Anda di halaman 1dari 44

Teknologi Medical Laboratory

“Teknik Sampling Air Di Kawasan Wisata”

Oleh :

Kelompok 13

I Gusti Ngurah Teja Pratama ( P07134016001 )

Ni Putu Ayu Indah Paramita ( P07134016029 )

I Gusti Ayu Putu Wahyu Purnama Dewi ( P07134016030 )

Desak Made Harumayanti ( P07134016057 )

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN

DENPASAR

2018
BAB I

PENDAHULUAN

Air terdapat dan diperlukan dalam kehidupan manusia, hewan dan


tumbuhan sebagai 70% penyusun kehidupan. Sehingga air merupakan elemen
esensial bagi kehidupan. Dalam tubuh makhluk hidup air berperan sebagai alat
transportasi (zat gizi dan limbah metabolisme), reaktan maupun sebagai media
reaksi, stabilisasi (biopolymer dan suhu), serta sebagai fasilitator terhadap sifat
dinamis makromolekul (misalnya enzim). Air dapat bersumber dari air permukaan
seperti air danau, sungai, bendungan, dan air hujan. Air dalam tanah misalnya
sumur dan artesis.

Untuk pengendalian pencemaran lingkungan khususnya pencemaran


terhadap air sungai sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Untuk
mendapatkan kualitas air yang baik, khususnya didaerah wisata yang dimana banyak
wisatawan asing yang berkunjung. Maka dari itu teknik sampling air yang baik harus di
aplikasikan agar air yang diedarkan di masyarakat khususnya daerah wisata
kualitiasnya tetep terjaga dan aman untuk dikonsumsi. Sampling air merupakan proses
pengumpulan contoh (dalam hal ini berupa air) untuk ditentukan atau diukur
karakteristiknya.

Untuk mendapatkan sampel yang mewakili diperlukan seorang pengambil


sampel yang mampu melalukan prosedur pengambilan dan pengawetan sampel
dengan baik, agar hasil uji laboratorium nantinya merupakan hasil uji yang
nantinya dapat dipertanggungjawabkan kualitas dan kuantitasnya. Jika pada
teknik sampling air tidak dilakukan sesuai SOP yaitu tidak sesuai prosedur
pengambilan dan pengawetan sampel, maka kemungkinan kandungan pada
sampel dapat hilang secara keseluruhan atau sebagian.
BAB II

PEMBAHASAN

1. AIR
1.1 Definisi
Air adalah cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
yang secara kimia mengandung hydrogen dan oksigen. Air terdapat dan
diperlukan dalam kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan sebagai 70%
penyusun kehidupan. Sehingga air merupakan elemen esensial bagi
kehidupan. Dalam tubuh makhluk hidup air berperan sebagai alat
transportasi (zat gizi dan limbah metabolisme), reaktan maupun sebagai
media reaksi, stabilisasi (biopolymer dan suhu), serta sebagai fasilitator
terhadap sifat dinamis makromolekul (misalnya enzim). Air dapat
bersumber dari air permukaan seperti air danau, sungai, bendungan, dan
air hujan. Air dalam tanah misalnya sumur dan artesis. Dilihat dari
parameter kandungan bahan organic, jumlah mikroba dan kandungan
mineralnya, air permukaan dapat dibedakan dari air yang bersumber dari
dalam tanah (Legowo, Nurwantoro, & Sutaryo, 2007)(Rusdan, 2008).
Sumber air Bahan organic Jumlah mikroba Mineral
Air permukaan Dapat tinggi Dapat tinggi Rendah
Sumur Dapat tinggi Dapat tinggi Biasanya rendah
artesis Rendah rendah Tinggi
Secara fisik, kualitas air meliputi parameter rasa dan bau yang harus terbebas dari
rasa dan aroma yang tidak dikehendaki, warna air harus lebih kecil daripada
warna ekivalen 20 ppm standar warna kobalt dan kekeruhan harus lebih rendah
daripada 10 ppm standar silica terlarut. Secara kimiawi dipandang dari parameter
padatan dan gas yang terlarut, pH, kesadahan dan lain-lain. Secara mikrobiologi
ditentukan dengan standar penentuan jumlah coliform (Escherichia coli dan
Aerobacter) yaitu jenis bakteri yang menunjukkan adanya pencemaran kotoran
manusia atau hewan dalam air.
1.2 Sumber air
Sumber air adalah air permukaan, air tanah dan air meteoric. Air permukaan
adalah air yang terdiri dari air sungai, air danau, air waduk, air saluran, mata air,
air rawa dan air gua/air karst. Air tanah dapat dibagi menjadi air tanah bbas dan air
tanah tertekan. Air tanah bebas adalah air dari akifer yang hanya sebagian terisi air
dan terletak pada suatu dasar yang kedap air serta mempunyai permukaan bebas.
Sedangkan air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air
dengan bagian atas dan bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air. air
meteorik adalah air meteorik dari labu ukur di stasion meteo, air meteorik yang
ditampung langsung dari hujan dan air meteorik dari bak penampung air hujan.

1.3 Standar dan kriteria kualitas air


Untuk pengendalian pencemaran lingkungan khususnya pencemaran terhadap air
sungai sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, baku mutu air
digolongkan menjadi:
 Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
 Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut;
 Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digu- nakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut;
 Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut (Fatmawati, Masrevaniah, & Solichin,
2012).

2. SAMPLING AIR
Merupakan proses pengumpulan contoh (dalam hal ini berupa air) untuk ditentukan
atau diukur karakteristiknya. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
sampling air diantaranya:
- Tujuan pengambilan sampel (contoh) air. Missal : untuk praktikum, penelitian dan
monitoring
- Peta lokasi dan sarana penunjang
- Biaya dan waktu
- Alat tulis
- Kemungkinan adanya polusi pada lokasi sampling (industry, pertanian, domestic
dan peternakan)
- Kondisi air (jernih, berbusa, berwarna, berbau)
- Sampel diambil triplikat
- Sampel harus diberi label

3. PERENCANAAN DAN PERSIAPAN SAMPLING AIR


3.1 Perencanaan sampling air
 Menentukan tujuan pengambilan sampel air.
 Menentukan alat pengambilan sampel yang sesuai.
 Menentukan apakah alat pengambilan sampel harus sesuai dengan standar
atau peraturan tertentu.
 Menentukan metode analisis.
 Pemilihan teknik sampling.Menentukan jumlah, volume, dan jenis wadah
sampel.Menentukan waktu, lokasi sampling, dan jenis sampel.
 Menentukan frekuensi sampling.
 Menyiapkan dokumentasi.
 Pengamanan sampel ( identifikasi/kode sampel, pengemasan, penyegelan
wadah jika perlu, transportasi, penyimpanan sampel di lab.

3.2 Persiapan sampling air


• Personil
• Peralatan
• Peralatan uji prameter lapangan
• Prosedur pengambilan sampel
• Wadah sampel
• Bahan pengawet, jika diperlukan
• Dokumentasi
• Rekaman lapangan

4. PERSYARATAN PENGAMBILAN CONTOH (Badan Standarisasi Nasional,


1991)
4.1 Peralatan
4.1.1 Persyaratan alat pengambil contoh
Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh (misalnya untuk
keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak terbuat dari
logam).
- Mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya.
- Contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada sisa
bahan tersuspensi di dalamnya.
- Kapasitas alat 1 – 5 liter tergantung dari maksud pemeriksaan.
- Mudah dan aman dibawa.

