Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hipertiroid atau disebut juga tirotoksikosis merupakan suatu
ketidakseimbangan metabolisme yang terjadi karena produksi yang
berlebihan hormone tiroid. Bentuk yang paling umum adalah graves, yang
meningkatkan produksi hormone tiroksin (T4), membuat kelenjar tiroid
membesar (goiter; Gondok) dan menyebabkan perubahan system yang
multiple.
Insidensi hipertiroid paling tinggi pada wanita berusia antara 30
dan 60 tahun, khususnya wanita dengan riwayat kelainan tiroid dalam
keluarga; hanya 5% pasien berusia di bawah 15 tahun.
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit
graves,suatu penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-
sel untuk menghasilkan hormone yang berlebihan. Penyebab hipertiroid
lainnya yang jarang selain penyakit graves adalah : toksisitas pada strauma
multinudular, adenoma folikular fungsional ,atau karsinoma(jarang),
adema hipofisis penyekresi-torotropin (hipertiroid hipofisis), tumor sel
benih,missal karsinoma (yang kadang dapat menghasilkan bahan mirip-
TSH) atau teratoma (yang mengandung jarian tiroid fungsional), tiroiditis
(baik tipe subkutan maupun hashimato)yang keduanya dapat berhubungan
dengan hipertiroid sementara pada fase awal.
Pengobatan hipertiroid bertujuan untuk membatasi produksi
hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi hormone
tiroid (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif,
tiroidektomi subtotal)

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada hipertiroid ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

1
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang
hipertiroid serta mendapatkan gambaran teori dan Asuhan
Keperawatan pada klien hipertiroid

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi hipertiroid
2. Untuk mengetahui definisi hipertiroid
3. Untuk mengetahui etiologi hipertiroid
4. Untuk mengetahui patofisiologi hipertiroid
5. Untuk mengetahui WOC hipertiroid
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis hipertiroid
7. Untuk mengetahui komplikasi hipertiroid
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic hipertiroid
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan hipertiroid
10. Untuk mengetahui prinsip etika keperawatan pada hipertiroid
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hipertiroid

1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi pada mahasiswa tentang hipertiroid
serta berbagai hal lain yang berhubungan dengan penyakit ini.
2. Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit hipertiroid.
3. Sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang ingin
melakukan penelitian atau hal lain yang ada kaitannya dengan
penyakit hipertiroid.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi


Mekanisme yang berjalan di dalam tubuh manusia diatur oleh dua
sistem pengatur utama, yaitu: sistem saraf dan sistem hormonal atau
sistem endokrin (Guyton & Hall: 1159). Pada umumnya, sistem saraf ini
mengatur aktivitas tubuh yang cepat, misalnya kontraksi otot, perubahan
viseral yang berlangsung dengan cepat, dan bahkan juga kecepatan sekresi
beberapa kelenjar endokrin (Guyton & Hall: 703).
Sedangkan, sistem hormonal terutama berkaitan dengan
pengaturan berbagai fungsi metabolisme tubuh, seperti pengaturan
kecepatan rekasi kimia di dalam sel atau pengangkutan bahan-bahan
melewati membran sel atau aspek lain dari metabolisme sel seperti
pertumbuhan dan sekresi (Guyton & Hall:1159). Hormon tersebut
dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut sistem
endokrin.

Salah satu kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan


dalam metabolisme tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Dalam
pembentukan hormon tiroid tersebut dibutuhkan persediaan unsur yodium
yang cukup dan berkesinambungan. Penurunan total sekresi tiroid
biasanya menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme basal kira-kira
40 sampai 50 persen di bawah normal, dan bila kelebihan sekresi hormon
tiroid sangat hebat dapat menyebabkan naiknya kecepatan metabolisme

