Askep Keperawatan Keluarga Remaja Jember
Askep Keperawatan Keluarga Remaja Jember
Oleh :
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia
maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda
awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian
remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada
awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah
(atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja
dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang
dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Dalam perkembangannya
seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi
di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun
seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan
akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja
semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri
mereka. Untuk dapat memhami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-
dimensi tersebut.
a. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia
mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba
memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tubuh merubah sistem biologis seorang
anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem
reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai
berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik
lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka
akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia
remaja.
1
b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan
operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah
memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan
abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka
dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta
kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka
berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja
tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi
konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal
ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak
remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap
perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap
perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan
masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini
bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan
metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan
cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang
cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki
keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya.
Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya
saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
c. Dimensi Moral
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang
karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang
2
mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu
mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan kenyataan yang baru. Perubahan
inilah yang seringkali mendasari sikap “pemberontakan” remaja terhadap peraturan atau
otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak
diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa
remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu
tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu.
Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri
remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan
jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang
ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika
orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika
lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari
hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan
memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh
dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan
bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan
mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi
berbahaya jika lingkungan baru memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan
dengan
d. Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati)
bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi
Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan
hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”,
sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood
(swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah,
pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah
3
berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah
psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang
dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap
pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau
selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri.
Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang
direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik
dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran.
Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan
melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya
dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan hebat. Pada usia 16 tahun ke atas,
keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan
dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki
dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya.
Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak
berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk
menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali
mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering
dilakukan, sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat
jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-
jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati,
lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-
jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati-diri positif pada
remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat
pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh
remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai seseorang yang baru,
berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya. Remaja akan
membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah
seperti itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja.
4
Salah satu topik yang paling sering dipertanyakan oleh individu pada masa remaja adalah
masalah Siapakah Saya? Pertanyaan itu sah dan normal adanya karena pada masa ini
kesadaran diri (self-awareness) mereka sudah mulai berkembang dan mengalami banyak
sekali perubahan. Remaja mulai merasakan bahwa “ia bisa berbeda” dengan orangtuanya
dan memang ada remaja yang ingin mencoba berbeda. Inipun hal yang normal karena
remaja dihadapkan pada banyak pilihan. Karenanya, tidaklah mengherankan bila remaja
selalu berubah dan ingin selalu mencoba – baik dalam peran sosial maupun dalam
perbuatan. .
Banyak orangtua khawatir jika “percobaan peran” ini menjadi berbahaya. Kekhawatiran
itu memang memiliki dasar yang kuat. Dalam proses “percobaan peran” biasanya orangtua
tidak dilibatkan, kebanyakan karena remaja takut jika orangtua mereka tidak menyetujui,
tidak menyenangi, atau malah menjadi sangat khawatir. Sebaliknya, orangtua menjadi
kehilangan pegangan karena mereka tiba-tiba tidak lagi memiliki kontrol terhadap anak
remaja mereka. Pada saat inilah, kehilangan komunikasi antara remaja dan orangtuanya
mulai terlihat. Orangtua dan remaja mulai berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda
sehingga salah paham sangat mungkin terjadi.
Kenakalan remaja
Kenakalan remaja tidak semata-mata karena pengaruh berbagai media misalnya televisi,
internet, dan berbagai media lain yang di sebut-sebut sebagai pemicu kenakalan remaja. Ada
faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap perilaku anak, yakni hubungan komunikasi
antara anak dan orang tua atau keluarganya. Hubungan ini tidak lepas dari bagaimana pola didik
yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya, dan seperti apa komunikasi yang terjalin di
antara mereka.
