Oleh :
Kelompok 13
POLITEKNIK KESEHATAN
DENPASAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. AIR
1.1 Definisi
Air adalah cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
yang secara kimia mengandung hydrogen dan oksigen. Air terdapat dan
diperlukan dalam kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan sebagai 70%
penyusun kehidupan. Sehingga air merupakan elemen esensial bagi
kehidupan. Dalam tubuh makhluk hidup air berperan sebagai alat
transportasi (zat gizi dan limbah metabolisme), reaktan maupun sebagai
media reaksi, stabilisasi (biopolymer dan suhu), serta sebagai fasilitator
terhadap sifat dinamis makromolekul (misalnya enzim). Air dapat
bersumber dari air permukaan seperti air danau, sungai, bendungan, dan
air hujan. Air dalam tanah misalnya sumur dan artesis. Dilihat dari
parameter kandungan bahan organic, jumlah mikroba dan kandungan
mineralnya, air permukaan dapat dibedakan dari air yang bersumber dari
dalam tanah (Legowo, Nurwantoro, & Sutaryo, 2007)(Rusdan, 2008).
Sumber air Bahan organic Jumlah mikroba Mineral
Air permukaan Dapat tinggi Dapat tinggi Rendah
Sumur Dapat tinggi Dapat tinggi Biasanya rendah
artesis Rendah rendah Tinggi
Secara fisik, kualitas air meliputi parameter rasa dan bau yang harus terbebas dari
rasa dan aroma yang tidak dikehendaki, warna air harus lebih kecil daripada
warna ekivalen 20 ppm standar warna kobalt dan kekeruhan harus lebih rendah
daripada 10 ppm standar silica terlarut. Secara kimiawi dipandang dari parameter
padatan dan gas yang terlarut, pH, kesadahan dan lain-lain. Secara mikrobiologi
ditentukan dengan standar penentuan jumlah coliform (Escherichia coli dan
Aerobacter) yaitu jenis bakteri yang menunjukkan adanya pencemaran kotoran
manusia atau hewan dalam air.
1.2 Sumber air
Sumber air adalah air permukaan, air tanah dan air meteoric. Air permukaan
adalah air yang terdiri dari air sungai, air danau, air waduk, air saluran, mata air,
air rawa dan air gua/air karst. Air tanah dapat dibagi menjadi air tanah bbas dan air
tanah tertekan. Air tanah bebas adalah air dari akifer yang hanya sebagian terisi air
dan terletak pada suatu dasar yang kedap air serta mempunyai permukaan bebas.
Sedangkan air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air
dengan bagian atas dan bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air. air
meteorik adalah air meteorik dari labu ukur di stasion meteo, air meteorik yang
ditampung langsung dari hujan dan air meteorik dari bak penampung air hujan.
2. SAMPLING AIR
Merupakan proses pengumpulan contoh (dalam hal ini berupa air) untuk ditentukan
atau diukur karakteristiknya. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
sampling air diantaranya:
- Tujuan pengambilan sampel (contoh) air. Missal : untuk praktikum, penelitian dan
monitoring
- Peta lokasi dan sarana penunjang
- Biaya dan waktu
- Alat tulis
- Kemungkinan adanya polusi pada lokasi sampling (industry, pertanian, domestic
dan peternakan)
- Kondisi air (jernih, berbusa, berwarna, berbau)
- Sampel diambil triplikat
- Sampel harus diberi label
b. Jala Surber, terbuat dari benang nilon yang ditenun dan mempunyai
ukuran mata jaring 0,595 mm dalam keadaan terbuka, panjang jala
69 cm dan ukuran permukaan depan 30,5 cm x 30,5 cm, alat ini
biasa diper- gunakan pada sumber air yang alirannya deras dan
mempunyai dasar berbatu-batu, contoh alat ini adalah tipe Jala
Surber (Gambar 9)
Gambar 9
c. Petersen Grab, terbuat dari baja yang luasnya antara 0,06 – 0,09 m2
dengan berat antara 13,7 – 31,8 kg, biasanya dipergunakan pada
sumber air yang mempunyai dasar keras, misalnya lempung, batu
dan pasir, contoh alat ini adalah tipe Petersen Grab (Gambar 10).
Gambar 10
Ponar Grab, terbuat dari baja yang luasnya 23 x 23 cm2 dengan
berat lebih kurang ± 20 kg, banyak dipergunakan di danau yang
dalam dan pada sumber air yang bervariasi, contoh alat ini adalah
tipe Ponar Grab (Gambar 11).
Gambar 11
4.8 Waktu
Interval waktu pengambilan contoh diatur agar contoh diambil pada hari dan jam
yang berbeda sehingga dapat diketahui perbedaan kualitas air setiap hari maupun
setiap jam. Caranya dilakukan dengan menggeser jam dan hari pengambilan pada
waktu pengambilan contoh berikutnya, misalnya pengambilan hari pertama hari
senin jam 06.00, pengambilan berikutnya hari selasa jam 07.00 dan seterusnya.
