Anda di halaman 1dari 12

Nama Penulis, Hasil Teori Dasar

Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun, dan Judul Penelitian Variabel
Made Ary Penelitian ini adalah penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sikap kerja merupakan sikap Variabel yang Variabel
Pradnyawati, I Ketut eksperimental menggunakan terhadap 30 responden sehubungan dengan seseorang terhadap diteliti. yang diteliti
Tunas1, Ni Luh rancangan sama subjek kelelahan kerja sebelum dan sesudah pekerjaanya yang pada resiko
Gede Ari Natalia (treatment by subjects design). intervensi sikap kerja, maka didapatkan mencerminkan pengalaman Metode Musculoske
Yudha. 2017. Rancangan sama subjek adalah hasil bahwa sebelum Intervensi sikap yang menyenangkan dan eksperimental letal
INTERVENSI SIKAP rancangan serial, dimana semua kerja, tidak ada responden yang masuk tidak menyenangkan dalam disorders .
KERJA DAPAT sampel mengalami aktivitas dua dalam kategori tidak lelah dan lelah berat, pekerjaannya serta harapan-
MENURUNKAN periode dalam waktu yang 23 responden (77%) yang masuk kategori harapannya terhadap
KELELAHAN berbeda. Sampel yang mendapat lelah ringan dan 7 responden (23%) masuk pengalaman masa depan.
KERJA perlakuan adalah sampel yang kategori lelah sedang. Setelah diberikan
DAN KELUHAN sama. Dalam rancangan ini intervensi sikap kerja didapatkan 28 Kelelahan Kerja adalah
MUSKULOSKELET dibagi menjadi 3 tahap, yaitu responden (90%) masuk kategori lelah perasaan lelah dan adanya
AL PADA periode 0, washing out periode ringan dan 2 responden (10 %) masuk penurunan kesiagaan.
KARYAWAN dan periode 1. Periode 0 yaitu kategori lelah sedang.
PT. SUCOFINDO responden bekerja tanpa Musculoskeletal
CABANG diberikan intervensi sikap kerja. Pada penelitian ini juga dihitung disorders (MSDs) atau
DENPASAR Washing out periode berfungsi perbandingan nilai kelelahan kerja sebelum gangguan otot rangka
untuk menghilangkan efek dan setelah intervensi sikap kerja, yang merupakan kerusakan pada
perlakuan pada periode 0, hasilnya terjadi perbedaan secara otot, saraf, tendon, ligament,
kegiatan yang dilakukan pada signifikan antara periode 0 (sebelum persendian, kartilago, dan
tahap washing out periode dilaksanakan intervensi sikap kerja) discus invertebralis.
adalah responden bekerja seperti dengan periode 1 (setelah dilakukan Kerusakan pada otot dapat
biasa dan disarankan untuk tidak intervensi sikap kerja). Hasil mean berupa ketegangan otot,
mengambil jam lembur. Periode menyatakan ada penurunan kelelahan dari inflamasi, dan degenerasi.
1 yaitu responden bekerja sebelum dilaksanakan intervensi sikap Sedangkan kerusakan pada
dengan mendapat intervensi kerja dengan setelah dilakukan intervensi tulang dapat berupa memar,
sikap kerja. Tiap periode sikap kerja. mikro faktur, patah, atau
dilakukan pada pukul 08.00 dan terpelintir.
15.00 selama 3 hari.
Jumlah sampel sebanyak 30
22
responden yang dipilih dengan Pada penelitian ini juga dilihat perbedaan
metode random sampling. Data keluhan musculoskeletal sebelum dan
yang diambil adalah data sesudah intervensi sikap kerja, yang
sebelum dan setelah bekerja, hasilnya bahwa dari 30 responden sebelum
adapun data yang diukur adalah intervensi sikap kerja, sebanyak 26
kelelahan kerja dan keluhan responden (87%) mengalami sakit ringan
musculoskeletal. Kelelahan kerja dan 4 responden (13%) mengalami sakit
diukur dengan menggunakan sedang. Setelah intervensi sikap kerja
kuesioner 30 kelelahan subyektif didapatkan 29 responden (90%)
umum dan keluhan mengalami sakit ringan dan 1 responden
musculoskeletal diukur (10%) mengalami sakit sedang.
menggunakan kuesioner Nordic
Body Map. Pada penelitian ini juga dilihat
perbandingan nilai keluhan
muskuloskeletal sebelum dengan sesudah
intervensi sikap kerja, yang hasilnya
didapatkan bahwa terjadi perbedaan secara
signifikan antara periode 0 (sebelum
dilaksanakan intervensi sikap kerja)
dengan periode 1 (setelah dilakukan
intervensi sikap kerja). Hasil mean
menyatakan ada penurunan kelelahan dari
sebelum dilaksanakan intervensi dengan
setelah dilakukan intervensi sikap kerja.