4.1.2 Jenis alat pengambil contoh


Beberapa janis alat pengambil contoh yang dapat digunakan meliputi :
 Alat pengambil contoh sederhana (Gambar 1) berupa :botol biasa
atau ember plastik yang digunakan pada permukaan air secara
langsung;botol biasa yang diberi pemberat yang digunakan pada
kedalaman tertentu.
Gambar 1

 Alat pengambil contoh setempat secara mendatar yang


dipergunakan untuk mengambil contoh di sungai atau di tempat
yang airnya mengalir pada kedalaman tertentu, contoh alat ini
adalah tipe Wohlenberg (Gambar 2)
Gambar 2

 Alat pengambil contoh setempat secara tegak dipergunakan untuk


mengambil contoh pada lokasi yang airnya tenang atau alirannya
sangat lambat seperti di danau, waduk dan muara sungai pada
kedalaman tertentu, contoh alat ini adalah tipe Ruttner (Gambar 3)
Gambar 3
 Alat pengambil contoh pada kedalaman yang terpadu untuk
pemeriksaan zat padat tersuspensi atau untuk mendapatkan contoh
yang mewakili semua lapisan air, contoh alat ini adalah tipe USDH
(Gambar 4).
Gambar 4
 Alat pengambil contoh secara otomatis yang dilengkapi alat
pengatur waktu dan volume yang diambil, digunakan untuk
contoh gabungan waktu dari air limbah atau air sungai yang
tercemar, agar diperoleh kualitas air rata-rata selama periode
tertentu (Gambar 5)
Gambar 5

 Alat pengambil untuk pemeriksaan gas terlarut, yang dilengkapi


tutup, sehingga alat dapat tertutup segera setelah terisi penuh,
contoh alat ini adalah tipe Casella (Gambar 6)
Gambar 6
 Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan bakteriologi adalah botol
gelas yang ditutup kapas/alumunium foil, tahan terhadap panas dan
tekanan selama proses sterilisasi;
 Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan plankton berupa jaring
yang berpori 173 mesh/inci, yang biasa digunakan adalah jaring
plankton no. 20/SI (Gambar 7)
Gambar 7

 Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan hewan benthos


disesuaikan dengan jenis habitat hewan benthos yang akan diambil,
beberapa contoh alat untuk jenis habitat tertentu, antara lain :
a. Eckman Grab, dibuat dari baja, yang beratnya ± 3,2 kg, dengan
ukuran 15 cm x 15 cm, dipergunakan untuk pengambilan contoh
pada sumber air yang alirannya relatif kecil dan mempunyai dasar
lumpur dan pasir, contoh alat ini adalah tipe Ekcman Grab (Gambar
8)
Gambar 8

b. Jala Surber, terbuat dari benang nilon yang ditenun dan mempunyai
ukuran mata jaring 0,595 mm dalam keadaan terbuka, panjang jala
69 cm dan ukuran permukaan depan 30,5 cm x 30,5 cm, alat ini
biasa diper- gunakan pada sumber air yang alirannya deras dan
mempunyai dasar berbatu-batu, contoh alat ini adalah tipe Jala
Surber (Gambar 9)
Gambar 9

c. Petersen Grab, terbuat dari baja yang luasnya antara 0,06 – 0,09 m2
dengan berat antara 13,7 – 31,8 kg, biasanya dipergunakan pada
sumber air yang mempunyai dasar keras, misalnya lempung, batu
dan pasir, contoh alat ini adalah tipe Petersen Grab (Gambar 10).
Gambar 10
 Ponar Grab, terbuat dari baja yang luasnya 23 x 23 cm2 dengan
berat lebih kurang ± 20 kg, banyak dipergunakan di danau yang
dalam dan pada sumber air yang bervariasi, contoh alat ini adalah
tipe Ponar Grab (Gambar 11).
Gambar 11

 Jaring apung terbuat dari benang nilon yang ditenun, mempunyai


ukuran mata jaring 0,595 mm dan luas 929 cm2, dipergunakan
untuk mengumpulkan hewan yang hidup dipermukaan sumber air
dan lamanya waktu yang dipergunakan dalam satu kali pengambilan
adalah 3 jam (Gambar 12).
Gambar 12

4.1.3 Alat ekstraksi


Alat ini terbuat dari bahan gelas atau teflon yang tembus pandang dan
mudah memisahkan fase pelarut dari contoh.
4.1.4 Alat penyaring
Alat ini dilengkapi dengan pompa isap atau pompa tekan serta dapat
menahan kertas saring yang mempunyai ukuran pori 0,45 μm.
4.1.5 Alat pendingin
Alat ini dapat menyimpan contoh pada 40C, dapat membekukan contoh
bila diperlukan dan mudah diangkut ke lapangan.

4.2 Bahan kimia untuk pengawet


Bahan kimia yang digunakan untuk pengawet harus memenuhi persyaratan bahan
kimia untuk analisis dan tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang
diperiksa.

4.3 Wadah contoh


Wadah yang digunakan untuk menyimpan contoh harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Terbuat dari bahan gelas atau plastik
b. Dapat ditutup dengan kuat dan rapat
c. Mudah dicuci
d. Tidak mudah pecah
e. Wadah contoh untuk pemeriksaan mikrobiologi harus dapat disterilkan
f. Tidak menyerap zat-zat kimia dari contoh
g. Tidak melarutkan zat-zat kimia ke dalam contoh
h. Tidak menimbulkan reaksi antara bahan wadah dengan contoh.

4.4 Sarana pengambil contoh


Sarana yang dapat digunakan adalah:
a.sedapat mungkin menggunakan jembatan atau lintasan gantung sebagai
tempat pengambilan contoh.
b.bila sarana tersebut diatas tidak ada, maka dapat menggunakan perahu.
c.untuk sumber air yang dangkal, dapat dilakukan dengan merawas.

4.5 Volume contoh


Volume contoh yang diambil untuk keperluan pemeriksaan lapangan dan
laboratorium bergantung dari jenis pemeriksaan yang diperlukan sebagai berikut :
a. untuk pemeriksaan sifat fisik air diperlukan lebih kurang 2 liter;
b. untuk pemeriksaan sifat kimia air diperlukan lebih kurang 5 liter;
c. untuk pemeriksaan bakteriologi diperlukan lebih kurang 100 ml;
d. untuk pemeriksaan biologi air (klorofil) diperlukan 0,5 – 20 liter
(bergantung kadar klorofil di dalam contoh).

4.6 Pola kerja


Urutan pelaksanaan pengambilan contoh kualitas air adalah sebagai berikut :
a. menentukan lokasi pengambilan contoh;
b. menentukan titik pengambilan contoh;
c. melakukan pengambilan concoh;
d. melakukan pengolahan pendahuluan dan pengawetan contoh;
e. pengepakan contoh dan pengangkutan ke laboratorium.

4.7 Pengawetan contoh


Pengawetan contoh untuk parameter tertentu diperlukan apabila pemeriksaan tidak
dapat langsung dilakukan setelah pengambilan contoh. Jenis bahan pengawet yang
digunakan dan lama penyimpanan berbeda-beda tergantung pada jenis parameter
yang akan diperiksa.

4.8 Waktu
Interval waktu pengambilan contoh diatur agar contoh diambil pada hari dan jam
yang berbeda sehingga dapat diketahui perbedaan kualitas air setiap hari maupun
setiap jam. Caranya dilakukan dengan menggeser jam dan hari pengambilan pada
waktu pengambilan contoh berikutnya, misalnya pengambilan hari pertama hari
senin jam 06.00, pengambilan berikutnya hari selasa jam 07.00 dan seterusnya.
Waktu pengambilan contoh dilakukan berdasarkan keperluan sebagai berikut :
a. Untuk keperluan survei pendahuluan dalam rangka pengenalan daerah,
waktu pengambilan contoh dapat dilaksanakan pada saat survei;
b. Untuk keperluan perencanaan danpemanfaatan diperlukan data
pemantauan kualitas air, yang diambil pada waktu tertentu dan periode
yang tetap, tergantung pada jenis air dan tingkat pencemaran sebagai
berikut :
- sungai/saluran yang tercemar berat, setiap dua minggu sekali
selama setahun.
- sungai/saluran yang tercemar ringan sampai sedang, sebulan
sekali selama setahun
- sungai/saluran alami yang belum tercemar, tiga bulan sekali
selama setahun
- danau/waduk setiap dua bulan sekali selama setahun;air tanah
setiap tiga bulan sekali selama setahun
- air meteorik sesuai dengan keperluan.
c. Untuk studi dan penelitian.