Di zaman sekarang, sebagian besar orang tua cenderung menyerahkan urusan pendidikan
anak pada institusi yang disebut sekolah. Bahkan dari usia dini pun si anak sudah dipasrahkan
pengasuhan dan pendidikannya di play group dan sejenisnya. Tujuannya agar mereka mendapat
pendidikan yang lebih baik dan nantinya menjadi anak pintar. Banyak alasan mengapa orang tua
sekarang lebih memilih memasukkan anak-anak mereka di institusi pendidikan sejak dini,
5
daripada mendidiknya sendiri di rumah. Di antaranya, alasannya kesibukan orang tua sehingga
merasa tak punya cukup waktu untuk mendidik anak di rumah. Namun ada juga yang berpikir
praktis, orang tua yang merasa tidak mampu mendidik anaknya sendiri sehingga dipasrahkan
pada para tenaga pendidik yang lebih profesional. alasan lainnya, orang tua ingin memberikan
pendidikan yang terbaik bagi putra-putrinya.
Alasan-alasan tersebut memang tidak salah, sebab pada hakikatnya tidak ada orang tua
yang menginginkan anaknya tidak pandai. Melalui pendidikan di bangku sekolah, para orang tua
berharap nantinya putra-putri mereka menjadi anak yang pintar dan sukses. Hanya saja,
terkadang para orang tua kurang menyadari bahwa pendidikan di sekolah saja belum cukup
untuk menjadikan anak baik, baik secara personal maupun sosial. Selama ini yang terjadi,
kenakalan remaja terjadi bukan karena mereka tidak berpindidikan, tetapi lebih karena
kurangnya perhatian dan komunikasi dengan orang tua atau keluarganya. Kesibukan orang tua
mempersempit ruang komunikasinya dengan anak-anak.
Di samping itu, perhatian terhadap anak juga cenderung diabaikan. Toh mereka sudah
belajar di sekolah, dan kebutuhan mereka juga tercukupi dari hasil kerja orang tua. Perhatian apa
lagi? Padahal anak-anak butuh pendampingan dalam menghadapi setiap permasalahan yang
dihadapinya. Mereka butuh ilmu tambahan dari para orang tua, di luar pelajaran yang diterima di
kelasnya. Misalnya, pendidikan budi pekerti, belajar bersosialisasi dengan lingkungan di
sekitarnya, belajar memecahkan permasalahan melalui sharring dengan orang-orang terdekatnya,
dan masih banyak hal lainnya, yang tidak mereka dapatkan di sekolah. Kurangnya komunikasi
antara anak dan orang tuanya juga sering menimbulkan percikan konflik yang berawal dari
kesalahpahaman. Jika sudah demikian, biasanya anak akan mencari sandaran pada teman-teman
yang dianggapnya bisa menjadi curahan hati, atau pun senasib dengannya. Minimnya
pengetahuan anak bagaimana membangun interaksi sosial yang baik sering membuat anak
terjerumus dalam pergaulan yang salah. Tak heran jika akhirnya banyak remaja yang menjadi
korban salah pergaulan.
Di masyarakat kita, kebanyakan orang tua masih menganggap anak yang nakal itu salah,
tanpa melihat latar belakang dari kenakalan itu sendiri. Padahal, anak nakal itu umumnya karena
mereka butuh perhatian lebih dari orang-orang di sekitarnya. Dangan kata lain, mereka merasa
kurang mendapatkan perhatian. Jadi tidak selalu benar bahwa anak nakal itu salah. Dalam hal ini,
6
orang tua dituntut mampu menangkap sinyal-sinyal semacam itu, dengan lebih berperan aktif
dalam memerhatikan putra-putrinya.
Mau tidak mau orang tua harus menyadari bahwa kesalahan tidak selalu pada anak, tetapi
sedikit banyak juga ada andil dari kesalahan orang tua dalam mendidik mereka. Memberi ruang
bagi anak untuk membangun komunikasi yang baik dan intens dengan orang tua, melalui diskusi
bersama keluarga dalam hal-hal kecil maupun saat menghadapi masalah, bisa menjadi langkah
antisipatif untuk menghindari kenakalan temaja. Penanaman sikap berani berbuat, berani
bertanggung jawab juga akan membuat anak bertindak secara rasional, dan tidak mudah terjebak
pada hal-hal yang merugikan dirinya dan orang lain.