23
Qomariyatus Penelitian ini menggunakan Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa Pengetahuan adalah Variabel yang Variabel
Sholihah, Aprizal metode Pra-Eksperimental ada perbedaan pengetahuan Nelayan informasi atau maklumat diteliti pada yang
Satria Hanafi, dengan satu kelompok pre test- sebelum dan sesudah kegiatan konseling yang diketahui atau disadari resiko diteliti.
Ahmad Alim Bachri, post-test design. Desain ini dengan nilai p 0,021 dan perbedaan oleh seseorang. Musculoskele
Rahmi Fauzia. 2015. menggunakan satu kelompok, gangguan muskuloskeletal pada keluhan tal disorders. Uji analisis
Ergonomics dengan karakteristik utama Nelayan sebelum dan sesudah kegiatan Musculoskeletal multivariat
Awareness as Efforts adalah untuk membandingkan konseling dengan nilai p 0,013. disorders (MSDs) atau Metode
to Increase kelompok dan individu tanpa gangguan otot rangka eksperimental Memakai
Knowledge and perbandingan kelompok. merupakan kerusakan pada analisis
Prevention of Populasi penelitian adalah otot, saraf, tendon, ligament, jalur
Musculoskeletal Asosiasi Nelayan Saijaan. persendian, kartilago, dan
Disorders on Sampel diambil dari 186 discus invertebralis.
Fishermen. nelayan. Kerusakan pada otot dapat
berupa ketegangan otot,
inflamasi, dan degenerasi.
Sedangkan kerusakan pada
tulang dapat berupa memar,
mikro faktur, patah, atau
terpelintir.

24
Analisis Pengaruh Ergonomics Exercise terhadap Tingkat Resiko Musculoskeletal disorders (MSDs) Pada Karyawan Pabrik Pembalut
Kain

Ergonomic Exercise Resiko Musculoskeletal


disorders (MSDs)

Pekerjaan

Personal

Lingkungan
Sikap Kerja
Psikososial

Tingkat Kelelahan

25
26
Latihan ergonomic ( Ergonomic exercises) didisain untuk digunakan saat masa istirahat kerja di tempat kerja
(workstation area) dan dapat membantu untuk mengurangi rasa kurang nyaman pada seseorang karyawan, karena melalui
disain ini dapat memfasilitasi berkurangnya sakit kepala, strain pada mata, leher, punggung dan pinggang, bahu dan nyeri
pada pergelangan tangan.
Ergonomic exercises berbentuk latihan-latihan yang singkat dan dapat dilakukan secara regular saat waktu-waktu
tertentu (istirahat) di tempat kerja. Tujuan Ergonomic exercises adalah tercapainya “pain-free movement” melalui :
 Pembebasan iritasi saraf dan perbaikan fleksibilitas saraf
 Mencegah pembebanan statik
 Normalisasi mikrosirkulasi saraf
 Koreksi postural
 Mobilisasi sendi, jaringan lunak

Disain Ergonomic exercises menggunakan prinsip Contraction-Hold-Relax adalah proses penyesuian terhadap
karakteristik neurofisiologis dari jaringan konraktil, seperti:
1. The Muscle spindle (organ sensoris utama dari otot dan tersusun dari serabut intrafusal dan serabut ekstrafusal). Muscle
spindle memonitor kecepatan dan durasi penguluran.
2. The Golgi tendo organ (GTO) (merupakan organ yang sensitif terhadap “Tension” otot, dimana saat tension otot berhasil
ditimbulkan secara kuat, maka GTO akan menstimulasi rileksasi otot).

27
Mengapa Kita Harus Melakukan Ergonomic Exercises
Seringkali dilupakan bahwa kasus yang ditangani oleh fisioterapis berupa perasaan kurang enak dan limitasi gerak
fungsional setelah diberikan treatment yang adekuat seperti nerve mobilitation beberapa saat akan menunjukkan kemajuan
yang berarti. Tetapi beberapa hari kemudian akan muncul kembali. Tentunya hal ini akan menimbulkan rasa frustasi bagi
kedua belah pihak (fisioterapis dan klien), sehingga dibutuhkan analisis mendalam dan komprehensif segala faktor yang
terkait dalam pengentasan masalah klien. Sebagai salah satu rekomendasi yang perlu diberikan adalah perubahan mindset
untuk memahami aspek latihan mandiri dan terkontrol, misalnya dengan ergonomic exercises.