4.9 CARA PELAKSANAAN PENGAMBILAN CONTOH (Badan Standarisasi


Nasional, 1991, 2004)
4.10 Perencanaan lokasi pengambilan
Dalam perencanaan lokasi pengambilan contoh ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan.
4.10.1 Pertimbangan kegunaan data
Tahap pertama dalam perencanaan lokasi pengambilan contoh, adalah
mengetahui kegunaan data kualitas air yang akan dipantau. Kegunaan data
adalah sebagai berikut :
- sumber informasi mengenai potensi kualitas air yang tersedia untuk
keperluan pengembangan sumber daya air pada saat ini dan masa yang
akan datang;
- penyelidikan dan pengkajian pengaruh lingkungan terhadap kualitas air
dan pencemaran air;
- sumber data untuk keperluan penelitian;
- perlindungan terhadap pemakai;
- pengawasan terjadinya kasus pencemaran di suatu daerah tertentu;
- pertimbangan beban pencemaran yang dibuang melalui sungai ke laut.
4.10.2 Pertimbangan pemanfaatan sumberdaya air
Pemilihan lokasi pengambilan contoh banyak dipengaruhi oleh bermacam-
macam kepentingan pemanfaatan sumber air tersebut. Pemanfaatan
sumber air di hilir sungai lebih besar resiko pencemarannya dibandingkan
dengan pemanfaatan yang sama di lokasi hulu, sehingga diperlukan
pengawasan kualitas air yang lebih intensif di lokasi hilir.Selain itu sumber
air yang digunakan sebagai sarana transportasi bahan kimia misalnya
untuk pertanian ataupun pengawet kayu mempunyai resiko pencemaran
yang lebih besar dari pada sumber air yang tidak digunakan untuk hal-hal
tersebut. Oleh karena itu di lokasi- lokasi yang beresiko tinggi tersebut
diperlukan pemantauan kualitas air. Disamping itu di lokasi-lokasi yang
kualitas airnya sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan tertentu
misalnya untuk keperluan air rumah tangga atau industri tertentu, maka
pemantauan kualitas airnya juga harus dilakukan secara intensif.

4.10.3 Pertimbangan sarana pengambilan contoh


Dalam perencanaan lokasi pengambilan contoh perlu diketahui fasilitas
bangunan yang telah ada pada sumber air tersebut, yang dapat
dimanfaatkan untuk sarana pengambilan contoh. Beberapa sarana berikut
dapat dimanfaatkan dalam pengambilan contoh.
a) Jembatan
Pengambilan contoh dari jembatan lebih mudah dilaksanakan dan titik
pengambilan contoh dapat diidentifikasikan secara pasti.
b) Pos pengukur debit air
Pos pengukur debit air biasanya dilengkapi dengan alat pencatat tinggi
muka air otomatis ataupun lintasan tali (cable way). Sarana tersebut
dimanfaatkan untuk membantu pengambilan contoh. Selain itu data
debit air dapat pula dimanfaatkan apabila diperlukan.
c) Bendung
Pengambilan contoh pada bendung juga sangat menguntungkan karena
di lokasi bendung umumnya terdapat pengukur debit serta catatan-
catatan lain yang berguna untuk evaluasi kualitas air.

4.11 Penentuan lokasi pengambilan


Lokasi pengambilan contoh ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat diketahui
kualitas air alamiah dan perubahan kualitas air yang diakibatkan oleh kegiatan
manusia. Kualitas air alamiah diukur pada lokasi di hulu sungai yang belum
mengalami perubahan oleh kegiatan manusia. Sedangkan perubahan kualitas air
dapat diketahui di hilir sungai, setelah melalui suatu daerah permukiman, industri
ataupun pertanian. Untuk perlindungan terhadap pemakai sumber air, diperlukan
pula lokasi pengukuran pada setiap pemanfaatan sumber air antara lain sumber air
minum, industri, perikanan, rekreasi dan lain-lain. Di daerah muara sungai
diperlukan pula lokasi pengukuran untuk mengetahui pengaruh intrusi air laut.
Pada danau atau waduk sekurang-kurangnya diperlukan tiga titik pengambilan
contoh yaitu sebelum masuk, di tengah dan setelah keluar dari danau. Apabila
danau disadap untuk keperluan pemanfaatan tertentu, maka diperlukan pula
pengambilan contoh pada lokasi tersebut.
4.11.1 Air permukaan
Lokasi pengambilan contoh di air permukaan dapat berasal dari daerah
pengaliran sungai dan danau/waduk, dengan penjelasan sebagai berikut :
I. Pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai
(DPS), berdasarkan pada :
a. sumber air alamiah, yaitu lokasi pada tempat yang belum
terjadi atau masih sedikit pencemaran;
b. sumber air tercemar, yaitu lokasi pada tempat yang telah
mengalami perubahan atau di hilir sumber pencemar;
c. sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi pada tempat
penyadapan pemanfaatan sumber air tersebut (Gambar 13).
Gambar 13
Keterangan :
1. Penyediaan air untuk kota
yang besar
2. Perikanan dan rekreasi
3. Irigasi dan pertanian dalam
skala besar
4. Batas pasang surut sungai
5. Untuk keperluan industri
6. Hilir dari buangan industri
dan anak sungai yang
mempengaruhi sungainya
7. Lokasi hulu, belum ada
kegiatan

II. Pemantauan kualitas air pada danau/waduk berdasarkan pada


(Gambar 14) :
d. tempat masuknya sungai ke danau/waduk;
e. di tengah danau/waduk;
f. lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan;
g. tempat keluarnya air danau/waduk.
Gambar 14
Keterangan :
1. Tempat masuknya anak sungai ke danau
2. Kualitas air danau pada umumnya
3. Penyediaan air untuk perkotaan
4. Tempat keluarnya air danau

4.11.2 Air tanah


a. Air tanah bebas
 Sebelah hulu dan hilir lokasi penimbunan/pembuangan sampah kota /
Industri;
 Sebelah hilir daerah pertanian yang intensif menggunakan pestisida dan
pupuk kimia;
 Di daerah pantai dimana terjadi penyusupan air asin;
 Tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
Gambar 15
Keterangan :
1. Sumur produksi untuk penyediaan air kota
2. Sumur produksi untuk penyediaan air irigasi
3. Sumur observal untuk pemantauan dampak pencemaran perkotaan
4. Sumur observal untuk pemantauan dampak pencemaran industri
5. Sumur observal untuk pemantauan dampak interval air

b. Air tanah tertekan


• Di sumur produksi air tanah untuk pemenuhan kebutuhan perkotaan,
pedesaan, pertanian dan industri;
• Di sumur produksi air tanah PAM maupun sarana umum;
• Di sumur-sumur pemantauan kualitas air tanah;
• Di lokasi kawasan industri;
• Di sumur observasi untuk pengawasan imbuhan;
• Pada sumur observasi air tanah di suatu cekungan air tanah artesis
(misalnya : cekungan artesis Bandung);
• Pada sumur observasi di wilayah pesisir dimana terjadi penyusupan air
asin;
• Pada sumber observasi penimbunan/pengolahan limbah industri
bahan berbahaya dan beracun (B3);
• Pada sumur lainnya yang dianggap perlu.
4.12 Menentukan titik pengambilan contoh
4.12.1 Air permukaan
Titik pengambilan contoh dapat dilakukan di sungai dan danau/waduk,
dengan penjelasan sebagai berikut :
I. Di sungai, titik pengambilan contoh di sungai (Gambar 16) dengan
ketentuan:
a. Sungai dengan debit kurang dari 5 m 3/detik, contoh diambil pada
satu titik di tengah sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan
air;
b. Sungai dengan debit antara 5-150 m3/detik, contoh diambil pada
dua titik masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai
pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air;
c. Sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik contoh diambil
minimun pada eman titik masing-masing pada jarak ¼, ½ dan ¾
lebar sungai pada 0,2 x dan 0,8 x kedalaman dari permukaan air.
Gambar 16
Keterangan :
Titik pengambilan contoh air dengan akat tipe mendatar
Titik pengambilan contoh air dengan akat tipe tegak terpadu

d : kedalaman air
L : lebar sungai

II. Di danau/waduk, titik pengambilan contoh di danau/waduk (Gambar


17) dengan ketentuan :
a. Danau/waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh
diambil pada dua titik di permukaan dan di dasar danau/waduk;
b. Danau/waduk dengan kedalaman antara 10-30 m, contoh
diambil pada tiga titik, yaitu : di permukaan, di lapisan
termoklin dan di dasar danau / waduk;
c. Danau/waduk dengan kedalaman antara 30-100 m, contoh
diambil pada empat titik, yaitu : dipermukaan, di lapisan
termoklin (metalimnion), di atas hipolimnion dan di dasar
danau/waduk;
d. Danau/waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik
pengambilan contoh dapat ditambah sesuai dengan keperluan.
Gambar 17
Keterangan :
Titik pengambilan contoh
d : kedalaman air

4.12.2 Air tanah


Titik pengambilan contoh air tanah dapat berasal dari air tanah bebas dan
air tanah tertekan (artesis) dengan penjelasan sebagai berikut :
I. Air tanah bebas
a. Pada sumur gali contoh diambil pada kedalaman 20 cm di
bawah permukaan air dan sebaiknya diambil pada pagi hari;
b. Pada sumur bor dengan pompa tangan/mesin, contoh diambil
dari kran/mulut pompa keluarnya air setelah air dibuang
selama lebih kurang lima menit.
II. Air tanah tertekan (artesis)
a. pada sumur bor eksplorasi contoh diambil pada titik yang
telah ditentukan sesuai keperluan eksplorasi;
b. pada sumur observasi contoh diambil pada dasar sumur
setelah air dalam sumur bor/pipa dibuang sampai habis
(dikuras) sebanyak tiga kali;
c. pada sumur produksi contoh diambil pada kran/mulut pompa
keluarnya air.

