Anda di halaman 1dari 9

Makalah Tarbiyah Dan Syari'ah

semua kumpulan makalah ada disini


FILSAFAT ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Metode terbaik untuk memperoleh pengetahuan adalah metode ilmiah (sciennific
method ), yang untuk memahaminya terlebih dahulu harus dipahami pengertian ilmu. Ilmu
dalam arti science dapat dibedakan dengan ilmu dalam arti pengetahuan (knowledge).
Filsafat merupakan ilmu yang sangat istimewa yang mencoba menjawab masalah-
masalah yang tidak mampu dijawab oleh pengetahuan biasa. Sedangkan ilmu pengetahuan
adalah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistim yang meliputi
kenyataan, strukyur, membedakan bagian-bagian dan hukum-hukum tentang obyek kajian
yang diteliti yaitu alam, manusia, dan agama sejauh yang dapat dijangkau oleh akal manusia
dengan dibantu panca indera yang kebenarannya diuji secara emperis, riset dan
eksperimental..[1]
Menurut beberapa penulis, seperti Oliver Leaman, CA.Qodir, dan Al-Jabiri,
pemikiran rasional Arab-Islam (filsafat) tidak bersumber atau diimport dari
“filsafat”Yunani, tapi benar-benar berdasar pada ajaran-ajaran pokok Islam sendiri, yaitu Al-
Qur’an dan As-Sunnah.Meski demikian, diakui bahwa rasionalisme tersebut kemudian
menjadi lebih berkembang pesat setelah bertemu dengan logika-logika Yunani lewat
penterjemah-penterjemahan yang dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1) Apa definisi filsafat Islam?
2) Apa obyek kajian dan tujuan filsafat ilmu Islam?
3) Bagaimana sejarah perkembangan filsafat Islam?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Filsafat Islam.
Asal kata filsafat dapat kita terangkan, bahwa perkataan “filsafat” berasal dari
perkataan Yunani, yang digunakan orang Arab dalam masa ke-emasan islam, yang biasa
dinamakan juga “zaman terjemah” yaitu antara tahun 878-950 M[2]. Al-Farabi menerangkan,
bahwa perkataan “filsafat” itu berasal dari bahasa Yunani masuk dan digunakan sebagai
bahasa Arab. Perkataan asal adalah “philosophia” yang terdiri dari dua perkataan,
yaitu “philo” yang berarti cinta dan “Sophia” yang berarti hikmah atau kebenaran. Jadi
“philosophia” atau “filsafat”berarti “cinta-kebenaran”.[3]
Apakah ada pikiran yang lain mengenai perkataan filsafat itu? The Dictionary of
Philosophy, karangan Dagobert D. Runes (New York, 1942) menerangkan bahwa, filsafat itu
berasal dari bahasa Yunani “philein” yang berarti cinta dan “Sophia” yang berarti wisdom
atau kebijaksanaan. Filsafat diartikan ilmu-pengetahuan yang paling umum dan luas.Tetapi
filsafat itu tidak hanya berarti mencari kebenaran, tapi juga berfikir secara benar. Filsafat juga
boleh diartikan, menerangkan segala sesuatu dalam arti mencari fakta-fakta kebenaran yang
merupakan hakikat daripada sesuatu itu.[4]
Ketika filsafat muncul dalam kehidupan Islam, kemudian berkembang sehingga
banyak dibicarakan oleh orang-orang Arab, tampillah beberapa filosof seperti Al-Kindi, Al-
Farabi, Ibn Sina dan lain-lain, kaum sejarawan banyak menulis berbagai buku tentang
kehidupan, pendapat serta pemikiran mereka. Para penulis buku itu menyebut mereka “kaum
filosof Islam”, ada pula yang menamakan “para filosof beragama Islam”, kadang-kadang
disebut juga dengan ungkapan “para hikmah Islam” (Falasifatul-Islam, atau Al-falasifatul
Islamiyyin atau Hukuma’ul-Islam), mengikuti sebutan yang diberikan Syahrastani, Al-Qithi’,
Al-Baihaqi dan lain-lain.
Oleh sebab itu Syaikh Musthafa ‘Abdurrazaq mengatakan dalam bukunya yang
berjudul Pengantar Sejarah Islam bahwa para ahli filsafat telah sepakat memberi nama
demikian, karena pemberian nama lain tidak dibenarkan dan tidak boleh dikisrukan: “Maka
kami berpendapat perlu menamakan filsafat itu dengan nama yang telah diberikan oleh ahli
filsafat itu sendiri yaitu Filsafat Islam dengan arti bahwa filsafat tersebut lahir di negeri Islam
dan berada di bawah pengayoman negara Islam”[5].
Pemikiran-pemikiran filsafat pada kaum Muslimin lebih tepat disebut Filsafat Islam,
pengingat bahwa Islam bukan saja sekedar agama, tetapi juga kebudayaan. Pemikiran filsafat
sudah barang tentu terpengaruh oleh kebudayaan Islam tersebut, meskipun pemikiran tersebut
adalah Islam baik tentang problema-problemanya, motif pembinaannya maupun tujuannya,
karena Islam telah memadu dan menampung aneka kebudayaan serta pemikiran dalam satu
kesatuan. Dan dalam pemakaian istilah “Filsafat Islam” lebih banyak dipahami dalam buku-
buku filsafat, seperti an-Najat danas-Syifa dari Ibn Sina, dalam buku al-Milal wan-Nihal dari
as-Syihrisaani, dalam bukuAkhbar al-Hukuma dari al-Qafi dan Muqqadimah Ibni
Khaldun.[6]
Dengan demikian disimpulkan bahwa filsafat yang muncul dalam kehidupan Islam
yang banyak dibicarakan oleh orang-orang Arab adalah Filsafat Islam, karena kegiatan
pemikirannya bercorak Islam. Islam disini menjadi jiwa yang mewarnai suatu pemikiran.
Filsafat disebut Islami bukan karena yang melakukan aktivitas kefilsafatan itu orang yang
beragama Islam, atau orang yang berkebangsaan Arab atau dari segi objeknya yang
membahas mengenai pokok-pokok keislaman, tetapi karena mereka dalam daulah Islamiyah.