Waktu pengambilan contoh dilakukan berdasarkan keperluan sebagai berikut :
a. Untuk keperluan survei pendahuluan dalam rangka pengenalan daerah,
waktu pengambilan contoh dapat dilaksanakan pada saat survei;
b. Untuk keperluan perencanaan danpemanfaatan diperlukan data
pemantauan kualitas air, yang diambil pada waktu tertentu dan periode
yang tetap, tergantung pada jenis air dan tingkat pencemaran sebagai
berikut :
- sungai/saluran yang tercemar berat, setiap dua minggu sekali
selama setahun.
- sungai/saluran yang tercemar ringan sampai sedang, sebulan
sekali selama setahun
- sungai/saluran alami yang belum tercemar, tiga bulan sekali
selama setahun
- danau/waduk setiap dua bulan sekali selama setahun;air tanah
setiap tiga bulan sekali selama setahun
- air meteorik sesuai dengan keperluan.
c. Untuk studi dan penelitian.
d : kedalaman air
L : lebar sungai
B. Parameter Fisika
1. Bau
Bau suatu perairan dapat disebabkan oleh adanya dekomposisi zat-zat
organik pada suatu perairan yang dapat menimbulkan gas-gas. Gas yang keluar
dari hasil dekomposisi bukan saja menimbulkan bau yang kurang sedap tetapi
dapat pula mematikan biota yang ada di dalamnya.
2. Rasa
Parameter rasa erat hubungannya dengan pengujian parameter warna dan bau
sehingga seringkali pada pelaksanaannya digabungkan. Rasa suatu perairan
dalam kondisi bair berasa hambar, bila suatu perairan sudah berwarna kurang
baik atau/dan bau yang kurang sedap secara otomatis akan mempunyai rasa yang
kurang enak.
3. Warna
Warna perairan dapat dipakai sebagai parameter apakah suatu perairan sudah
tercemar atau belum. Warna perairan dapat pula dipengaruhi oleh biota yang ada
didalamnya, misalnya algae, plankton dan tumbuhan air. Air sungai pada
umumnya berwarna bening sampai kecoklatan, hal ini karena dipengaruhi oleh
adanya pencucian badan sungai itu sendiri dan kandungan suspensi didalamnya.
4. Suhu
Suhu dari suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang,ketinggian dari
permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran
seserta kedalaman badan air adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi
kehidupan organisme, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme
maupun pengembangbiakan dari organism tersebut.
5. Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi adalah padatan yang
menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap. Padatan
tersuspensi terdiri dari partikel0partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil
dari pada sedimen, seperti bahan-bahan organik tertentu, tanah liat dan lainnya.
Pertikel menurunkan intensitas cahaya yang tersuspensi dalam air umumnya
terdiri dari fitoplankton, zooplankton, kotoran hewan, sisa tanaman dan hewan,
kotoran manusia dan limbah industri.
6. Total Dissolved Solid (TDS) skala NTU
Total Dissolved Solid atau padatan terlarut adalah padatan yang mempunyai
ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi. Bahan terlarut pada perairan alami
tidak bersifat toksis, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan nilai
kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke
kolom air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis diperairan.
C. Parameter mikrobiologi
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidakadanya
bakteri E. coli atau fecal coli dalam air.
Dalam peraturan yang ada di Surabaya berdasarkan parameter di atas, maka
kualitas air dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan peruntukannya. Kualifikasi
mutu air ditetapkan menjadi empat kelas berdasarkan Perda Kota Surabaya No. 2
Tahun 2004, yaitu:
A. Kelas I, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut
B. Kelas II, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
sarana/prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar dan air payau,
peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan/atau peruntukan lain yang
mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
C. Kelas III, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pembudidayaan ikan air tawar dan air payau, peternakan, air untuk mengairi
pertamanan, dan.atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut
D. Kelas IV, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertamanan
dan/atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
2. dengan alat khusus; tahapan pengambilan contoh dengan cara alat khusus
sebagai berikut :
a. siapkan botol KOB yang bersih dan mempunyai volume ± 300 ml serta
dilengkapi dengan tutup asah;
b. masukkan botol ke dalam alat khusus
c. ikuti prosedur pemakaian alat tersebut.
C. Pemeriksaan Mikrobiologi
Pengambilan contoh untuk pemeriksaan mikrobiologi dapat dilakukan
pada air tanah dengan penjelasan sebagai berikut :
1. air permukaan secara langsung tahapan pengambilan contoh ini sebagai
berikut :
a. siapkan botol yang volumenya paling sedikit 100 ml dan telah disterilkan
pada suhu 120 0C selama 15 menit atau dengan cara sterilisai lain;
b. ambil contoh dengan cara memegang botol steril bagian bawah dan
celupkan botol steril ± 20 cm di bawah permukaan air dengan posisi mulut
botol berlawanan dengan arah aliran.
2. air permukaan secara tidak langsung dari jembatan atau lintasan gantung,
tahapan pengambilan ini sebagai berikut :
a. siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas aluminium;
b. ikat botol dengan tali dan pasang pemberat di bagian dasar botol;
c. buka pembungkus kertas di bagian mulut botol dan turunkan botol
perlahan-lahan ke dalam permukaan air;
d. tarik tali sambil digulung;
e. buang sebagian isi botol hingga volumenya ±3/4 volume botol;
f. bakar bagian mulut botol, kemudian botol ditutup kembali.
3. air tanah pada sumur gali; tahapan pengambilan contoh sama dengan
pengambilan contoh pada air permukaan dari jembatan atau lintasan gantung.
4. air tanah pada kran air; Tahapan pengambilan contoh sebagai berikut :
a. siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas aluminium;
b. bukan kran selama 1-2 menit;
c. sterilkan kran dengan cara membakar mulut kran sampai keluar uap air;
d. alirkan lagi air selama 1-2 menit;
e. buka tutup botol steril dan isi sampai ±3/4 volume botol;
f. bakar bagian mulut botol, kemudian botol ditutup lagi.
D. Parameter Lapangan
2. Masukkan kedalam alat penyaring yang telah dilengkapi kertas saring yang
mempunyai ukuran pori 0-0,45 μm dan saring sampai selesai;
3. Air saringan ditampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sesuai dengan
keperluan.
B. Ekstraksi Contoh untuk Pemeriksaan Pestisida
Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :
1. Contoh dikocok secara merata dan ukur volumenya sebanyak 1 liter dengan
gelas ukur;
2. Tuangkan contoh ke dalam labu ekstrak;
3. Bilas gelas ukur dengan 60 ml campuran pelarut organik (n-hexana 85% dan
Diethyl Ether 15%), kemudian tuangkan pelarut organik tersebut ke dalam
labu ekstrak dan kocok selama 2 menit;
4. Biarkan sampai terjadi pemisahan fase paling sediki ±10 menit;
5. Tampung fase air dari labu ekstrak ke dalam gelas ukur dan secara hati-hati
tuangkanlah lapisan fase organik melalui kolom yang berdiameter luar 2 cm
dan berisi Na2SO4 bebas air setinggi 10 cm ke dalam wadah khusus;
6. Tuangkan kembali fase air di dalam gelas ukur tadi ke dalam labu ekstrak;
4. Gelas ukur tadi dibilas secara hati-hati dengan 30 ml pelarut organik (jenis
pelarut organik disesuaikan dengan metode pemeriksaan yang digunakan),
dan masukkan ke dalam labu ekstrak;
5. Dikocok kuat-kuat selama 2 menit dan bila terjadi emulsi yang stabil (tidak
terjadi pemisahan fase yang jelas), dikocok lagi selama 5-10 menit;
6. Dibiarkan sampai terjadi pemisahan fase;
7. Fase organiknya dikeluarkan melalui corong yang berisi kertas saring dan
Na2SO4 ke dalam wadah cntoh khusus;
8. Dimasukkan lagi 30 ml pelarut organik ke dalam labu ekstrak;
11. Kertas saring dicuci dengan 10-20 ml pelarut organik dan disatukan dengan
ekstrak ke dalam wadah contoh khusus tadi.
Jenis penyimpanan yang dapat dipakai untuk menyimpan contoh dapat dibuat
dari bahan gelas atau bahan plastik. Persyaratan kedua wadah tersebut harus dapat
ditutup dengan kuat dan rapat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Masing-masing wadah mempunyai kelebihan serta kekurangan. Keuntungan
pemakaian wadah gelas antara lain adalah: mudah mencucinya, mengecek
keadaannya serta mensterilisasikannya. Sedang kekurangannya adalah mudah
pecah selama pengangkutan. Pemakaian wadah dari plastik tidak mudah pecah
dan tahan terhadap pembekuan, akan tetapi sulit membersihkannya.
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tempat wadah contoh
yaitu:
a) Penyerapan zat-zat kimia dari bahan wadah oleh contoh, misalnya bahan
organik dari plastik, natrium, boron dan silika dari gelas;
b) Penyerapan zat-zat kimia dari contoh oleh wadah, misalnya
penyerapan logam-logam oleh gelas atau bahan-bahan organik
oleh plastik;
c) Terjadinya reaksi langsung antara contoh dengan wadah, misalnya
fluorida dengan gelas.
DAFTAR PUSTAKA
Badan standarisasi, N. (1991). Metode pengambilan contoh kualitas air. SNI 06-
2412-1991, 1–48.
Badan standarisasi, N. (2004). Tata cara pengambilan contoh dalam rangka
pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai. SNI 03-7016-
2004, 1–19.
Fatmawati, R., Masrevaniah, A., & Solichin, M. (2012). KALI
NGROWODENGAN MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM QUAL2Kw.
Jurnal Teknik Pengairan, 3(2), 122–131.
Hadi, A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Legowo, A. M., Nurwantoro, & Sutaryo. (2007). ANALISIS PANGAN.
Rusdan, I. H. (2008). Analisa Kadar Air ( Moisture Determination ) Kontrak
Kuliah. BAHAN AJAR Universitas Brawijaya, 1–39.
SNI. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.