4.13 Frekuensi pengambilan contoh


4.13.1 Pertimbangan Frekuensi pengambilan contoh
a. Perubahan kualitas air
Perubahan kualitas air disebabkan oleh perubahan kadar unsur yang masuk
ke dalam air, kecepatan alir dan volume air. Perubahan tersebut dapat
terjadi sesaat ataupun secara teratur dan terus menerus dalam suatu periode
waktu. Sungai dan sumber air lainnya dapat mengalami perubahan yang
sesaat maupun yang terus menerus. Sumber yang menyebabkan terjadinya
perubahan tersebut dapat secara alamiah ataupun buatan. Kedua perubahan
tersebut dapat dijelaskan dibawah ini.
- Perubahan sesaat
Perubahan sesaat disebabkan oleh suatu kejadian yang tiba-tiba
dan seringkali tidak dapat diramalkan. Sebagai contoh turunnya
hujan lebat yang tiba-tiba akan menyebabkan bertambahnya debit
air yang diikuti oleh terbawanya bahan-bahan pencemaran dari
pengikisan di daerah sekitarnya. Tumpahan dan bocoran dari
limbah industri atau pertanian dapat pula merubah kualitas air
sesaat.
- Perubahan terus-menerus
Perubahan secara terus menerus setiap tahun dapat terjadi karena
turunnya hujan atau turunnya suhu yang beraturan tiap-tiap musim.
Perubahan musim akan menyebabkan terjadinya perubahan
komposisi air serta kecepatan pembersihan air secara alamiah (self
purification).Perubahan secara teratur dapat pula terjadi setiap hari
secara alamiah, misalnya perubahan pH, oksigen terlarut, suhu dan
alkaliniti. Kegiatan industri dan pertanian pada suatu daerah dapat
pula mempengaruhi kualitas air secara teratur selama periode
terjadinya kegiatan pembuangan limbahnya. Sedangkan kegiatan
domestik dapat menyebabkan perubahan harian dan mingguan.
Perubahan kualitas air yang teratur dapat pula disebabkan oleh
adanya pengaturan debit air yang dilakukan secara teratur dan terus
menerus untuk keperluan tertentu
b. Waktu pengambilan contoh
Perubahan kualitas air yang terus menerus perlu dipertimbangkan dalam
penentuan waktu pengambilan contoh pada sumber air. Contoh perlu
diambil pada waktu tertentu dan periode yang tetap sehingga data dapat
digunakan untuk mengevaluasi perubahan kualitas air, akan tetapi kualitas
air pada saat tersebut tidaklah menggambarkan kualitas air pada saat-saat
yang lain. Hal ini terjadi terutama pada kualitas air yang berubah setiap
waktu.
c. Debit air
Kadar dari zat-zat tertentu di dalam air dipengaruhi oleh debit air sungai
atau volume sumber air. Selama debit aliran yang kecil dimusim kemarau,
frekuensi pengambilan contoh perlu ditingkatkan terutama pada sungai
yang menampung limbah industri, domestik dan pertanian. Pengukuran
debit air diperlukan pula untuk menghitung jumlah beban pencemaran dan
diperlukan pula untuk membandingkan kualitas air pada debit rendah dan
debit besar selama periode pemantauan.
4.13.2 Penentuan freakuensi pengambilan contoh
a. Pengumpulan informasi
Pengumpulan informasi meliputi:
 Kondisi-kondisi yang mempengaruhi kualitas air pada suatu
lokasi, misalnya sumber pencemaran, titik pemanfaatan dan
sebagainya, di samping itu informasi ini juga diperlukan untuk
menentukan titik pengambilan contoh air
 Data hasil analisis kualitas air yang ada dimana informasi ini
digunakan untuk membantu memperkirakan perubahan kualitas
air pada lokasi tersebut.
b. Penetapan parameter yang akan diperiksa
Setelah diketahui keperluan dari pemantauan yang akan dilakukan
maka ditetapkan parameter-parameter yang penting untuk diperiksa
sesuai dengan pemanfaatan airnya dan batasan kadar dari parameter-
parameter tersebut sesuai standar kualitas air setempat. Hal ini akan
mempengaruhi pemanfaatan air pada saat ini dan masa yang akan
datang.
c. Studi pendahuluan
Studi pendahuluan perlu dilakukan untuk mengetahui kadar parameter-
parameter dalam air di lokasi yang akan diambil dan juga untuk
mengetahui perubahan-perubahan kualitas air yang terjadi. Sebagai
perbandingan, studi pendahuluan di sungai dapat dilakukan dengan
frekuensi pengambilan contoh sebagai berikut:
- Setiap minggu selama satu tahun
- Setiap hari berturut-turut selama 7 hari, diulangi lagi setiap 13
minggu sekali (empat kali selama satu tahun)
- Setiap empat jam selama 7 hari berturut-turut, diulangi setiap
13 minggu sekali.
- Setiap jam selama 24 jam dan diulangi lagi setiap 13 minggu
sekali
Frekuensi pengambilan contoh seperti tersebut di atas masih dapat
berubah disesuaikan fasilitas yang ada. Untuk meringankan beban
pekerjaan, jumlah parameter yang dianalisis dapat dikurangi.
Untuk lokasi danau dianjurkan survai pendahuluan dilakukan lima
hari berturut-turut diulangi setiap 13 minggu sekali. Sedangkan
untuk lokasi yang telah tercemar dan dekat dengan titik
pemanfaatan, maka frekuensi pengambilan contoh dapat
diperbanyak. Dari data yang diperoleh pada studi pendahuluan
tersebut kemudian dihitung ketelitian dan confidence limit dari
parameter utamanya.
d. Penetapan frekuensi pengambilan contoh air
Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan, termasuk data hasil
studi pendahuluan, dapat diketahui parameter-parameter yang melebihi
batas kriteria yang berlaku serta frekuensi terjadinya. Dengan demikian
dapat ditetapkan frekuensi pengambilan contoh yang diperlukan dan
pengambilan contoh secara rutin dapat dilaksanakan. Apabila studi
pendahuluan belum dilaksanakan atau ditangguhkan maka frekuensi
pengambilan contoh (untuk sementara) dapat dilakukan sebagai
berikut:
- Untuk sungai, diambil setiap 2 minggu;
- Untuk waduk atau danau, diambil setiap 8 minggu;
- Untuk air tanah, diambil setiap 12 minggu.
Dalam penentuan frekuensi pengambilan contoh ini perlu juga
dipertimbangkan kemampuan analisis dan ketelitian yang diperlukan.
Apabila jumlah contoh yang dapat ditangani terbatas, maka lebih baik
mengurangi jumlah lokasi dari pada mengurangi frekuensi
pengambilan contoh.
e. Evalasi pengambilan contoh air
Pada setiap akhir tahun harus dilakukan evaluasi dan uji statistik
terhadap data yang telah ada dan frekuensi pengambilan contoh juga
ikut dievaluasi.
4.14 Pengambilan contoh
4.14.1 Jenis contoh
Debit air mungkin tidak banyak berubah selama beberapa waktu, akan
tetapi banyak juga debit air yang selalu berubah dalam waktu yang singkat.
Kualitas air sungai di daerah hulu umumnya hanya berubah karena
pengaruh curah hujan, sehingga perubahan tersebut bersifat bulanan atau
musiman. Di daerah hilir yang telah terkena pencemaran oleh penduduk
dan industri perubahan tersebut dapat bersifat harian bahkan jam-jaman.
Untuk memperoleh contoh yang mewakili keadaan sesungguhnya dapatlah
dipilih tiga jenis contoh: contoh sesaat, contoh gabungan waktu dan contoh
gabungan tempat.
a. Contoh sesaat
Apabila suatu sumber air mempunyai karakteristik yang tidak berubah
dalam suatu periode atau dalam batas jarak tertentu maka contoh sesaat
cukup mewakili keadaan waktu dan tempat tersebut. Umumnya
metode pengambilan contoh sesaat ini dapat dipakai untuk sumber
alamiah, tetapi tidak mewakili keadaan air buangan atau sumber air
yang banyak dipengaruhi bahan buangan. Apabila suatu sumber air
atau air buangan diketahui mempunyai karakteristik yang banyak
berubah, maka beberapa contoh sesaat diambil berturut-turut untuk
jangka waktu tertentu, dan pemeriksaannya dilakukan sendiri-sendiri
tidak seperti pada metode contoh gabungan. Jangka waktu
pengambilan contoh tersebut berkisar antara 5 menit sampai 1 jam atau
lebih. Umumnya periode pekerjaan pengambilan contoh selama 24
jam. Pemeriksaan beberapa parameter tertentu memerlukan metode
contoh sesaat seperti pengukuran suhu, pH, kadar gas terlarut, oksigen
terlarut, karbon dioksida, sulfida, sianida dan klorin.
b. Contoh gabungan waktu
Hasil pemeriksaan contoh gabungan waktu menunjukkan keadaan rata-
rata dari tempat tersebut dalam suatu periode. Umumnya pengambilan
contoh dilakukan terus-menerus selama 24 jam, akan tetapi dalam
beberapa hal dilakukan secara intensif untuk jangka waktu yang lebih
pendek, misalnya hanya selama periode beroperasinya industri atau
selama terjadinya proses pembuangan. Metode pengambilan contoh
gabungan waktu ini tidak dapat dilakukan untuk pemeriksaan beberapa
unsur yang memerlukan pemeriksaan contoh sesaat. Untuk
mendapatkan contoh gabungan waktu perlu diperhatikan agar setiap
contoh yang dicampurkan mempunyai volume yang sama. Apabila
volume akhir dari suatu contoh gabungan 2 liter sampai 3 liter, maka
untuk selang waktu 1 jam selama periode pengambilan contoh 24 jam
dibutuhkan volume contoh masing-masing sebanyak 100 sampai
dengan 120 mL.
c. Contoh gabungan tempat
Hasil pemeriksaan contoh gabungan tempat menunjukkan keadaan
rata-rata dari suatu daerah atau tempat pemeriksaan. Metode
pengambilan contoh gabungan tempat ini berguna apabila diperlukan
pemeriksaan kualitas air dari suatu penampang aliran sungai yang
dalam atau lebar, atau bagian-bagian penampang tersebut memiliki
kualitas yang berbeda. Metode pengambilan contoh gabungan tempat
ini umumnya tidak dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air danau
atau waduk, sebab pada umumnya kualitas air danau/waduk
menunjukkan gejala yang berbeda kualitasnya karena kedalaman atau
lebarnya. Dalam hal ini selalu digunakan metode pemeriksaan secara
terpisah.