Jika memang terlanjur berbuat salah, maka tekankan pada anak untuk bisa belajar dari
kesalahannya sehingga ke depannya kesalahan itu tidak terulang lagi. Kita harus ingat bahwa
orang yang baik bukan orang yang tidak bersalah, melainkan orang yang berani bertanggung-
jawab atas kesalahannya dan berusaha untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.
7
Tahap ini remaja berjuang untuk mencari idenditas dirinya yang akan menentukan
peranannya didalam masyarakat, yaitu idenditas didalam bidang seksual, umur dan pekerjaan.
Kelompok usia ini menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut
a. Remaja bersifat ingin tahu
b. Protes terhadap orang tua
c. Sangat memperhatikan badan sendiri
d. Setia kawan dengan kelompok sebaya
e. Perilaku yang sangat labil dan berubah-ubah
8
Apabila hal ini semua diterapkan maka para remaja dengan sendirinya akan mendekati orang
tuanya, sebab orang tualah yang dianggap sebagai satu-satunya tempat berlindung serta
tempat bertumpu yang tepat.
9
saudara kandungnya. Perlakukan anak, satu dengan lainnya secara adil. Berikan mereka aturan,
ciptakan kehangatan. Komunikasi yang sehat, seninya melalui nada suara yang tidak terlalu
tinggi. Harus bersikap bijak dengan menjadi pendengar yang terbaik bagi mereka, hingga mereka
bisa menumpahkan semua kesulitannya. Saat mereka berkomunikasi jangan diinterupsi dulu.
Seandainya orangtua tidak mengindahkan seni komunikasi yang baik terhadap anak, bisa jadi
mereka akan lari dari kenyataan.Mungkin saja ke tempat temannya. Identitas dirinya sangat
diperlukan, mereka sudah mengidolakan orang lain, barangkali juga sudah naksir seseorang.
Perasaannya bisa saja ditumpahkan pada orang yang tidak tepat. Mereka jadi sering kabur dari
rumah, cari perhatian dengan kelompoknya dan sebagainya. Kalau anak menjelang remaja sudah
mengarah ke gangguan tingkah laku, serta masalah kriminal, adalah jika salah didik atau salah
asuh. Utamanya bagi mereka yang orangtuanya terlalu sibuk, tidak sempat memberikan
pendidikan seks pada anak, sementara seks sekunder mereka sudah mulai matang. Adalah
berbahaya jika pengetahuan seksnya minimal, mereka bisa salah arah pergaulan.
Seringkali karena pengalaman dan tekanan dari lingkungan, remaja dihinggapi rasa
rendah diri, apabila menghadapi masalah demikian, maka sebaiknya orangtua mengusahakan
hal-hal sebagai berikut :
a. menyadarkan remaja bahwa keinginan tanpa usaha yang penuh ketekunan akan sia-sia
b. tonjolkan kelebihan yang terlibat pada remaja tadi, agar ia mengabaikan kelemahannya dan
selanjutnya bertumpu pada kelebihannya tersebut
10
Menghadapi masa peralihan menuju dewasa, remaja sering membutuhkan dorongan dari
orang tua. Terutama saat mengalami kegagalan yang mampu menyurutkan semangat mereka.
Pada saat itu, orang tua perlu menanamkan keberanian dan rasa percaya diri remaja dalam
menghadapi masalah, serta tidak gampang menyerah dari kesulitan.
11
menghakimi, tetapi dengan jiwa besar justru harus merangkul remaja yang bermasalah
tersebut.
g. Peran Sebagai Komunikator.
Suasana harmonis dan saling memahami antara orang tua dan remaja, dapat menciptakan
komunikasi yang baik. Orang tua perlu membicarakan segala topik secara terbuka tetapi arif.
Menciptakan rasa aman dan telindung untuk memberanikan anak dalam menerima uluran
tangan orang tua secara terbuka dan membicarakan masalahnya. Artinya tidak menghardik
anak.