3
basal sampai setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal. Keadaan ini
dapat timbul secara spontan maupun sebagai akibat pemasukan hormon
tiroid yang berlebihan
Tiroksin dan triiodotironin berfungsi meningkatkan kecepatan
reaksi kimia dalam hampir semua sel tubuh, jadi meningkatkan tingkat
metabolisme tubuh umum. Kalsitonin berfungsi memacu pengendapan
kalsium di dalam tulang sehingga menurunkan konsentrasi tingkat
metabolisme tubuh umum. Fungsi Hormon-hormon tiroid yang lain
(Saputro, 2011) :
1. Memegang peranan penting dalam peetumbuhan fetus khususnya

pertumbuhan saraf dan tulang


2. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
3. Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah
kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung
4. Merangsang pembentukan sel darah merah
5. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan sebagai kompensasi
tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolism.
6. Bereaksi sebagai antagonis kalsium.

2.2 Definisi
Hipertiroid atau disebut juga tirotoksikosis merupakan suatu
ketidakseimbangan metabolism yang terjadi karena produksi yang
berlebihan hormone tiroid (Kowalak, 2011).
Hipertiroid adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap
pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Bentuk yang umum
dari masalah ini adalah penyakit graves,sedangkan bentuk yang lain adalah
toksik adenoma , tumor kelenjar hipofisis yang menimbulkan sekresi TSH
meningkat,tiroditis subkutan dan berbagai bentuk kenker tiroid (Tiara,
2008)
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang
merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes,
2000)

4
Hipertiroidisme merupakan kelainan endokrin yang dapat dicegah,
seperti kebanyakan kondisi tiroid, kelainan ini merupakan kelainan yang
sangat menonjol pada wanita. Kelainan ini menyerang wanita empat kali
lebih banyak daripada pada pria, terutama wanita muda yang berusia
antara 20 dan 40 tahun. Disini dapat dikarenakan karena dari proses
menstruasi, kehamilan dan menyusui itu sendiri menyebabkan
hipermetabolisme sebagai akibat peningkatan kerja daripada hormone
tiroid .(Hotma R, 2006).

2.3 Etiologi
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves,
suatu penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk
menghasilkan hormone yang berlebihan. Penyebab hipertiroid lainnya
yang jarang selain penyakit graves adalah (Tiara, 2008) :
1. Adenoma folikular fungsional ,atau karsinoma(jarang),
2. Tumor kelenjar hipofise, misal karsinoma (yang kadang dapat
menghasilkan bahan mirip-TSH) atau teratoma (yang mengandung
jaringan tiroid fungsional)
3. Tiroiditis (baik tipe subkutan maupun hashimato) yang keduanya dapat
berhubungan dengan hipertiroid sementara pada fase awal.
4. Konsumsi iodium berlebih. Kelenjar tiroid memakai yodium untuk
membuat hormon tiroid, bila konsumsi yodium berlebihan bisa
menimbulkan hipertiroid. Kelainan ini biasanya timbul apabila
sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar
tiroidiodarone (cordarone), suatu obat yang digunakan untuk gangguan
irama jantung, juga mengandung banyak yodium dan bisa
menimbulkan gangguan tiroid.

5
Tirotoksitosis dapat terjadi karena factor genetic dan imunologi,
yang meliputi (Kowalak, 2011) :
1. Peningkatan insidensi kehamilan kembar monozigot, yang
menunjukkan adanya factor herediter, kemungkinan gen autosom
resesif
2. Koeksistensi yang terjadi kadang-kadang bersama kelainan endokrin
lain, seperti diabetes mellitus tipe I, tiroiditis dan hiperparatiroidisme
3. Defek pada fungsi limfosit-T supresor, yang memungkinkan produksi
autoantibody (immunoglobulin yang menstimulasi tiroid dan
immunoglobulin yang menghambat peningkatan-tyroid-stimulating
hormone, TSH)
4. Tirotoksitosis klinis yang dipicu oleh asupan yodium yang berlebihan
dan makanan atau mungkin pula stress (pasien dengan penyakit laten)
5. Obat-obatan, seperti litium dan amiodaron
6. Tumor atau nodul yang toksik

2.4 Pathofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter
toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid
membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normal,disertai dengan banyak
hyperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke salam folikel, sehingga
jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga,setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali
lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena
ada sesuatu yang “menyerupai” TSH. Biasanya bahan-bahan ini adalah
antibody immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin), yang berkaitan dengan reseptor yang mengikat TSH.
Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP (cyclic AMP or 3'-5'-
cyclic adenosine monophosphate) dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada
kelenjar tiroid,yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam.Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan
oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar
hipofisis anterior.