4.14.2 Persiapan pengambilan contoh


a. Alat pengambil contoh air
 Botol DO, untuk uji parameter DO
 Botol mikrobiologi (botol gelap, steril) untuk uji parameter
mikrobiologi
 Alat ukur parameter lapangan (DO meter, pH meter,
turbidimeter, konduktometer, Cl2 tes kit, dll)
 Wadah sampel air (terbuat dari gelas atau plastik PE,PP,PTPE;
dapat ditutup kuat dan rapat; bersih dan bebas kontaminan,
tidak mudah pecah atau bocor; tidak berinteraksi dengan
sampel air)
b. Persiapan wadah
 Lakukan langkah-langkah persiapan wadah contoh, sebagai
berikut:
 Untuk menghindari kontaminasi contoh di lapangan, seluruh
wadah contoh harus benar–benar dibersihkan di laboratorium
sebelum dilakukan pengambilan contoh.
 Wadah yang disiapkan jumlahnya harus selalu dilebihkan dari
yang dibutuhkan, untuk jaminan mutu, pengendalian mutu dan
cadangan.
 Jenis wadah contoh dan tingkat pembersihan yang diperlukan
tergantung dari jenis contoh yang akan diambil
Wadah contoh untuk pengujian senyawa organik yang mudah
menguap (Volatile Organic Compound, VOC)
 Cuci gelas vial, tutup dan septum dengan deterjen. Bilas
dengan air biasa, kemudian bilas dengan air bebas analit;
 Bilas dengan metanol berkualitas analisis dan dikeringkan;
 Setelah satu jam, keluarkan vial dan dinginkan dalam posisi
terbalik di atas lembaran aluminium foil;
 Setelah dingin, tutup vial menggunakan tutup yang berseptum.
Wadah contoh untuk pengujian senyawa organik yang dapat
diekstraksi
 Cuci botol gelas dan tutup dengan deterjen. Bilas dengan air
biasa, kemudian bilas dengan air bebas analit
 Masukkan 10 mL aseton berkualitas analisis ke dalam botol dan
rapatkan tutupnya, kocok botol dengan baik agar aseton tersebar
merata dipermukaan dalam botol serta mengenai lining teflon
dalam tutup
 Buka tutup botol dan buang aseton. Biarkan botol mengering
dan kemudian kencangkan tutup botol agar tidak terjadi
kontaminasi baru.
Wadah contoh untuk pengujian logam total dan terlarut
 Cuci botol gelas atau plastik dan tutupnya dengan deterjen
kemudian bilas dengan air bersih
 Bilas dengan asam nitrat (HNO3) 1:1, kemudian bilas lagi
dengan air bebas analit sebanyak 3 kali dan biarkan mengering,
setelah kering tutup botol dengan rapat.
Wadah contoh untuk pengujian KOB, KOK dan nutrien
 Cuci botol dan tutup dengan deterjen bebas fosfat kemudian
bilas dengan air bersih;
 Cuci botol dengan asam klorida (HCl) 1:1 dan bilas lagi dengan
air bebas analit sebanyak 3 kali dan biarkan mengering, setelah
kering tutup botol dengan rapat.
Wadah contoh untuk pengujian anorganik non-logam
 Cuci botol dan tutup dengan deterjen, bilas dengan air bersih
kemudian bilas dengan air bebas analit sebanyak 3 kali dan
biarkan hingga mengering;
 Setelah kering tutup botol dengan rapat.
Pencucian wadah contoh
 Wadah contoh harus dicuci dengan deterjen dan disikat untuk
menghilangkan partikel yang menempel di permukaan
 Bilas wadah contoh dengan air bersih hingga seluruh deterjen
hilang
 Bila wadah contoh terbuat dari bahan non logam, maka cuci
dengan asam HNO3 1:1, kemudian dibilas dengan air bebas
analit
 Biarkan wadah contoh mengering di udara terbuka
 Wadah contoh yang telah dibersihkan diberi label bersih-siap
untuk pengambilan contoh.
4.14.3 Cara pengambilan contoh
a. Cara manual
Pengambilan contoh secara manual mudah diatur waktu dan
tempatnya, serta dapat menggunakan bermacam-macam alat sesuai
dengan keperluannya. Apabila diperlukan volume contoh yang lebih
banyak, contoh dapat diambil lagi dengan mudah. Selain itu biaya
pemeliharaan alat dengan cara ini tidak besar bila dibandingkan
dengan cara otomatis. Akan tetapi keberhasilan pengambilan contoh
secara manual sangat tergantung pada keterampilan petugas yang
melaksanakannya. Pengambilan contoh secara manual yang berulang-
ulang dapat menyebabkan perbedaan perlakuan yang dapat
mengakibatkan perbedaan hasil pemeriksaan kualitas air. Pengambilan
contoh secara manual sesuai untuk diterapkan pada pengambilan
contoh sesaat pada titik tertentu dan untuk jumlah contoh yang sedikit.
Sedangkan untuk pengambilan contoh yang rutin dan berulang-ulang
dalam periode waktu yang lama cara manual memerlukan biaya dan
tenaga kerja yang besar.
b. Cara otomatis
Pengambilan contoh cara otomatis sesuai untuk pengambilan contoh
gabungan waktu dan contoh yang diambil rutin secara berulang-ulang.
Contoh dapat diambil pada interval waktu yang tepat secara terus-
menerus dan secara otomatis dapat dimasukkan ke dalam beberapa
botol contoh secara terpisah atau ke dalam satu botol untuk
mendapatkan contoh campuran. Pemeriksaan contoh secara terpisah
dari tiap-tiap botol dapat menunjukkan kemungkinan adanya kelainan
pada masing-masing contoh, serta dapat memberikan nilai minimum
dan maksimum dalam periode waktu tertentu. Sedangkan hasil
pemeriksaan dari contoh komposit merupakan hasil rata-rata selama
periode pengukuran. Dari hasil air komposit yang dicampur tidak dapat
diperiksa parameter-parameter seperti: oksigen terlarut, pH, suhu,
logam-logam terlarut dan bakteri. Hal ini disebabkan karena
parameter-parameter tersebut dapat berubah oleh waktu atau dihasilkan
suatu reaksi kimia antara zat-zat tersebut dari contoh-contoh yang
berlainan. Dewasa ini telah banyak peralatan mekanis yang dapat
digunakan untuk mengambil contoh cara otomatis yang dirancang
sesuai dengan keperluan pemakainya. Beberapa alat pengambil contoh
otomatis dirancang khusus yang dapat digunakan untuk mengetahui
perbedaan karakteristik sumber air dan air limbah setiap waktu, debit
air setiap waktu, berat jenis cairan dan kadar zat tersuspensi, serta
terdapatnya bahan-bahan yang mengapung. Akan tetapi pengambilan
contoh secara otomatis memerlukan biaya yang lebih mahal untuk
konstruksi alat dan pemeliharaannya, serta memerlukan tenaga
operator yang terlatih.
c. Prosedur pengambilan contoh
 Menyiapkan wadah sampel
 Membilas wadah sampel dengan air suling
 Menyiapkan alat pengambil sampel sesuai keadaan sumber air
 Membilas alat pengambil sampel
 Mengambil sampel sesuai titik sampling dan memasukkannya
ke wadah sampel sesuai peruntukan analisis
 Mencatat kondisi lapangan, membuat peta lokasi
 Menentukan uji parameter lapangan (suhu, pH, DO, kekeruhan,
DHL, TDS yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat
diawetkan)
 Hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan
 Memberi label pada wadah sampel
 Melakukan pengawetan sampel sesuai peruntukan uji
 Mengamankan sampel dan wadah
 Mencatat nama sumber air, tanggal dan jam pengambilan,
keadaan cuaca, bahan pengawet yang ditambahkan, dan nama
petugas.
Berita acara pengambilan sampel
 Identitas waktu (hari, tanggal, bulan, tahun)
 Identitas ketua tim pengambil sampel dan saksi (nama,
instansi, jabatan)
 Idenitas kegiatan pengambilan sampel (lokasi, tanggal, titik
pengambilan sampel, kode sampel, perlakuan, parameter
uji)
 Dokumen perencanaan pengambilan sampel merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari berita acara
pengambilan sampel
 Tanda tangan Ketua tim pengambil sampel dan saksi
Rekaman data pengambilan sampel
 Tanggal pengambilan sampel
 Nama petugas pengambil sampel
 Acuan metode pengambilan sampel
 Jenis sampel yang diambil
 Jumlah sampel yang diambil
 Pengawetan, jika ada
 Identifikasi sampel (sketsa lokasi dan titik pengambilan
sampel; rincian kondisi lingkungan yang dapat
mempengaruhi interpretasi hasil pengujian; hasil
pengukuran parameter lapangan)

