehingganya seseorang
yang memiliki ilmu pengetahuan yang baik sejalan dengan moral yang baik
pula. Dalam dunia keperawatan saat ini ha yang menjadi tantangan bagi
tenaga keperawatan saat ini yaitu bagaimana perawat itu bisa respect to
other, memiliki empati, intimacy dan advocacy berkaitan dengan kode etik
profesi keperawatan. Menurut teori patricia benners bahwa seorang perawat
harus menanamkan dalam dirinya sebuah konsep caring yang memiliki
etika/moral, karena untuk mempelajari moral didalam keperawatan berarti
harus belajar bagaimana moral tersebut menjadi dasar dari situasi yang nyata.
Dalam pemberian asuhan keperawatan seorang perawat terus ditantang
membuat keputusan dengan tujuan untuk memberikan “good care”. Dalam
Membuat dan melakukan keputusan ini tidak hanya memerlukan kompetensi
klinis tetapi juga kompetensi etis yang melibatkan lebih dari pemahaman
teori etika (Cannaerts, Gastmans, & Dierckx de Casterlé, 2014). Berbicara
mengenai etika keperawatan, bahwa telah difokuskan terutama pada
pengetahuan pengajaran dan keterampilan untuk menganalisis dan
memecahkan dilema etika yang dihadapi oleh perawat dalam praktek sehari-
hari mereka; kesemuanya itu telah didasarkan pada pendekatan deontologis
seperti kode etik, prinsip-prinsip etika, dan obligations (Park, Kjervik,
Crandell, & Oermann, 2012).
Perilaku moral individu sendiri merupakan suatu perilaku yang
mengikuti kode moral yang berupa adat kebiasaan atau tradisi kelompok
masyarakat tertentu. Masyarakat dapat menempatkan suatu perilaku moral
dalam struktur budayanya pada tempat yang tinggi dengan melihat norma-
norma yang berlaku pada masyarakat itu. Norma tidak dalam bentuk tulisan
tetapi biasanya dalam bentuk adat kebiasaan turun temurun, seperti Kejadian-
kejadian yang berupa pelanggaran dalam masyarakat yang dilakukan oleh
individu dalam masyarakat tersebut, bisa dikatakan akan mendapatkan sangsi
berupa kebiasaan adat yang diyakini seperti dikucilkan dari masyarakat atau
bahkan dikeluarkan dari kelompok masyarakat tersebut. Hal tersebut di atas
berlaku juga bagi pelayanan keperawatan saat ini yang terus mengedepankan
kebiasaan-kebiasaan yang sudah terjadi selama ini tanpa melihat kode etik
profesi keperawatan saat ini sehingga belakangan ini banyak terjadi
pelanggaran moral yang di lakukan perawat baik itu terhadap pasien maupun
terhadap teman sejawat. Berdasarkan uraian di atas kelompok akan
membahas teori yang di kemukakan oleh Lawrence Kohlberg mengenai
tahap perkembangan moral terlebih khusus pada pelayanan keperawatan
apakah tahap perkembangan moral tersebut masih berlaku di era modern saat
ini atau tidak.
1.2. Tujuan Penulisan
Menganalisis Tokoh etik dalam hal ini Lawrence Kohlberg tentang Moral
Development dikaitakan dengan kondisi saat ini di Indonesia.
1.3. Sistematis Penulisan
Bab 1. Pendahuluan
Bab 2. Tinjauan Pustaka
Bab 3. Pembahasan
Bab 4. Penutup
Daftar Pustaka
BAB 3

3.1 Gambaran Moral Development Dihubungkan Dengan Kondisi Saat Ini

Tahapan moral Kohlberg telah mengalami perubahan apabila diaplikasikan pada


keadaan saat ini dimana perkembangan teknologi dan perkembangan jaman. Banyak
faktor yang mempengaruhi pergeseran moral masyarakat saat ini diantaranya adalah
karena desakan ekonomi. Kondisi ekonomi dengan sadar dapat merubah nilai-nilai
moral yang dianut oleh seseorang terhadap peraturan atau norma yang ada.
Ingebrigsten & Jakobseen (2009) menyatakan dalam analisisnya mengenai
bagaimana manusia disetiap tingkatan moral Kohlberg menghadapi masalah
ekonomi. Seseorang dengan tingkatan moral keenam Kohlberg akan mampu
bersinergi dengan masalah sosial ekonomi yang mendesak.
Namun pada kenyataannya di Indonesia masalah moral jika dihadapkan dengan
permasalahan ekonomi belum mencapai tingkatan moral Kohlberg keenam,
masyarakat umumnya hanya mampu mencapai tahapan moral kedua. Secara
psikologis keadaan ekonomi mempengaruhi keadaan jiwa yang meyakini adanya
aturan untuk berlaku sesuai dengan norma di masyarakat. Hal ini yang menciptakan
hubungan pengambilan keputusan dengan moral individu (Kem, 2003). Masyarakat
lebih memilih untuk melakukan hal yang dianggap dapat membantu keadaan
ekonomi individu dibandingkan dengan menaati aturan yang ada di masyarakat dan
negara.
Melihat kasus yang ada, beberapa negara memiliki aturan yang berbeda dalam
menangani masalah terkait moral. Internationan Council for Nurse (2005) tentang
kode etik keperawatan memiliki beberapa elemen penting yang harus diperhatikan.
Pertama hubungan perawat dengan manuasia, kedua hubungan perawat dengan
praktek keperawatan, ketiga hubungan perawat dengan profesi keperawatan dan
keempat hubungan perawat dengan tenaga kesehatan lain. Secara tidak langsung,
terdapat keterkaitan antara moral perawat dalam kasus yang dianalisis dengan moral
bagaimana seharusnya perawat menjaga perilaku. Hal ini dikarenakan dapat
meningkatkan citra diri dan profesi dimasyarakat. Penjualan obat herbal secara ilegal
di rumah sakit merupakan bentuk pelanggaran etik dan terjadi pada tahapan moral
kedua menurut Kohlberg.

Cannaerts, N., Gastmans, C., & Dierckx de Casterlé, B. (2014). Contribution of ethics
education to the ethical competence of nursing students: educators’ and students’
perceptions. Nursing Ethics, 21(8), 861–78.
http://doi.org/10.1177/0969733014523166
Ingebrigtsen, S., & Jakobsen, O. (2009). Moral development of the economic actor.
Ecological Economics, 68(11), 2777–2784.
http://doi.org/10.1016/j.ecolecon.2009.04.002
Kem, J. david. (2003). Ethics in Times of Transition: Public Ethics and Moral
Reasoning in Russia, Poland and the United States.
Park, M., Kjervik, D., Crandell, J., & Oermann, M. H. (2012). The relationship of
ethics education to moral sensitivity and moral reasoning skills of nursing
students. Nursing Ethics, 19(4), 568–580.
http://doi.org/10.1177/0969733011433922
http://www.icn.ch

Anda mungkin juga menyukai