6
Dimana ada peningkatan produksi T3 dan T4 mengakibatkan
peningkatan pembentukan limfosit oleh karena efek dari autoimun yang
akan mengilfiltrasi kejaringan orbita dan otot mata sehingga terjadi edema
jaringan retro orbita mengakibatkan eksoftalmus. Pada beberapa keadaan
dapat menjadi sangat parah sehingga protusi bola mata dapat menarik saraf
optik sehingga mengganggu penglihatan penderita. Yang lebih sering yaitu
kerusakan pada kelopak mata yang menjadi sulit menutup sempurna pada
waktu penderita berkedip atau tidur akibatnya permukaan epitel mata
menjadi kering dan mudah mengalami iritasi dan seringkali terinfeksi
sehingga timbul luka pada kornea penderita.
Peningkatan produksi T3 dan T4 juga mengakibatkan aktivitas
simpatis berlebih, adanya peningkatan aktivitas medula spinalis yang akan
menyebabkan gangguan pengeluaran tonus otot sehingga menimbulkan
tremor halus. Peningkatan kecepatan serebrasi mengakibatkan gelisah,
apatis, paranoid, dan ansietas

Selain itu dapat mengakibatkan hipermetabolisme yang


berpengaruh pada peningkatan sekresi getah pencernaan dan peningkatan
peristaltik saluran cerna dimana salah satunya akan ada peningkatan nafsu
makan dan juga timbulnya diare. Bila terjadi peningkatan metabolisme
KH dan lemak mengakibatkan proses oksidasi dalam tubuh meningkat
yang akan meningkatkan produksi panas ditandai dengan berkeringat dan
tidak tahan panas dan penurunan cadangan energi mengakibatkan
kelelahan dan penurunan berat badan. Karena hipermetabolisme sehingga
penggunaan O2 lebih cepat dari normal dan adanya peningkatan CO 2
menyebabkan peningkatan kecepatan nafas sehingga terjadi sesak nafas.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan


hormon hingga diluar batas,sehingga untuk memenuhi pesanan
tersebut,sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien
yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat
hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang

7
menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan
tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot
sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot
yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita
mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardia atau
diatas normal juga merupakan salah satu efek hormone tiroid pada system
kardiovaskular. (Trinoval, 2011)

8
Tumor kelenjar
2.5 WOC hipofise
Adenoma
folikuler
Hipofise anterior
hiperplasia
Penyakit TSI ↑
graves
Jumlah sel TSH ↓
Faktor bertambah
Antibodi herediter
Konsumsi Tiroksin imunoglobulin
merangsang sel-sel
↑ kecepatan yodium > akibat
Gen autosom sekresi tiroid obat-obatan Merangsang
Hormon tiroid ↑ resesif aktivasi cAMP

HIPERTIROID

Efek Efek Efek Efek Efek sistem


metabolik kalorigenik kardiovaskuler simtomimetik saraf

9
Hipermetabolisme ↑ metabolisme ↑ kebutuhan T4 & T3 ↑ T4 & T3 ↑
4 3 4 3
KH dan Lemak energi
↑ sekresi getah Aktivitas Pembentukan
pencernaan simpatis >
Proses oksidasi ↑ ↑ beban kerja limfosit ↑
jantung
↑ peristaltik ↑aktivitas
↑ Produksi panas Ilfiltrasi
sel cerna Risiko Curah medula spinalis
jaringan orbita
jantung ↓ dan otot mata
Diare. Intoleransi panas
G3n pengeluaran
kelelahan tonus otot Edema jaringan
Perubahan nutrisi berkeringat retro orbita
< kebutuhan Tremor,
Intoleransi
aktivitas gelisah, panik
Gangguan
kenyamanan Kebutuhan O2 ↑ Bola mata
2
menonjol
Ansietas
Risiko Sesak nafas
Hipertermia eksoftalmus
Risiko perubahan
pola nafas Gangguan body
image

