manya Dani Putra Nanda, Adek begitulah orangtuanya memanggilnya. Dia merupakan anak satu-
satunya dari keluarga itu, semenjak kecil kedua orangtuanya telah mengajarkan benih-benih
kebaikan agama Islam kepadanya. Menginjak masa remaja, Dani mulai kekurangan kasih sayang
dari orangtuanya, Dani selalu berkata di dalam hati, “Bongkahan emas berlian tak ada gunanya
kalau melupakan anak sendiri.” dia sering iri kepada anak-anak lain, apalagi saat dia melihat
anak-anak itu bisa bercanda dan berbahagia bersama keluarga mereka. Sejak kecil, Dani sangat
terobsesi untuk menjadi seorang jurnalis, namun sekarang Dani merasa kesulitan dan sangat
membutuhkan semangat, tetapi dia tak mendapatkannya sebagai seorang anak broken home, dan
akhirnya membuatnya tinggal kelas. Sore harinya selepas melaksanakan salat Ashar, tiba-tiba
seorang bapak-bapak menghampirinya di depan masjid.
Bapak itu terus membimbing Dani hingga akhirnya tulisan-tulisannya dibaca banyak orang dan
menjadi penulis terkenal. Hingga suatu hari buku itu dibaca oleh kedua orangtuanya, mereka
sangat sedih dan mereka sadar bahwa mereka sudah sangat acuh kepada Dani. Mereka pun
meminta maaf kepada Dani dan setelah itu Dani memaafkan dan mereka hidup bahagia, seperti
masa kecil yang selalu dirindukannya.