4.14.4 Parameter Uji Yang Mempengaruhi Kualitas Air


 Berikut ini adalah beberapa parameter yang mempengaruhi kualitas air, yakni:
A. Parameter Kimia
1. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman adalah ukuran untuk menentukan sifat asam dan basa.
Perubahan pH di suatu air sangat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia,
maupun biologi dari organisme yang hidup di dalamnya. Derajat keasaman di
duga sangat berpengaruh terhadap daya racun bahan pencemaran dan kelarutan
beberapa gas, serta menentukan bentuk zat didalam air.
Nilai pH air digunakan untuk mengekspresikan kondisi keasaman (konsentrasi
ion hidrogen) air limbah. Skala pH berkisar antara 1-14. Kisaran nilai pH 1-7
termasuk kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan pH 7 adalah kondisi
netral.
2. Biologycal Oxigen Demand (BOD)
Kebutuhan oksigen Biokomia atau BOD adalah banyaknya oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organiknya yang
mudah terurai. Bahan organik yang tidak mudah terurai umumnya berasal dari
limbah pertanian, pertambangan dan industri. Parameter BOD ini merupakan
salah satu parameter yang dilakukan dalam pemantauan air, khususnya
pencemaran bahan organik yang tidak mudah terurai. BOD menunjukkan jumlah
oksigen yang dikonsumsi oleh respirasi mikro aerob yang terdapat dalam botol
BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20 C selama lima hari, dalam keadaan
tanpa cahaya.
3. Chemical Oxigen Demand (COD)
Kebutuhan oksigen kimiawi atau COD menggambarkan jumlah total oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang
dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi secara biologis
menjadi CO2 dan H2O.
Keberadaan bahan organik dapat berasal dari alam ataupun dari aktivitas
rumah tangga dan industri. Perairan yang memiliki nilai COD tinggi tidak
diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. nilai COD pada perairan
yang tidak tercemar biasanya kurang dari 29 mg/liter. Sedangkan pada perairan
yang tercemar dapat lebih dari 200 mg/liter pada limbah industri dapat mencapai
60.000 mg/liter.

4. Dissolved Oxygen (DO)


Merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO
yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen
(O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai
DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO
juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air
seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan
pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air.
5. Nitrogen
Sebagian besar nitrogen yang ditemukan dalam air permukaan adalah hasil
dari drainase tanah dan air limbah domestik. Air limbah domestik yang me-
rupakan sumber utama nitrogen berasal dari air lim- bah feses, urin dan sisa
makanan. Besarnya kontribusi per kapita berkisar antara 8 – 12 lb
nitrogen/tahun. Nitrogen ini ditemukan dalam bentuk organik (40%) dan
amonia (NH4+) sebesar 60% (Hammer, M.J. dan Viesman, W., 1977).
Nitrat adalah bentuk senyawa yang stabil dan keberadaannya berasal dari
buangan pertanian, pupuk, kotoran hewan dan manusia dan sebagainya. nitrat
pada konsentrasi tinggi dapat menstimulasi per- tumbuhan ganggang yang tak
terbatas, sehingga air kekurangan oksigen terlarut yang bisa menyebabkan
kematian ikan.

B. Parameter Fisika
1. Bau
Bau suatu perairan dapat disebabkan oleh adanya dekomposisi zat-zat
organik pada suatu perairan yang dapat menimbulkan gas-gas. Gas yang keluar
dari hasil dekomposisi bukan saja menimbulkan bau yang kurang sedap tetapi
dapat pula mematikan biota yang ada di dalamnya.
2. Rasa
Parameter rasa erat hubungannya dengan pengujian parameter warna dan bau
sehingga seringkali pada pelaksanaannya digabungkan. Rasa suatu perairan
dalam kondisi bair berasa hambar, bila suatu perairan sudah berwarna kurang
baik atau/dan bau yang kurang sedap secara otomatis akan mempunyai rasa yang
kurang enak.
3. Warna
Warna perairan dapat dipakai sebagai parameter apakah suatu perairan sudah
tercemar atau belum. Warna perairan dapat pula dipengaruhi oleh biota yang ada
didalamnya, misalnya algae, plankton dan tumbuhan air. Air sungai pada
umumnya berwarna bening sampai kecoklatan, hal ini karena dipengaruhi oleh
adanya pencucian badan sungai itu sendiri dan kandungan suspensi didalamnya.
4. Suhu
Suhu dari suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang,ketinggian dari
permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran
seserta kedalaman badan air adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi
kehidupan organisme, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme
maupun pengembangbiakan dari organism tersebut.
5. Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi adalah padatan yang
menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap. Padatan
tersuspensi terdiri dari partikel0partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil
dari pada sedimen, seperti bahan-bahan organik tertentu, tanah liat dan lainnya.
Pertikel menurunkan intensitas cahaya yang tersuspensi dalam air umumnya
terdiri dari fitoplankton, zooplankton, kotoran hewan, sisa tanaman dan hewan,
kotoran manusia dan limbah industri.
6. Total Dissolved Solid (TDS) skala NTU
Total Dissolved Solid atau padatan terlarut adalah padatan yang mempunyai
ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi. Bahan terlarut pada perairan alami
tidak bersifat toksis, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan nilai
kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke
kolom air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis diperairan.
C. Parameter mikrobiologi
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidakadanya
bakteri E. coli atau fecal coli dalam air.
Dalam peraturan yang ada di Surabaya berdasarkan parameter di atas, maka
kualitas air dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan peruntukannya. Kualifikasi
mutu air ditetapkan menjadi empat kelas berdasarkan Perda Kota Surabaya No. 2
Tahun 2004, yaitu:
A. Kelas I, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut
B. Kelas II, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
sarana/prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar dan air payau,
peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan/atau peruntukan lain yang
mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
C. Kelas III, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pembudidayaan ikan air tawar dan air payau, peternakan, air untuk mengairi
pertamanan, dan.atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut
D. Kelas IV, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertamanan
dan/atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

 Pengambilan contoh air berdasarkan parameter pemeriksaan


A. Pengambilan Contoh untuk Pemeriksaan Sifat Fisik dan Kimia Air
Tahapan pengambilan contoh untuk keperluan ini adalah :
1. menyiapkan alat pengambilan contoh yang sesuai dengan keadaan sumber air;
2. membilas alat dengan contoh yang akan diambil, sebanyak tiga kali;
3. mengambil contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan
dalam penampung sementara hingga merata;
4. apabila contoh diambil dari beberapa titik, maka volume contoh yang diambil
dari setiap titik harus sama.