10
2.6 Manifestasi Klinis

Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula


pada orang usia lanjut, lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering
tidak tampak. Tergantung pada beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa
ringan sampai berat. Keluhan yang sering timbul antara lain adalah (Tiara,
2008) :

1. Kecemasan,ansietas,insomnia,dan tremor halus


2. Penurunan berat badan walaupun nafsu makan baik

3. Intoleransi panas dan banyak keringat

4. Papitasi,takikardi,aritmia jantung,dan gagal jantung,yang dapat terjadi


akibat efek tiroksin pada sel-sel miokardium

5. Kelemahan otot,terutama pada lingkar anggota gerak ( miopati


proksimal)

6. Osteoporosis disertai nyeri tulang

Tanda dan gejala lain yang sering dijumpai, mengingat


tirotoksikosis pada dasarnya memberikan pengaruh yang besar pada semua
system tubuh yang lain, meliputi (Kowalak, 2011) :

1. Kesulitan berkonsentrasi karena fungsi serebral mengalami akselerasi;


eksitabilitas atau sering gugup, yang disebabkan oleh peningkatan
BMR (basal metabolic rate) dari T4; tremor halus, tulisan tangan yang
gemetar dan gerakan yang canggung akibat peningkatan aktivitas pada
daerah medulla spinalis yang mengontrol tonus otot
2. Kulit yang basah, halus, hangat, dan mengalami flushing (pasien selalu
tidur tanpa selimut dan hanya mengenakan sedikit pakaian); kuku yang
rapuh; bercak-bercak rambut yang menjadi putih sebelum waktunya
dan bertambahnya kerontokan rambut pada pasien laki-laki maupun
wanita

11
3. Peningkatan frekuensi pernapasan, rasa sesak pada saat melakukan
aktivitas fisik dan beristirahat yang mungkin terjadi karena
dekompensasi jantung serta peningkatan penggunaan oksigen oleh sel
(system respiratorius)

4. Asupan oral yang berlebihan disertai penurunan berat badan; mual dan
muntah akibat peningkatan motilitas GI serta peristaltis; peningkatan
defekasi; feses yang lembek atau pada penyakit yang berat, diare;
pembesaran hati

5. Mata : periorbital puffiness, lakrimasi meningkat dan grittiness of eyes,


kemosis ( odema konjungtiva), proptosis, ulserasi kornea,
oftalmoplegia, diplopia, edema papil, penglihatan kabur.

2.7 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi :
1. Muscle wasting (pelisutan otot), atrofi otot, dan paralisis
2. Kehilangan penglihatan mata diplopia
3. Gagal jantung, aritmia
4. Hipoparatiroidisme sesudah operasi pengangkatan tiroid
5. Hipotiroidisme sesudah terapi radioiodine (Kowalak, 2011)

Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah


krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan
pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan
kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis.
Akibatnya adalah pelepasan hipertiroid dalam jumlah yang sangat besar

12
yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106ºF),
dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.

Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid,


oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada
pengobatan dengan obat antitiroid. Hipertiroid yang terjadi pada anak-
anak juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu:

1. Tes ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur


kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida.
Pasien menerima dosis RAI yang akan ditangkap oleh tiroid dan
dipekatkan setelah melewati 24 jam. Kemudian radioaktivitas yang ada
pada kelenjar tiroid tersebut dihitung. Normalnya, jumlah radioaktif
yang diambil berkisar dari 10% hingga 35% dari dosis pemberian.
Pada hipertiroidisme nilainya tinggi dan akan rendah bila kelenjar
tiroid diekan (Price, 2006).