B. Obyek Kajian dan Tujuan Filsafat Islam


Ilmu islam sebagai suatu bangunan keilmuan sudah pasti memiliki obyek kajian,
metodologi, pendekatan dan kerangka teori. Seperti halnya ilmu-ilmu yang lain, ilmu Islam
(Islamic studies) mestinya juga memiliki kajian filosofis terhadap bangunan keilmuan Islam
tersebut[7].
M. Amin Abdullah mempunyai pandangan yakni, semua ilmu yang disusun,
dikonsepso, ditulis secara sistimatis, kemudian dikomunikasikan, diajarkan, dan
disebarluaskan baik lewat lisan maupun tulisantidak mungkin lepas dari paradigm
kefilsafatan. Ilmu Islam adalah bangunan keilmuan biasa, karena ia disusun dan dirumuskan
oleh ilmuan agama, ulama, fuqaha, mutakallim, mutasawwirin, mufassirin, muhaddisin, dan
cerdik pandai pada era yang lalu untuk menjawab tantangan kemanusiaan dan keagamaan
saat itu. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk menghindarkan dari pertemuan, perbincangan
dan pergumulan dengan tela’ah filsafat ilmu.[8]
Obyek filsafat ilmu setidaknya ada dua yang subtantif dan dua yang instrumentatif.
Dua yang subtantif adalah kenyataan dan kebenaran, sedangkan dua yang instrumentatif
adalah konfirmasi dan logika inferensi.
1. Kenyataan atau fakta
Kenyataan atau fakta adalah emperi yang dapat dihayati oleh manusia, sesuatu sebagai
nyata bagi positivisme bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan yang lain.Data
yang masuk tersebut harus obyektif, tidak boleh masuk subyektif.
2. Kebenaran
Benar mana yang hendak dijangkau oleh filsafat ilmu: benar epistimologik, ontologik,
atau benar aksiologik?berbagai metode tersebut akan beda tela’ahnya.
3. Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan dating atau
member pemaknaan-pemaknaan tersebut dapat ditampilkan secara absolute untuk mengejar
kepastian.
4. Logika inferensi
Logika paradigm dengan menggunakan ragam pola piker terutama yang menyebar dan
horizontal,serta mengembangkan pemaknaan menjangkau kebenaran etik dan diluar
kesanggupan manusia biasa[9].
Sedangkan objek Filsafat Islam ialah objek kajian filsafat pada umumnya yaitu
realitas, baik yang material maupun yang ghaib. Perbedaannya terletak pada subjek yang
mempunyai komitmen Qur’anik.[10]
Dalam hubungan ini objek kajian Filsafat Islam dalam tema besar adalah Tuhan,
alam, manusia dan kebudayaan. Tema besar itu hendaknya dapat dijabarkan
lebih spesifik sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga dapat ditarik benang merah dari
perkembangan sejarah pemikiran kefilsafatan yang hingga sekarang. Setiap zaman
mempunyai semangatnya sendiri-sendiri.
Dalam mempelajari filsafat Islam ada tujuan dan manfaat tersendiri bagi yang
mempelajarinya. Tujuan mempelajari filsafat Islam secara umum ialah agar mencintai
kebenaran dan kebijaksanaan. Tujuan mempelajari filsafat antara lain sebagai berikut:
1. pengkajian filsafat dapat membawa kepada perubahan keyakinan dan nilai-nilai dasar
seseorang, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi arah kehidupan yang lebih baik.
2. pengkajian filsafat dapat membuahkan kebebasan dari dogmatisme, toleransi terhadap
pandangan-pandangan orang yang berbeda, serta kemandirian intelektual.
3. kebebasan intektual dan sikap-sikap lainnya yang berkaitan, akan kita peroleh dengan
mengkaji persoalan-persoalan filsafat secara mendalam.
4. adalah penilaian kritis. Tujuan berfilsafat bukan sekedar meninjau berbagai macam teori,
tetapi juga menilainya secara kritis. Sehingga, sikap kritis akan senantiasa kita peroleh.