12
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
13
Ramadhanti II
5. Zaldi L Anak 9 bulan --- -- ---
Febriansyah III
j. genogram
terlampir
k. tipe keluarga : Nuclear Family
l. suku bangsa : Indonesia
m. agama : islam
n. Religi : Keluarga bpk. Atang semuanya beragama islam. Cara agama
yang fanatic. Seperti biasa anak-anak bpk. Atang mulai dari kecil
diberi ilmu agama islam dan mengaji.
o. status sosial ekonomi : Dalam keluarga ini yang bekerja hanya KK saja. Pendapatan
yang diperolehnya sebagai buruh tidak mesti tergantung ramai
tidaknya pembeli. menurut keluarga pendapatan itu dapat
mencukupi kebutuhan keluarga. Meskipun terkadang jika kurang
keluarga tersebut meminjam kekeluarganya yang lain.
p.aktivitas rekreasi keluarga : yang dilakukan oleh keluarga bpk.soko memanfaatkan waktu
luang dengan cara menonton TV bersama dan jalan-jalan
bersama.
14
c. riwayat kesehatan keluarga inti
Anggota keluarga tidak pernah mengalami penyakit yang serius, hanya mengalami
demam, flu dan setelah itu sembuh
d.riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
bpk dari ibu pernah mengalami penyakit Diabetes melitus dsan akhirnya meninggal
dunia.
3. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah
1). Denah rumah
J
8 7 12
1
11
10
9
6 3 2
5 1
4
KETERANGAN
J : Jendela
P : Pintu
15
1 : ruang tamu
2 : jendela kamar
3 : kamar
4 : ruang santai
5 : kamar
6 : dapur
7 : sumur
8 : kamar mandi
9 : WC
10 : tempat cuci
11 : ruang keluarga
12 : ruang makan
16
Sumber pencemaran berasal dari sisa air cucian (piring dan pakaian) dan sisa dari
sampah dapur.
17
terlampir
4. Struktur Keluarga
a. pola komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ini kurang begitu baik antara ayah dan anak I, karena
adanya kesibukan dari bapak atang. Beliau berangkat pagi dan pulang malam
sehingga komunikasi antara ayah dan anak berkurang. Dan disebabkam juga
karena ayah mempunyai sifat pendiam sedangkan anak I mempunyai sifat yang
cuek. Sedangkan pada anak II tidak ada masalah karena anak II sering
berkomunikasi baik dengan ayah melalui telepon dan anak II mempunyai sifat
peduli pada keluarganya.
Dalam setiap pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah
18
- Anak sekolah
- Usia remaja
Anak II :
- Anak kedua dari ayah dan ibu
- Adik dari anak I
- Usia sekolah
- Kakak dari anak III
Anak III :
- adik dari anak I dan II
5. fungsi keluarga
a. fungsi afeksi
1. kebutuhan-kebutuhan keluarga,pola-pola respon
Kebutuhan keluarga ingin membuat identitas anak keduanya diberikan kepada saudara
pertama dari bapak dan mempunyai kepercayaan penuh terhadap saudara tersebut.
2. Hubungan keakraban
Terjalin dengan baik antara tetangga dan bersama saudaranya termasuk keakraban
kepada saudara pertama dari bapak
3. pertalian hubungan
(diagram kedekatan dalam keluarga terlampir)
4. perpisahan dan kekerabatan
Tidak ada
19
b. fungsi sosial
1. cara pola asuh pada anak
Pola asuh dalam keluarga bapak atang saling ketergantungan satu sama lain.
Menerapkan pengasuhan demokratif, anak sangat terbuka dengan ibunya.
2. siapa yang menjadi pelaku sosialisasi pada anak
ibu dan ayah berperan penting untuk mengasuh anah-anaknya
3. nilai anak-anak dalam keluarga
Kejujuran dan disiplin diterapkan benar pada anak-anaknya
4. keyakinan budaya yang mempengaruhi pola asuh
Tidak ada budaya yang mempengaruhi dalam pola asuh
5. pengaruh kelas sosial dalam pengasuhan
tidak ada
6. estimasi resiko masalah pengasuhan
tidak ada
7. kelayakan lingkungan rumah untuk bermain bagi anak
Lingkungan disekitar rumah tidak layak digunakan sebagai tempat bermain anak.
Karena didepan rumah bapak atang merupakan jalan yang digunakan masyarakat
sehari-hari.
2 kebersihan perseorangan
- Personal Hygiene ; mandi sehari 2x sehari.
- Ibu menyuruh anaknya untuk mandi secara teratur
20
4. penyakit keturunan
- Asma, DM (belum pasti)
5. penyakit kronis/menular
- flu
6. kecacatan
- tidak ada
7. pola makan
- makan 3x sehari secara teratur
8. pola istirahat
- Anak 1 istirahat sehari kurang lebih 8 jam perhari
- Anak II Istirahat kurang lebih 10 jam perhari
- Anak III istirahat kurang lebih 12 jam perhari
- Ibu istirahat kurang lebih 7 jam perhari
- Ayah istirahat kurang lebih 5 jam perhari
9. ketergantungan obat/bahan
tidak ada
d. fungsi reproduksi
keluarga Bpk atang mempunyai 3 orang anak
21
6. Stress Dan Koping Keluarga
a. Stressor jangnka pendek dan jangka panjang
- Stressor jangka pendek
Yang biasanya menjadi stressor jangka pendek pada keluarga bpk. Atang adalah mengenai
pendidikan anak dan nilai sekolah anak I dan anak II.
c. Kemampuan berespon
- Berpendapat bahwa itu merupakan masalah yang biasa saja dan pasti bisa diatasi.
7. PEMERIKSAAN FISIK
no Nama TB BB LLA TD N R S Ket
Cm Kg Cm MmHg
1. Ibu 153 72 31 120/80 80x/m 20 37°
2. Ayah 157 43 20 120/70 90x/m 18 37,5°
3. Septi 153,5 45 25 100/70 85x/m 19 37°
4. Ninda 149,5 36 20 90/70 81x/m 16 37°
5. Zaldi 14
22
8. Harapan Keluarga terhadap perawatan kesehatan keluarga
a. persepsi terhadap masalah
keluarga memandang kesehatan sangat penting bagi keluarganya, karena apabila ada satu
keluarga yang mengalami gangguan terhadap salah satu anggota keluarganya maka ibu akan
berusaha mencari laternatif untuk mengatasi masalah tersebut.
23
2 S: Ibu A Aktual Koping keluarga KMK mengambil
mengatakan tidak efektif : keputusan dalam
bahwa anak I stimulasi pembuatan jam
kalau belajar perkembangan belajar anak I
sambil nonton (membimbing
televisi dan belajar anak)
tidak fokus
gengan apa
yang
dipelajari, anak
I lebih sering
mengabaikan
bukunya dan
asyik nonton
TV
O:-
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penampilan peran parenting pada keluarga bp. A tidak efektif b/d ketergantungan jadwal
pekerjaan (kurangnya interaksi Bp. A terhadap An. I)
No Kriteria Penghitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 3/3*1 1
2 Kemungkinan masalah 1/2*2 1
dapat diubah
3 Potensial masalah untuk 1/1*1 1
dicegah
4 Menonjolnya masalah 2/2*2 2
Jumlah 5
24
2. Koping keluarga tidak efektif : stimulasi perkembangan (membimbing belajar anak) b/d
KMK mengambil keputusan dalam pembuatan jam belajar
No Kriteria Penghitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 3/3*1 1
2 Kemungkinan masalah 2/2*2 2
dapat diubah
3 Potensial masalah untuk 3/3*1 1
dicegah
4 Menonjolnya masalah 2/2*1 1
Jumlah 5
25
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan Rencana Keperawatan Intervensi
0 Keperawatan Panjang Pendek KRIT Standar
1 Penampilan peran Setelah dilakukan Setelah pertemuan 1x45 menit
parenting pada tindakan keluarga dapat
keluarga bp. A keperawatan 1. mengenal masalah dengan
tidak efektif b/d selama 1 minggu keluarga mampu:
ketergantungan keluarga mampu a) menyebutkan tentang respon Masa remaja a) kaji kemampuan
jadwal pekerjaan mengidentifikasi masalah yang biasa verbal merupakan fase tentang pengertian
(kurangnya peran orang tua dihadapi oleh remaja pertumbuhan lahir masalah remaja
interaksi Bp. A dalam maupun bathin yang b) jelaskan tentang
terhadap An. I) menghadapi anak rentan dengan gejolak masalah yang
remaja intern dan ekstern biasanya dihadapi
yang penuh dinamika. remaja
Fase akil balig ini c) perhatikan respon
penuh tantangan verbal maupun non
terkait dengan verbal
pembentukan d) kaji ulang
kepribadian dan kemampuan keluarga
karakter mereka. tentang masalah
26
Idealnya orangtua remaja
sejak dini e) beri reinforcement
mempersiapkan si positif atas
anak untuk menyadari kemampuannya
proses perubahan fisik
maupun psikisnya.
27
tubuhnya secara e. beri reinforcement
lebih efektif positif atas
4. mengharapkan dan kemampuannya
mencapai perilaku
sosial yang
bertanggung jawab
5. memiliki
keterampilan sosial
untuk dapat
menyesuaikan diri
dengan kehidupan
sehari-hari
28
panutan c) perhatikan respon
d. peran sebagai verbal maupun non
pengawas verbal
e. peran sebagai teman d) kaji ulang
f. peran sebagai kemampuan keluarga
konselor tentang peran orang
g. peran sebagai tua menghadapi
komunikator remaja
e) beri reinforcement
positif atas
kemampuannya
2. mengambil keputusan
dengan keluarga
mampu
29
menjadi dewasa dan remaja
mandiri b) beri reinforcement
2. memfokuskan positif atas
kembali hubungan kemampuannya
perkawinan
3. berkomunikasi
secara terbuka antara
orang tua dan anak
b. menyebutkan harapan Respon a) identifikasi bersama
keluarga terhadap verbal keluarga tentang
Anak I harapan keluarga
terhadap anak I
b) beri reinforcement
positif atas
kemampuannya
30
3. merawat anggota
keluarga yang mengalami
gangguan dengan
keluarga mampu:
a. mengidentifikasi tentang Respon Kesibukan dalam a) identifikasi bersama
peran orang tua yang belum verbal pekerjaan sehari-hari keluarga tentang
tercapai dalam memenuhi mengakibatkan adanya peran orang tua yang
tugas perkembangan remaja gangguan komunikasi belum tercapai dalam
atau interaksi sosial memenuhi tugas
dalam keluarga perkembangan remaja
b) jelaskan tentang peran
orang tua yang belum
tercapai dalam
memenuhi tugas
perkembangan remaja
c) perhatikan respon
verbal dan non verbal
d) kaji ulang kemampuan
keluarga tentang peran
31
orang tua yang belum
tercapai dalam
memenuhi tugas
perkembangan remaja
e) beri reinforcement
positif atas
kemampuannya
32
untuk ngobrol dan keluarga tentang cara
nonton tv bersama mengatasi peran orang
d. memberikan tua yang belum
keleluasaan untuk tercapai
anak dalam e) beri reinforcement
menyampaikan positif atas
pendapatnya dan kemampuannya
masalah yang sedang
dihadapi oleh anak I
e. pengambilan
keputusan secara
demokratis dengan
melibatkan seluruh
anggota keluarga
4. memodifikasi dan
memelihara lingkungan
dengan keluarga mampu :
Mengidentifikasi tentang Respon a) identifikasi bersama
lingkungan rumah yang dapat verbal keluarga tentang
33
mempengaruhi terciptanya lingkungan rumah
peran parenting yang dapat
mempengaruhi
terciptanya peran
parenting
b) beri reinforcement
positif atas
kemampuannya
4. menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan
dengan keluarga mampu:
a) mengidentifikasi tempat respon Fasilitas pelayanan a) diskusikan tentang
pelayanan konsultasi verbal konsultasi disekolah tempat pelayanan
disekolah adalah guru BK bimbingan
(Bimbingan konseling) konseling disekolah
b) anjurkan dan
motivasi agar
secepatnya pergi
ketempat pelayanan
bimbingan
34
konseling di sekolah
2 Koping keluarga Setelah dilakukan Setelah pertemuan 1x45 menit
tidak efektif : tindakan keluarga dapat
stimulasi keperawatan 1. mengenal masalah
perkembangan selama 1 minggu dengan keluarga
(membimbing khususnya pada mampu:
belajar anak) b/d anak I keluarga a) menyebutkan tentang respon Belajar adalah suatu a) kaji kemampuan
KMK mengambil mampu pengertian belajar verbal aktivitas mental/psikis tentang pengertian
keputusan dalam mengelola yang berlangsung belajar
pembuatan jam masalah belajar dalam interaksi aktif b) jelaskan tentang
belajar yang dialami oleh dengan lingkungan, pengertian belajar
anak I (merawat) yang menghasilkan c) perhatikan respon
dengan baik perubahan-perubahan verbal maupun non
dalam pengetahuan, verbal
pemahaman, d) kaji ulang
keterampilan dan nilai kemampuan keluarga
sikap. Perubahan tentang belajar
tersebut bersifat relatif e) beri reinforcement
konstan (tetap) dan positif atas
berbekas. kemampuannya
35
faktor yang
b) menyebutkan tentang respon mempengruhi dalam a) kaji kemampuan
faktor yang verbal belajar adalah: faktor yang
mempengruhi dalam a. internal meliputi: mempengruhi dalam
belajar fisik, psikis belajar
b. eksternal meliputi: b) jelaskan tentang
Lingkungan Sosial faktor yang
(keluarga, guru, mempengruhi dalam
teman), Lingkungan belajar
non sosial (rumah, c) perhatikan respon
sekolah, fasilitas), verbal maupun non
Cara belajar verbal
d) kaji ulang
kemampuan keluarga
faktor yang
mempengruhi dalam
belajar
e) beri reinforcement
positif atas
kemampuannya
36
c) menyebutkan fungsi Respon Fungsi belajar adalah a) kaji kemampuan
belajar verbal a. untuk menambah tentang fungsi belajar
pengetahuan b) jelaskan tentang
b. untuk meningkatkan fungsi belajar
prestasi c) perhatikan respon
c. untuk meraih cita- verbal maupun non
cita verbal
d) kaji ulang
kemampuan keluarga
fungsi belajar
e) beri reinforcement
positif atas
kemampuannya
37
b) diskusikan tentang
tindakan yang harus
dilakukan
c) beri reinforcement
positif atas
kemampuannya
2. mengambil keputusan
dengan keluarga
mampu
a. mengidentifikasi jam Respon a) identifikasi bersama
belajar untuk anak verbal keluarga tentang
penentuan jam belajar
yang ditetapkan untuk
anak
b) beri reinforcement
positif atas
kemampuannya
38
b. menyebutkan harapan Respon a) identifikasi bersama
keluarga terhadap verbal keluarga tentang
proses belajar harapan keluarga
terhadap proses
belajar
b) beri reinforcement
positif atas
kemampuannya
3. merawat anggota
keluarga yang mengalami
gangguan dengan
keluarga mampu:
a. mengidentifikasi tentang Respon Peran orang tua dalam a) identifikasi bersama
peran orang tua dalam verbal membantu anak I keluarga tentang
membantu anak I untuk untuk belajar peran orang tua dalam
belajar a. Mulailah dengan membantu anak I
mengajarinya untuk untuk belajar
belajar dan membuat b) jelaskan tentang peran
39
PR secara teratur, orang tua terhadap
dan rutin proses belajar anak I
b. Tanamkanlah dalam c) perhatikan respon
diri anak bahwa verbal dan non verbal
kegiatan belajar d) kaji ulang kemampuan
adalah sesuatu yang keluarga tentang peran
perlu diprioritaskan orang tua terhadap
dalam kegiatan proses belajar anak I
sehari-hari e) beri reinforcement
c. Perhatikanlah positif atas
bagaimana anak kemampuannya
belajar
d. bantu anak jika dia
mengalami kesulitan
dalam mengerjakan
PR-nya
e.Pujilah usahanya
dalam belajar dan
membuat perkerjaan
rumah, bukan cuma
40
hasil akhirnya saja
f. Berilah pujian atau
penghargaan pada
anak atas usaha dan
susah payahnya
g. atur agar anak
mempunyai tempat
belajar yang cukup
dan nyaman
h. sediakan alat tulis
menulis yang ia
perlukan dan buku-
buku yang ia
butuhkan
i. ajari anak untuk
membuat jadwal
kegiatannya sehari-
hari
j. Biasakan pula anak
untuk memiliki
41
agenda sekolah
42
b. menyebutkan cara belajar Respon cara belajar baik a) identifikasi bersama
yang baik verbal adalah: keluarga tentang cara
a. Belajar Kelompok belajar yang baik
b. Rajin Membuat b) jelaskan tentang cara
Catatan Intisari belajar yang baik
Pelajaran c) perhatikan respon
c. Membuat verbal dan non verbal
Perencanaan Yang d) kaji ulang kemampuan
Baik keluarga tentang cara
d. Disiplin Dalam belajar yang baik
Belajar e) beri reinforcement
e. Menjadi Aktif positif atas
Bertanya dan kemampuannya
Ditanya
f. Belajar Dengan
Serius dan Tekun
g. Hindari Belajar
Berlebihan
h. Jujur Dalam
43
Mengerjakan
Ulangan Dan Ujian
i. cari tempat yang
tenang dalam belajar
4. memodifikasi dan
memelihara lingkungan
dengan keluarga mampu:
a) mengidentifikasi respon a) identifikasi bersama
tentang lingkungan verbal keluarga tentang
rumah yang dapat lingkungan rumah
mempengaruhi proses yang dapat
belajar mempengaruhi proses
belajar
b) beri reinforcement
. positif atas
kemampuannya
44
5. menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan
dengan keluarga mampu:
b) mengidentifikasi tempat respon Fasilitas pelayanan a) diskusikan tentang
pelayanan konsultasi verbal konsultasi disekolah tempat pelayanan
disekolah adalah guru BK bimbingan
(Bimbingan konseling) konseling disekolah
b) anjurkan dan
motivasi agar
secepatnya pergi
ketempat pelayanan
bimbingan
konseling di sekolah
45
4. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
Keperawatan
Penampilan peran 15 desember 2008 1. Menanyakan S:
parenting pada tentang - ” saya sudah
keluarga bp. A tidak pengertian faham mas, saya
efektif b/d remaja kepada akan
ketergantungan bapak Atang dan menyempatkan
jadwal pekerjaan Ibu Atang waktu untuk
(kurangnya 2. Menjelaskan pulang lebih awal
interaksi Bp. A tentang tahap untuk bertemu
terhadap An. I) perkembangan anak saya”. Kata
remaja Bp. Atang
3. Menjelaskan - ”saya harus
tentang ciri dan banyak bicara
tuntutan dengan anak
perkembangan saya”. Kata bp.
remaja Atang
4. Menjelaskan - ” saya sudah mulai
tentang sikap bisa meluangkan
orang tua waktu di rumah”
terhadap remaja O:
5. Menjelaskan - Bapak Atang
tentang Hal yang terlihat paham
perlu dengan peran
diperhatikan parenting
dalam membina - Bapak Atang
remaja masih jarang
6. Menjelaskan bicara dengan
tentang Peran anaknya
Orang Tua A : Tujuan tercapai
Dalam sebagian
46
Pembinaan P : Lanjutkan
Remaja Intervensi dan
kaji adanya
masalah baru
47
mendampingi - Anak dan
proses belajar orang tua
anak terlihat
7. Membantu harmonis
membuatkan A : Tujuan tercapai
jam belajar P : Hentikan
untuk anak. intervensi dan
kaji adanya
masalah baru
48