2. T3 dan T4 serum : meningkat

3. T3 dan T4 bebas serum : meningkat

4. TSH: tertekan dan tidak berespon pada TRH ( tiroid releasing hormon)

5. Tiroglobulin : meningkat

6. Stimulasi tiroid 131 : dikatakan hipertiroid jika TRH daritidak ada


sampai meningkat setelah pemberian TRH

7. Ambilan tiroid 131 : meningkat Ikatan protein sodium : meningkat

8. Gula darah : meningkat ( kerusakan adrenal)

9. Kortisol plasma : turun ( menurunnya pengeluaran oleh adrenal)

13
10. Pemerksaan fungsi hepar : abnormal

11. Elektrolit : hponatremi akibat respon adrenal atau efe delusi terapi
cairan, hipokalemia akibat dari deuresis dan kehilangan dari GI

12. Kateklamin serum : menurun

13. kreatinin urin : meningkat

14. EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek kardiomegali


(Trinoval , 2011)

2.9 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi
hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat
antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi
subtotal).
2.9.1 Konservatif
1. Obat antitiroid
Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis
berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.Contoh obat
adalah sebagai berikut :
a. Thioamide
b. Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
c. Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis
maksimal 2.000 mg/hari
d. Potassium Iodide
e. Sodium Ipodate
f. Anion Inhibitor
2. Beta-adrenergic reseptor antagonist
Obat ini adalah untuk mengurangi gejalagejala hipotiroidisme.
Contoh: Propanolol
Indikasi :
a. Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi
pada pasien muda dengan struma ringan –sedang dan
tiroktosikosis
b. Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum
pengobatan atau sesudah pengobatan yodium radioaktif
c. Persiapan tiroidektomi
d. Pasien hamil, usia lanjut

14
e. Krisis tiroid
Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara
menunggu pasien menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu
pemberian anti tiroid. Propanolol dosis 40-200 mg dalam 4
dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8 minggu.
Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau
gejala dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah
tercapai eutiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya dan
dipertahankan dosis terkecil yang masih memberikan keadaan
eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan
dihentikan , dan di nilai apakah tejadi remisi. Dikatakan remisi
apabila setelah 1 tahun obat antitiroid di hentikan, pasien masih
dalam keadaan eutiroid, walaupun kemidian hari dapat tetap
eutiroid atau terjadi kolaps.

2.9.2 surgical

1. Radioaktif iodine. Tindakan ini adalah untuk memusnahkan


kelenjar tiroid yang hiperaktif

2. Tiroidektomi. Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat


kelenjar tiroid yang membesar. (Saputro, 2011)

15
Penanganan kedaruratan terhadap thyroid storm meliputi :

1. Pemberian obat antitiroid untuk menghentikan konversi T4 menjadi T3


dan untuk menyekat efek simpatik, pemberian kortikosteroid untuk
menghambat konversi T4 menjadi T3 dan pemberian yodida untuk
menyekat pelepasan hormone tiroid
2. Tindakan suportif, termasuk pemberian nutrient, vitamin, cairan,
oksigen, selimut hipotermia, dan sedative

2.10 Prinsip Etika Keperawatan


Etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara
sistematis dan dirancang untuk melihat apa yang harus dikerjakan, apa
yang harus dipertimbangkan sebelum tindakan tersebut dilakukan, dan ini
menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar atau salah secara moral.
Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan
keperawatan yaitu :
1. Otonomi (penentu pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk
mengambil keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi
berarti perawat menyadari keunikan induvidu secara holistik.
2. Beneficience (do good)
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban
untuk melakukan dengan baik, yaitu mengimplemtasikan tindakan
yang mengutungkan klien dan keluarga.
3. Justice (perlakuan adil)
Perawat hendaknya mengambil keputusan dengan menggunakan rasa
keadilan.
4. Non maleficience (do no harm)
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak
menyebabkan bahaya bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar
sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan
sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan bahaya yang tidak
disengaja.
5. Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang
dimikili oleh seseorang.
6. Veracity (kebenaran)

16
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Sebagian besar anak-
anak diajarkan untuk selalu berkata jujur, tetapi bagi orang dewasa,
pilihannya sering kali kurang jelas.
7. Moral right
Hak-hak klien harus dihargai dan dilindungi. Hak-hak tersebut
menyangkut kehidupan, kebahagiaan, kebebasan, privacy, self-
determination, perlakuan adil dan integritas diri.