C. Sejarah Perkembangan Filsafat Islam.


Auguste Comte menerangkan bahwa, tiap-tiap pribadi atau bangsa tumbuh dalam tiga
tingkat kemajuan: pertama, tingkat agama atau dogma, dimana manusia menerima keyakinan
dari mulut ke mulut dan menjalankannya, kedua tingkat filsafat, dimana manusia
menggunakan pikirannya untuk memikirkan apakah yang menjadi hakekat kebenaran, dan
yang ketiga, tingkat ilmu pengetahuan, dimnana manusia yang menggunakan pikiran itusudah
sampai pada tingkat yakin, dan bahwa yang diyakini itu adalah kebenaran yang mutlak.[11]
Peradaban dan pemikiran Yunani, termasuk filsafat, menurut catatan para sejarawan,
telah mulai dikenal dan dipelajari oleh kaum sarjana di kota Antioch, Haran, Edessa dan
Qinnesrin (wilayah Syiria utara) juga di Nisibis dan Ras’aina sejak abad ke IV M. Buku-buku
dan ilmu Yunani yang diterjemahkan dalam bahasa Arab,yakni pada masa bani Ummayah,
khususnya pada masa kekhalifahan Abd al-Malik (685-705 M) terutama yang berkaitan
dengan persoalan administrasi, laporan-laporan dan dokumentasi-dokumentasi
pemerintahan,demi mengimbangi dan melepaskan diri dari pengaruh model administrasi
Benzaitun-Persia.
Selanjutnya buku-buku yang berkaitan dengan ilmu-ilmu pragmatis seperti
kedokteran, kimia dan antropologi.[12]
Pemikiran filsafat Yunani benar-benar mulai bertemu dan dikenal dalam pemikiran
Arab-Islam setelah pemerintahan bani Abas, khususnya sejak dilakukan program
penterjemahan buku-buku filsafat yang gencar dilakukan pada masa kekuasaan Al-
Makmun (811-833 M), suatu program yang oleh al-Jabiri dianggap sebagai tonggak sejarah
pertemuan pemikiran rasional Yunani dengan pemikiran keagamaan Arab-Islam, pertemuan
epistimologi burhani Yunani dengan epistimologi bayani Arab.
Program penterjemahan dan kebutuhan akan penggunaan metode filsafat itu sendiri
didasarkan atas tuntutan yang ada, bahwa muncul banyak doktrin-doktrin yang hiterodok,
akibat dari pencarian bebas yang berubah bentuk menjadi pemikiran bebas seperti penolakan
terhadap wahyu dan yang lainnya yang dikategorikan dalam istilah ”zindiq”. Untuk
menjawab serangan doktrin-doktrin ini, para sarjana muslim (ulama) merasa perlu mencari
sistim berfikir rasional dan argumen-argumen yang masuk akal, karena metode sebelumnya
“bayani” sudah tidak mampu lagi menjawab persoalan-persoalan baru yang sangat beragam
dan tidak dikenal sebelumnya.[13]
Metode pemikiran filsafat Yunani dalam pemikiran Islam, pertama kali dikenalkan
dan digunakan oleh Al-Kindi (806-875), dalam pengantar buku “filsafat pertama” (al-
falsafah al-Ula), yang dipersembahkan untuk khalifah al-Mu’tashim (833-842). Namun
karena begitu dominannya kaum bayani (fuqaha), ditambah masih minimnya refrensi filsafat
yang diterjamahkan, apa yang disampaikan al-Kindi tidak begitu bergema. Meski demikian,
al-Kindi telah memperkenalkan persoalan baru dalam pemikiran Islam.