B. Pengambilan Contoh untuk Pemeriksaan Oksigen Terlarut


Pengambilan contoh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu ;
1. cara langsung; tahapan pengambilan contoh dengan cara langsung sebagai
berikut :
a. siapkan botol KOB yang bersih dan mempunyai volume ± 300 ml serta
dilengkapi dengan tutup asah;
b. celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol
searah dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol dengan
tenang, atau dapat pula dengan menggunakan sifon;
c. isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi
dan gelembung udara selama pengisian, kemudian botol ditutup;
d. contoh siap dianalisis.

2. dengan alat khusus; tahapan pengambilan contoh dengan cara alat khusus
sebagai berikut :
a. siapkan botol KOB yang bersih dan mempunyai volume ± 300 ml serta
dilengkapi dengan tutup asah;
b. masukkan botol ke dalam alat khusus
c. ikuti prosedur pemakaian alat tersebut.

C. Pemeriksaan Mikrobiologi
Pengambilan contoh untuk pemeriksaan mikrobiologi dapat dilakukan
pada air tanah dengan penjelasan sebagai berikut :
1. air permukaan secara langsung tahapan pengambilan contoh ini sebagai
berikut :
a. siapkan botol yang volumenya paling sedikit 100 ml dan telah disterilkan
pada suhu 120 0C selama 15 menit atau dengan cara sterilisai lain;
b. ambil contoh dengan cara memegang botol steril bagian bawah dan
celupkan botol steril ± 20 cm di bawah permukaan air dengan posisi mulut
botol berlawanan dengan arah aliran.

2. air permukaan secara tidak langsung dari jembatan atau lintasan gantung,
tahapan pengambilan ini sebagai berikut :
a. siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas aluminium;
b. ikat botol dengan tali dan pasang pemberat di bagian dasar botol;
c. buka pembungkus kertas di bagian mulut botol dan turunkan botol
perlahan-lahan ke dalam permukaan air;
d. tarik tali sambil digulung;
e. buang sebagian isi botol hingga volumenya ±3/4 volume botol;
f. bakar bagian mulut botol, kemudian botol ditutup kembali.
3. air tanah pada sumur gali; tahapan pengambilan contoh sama dengan
pengambilan contoh pada air permukaan dari jembatan atau lintasan gantung.

4. air tanah pada kran air; Tahapan pengambilan contoh sebagai berikut :
a. siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas aluminium;
b. bukan kran selama 1-2 menit;
c. sterilkan kran dengan cara membakar mulut kran sampai keluar uap air;
d. alirkan lagi air selama 1-2 menit;
e. buka tutup botol steril dan isi sampai ±3/4 volume botol;
f. bakar bagian mulut botol, kemudian botol ditutup lagi.

D. Parameter Lapangan

Pekerjaan yang dilakukan meliputi :

1. Pemeriksaan unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat, dilakukan


langsung setelah pengambilan contoh.
Unsur-unsur tersebut antara lain; pH, suhu, daya hantar listrik, alkaliniti,
asiditi dan oksigen terlarut;
2. Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam buku catatan khusus pemeriksaan di
lapangan, yang meliputi nama sumber air, tanggal pengambilan contoh, jam,
keadaan cuaca, bahan pengawet yang ditambahkan dan nama petugas (lihat
Contoh Catatan Lapangan)

4.15 Pengolahan Pendahuluan Contoh


A. Penyaringan
Penyaringan contoh dilakukan untuk pemeriksaan parameter terlarut sebagai
berikut:

1. Contoh yang akan disaring diukur volumenya sesuai dengan keperluan;

2. Masukkan kedalam alat penyaring yang telah dilengkapi kertas saring yang
mempunyai ukuran pori 0-0,45 μm dan saring sampai selesai;
3. Air saringan ditampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sesuai dengan
keperluan.
B. Ekstraksi Contoh untuk Pemeriksaan Pestisida
Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :

1. Contoh dikocok secara merata dan ukur volumenya sebanyak 1 liter dengan
gelas ukur;
2. Tuangkan contoh ke dalam labu ekstrak;

3. Bilas gelas ukur dengan 60 ml campuran pelarut organik (n-hexana 85% dan
Diethyl Ether 15%), kemudian tuangkan pelarut organik tersebut ke dalam
labu ekstrak dan kocok selama 2 menit;
4. Biarkan sampai terjadi pemisahan fase paling sediki ±10 menit;

5. Tampung fase air dari labu ekstrak ke dalam gelas ukur dan secara hati-hati
tuangkanlah lapisan fase organik melalui kolom yang berdiameter luar 2 cm
dan berisi Na2SO4 bebas air setinggi 10 cm ke dalam wadah khusus;

6. Tuangkan kembali fase air di dalam gelas ukur tadi ke dalam labu ekstrak;

7. Ulangi langkah (3) sampai (6) 2 kali lagi;

8. Bilas kolom dengan pelarut hexana ± 20 ml;

9. Satukan hasil ekstrak dalam botol khusus.

C. Ekstrak Contoh untuk Pemeriksaan Minyak dan Lemak

Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :

1. Diukur 1 liter contoh dengan gelas ukur;

2. Ditambahkan 5 ml asam khlorida (HCI 1:1), sampai pH <2;

3. Dimasukkan kedalam labu ekstrak;

4. Gelas ukur tadi dibilas secara hati-hati dengan 30 ml pelarut organik (jenis
pelarut organik disesuaikan dengan metode pemeriksaan yang digunakan),
dan masukkan ke dalam labu ekstrak;

5. Dikocok kuat-kuat selama 2 menit dan bila terjadi emulsi yang stabil (tidak
terjadi pemisahan fase yang jelas), dikocok lagi selama 5-10 menit;
6. Dibiarkan sampai terjadi pemisahan fase;

7. Fase organiknya dikeluarkan melalui corong yang berisi kertas saring dan
Na2SO4 ke dalam wadah cntoh khusus;
8. Dimasukkan lagi 30 ml pelarut organik ke dalam labu ekstrak;

9. Ulangi langkah (5) sampai (8) 2 kali lagi;

10. Hasil ekstrak disalurkan ke dalam wadah contoh khusus;

11. Kertas saring dicuci dengan 10-20 ml pelarut organik dan disatukan dengan
ekstrak ke dalam wadah contoh khusus tadi.

4.16 Pengawetan Contoh

4.16.1 Faktor yang mempengaruhi kualitas air


Pemeriksaan kualitas air sebaiknya dilakukan segera setelah
pengambilan contoh. Hal ini disebabkan karena dalam waktu yang relatif
singkat selama penyimpanan mulai berlangsung perubahan-perubahan yang
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Reaksi-reaksi berikut merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi kadar suatu zat selama penyimpanan.
a. Reaksi secara biologi
Aktifitas metabolisme dari mikroorganisme antara lain dapat
mengubah kadar nitrat, nitrit, ammonia, N-organik, fosfat organik dan
menurunkan kadar fenol serta indikator zat organik seperti KOB, KOK, KOT
dan nilai permanganat. Selain dari pada itu aktifitas mikroorganisme dapat
mereduksi sulfat menjadi sulfida.
b. Reaksi secara kimia
Terjadinya reaksi kimia dalam air dapat menyebabkan bahan-bahan
polimer menjadi depolimer dan sebaliknya, serta terjadinya reaksi oksidasi dan
reduksi. Selain itu perubahan kadar gas terlarut dalam air dapat pula merubah
pH dan alkaliniti, sulfida, sulfit, ferro, sianida, dan iodida dapat hilang karena
oksidasi. Kromium valensi 6 dapat direduksi menjadi valensi
c. Reaksi secara fisika
Terjadinya reaksi fisika dapat menyebabkan penyerapan koloid, zat-zat
terlarut, atau zat-zat tersuspensi oleh permukaan tempat wadah contoh.
Penyimpanan air di dalam botol gelas dalam waktu yang cukup lama dapat
menyebabkan terjadinya penggerusan natrium, silika dan boron. Selain itu
dapat pula terjadi penggumpalan zat-zat koloid yang diserap oleh sedimen.