17
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian Gejala Tanda

Insomnia,sensitivitas

Aktifitas meningkat, otot lemah, Atrofi otot


gangguan koordinasi

disritmia, irama gallop,


Sirkulasi palpitasi dan nyeri dada
takikardi saat istirahat

Urin dalam jumlah

Eliminasi banyak, perubahan dalam -


feses : diare

mengalami stres yang

Intergritas ego berat baik emosional emosi labil,depresi


maupun fisik

pembesaran
kehilangan berat badan
tiroid,gointer,edema
Makanan/cairan yang mendadak, nafsu
non-pittingterutama
makan meningkat
daerah pretibial

bicaranya cepat dan


parau,ganguan status
Neurosensori - mental dan
perilaku,tremor halus
pada tangan

frekuensi pernafasan

Pernafasan - meningkat, dipsnea,dan


edema paru

3.2 Diagnosa Keperawatan

18
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan
metabolism, diare
2. Intoleransi aktivitas b/d hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energy
3. Risiko penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol,
keadaan hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung.
4. Risiko perubahan pola nafas b/d sesak nafas
5. Risiko hipertermi b/d peningkatan produksi panas
6. Gangguan body image b/d eksoftalmus
7. Ansietas b/d tremor, gelisah, panik
8. Gangguan kenyamanan b/d berkeringat

3.3 Intervensi Keperawatan


3.3.1 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan
metabolisme, diare
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan tindakan
keperawatan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
KH :
a. Antropometri : berat badan klien ideal
b. Biochemical : albumin normal : 3,5-5 g/dl
Hb wanita : 12,0-16,0 g/dl
Hb pria : 13,5-18,0 g/dl
c. Clinical : pasien tidak lemah, bising usus normal (5-35 x/menit)
d. Diet : porsi makan habis
INTERVENSI
1. Timbang berat badan klien setiap hari
R/ memberikan informasi berat badan klien
2. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian asupan makanan
R/ membantu dalam pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan klien
3. Kaji bising usus klien
R/ mengetahui apakah klien mengalami konstipasi atau diare
4. Check kadar albumin dan Hb dalam darah
R/ untuk mengetahui kadar albumin dan Hb dalam darah

3.3.2 Intoleransi aktivitas b/d hipermetabolik dengan peningkatan


kebutuhan energy
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan tindakan
keperawatan klien dapat melakukan aktivitas
KH :
a. Menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas, misalnya
pasien rileks
b. TTV dalam rentang normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N : 60-
100 x/menit, RR : 16-24 x/menit, T : 36,5 – 37,5°C)

19
INTERVENSI
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
R/ menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat
menimbulkan agitasi, hiperaktif, dan imsomnia
2. Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti
massage
R/ meningkatkan relaksasi
3. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas
R/ membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme
4. Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat
aktivitas.
R/ nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia
mungkin ditemukan

3.3.3 Risiko penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol,


keadaan hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan
keperawatan pasien tidak mengalami penurunan curah
jantung
KH :
a. nadi perifer dapat teraba normal
b. TTV dalam batas normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N : 60-100
x/menit, RR : 16-24 x/menit, T : 36,5 – 37,5°C)
c. Bunyi jantung S1 normal
d. Tidak terdapat murmur
e. Mukosa lembab
INTERVENSI
1. Auskultasi bunyi jantung
R/ S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah
jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik
2. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika
memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi
R/ Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat
dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume
sirkulasi
3. Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang
dikeluhkan pasien.