Petunjuk latihan Ergonomic exercises


• Kontraksi otot dengan kuat dan rasakan kontraksi tersebut
• Tahan kontraksi otot tersebut selama 5-10 second
• Lemaskan otot tersebut sampai terasa rileks
• Ulangi latihan tersebut sekali lagi

Prosedur Ergonomic Exercises


A. Tangan dan Pergelangan Tangan
Latihan 1
Ekstensi tangan kemudian buatlah genggaman pada tangan.

28
Latihan 2
Bengkokkan tangan pada sendi metacarpophalangeal, kemudian pertahankan agar jari-jari tersebut tetap lurus lalu
ekstensikan.

Latihan 3
Saling genggamkan kedua tangan, putar tangan hingga telapak tangan menghadap ke atas lalu pertahankan posisi tersebut.
Lanjutkan dengan memutar hingga telapak tangan menghadap ke bawah.

Latihan 4
Sendi siku dalam keadaan lurus, pegang tangan dengan tangan yang satu. Tekuk sendi pergelangan tangan sambil
mempertahankan posisi tersebut beberapa saat. Pindahkan tangan ke sisi telapak tangan dan dorong ke atas ke arah ekstensi
sendi pergelangan tangan dengan tetap mempertahankan posisi tersebut beberapa saat. Lakukan pada ke dua tangan

B. Bahu dan Leher


Latihan 1
Dalam posisi duduk, angkat kedua siku ke atas dan kedua tangan saling digenggamkan di belakang kepala. Tarik siku ke
belakang hingga terasa penguluran, kemudian kembalikan posisi siku ke depan hingga keduanya saling bertemu.

29
Latihan 2
Duduk, posisikan kedua siku sejajar dengan level ketinggian bahu, bengkokkan kedua lengan hingga tangan menyentuh
bahu. Kemudian luruskan kembali

Latihan 3
Dalam posisi duduk di atas kursi kerja. Pertemukan kedua tangan dlam keadaan ekstensi di atas kepala, kepala dalam
keadaan rileks dan secara perlahan melakukan laterofleksi ke kanan dan kiri. Pertahankan agar posisi tubuh tetap dalam
keadaan lurus.

Latihan 4
Dalam posisi duduk, rilekskan bahu kemudian angkat kedua bahu ke atas dan pendekkan leher.

Latihan 5
Duduk dengan kedua tangan pada bagian belakang badan. Satu tangan diletakkan di antara kedua scapula, tangan yang lain
mendorong ke bawah dengan dorongan di sekitar siku. Ganti dengan sisi yang lainnya.

Latihan 6
Posisi berdiri atau duduk; palingkan kepala ke kanan dan ke kiri. Pertahankan agar kepala dan tulang belakang tetap lurus.
30
C. Anggota Gerak Atas
Latihan 1
Duduk, satu tangan menyilangi dada sedangkan tangan yang lain menekan di siku. Palingkan kepala ke arah bahu dari
tangan yang sedang diberikan tekanan. Ulangi untuk tangan yang sebelahnya.

Latihan 2
Duduk, kedua siku diangkat selevel ketinggian bahu, putar badan ke kiri dan ke kanan dengan gerakan yang perlahan

Latihan 3
Duduk, kedua siku diangkat sebatas level bahu dan tekuk kedua siku hingga tangan saling bertemu di depan dada. Luruskan
legan ke samping dan belakang. Kembalikan kedua lengan ke depan.

D. Pengurangan Ketegangan
Latihan 1
Posisi duduk di kursi, kedua kaki menapak di atas lantai dan tangan di letakkan di kedua lutut. Ekstensikan kedua tungkai
dan lengan hingga terulur sepenuhnya, jari-jari tangan dan jari-jari kaki ekstensi kemudian kembali ke keadaan semula lalu
rileks.

31
Latihan 2
Duduk. Secara bergantian ibu jari kaki disentuh dengan tangan yang kontralateral. Sementara tangan yang
ipsilateral ke arah atas kepala, sehingga terjadi penguluran secara nyaman pada area trunkus. Kepala harus
berpaling melihat tangan yang diangkat

Latihan 3
Ambil waktu sejenak untuk berdiri sambil berjalan beberapa saat untuk membantu meluruskan badan serta
melatih tungkai secara general.

Latihan 4
Posisi duduk, kedua tangan disisi belakang badan, satu di sisi atas bahu dan satunya di sisi bawah bahu.
Berusahalah untuk saling mempertemukan kedua tangan tersebut. Lakukan untuk tangan satunya dan ulangi
latihan tersebut

Rekomendasi tambahan dalam pencegahan CTD pada klien adalah:


• Hindari beban kerja static saat bekerja
• Beban angkat dan angkut tidak melebihi standar ILO
• Pada pekerja computer, istirahatkan mata dengan melihat kejauhan setiap 15-20 menit.

32
• Istirahat 5-10 menit tiap satu jam kerja.
• Lakukan peregangan dan senam saat istirahat (ergonomic exercises)

33

Anda mungkin juga menyukai