Metode rasional filsafat Yunani semakin masuk sebagai salah satu sistim pemikiran
Arab-Islam pada masa al-Razi (865-925). Ia dikenal sebagai orang yang ekstrim dalam
teologi dan dikenal sebagai seorang rasionalis murni yang hanya mempercayai
akal.Menurutnya, semua pengetahuan padaprinsipnya dapat diperoleh manusia selama ia
menjadi manusia. Akal atau rasiolah yangmenjadi hakekat kemanusiaan, dan akal adalah
satu-satunya alat untuk memperoleh pengetahuan tentang dunia fisik dan tentang konsep baik
dan buruk, setiap sumber pengetahuan lain yang bukan akal hanya omong kosong,dugaan
belaka dan kebohongan.
Meski demikian, perkembangan yang pesat pada ilmu Yunani dalam Islam, bukannya
tidak menimbulkan persoalan. Imam Ibn Hambal, seorang madzhab fiqh, dan orang-orang
yang sepaham dari kalangan ortodoks, menunjukkan sikap yang tidak kenal kompromi
terhadap ilmu-ilmu Yunani.Menurut George N. Atiyeh, pertentangan kalangan ortodoks
disebabkan pertama, adanya ketakutan di kalangan ortodoks (fiqh) bahwa ilmu yunani akan
menyebabkan berkurangnya rasa hormat umat Islam terhadap Tuhan. Kedua, adanya
kenyataan bahwa mayoritas dari mereka yang mempelajari filsafat dan ilmu yunani adalah
orang non-muslim,sehingga muncul kecurigaan atas segala kegiatan intelektual dan
perenungan yang mereka lakukan. Ketiga, adanya usaha untuk melindungi umat Islam dari
pengaruh machieanisme Persia khususnya, maupun paham-paham lain yangdinilai tidak
sejalan dengan ajaran Islam, yang ditimbulkan dari pikiran-pikiran filsafat Yunani.[14]
Kecurigaan kaum ortodoks terhadap ilmu-ilmu Yunani bukannya tanpa dasar,
kenyataannya tidak sedikit tokoh muslim yang belajar filsafat akhirnya justru meragukan dan
bahkan menyerang Islam sendiri. Salah satunya Ibn Rawandi, ia menolak adanya kenabian
setelah belajar filsafat. Begitu juga al- Razi yang menolak adanya kenabian dengan tiga
alasan,
1. Akal telah memadahi membedakan baik dan buruk, berguna dan tidak berguna.Dengan rasio
manusia telah mampu mengenal tuhan dan mengatur kehidupannya sendiri dengan baik.
2. Tidak ada pembenaran untuk pengistimewaan beberapa orang untuk membimbing yang
lain, karena semua orang terlahir dengan tingkat kecerdasan yang sama,hanya
pengembangan dan pendidikan yang membedakan.
3. Bahwa ajaran para nabi ternyata berbeda. Jika benar bahwa mereka berbicara atas nama
Tuhan yang sama, mestinya tidak ada perbedaan.[15]
Selanjutnya al Farabi, seorang filosof yang berhasil meletakkan filsafat Aristoteles
sebagai dasar filsafat Islam dianggap sebagai “guru kedua” dan menempatkan burhani
sebagai metode yang paling baik dan unggul, sehingga ilmu-ilmu filsafat yang memakai
metode burhani dinilai lebih tinggi kedudukannya disbanding ilmu-ilmu agama. Dalam hal
ini ia membuat tiga klasifikasi keilmuan: ilmu-ilmu filsafat, ilmu-ilmu religius dan ilmu-ilmu
bahasa. Menurutnya, ilmu filsafat berada pada hierakiri yang paling tinggi, kemudian ilmu
religius dan bahasa.
Seperti halnya al Farabi, Ibn Sina menegakkan bangunan Neoplatonisme di atas dasar
kosmologi Aristoteles-Plotinus, di mana dalam bangunan tersebut digabungkan konsep
pembangunan alam wujud merurut faham emanasi. Dalam kaitannya dengan kenabian, Ibn
Sina juga berusaha membuktikan adanya kenabian, dengan menyatakan bahwa, kenabian
merupakan bagian tertinggi dari sukma yang disebut ‘akal’, berbeda dengan alFarabi yang
menyatakan bahwa kenabian kenabian adalah suatu bentuk imajenasi tertinggi. Dengan
prestasi-prestasi yang hebat dalam filsafat,Ibn Sina kemudian dijuluki “Guru Utama” (al-
Syaikh al-Rais).[16]
Setelah Ibn Sina, filsafat Yunani kembali mengalami kemunduran karena serangan
dari al-Ghazali, lewat tulisannya Tahafut al-Falasifah yang diulangi lagi dalam al-Munqid
min al-Dlalal. Meski al-Ghazali sebenarnya hanya menyerang persoalan metafisika,
khususnya pemikiran al-Farabi dan Ibn Sina, dan juga para filosof Yunani purba, yang
dengan mudah bias dinilai posisinya dalam aqidah oleh orang awam,bukan ilmu logika atau
epistimologinya. Karana al-Ghazali sendiri mengakui pentingnya logika dalam pemahaman
dan penjabaran ajaran-ajaran agama.[17]
Kemudian filsafat Yunani khususnya Aristotelian, kembali muncul dalam pemikiran
Islam pada masa Ibn Rusyd, lewat tulisannya Tahafut al-Tahafut, dalam bandingannya
dengan epistimologi Arab-Islam, Ibn Rusyd lebih mengunggulkan epistimologi filsafat
disbanding epistimologi Arab-Islam. Menurutnya, metode burhani (demonstratif) yang
dipakai dalam filsafat adalah metode yang bagus dan berguna untuk kalangan elite terpelajar,
sedangkan metode dialektika (jadal) yang dipakai dalam teologi dan yurispudensi adalah
metode biasa yang sesuai untuk kalangan menengah dan awam.[18]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Yunani yaitu philo yang artinya
cinta, dan shopia yang berarti hikmah atau kebenaran.
Filsafat itu tidak hanya berarti mencari kebenaran,tapi juga berfikir secara
benar.Filsafat juga boleh diartikan, menerangkan segala sesuatu dalam arti mencari fakta-
fakta kebenaran yang merupakan hakikat daripada sesuatu itu.
Filsafat Islam ialah pemikiran filsafat yang lahir lahir di negeri Islam dan berada di
bawah pengayoman negara Islam
Interaksi logika dan filsafat Yunani kedalam pemikiran Arab-Islam ternyata
mengalami pasang surut, pertama disambut baik lewat penterjemahan karena untuk
memenuhi kebutuhan dan menghadapi pemikiran aneh, tapi kemudian dicurigai karena
digunakan menyerang agama yang dianggap baku, tapikemudian bangkit lagi.
Filsafat Yunani yang masuk dalam pemikiran Islam, tidak hanya logika Aristoteles,
tapi juga pemikiran mistik Neo-Platonis dan yang lain. Hal ini bias dilihat dari beragamnya
model filsafat yang ada dalam Islam[19].

B. Penutup
Demikianlah makalah yang kami buat,tentunya dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari kasempurnaan dan banyak kekurangannya.Oleh karena itu,saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan,demi perbaikan dalam pembuatan karya ilmiah yang
selanjutnya. Semoga makalah ini bisa memberi manfaat bagi yang membaca dan yang
membuatnya, amin.

DAFTAR PUTAKA
Ahmad Fu’ad Al-Ahwani, Filsafat Islam, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1988
A. Hanafi, MA., Pengantar Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1990
A. Khudori Sholeh, Wacana Baru Filsafat Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2004
Dr. H. Musa Asy-Arie., Filsafat Islam; Kajian Ontologis, Epistimologis, Aksiologis,
Historis, Perspektif, Yogyakarta, Lembaga studi Filsafat Islam, 1992
Fathul Mufid, Filsafat Ilmu Islam, Stain Kudus, Kudus

[1] Fathul Mufid, Filsafat Ilmu Islam, Stain Kudus, Kudus, hal. 2-4
[2] Abubakar Aceh, Sejarah Filsafat Islam, c.v Ramadhani, Sala, 1982, hlm 3.
[3] Ibid, hlm 3.
[4] Ibid, hlm 4.
[5] Ahmad Fu’ad Al-Ahwani, Filsafat Islam, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1988, cet. ke-2, hlm. 6
[6] A. Hanafi, MA., Pengantar Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1990, cet. ke-5, hlm. 11
[7] Fathul Mufid, Opcit, hal. 11
[8] Ibid, hlm. 9-12
[9] Ibid, hlm. 8
[10] Dr. H. Musa Asy-Arie., Filsafat Islam; Kajian Ontologis, Epistimologis, Aksiologis, Historis,
Perspektif, Yogyakarta, Lembaga studi Filsafat Islam, 1992, cet. ke-1, h. 15
[11] Ibid, hlm. 11
[12] A. Khudori Sholeh, Wacana Baru Filsafat Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004, hlm. 5-6
[13] Ibid, hlm. 7
[14] Ibid, hlm 8-9.
[15] Ibid, hlm. 9-10
[16] Ibid, hlm. 11-12
[17] Ibid, hlm. 12
[18] Ibid, hlm. 13
[19] Ibid, hlm. 14
inShare
RELATED POSTS :

 TAFSIR TARBAWI : Penciptaan ManusiaPENCIPTAAN MANUSIA BAB I AYAT-


AYAT YANG TERKAIT 1. Surat Al-Mu’minun Ayat 12-14 … Read More...

 Profesionalisme Guru PAIBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam


sebuah proses pendidikan guru merupakan s… Read More...

 HADITS TARBAWI: Manusia Dan Potensi PendidikannyaMANUSIA DAN


POTENSI PENDIDIKANNYA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risa… Read More...

 ULUMUL QUR'AN: WAHYU AL-QUR’AN, PROSES TURUNNYA DAN


BEBERAPA ASPEKNYAWAHYU AL-QUR’AN, PROSES TURUNNYA DAN BEBERAPA ASPEKNYA BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Bel… Read More...

 Makalah Aqidah Akhlak : Kreatif, Dinamis, Sabar dan


TawakkalA. PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi modern tel… Read
More...
1 Response to "FILSAFAT ISLAM : DEFINISI, OBYEK KAJIAN, TUJUAN DAN SEJARAH
PERKEMBANGAN FILSAFAT ISLAM"

1.
eko saputra18 August 2016 at 20:30
Cari TiketPesawat Online Super Cepat dan murah??
http://selltiket.com
Booking di SELLTIKET.COM aja!!!
CEPAT,….TEPAT,….DAN HARGA TERJANGKAU!!!

Ingin usaha menjadi agen tiket pesawat??


Yang memilikipotensi penghasilan tanpa batas.
Bergabung segera di http://agenselltiket.com

INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI HUBUNGI:


No handphone :085365566333
PIN : 5A298D36

Segera Mendaftar Sebelum Terlambat. !!!

Reply

NEWER POSTOLDER POSTHOME

Disqus for Load Share


BLOG ARCHIVE

 ► 2018 (2)
 ► 2017 (45)
 ► 2016 (34)
 ▼ 2014 (6)
o ▼ May (6)
 FILSAFAT ISLAM : DEFINISI, OBYEK KAJIAN, TUJUAN DA...
 TAFSIR TARBAWI : Penciptaan Manusia
 HADIS TARBAWI : Legalitas Penyelenggaraan Pendidik...
 HADITS TARBAWI: Manusia Dan Potensi Pendidikannya
 ULUMUL QUR'AN: WAHYU AL-QUR’AN, PROSES TURUNNYA DA...
 Makalah Aqidah Akhlak : Kreatif, Dinamis, Sabar da...
ENTRI POPULER

 MAKALAH AKAD SALAM


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diantara bukti kesempurnaan agama Islam ialah dibolehkannya jual beli dengan cara s...
 Pengertian Akhlak tercela Ananiah, Putus Asa, Gadhab, Tamak, Takabur
PERILAKU AKHLAK TERCELA PADA DIRI SENDIRI A. Ananiah 1. Pengertian Ananiyah Ananiah menurut bahasa artinya me...


Makalah Aqidah Akhlak : Kreatif, Dinamis, Sabar dan Tawakkal
A. PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi modern telah membuka era baru dalam
perkembangan...
ABOUT ME

Anax Tany
Anak Tani Seseorang yang termotivasi karena diri sendiri
View my complete profile
Powered by Blogger.
LABEL

 SYARIAH
 TARBIYAH
 ULUMUL QUR'AN
ENTRI POPULER

 MAKALAH AKAD SALAM


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diantara bukti kesempurnaan agama Islam ialah dibolehkannya jual beli dengan cara s...
 Pengertian Akhlak tercela Ananiah, Putus Asa, Gadhab, Tamak, Takabur
PERILAKU AKHLAK TERCELA PADA DIRI SENDIRI A. Ananiah 1. Pengertian Ananiyah Ananiah menurut bahasa artinya me...


Makalah Aqidah Akhlak : Kreatif, Dinamis, Sabar dan Tawakkal
A. PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi modern telah membuka era baru dalam
perkembangan...
 MENELADANI KISAH FATIMATUZ ZAHRA DAN UWAIS ALQARNI
A. Fatimatuzzahrah 1. Riwayat hidup singkat Fatimatuzzahra adalah putri Nabi Muhammad Saw dan Khadijah. Ketika sudah dewasa d...
 PENGERTIAN QONA’AH, SABAR, TAWAKKAL, KIKHTIAR, DAN SYUKUR
QONA’AH, SABAR, TAWAKKAL, IKHTIAR, DAN SYUKUR A. Tawakkal Tawakkal beasal dari bahasa Arab ‫ وكل‬yang berarti ...
 Makalah Pengertian ASH-SHARF
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan perdagangan valuta asing telah menjadi sangat populer, umum dan hampir dilakukan se...
 FILSAFAT ISLAM : DEFINISI, OBYEK KAJIAN, TUJUAN DAN SEJARAH
PERKEMBANGAN FILSAFAT ISLAM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode terbaik untuk memperoleh pengetahuan adalah metode ilmiah ( sciennific...
 Makalah Pengertian Taat, Ikhlas, Khauf dan Taubat
TAAT, IKHLAS, KHAUF, DAN TAUBAT A. TAAT Taat menurut bahasa berarti tunduk, patuh, dan setia. Menurut istilah taat bisa diartikan...
 Makalah Keteladanan Nabi Yunus dan Nabi Ayyub
A. Keteladanan Nabi Yumus Nama lengkapnya Nabi Yunus Bin Matta dari keturunan Benyamin bin Ya;qub bin Ishaq bin Ibrahim. ...
 Makalah Pengertian, Dasar-dasar, Tujuan Akidah Islam
MAKALAH AKIDAH ISLAM 1. Pengertian Akidah Islam Akidah secara bahasa berasal dari kata ( ‘aqada-ya’qidu-aqdatan ) yang berarti ...
Copyright 2016 Makalah Tarbiyah Dan Syari'ah
Design by Mas Sugeng

Anda mungkin juga menyukai