20
R/ Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh
otot jantung atau iskemia
4. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran
kering
R/ Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan
volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung

3.3.4 Risiko perubahan pola nafas b/d sesak nafas


Tujuan : dalam waktu 2x24 jam setelah dilakukan tindakan
keperawatan pola nafas pasien efektif
KH :
a. RR (16-24 x/menit)
b. Tidak ada bunyi adventitius (krekels, mengi, ronkhi)
c. Tidak memakai otot bantu pernafasan
d. Pasien tidak sesak nafas
INTERVENSI
1. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi adventitius, seperti
krekels, mengi, ronkhi
R/ bunyi nafas dapat menurun atau tidak ada pada lobus, segmen
paru, atau seluruh area paru.
2. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
R/ duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan
3. Kolaborasi Berikan oksigenasi tambahan
R/ memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
4. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
R/ kecepatan biasanya meningkat

3.3.5 Risiko hipertermi b/d peningkatan produksi panas


Tujuan : dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan tindakan
keperawatan suhu tubuh pasien normal
KH :
a. suhu tubuh normal (36,5-37,5°C)
b. pasien tidak berkeringat
c. kulit tidak merah
d. pasien tidak dehidrasi
INTERVENSI
1. Beri kompres hangat pada pasien
R/ mengurangi panas dengan cara konveksi
2. Buka pakaian pasien
R/ mengurangi panas dengan cara evaporasi
3. Anjurkan klien untuk banyak minum
R/ menghindari dehidrasi klien
4. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : antrain

21
R/ mengurangi panas yang dirasakan klien
5. Pantau asupan dan keluaran
R/ evaluator langsung status cairan. Perubahan tiba-tiba pada
berat badan dicurigai kehilangan cairan.
6. observasi suhu pasien (derajat dan pola)
R/ pola nafas dapat membantu dalam diagnosis

3.3.6 Gangguan body image b/d eksoftalmus.


Tujuan : dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan tindakan
keperawatan pasien dapat mengungkapkan penerimaan
tampilan
KH : pasien dapat mengungkapkan penerimaan tampilan,
pasien merasa rileks, dan pasien tidak emosi
INTERVENSI
1. Diskusikan arti perubahan tubuh dengan pasien, identifikasi
persepsi situasi/harapan yang akan datang.
R/ alat dalam mengidentifikasi/mengartikan masalah untuk
memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif.
2. Catat reaksi emosi
R/ pasien dapat mengalami depresi cepat setelah pembedahan
atau reaksi syok dan menyangkal.
3. Pertahankan tindakan tenang, meyakinkan
R/ dapat membantu menghilangkan takut pasien akan kematian,
sulit bernafas, ketidakmampuan berkomunikasi atau pengrusakan
4. Dorong pasien untuk menerima situasi pada tahap yang kecil
R/ merasa sehat/mengalami kesulitan dalam mengatasi gambaran
yang lebih besar tetapi dapat mengatasi 1 bagian pada saat itu.
Kolaborasi
5. Rujuk pasien/orang terdekat ke sumber pendukung, contoh ahli
terapi psikologis, pekerja sosial, konseling keluarga.
R/ pendekatan penyuluhan diperlukan untuk membantu pasien
menghadapi rehabilitasi dan kesehatan. Keluarga memerlukan
bantuan dalam pemahaman proses yang pasien lalui

3.3.7 Ansietas b/d tremor, gelisah, panik.


Tujuan : dalam waktu 2x24 jam setelah dilakukan tindakan
keperawatan pasien tampak rileks
KH :
a. pasien tampak rileks
b. TTV normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N : 60-100 x/menit,
RR : 16-24 x/menit, T : 36,5 – 37,5°C)

22
INTERVENSI
1. Bicara singkat dengan kata yang sederhana
R/ Rentang perhatian mungkin menjadi pendek , konsentrasi
berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi
informasi
2. Jelaskan prosedur tindakan
R/ Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan
kesalahan interpretasi
3. Kurangi stimulasi dari luar
R/ Menciptakan lingkungan yang terapeutik
4. Observasi TTV
R/ mengetahui keadaan umum pasien
5. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
R/ Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan
imsomnis

3.3.8 Gangguan kenyamanan b/d berkeringat


Tujuan : dalam waktu 1x24 jam setelah diberikan tindakan
keperawatan pasien merasa lebih nyaman
KH : pasien mengungkapkan tidan berkeringat/keringat
berkurang.
INTERVENSI
1. Gunakan pakaian yang kendor
R/ untuk mengurangi evaporasi
2. Hindari aktivitas di luar rumah
R/ untuk menghindari aktivitas yang berlebihan
3. Anjurkan pasien untuk banyak asupan cairan
R/ mengurangi dehidrasi

3.4 Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang
ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan respon
klien.

3.5 Evaluasi
Hasil yang diharapkan adalah :

23
1. Klien akan menunjukkan berat badan stabil
2. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat
energi

3. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai


dengan kebutuhan tubuh

4. Klien akan mempertahankan pola nafas (RR : 16-24 x/menit)

5. Suhu tubuh klien normal

6. Klien mengungkapkan penerimaan tampilan, adaptasi terhadap


perubahan tubuh

7. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi

8. Klien mengungkapkan rasa nyaman

24
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak,
disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon
tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon
tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut
hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.pengobatan hipertiroidisme
adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara
menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium
radioaktif, tiroidektomi subtotal).

4.2 Saran
Dari penyakit ini,dapat dihindarkan dengan cara tidak stress,tidak
merokok,tidak mengkonsumsi obat-obatan sembarangan dan tidak
mengkonsumsi yodium secara berlebihan karena dapat terjadi radiasi pada
leher dan organism-organisme dapat menyebabkan infeksi karena ada
virus.

25
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta

Doengos,E marlyn.2002. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Kowalak, P. Jennifer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta

Saputro, Kesit Tresno. 2011. Asuhan Keperawatan Hipertiroid.


http://kepacitan.wordpress.com/2011/03/27/asuhan-keperawatan-
hipertiroid/ Diakses tanggal 29 Februari 2012 pukul 12.05 pm

Senoputra, Muh. Andrian. 2010. Asuhan Keperawatan.


http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/11/asuhan-keperawatan-
klien-graves-morbus.html diakses tanggal 1 Maret 2012 pukul 10 : 27 am

Tiara. 2011. Asuhan Keperawatan dengan Klien Hipertiroid.


http://tiaraaskep.blogspot.com/2008/11/hipertiroid.html diakses tanggal 29
Februari 2012 pukul 11. 00 am

26

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Hematochezia
    Referat Hematochezia
    Dokumen23 halaman
    Referat Hematochezia
    Mia R. Novitasari
    0% (2)
  • Gips
    Gips
    Dokumen9 halaman
    Gips
    Ofah MusyarRofah
    Belum ada peringkat
  • WOC
    WOC
    Dokumen1 halaman
    WOC
    Ofah MusyarRofah
    Belum ada peringkat
  • Sap Manajemen Nyeri
    Sap Manajemen Nyeri
    Dokumen14 halaman
    Sap Manajemen Nyeri
    Ofah MusyarRofah
    0% (1)
  • Woc Pdaq
    Woc Pdaq
    Dokumen2 halaman
    Woc Pdaq
    Ofah MusyarRofah
    Belum ada peringkat
  • WOC
    WOC
    Dokumen1 halaman
    WOC
    Ofah MusyarRofah
    Belum ada peringkat
  • Woc LNH
    Woc LNH
    Dokumen2 halaman
    Woc LNH
    Ofah MusyarRofah
    Belum ada peringkat
  • Makalah LNH
    Makalah LNH
    Dokumen35 halaman
    Makalah LNH
    Ofah MusyarRofah
    100% (1)