4.16.2 Cara Pengawetan Contoh


Apabila pemeriksaan air tidak dapat dilakukan segera setelah
pengambilan contoh dan akan ditangguhkan maka cara yang terbaik adalah
dengan mendinginkan contoh pada suhu 4oC. Apabila hal ini tidak mungkin
dilakukan, maka dapat digunakan zat pengawet tertentu dengan syarat zat
tersebut tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang diperiksa. Salah
satu tujuan pengawetan ialah untuk memperlambat perubahan komposisi
kimia kualitas air. Penambahan bahan kimia sebagai bahan pengawet dapat
menyebabkan contoh tersebut tidak sesuai lagi untuk penetapan parameter
tertentu. Metode pengawetan dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam
seperti dijelaskan berikut ini.
A. Pengawetan Secara Kimia
Pengawetan secara kimia dapat dilakukan dengan beberapa metode.
a) Pengasaman
Pengawetan contoh dengan penambahan asam sampai pH lebih kecil
atau sama dengan 2, biasanya dilakukan untuk pengawetan logam terlarut dan
logam total sehingga pemeriksaannya dapat ditunda selama beberapa minggu.
Khusus untuk logam merkuri waktu penyimpanan paling lama 7 hari dan bila
perlu disimpan lebih lama lagi harus ditambahkan bahan pengoksidasi
biasanya KMnO4 atau K2Cr2O7. Pengasaman menjadi pH ≤ 2 juga dapat
menghalangi aktifitas biologi, sehingga dapat digunakan untuk pemeriksaan
unsur-unsur yang dapat mengalami perubahan secara biologi.
b) Biosida
Pengawetan contoh dengan penambahan biosida akan menghalangi
aktifitas biologi. Salah satu bahan biosida yang umum digunakan ialah larutan
HgCl2 dimana konsentrasi HgCl2 dalam contoh sekitar 20-40 mg/L.
Penggunaan bahan ini harus hati-hati bila dalam laboratorium yang sama
dilakukan pengukuran kadar merkuri dalam konsentrasi rendah karena dapat
terkontaminasi oleh HgCl2.
c) Keadaan khusus
Penetapan unsur-unsur tertentu memerlukan perlakuan yang tersendiri.
Sebagai contoh untuk pengawetan sianida ditambahkan larutan NaOH
sehingga pH menjadi 10-11.

4.16.3 Pengawetan Secara Fisika


Pengawetan secara fisika dilakukan dengan cara pendinginan contoh
pada suhu 4°C atau pembekuan. Metode pengawetan dengan cara pendinginan
dilakukan dengan menyimpan contoh pada suhu kurang lebih 4oC dan lebih
baik lagi ditempat gelap. Perlakuan ini dimaksudkan untuk memperlambat
aktifitas biologi dan mengurangi kecepatan reaksi secara kimia dan fisika.
Keuntungan metode ini adalah tidak mengganggu unsur-unsur yang
ditetapkan. Bila pendinginan tidak mungkin dilakukan pada suhu 4oC maka
botol contoh dapat disimpan dalam bongkahan-bongkahan es.

4.17 Pengaturan Waktu


Dengan cara pengaturan waktu dapat dihindari kesalahan pemeriksaan
yang disebabkan oleh perubahan unsur selama penyimpanan. Batas waktu
pemeriksaan tidak boleh melebihi batas waktu maksimum penyimpanan agar
tidak terjadi perubahan unsur yang tidak dikehendaki.

4.18 Penyimpanan Contoh

Jenis penyimpanan yang dapat dipakai untuk menyimpan contoh dapat dibuat
dari bahan gelas atau bahan plastik. Persyaratan kedua wadah tersebut harus dapat
ditutup dengan kuat dan rapat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Masing-masing wadah mempunyai kelebihan serta kekurangan. Keuntungan
pemakaian wadah gelas antara lain adalah: mudah mencucinya, mengecek
keadaannya serta mensterilisasikannya. Sedang kekurangannya adalah mudah
pecah selama pengangkutan. Pemakaian wadah dari plastik tidak mudah pecah
dan tahan terhadap pembekuan, akan tetapi sulit membersihkannya.

Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tempat wadah contoh
yaitu:

a) Penyerapan zat-zat kimia dari bahan wadah oleh contoh, misalnya bahan
organik dari plastik, natrium, boron dan silika dari gelas;
b) Penyerapan zat-zat kimia dari contoh oleh wadah, misalnya
penyerapan logam-logam oleh gelas atau bahan-bahan organik
oleh plastik;
c) Terjadinya reaksi langsung antara contoh dengan wadah, misalnya
fluorida dengan gelas.

4.19 Pengangkutan Contoh

1. Pengepakan Dan Pengangkutan Contoh

Tiap-tiap contoh yang telah dimasukkan kedalam wadah sebelum diangkut ke


laboratorium harus diberi label terlebih dahulu untuk menghindari tertukarnya
contoh. Pada tiap-tiap label masing-masing dicantumkan lokasi pengambilan
contoh, tanggal, jam, pengawet yang ditambahkan serta petugas yang mengambil
contoh. Label tersebut kemudian ditempelkan pada tiap-tiap wadah dan
diusahakan agar label tersebut tidak rusak atau hilang selama pengangkutan.
Botol-botol contoh ditutup rapat dan dimasukkan ke dalam kotak yang telah
dirancang khusus sehingga contoh tidak pecah atau tumpah selama pengangkutan
dari lapangan ke laboratorium.

2. Label Contoh Dan Catatan Lapangan

Petugas pengambil contoh harus mempunyai label yang berisi keterangan


sebagai berikut yaitu lokasi, tanggal dan waktu nomor dan jenis contoh, suhu air
dan udara, tinggi muka air atau debit, keadaan cuaca, keadaan fisik sumber air,
keadaan lingkungan lokasi pengambilan contoh, hasil pemeriksaan di lapangan
dan nama petugas.

4.20 Penyajian Data Hasil Pemeriksaan Lapangan

Hasil pemeriksaan lapangan disajikan sebagai berikut :

1) Hasil perhitungan pemeriksaan di lapangan dicatat dalam buku catatan


lapangan

2) Diteliti kembali cara perhitungan dan satuan yang dipakai

3) Data dari catatan lapangan dipindahkan ke formulir data


BAB III
KESIMPULAN
Sampling air merupakan melakukan pengambilan sejumlah volume suatu
badan air yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan badan air tersebut.
Seluruh aktivitas pengambilan sampel air harus direncanakan dengan baik
sebelum menuju ke tempat pengambilan sampel. Teknik sampling sampel air yang
baik memegang peranan sangat penting karena mempengaruhi data hasil analisis.
Apabila terdapat kesalahan dalam pengambilan contoh, maka contoh yang
diambil tidak representative sehingga ketelitian dan teknik peralatan yang baik
akan terbuang percuma serta kesimpulan akan hasil yang diambil juga akan salah.

DAFTAR PUSTAKA
Badan standarisasi, N. (1991). Metode pengambilan contoh kualitas air. SNI 06-
2412-1991, 1–48.
Badan standarisasi, N. (2004). Tata cara pengambilan contoh dalam rangka
pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai. SNI 03-7016-
2004, 1–19.
Fatmawati, R., Masrevaniah, A., & Solichin, M. (2012). KALI
NGROWODENGAN MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM QUAL2Kw.
Jurnal Teknik Pengairan, 3(2), 122–131.
Hadi, A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Legowo, A. M., Nurwantoro, & Sutaryo. (2007). ANALISIS PANGAN.
Rusdan, I. H. (2008). Analisa Kadar Air ( Moisture Determination ) Kontrak
Kuliah. BAHAN AJAR Universitas Brawijaya, 1–39.
SNI. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai