Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

N dengan
RETINOBLASTOMA di RUANG ANAK Lt.1

RSUP DR.KARIADI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Ajar


Keperawatan Anak

Disusun oleh:
Maria Ledy Tania
G3A017283

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS ILMU


KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang
paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat
mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara berkembang,
upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua.
Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim mengenai penyakit
kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan
10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-
anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu,
skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah
penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya
dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan
pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke
dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan
masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan
tentang penyakit retinoblastoma ke masyarakat luas yang mana di negara
Indonesia masih kurang diperhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu
memahami dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien
dengan retinoblastoma.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retinoblastoma serta
asuhan keperawatan yang tepat terhadap penyakit retinoblastoma tersebut.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian dari penyakit retinoblastoma dan klasifikasinya.
b. Mengetahui etiologi dari penyakit retinoblastoma.
c. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retinoblastoma.
d. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retinoblastoma.
e. Mengetahui pathways dari penyakit retinoblastoma.
f. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari penyakit retinoblastoma.
g. Mengetahui komplikasi penyakit retinoblastoma.
h. Mengetahui penatalaksanaan terhadap retinoblastoma.
i. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien retinoblastoma
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Pengertian dan Klasifikasi
Retinoblastoma adalah tumor endookular pada anak yang mengenai
saraf embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi
secara awal. Rata-rata usia klien saat didiagnosis adalah 24 bulan pada kasus
unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral
tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain
terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. Ini menunjukkan pentingnya untuk
memeriksa klien dengan anestesi pada anak dengan retinoblastoma unilateral,
khususnya pada usia dibawah 1 tahun (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ).
Retinoblastoma adalah kanker pada retina (daerah di belakang mata
yang peka terhadap cahaya) yang menyerang anak berumur kurang dari 5
tahun. 2% dari kanker pada masa kanak-kanak adalah retinoblastoma.
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina
(sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor
ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia
dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat
terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral
bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom. Massa tumor di retina
dapat tumbuh kedalam vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus ke luar
(eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan. Sering
terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan kalsifikasi. Pasien yang
selamat memiliki kemungkinan 50% menurunkan anak dengan
retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%.
Retinoblastoma adalah kanker yang dimulai dari retina–lapisan sensitif
di dalam mata. Retinoblastoma umumnya terdapat pada anak-anak. Retina
terdiri dari jaringan syaraf yang merespon cahaya masuk ke mata. Kemudian
retina mengirimkan sinyal melalui syaraf optik ke otak, dimana sinyal
diinterpretasikan sebagai gambar.
Menurut Reese-Ellsworth, retino balastoma digolongkan menjadi:
a. Golongan I : Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil. Terdapat
pada atau dibelakang ekuator, Prognosis sangat baik
b. Golongan II : Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil,
Prognosis baik.
c. Golongan III : Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran
>10 diameter papil, Prognosis meragukan
d. Golongan IV : Tumor multiple sampai ora serata, Prognisis tidak baik.
e. Golongan V : Setengah retina terkena benih di badan kaca, Prognosis
buruk. Penyebaran ke vitreous. Tumor menjadi lebih besar, bola mata
membesar menyebabkan eksoftalmus kemudian dapat pecah ke depan
sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya.
Grabowski dan Abrahamson membagi penderajatan berdasarkan
tempat utama dimana retinoblastoma menyebar.
a. Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium
tenang)
b. Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
c. Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang
melampaui ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
d. Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.
Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering
terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang
selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan
retinoblastoma.

2. Etiologi
a. Kelainan Kromosom
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominant
protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa karena mutasi
atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan
tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah
satu mata yang bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan
kelainan yang diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa
menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalui saraf penglihatan/nervus
optikus).
b. Faktor Genetik
Gen cacat RB1 dapat diwariskan dari orang tua pada beberapa anak, mutasi
terjadi pada tahap awal perkembangan janin. Tidak diketahui apa yang
menyebabkan kelainan gen, melainkan yang paling mungkin menjadi
kesalahan acak selama proses copy yang terjadi ketika sel membelah.

3. Manifestasi Klinik
a. Tanda dini retinoblastoma adalah mata merah, mata juling atau terdapat
warna iris yang tidak normal.
b. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola
mata.
c. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
d. Tajam penglihatan sangat menurun.
e. Nyeri
f. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga
badan kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan
pembuluh darah di atasnya.

4. Patofisiologi
Retinoblastoma terjadi karena adanya mutasi pada gen RB1 yyang
terletak pada kromosom 13q14 (kromosom nomor 13 sequence ke 14) baik
terjadi karena faktor hereditas maupun karena faktor lingkungan seperti virus,
zat kimia, dan radiasi. Gen RB1 ini merupakan gen suppressor tumor, bersifat
alel dominan protektif, dan merupakan pengkode protein RB1 (P-RB) yang
merupakan protein yang berperan dalam regulasi suatu pertumbuhan sel
(Anwar, 2010:1). Apabila terjadi mutasi seperti kesalahan transkripsi,
tranlokasi, maupun delesi informasi genetik, maka gen RB1 (P-RB) menjadi
inaktif sehingga protein RB1 (P-RB) juga inaktif atau tidak diproduksi
sehingga memicu pertumbuahan sel kanker (Tomlinson, 2006:62).
Retinoblastoma biasa terjadi di bagian posterior retina. Dalam
perkembangannya massa tumor dapat tumbuh baik secara internal dengan
memenuhi vitrous body (endofitik). Maupun bisa tumbuh kearah luar
menembus koroid, saraf optikus, dan sklera (eksofitik).

5. Pathways

Faktor keturunan Faktor lingkungan: virus, zat


kimia, radiasi
Mutasi gen RB1 di kromosom 13q14

Gen RB inaktif

Protein RB1 (P-RB) tidak diproduksi

Pertumbuhan sel daerah retina tidak terkontrol

RETINOBLASTOMA
Operasi

Destruksi Massa tumor memenuhi Tumor menempati


Kemoterapi saraf vitrous body macula

Mual-muntah Ggn hantaran Peningkatan tekanan intra Ggn pergerakan


impuls okuler bola mata
Ketidakmampuan
mencerna 4.Ggn rasa Terjadi glaukoma Strabismus
makanan nyaman nyeri
Penurunan lapang Penurunan f/
Perubahan pandang penglihatan
1.Defisit nutrisi
penampilan

2.Ggn citra 5.Ggn persepsi sensori


3. Ansietas diri penglihatan

6. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis pasti retinoblastoma intraokuler dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan patologi anatomi. Karena tindakan biopsi merupakan
kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis digunakan beberapa
pemeriksaan sebagai sarana penunjang :
a. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina
disertai pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor
tersebut dan berbatas kabur.
b. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan
kalsifikasi. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen :
Optikum melebar.
c. USG : Adanya massa intraokuler
d. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila
rasio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma
intraokuler (Normal rasio kurang dari 1)
e. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien
dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

7. Komplikasi
a. Komplikasi retinoblastoma yaitu:
Tumor non okuler sekunder dapat muncul pada penderita retinoblastoma.
Contohnya osteosarkoma, berbagai jenis sarkoma jaringan lunak yang
lain, melanoma malignan, berbagai jenis karsinoma, leukemia dan
limfoma dan berbagai jenis tumor otak
b. Komplikasi vaskular : kerusakan pembuluh darah retina dan perdarahan
dapat terlihat.
c. Efek pada tulang, gigi dan jaringan lunak setelah radiasi. Terjadi
hipoplasia pada tulang dan struktur jaringan lunak setelah terapi dengan
dosis radiasi.

8. Penatalaksanaan
Pengobatan retinoblastoma ialah enukleasi bulbi yang disusul dengan
radiasi. Apabila retinoblastoma sudah meluas sampai ke jaringan orbita maka
dilakukan eksenterasi orbita disusul dengan radiasi dan bila perlu diberikan
kemoterapi (Ilyas dkk, 2002).
Harus dilakukan pemantauan teratur pada anak yang menderita
retinoblastoma dan keturunan berikutnya. Konseling genetik harus
ditawarkan dan anak dengan orang tua yang pernah mengalami
retinoblastoma harus diawasi sejak bayi (James dkk, 2005).
Bila tumor masih terbatas intraokular, pengobatan dini mempunyai
prognosis yang baik. Tergantung dari letak, besar, dan tebal, pada tumor yang
masih intraokular dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau
kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus.
Pada tumor intraokular yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus nol,
dilakukan enukleasi. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas
dirongga orbita, dilakukan kombinasi eksentrasi, radioterapi, dan
kemoterapiPasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20-90% pasien
retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer, osteosarkoma
(mansjoer, 2005).
a. Terapi
Beberapa cara terapi adalah :
1) Enukleasi mengangkat bola mata dan diganti dengan bola mata
prothese (buatan).
2) Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga
terapi ini sangat efektif. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak
akibat penyinaran.
3) Photocoagulation : terapi dengan sinar laser ini sangat efektif pada
ukuran kanker yang kecil.
4) Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada
kanker ukuran kecil terapi ini berhasil baik.
5) Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat
mengecilkan ukuran kanker.
Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari :
1) Ukuran kanker dan lokasi kanker
2) Apakah sudah menjalar atau belum
3) Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain
4) Adanya komplikasi
5) Riwayat keluarga
6) Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas.
b. Pembedahan:
1) Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler
ialah dengan mengangkat seluruh bola mata dan memotong saraf optik
sepanjang mungkin.
2) Eksentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke
jaringan orbita yaitu dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan
jaringan periostnya
Sesudah operasi diberikan terapi radiasi untuk membunuh sisa–sisa sel
tumor

B. Konsep Asuhan Keperawatan Sesuai Kasus


1. Pengkajian
a. Wawancara
1) Sejak kapan sakit mata dirasakan
Penting untuk mengetahui perkembangan penyakit klien, dan sejauh
mana perhatian klien dan keluarganya terhadap masalah yang sedang
dialami klien. Retinoblastoma mempunyai prognosis baik bila
ditemukan dini.
2) Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapisan kelopak
ataupun bola mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberikan
kelainan pada mata tersebut sebelum meminta pertolongan.
3) Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama sebelumnya
Retinoblastoma bersifat herediter yang diwariskan melalui
kromosom, protein yang selamat memiliki kemungkinan 50 %
menurunkan anak dengan retinoblastoma.
4) Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya.
Retinoblastoma dapat menyebabkan bola mata menjadi besar.
5) Apakah ada keluhan lain yang menyertai
Keluhan sakit kepala merupakan keluhan paling sering diberikan
oleh penderita. Adanya keluhan pada organ lain juga bisa diakibatkan
oleh tumor yang bermetastase.
6) Penyakit mata sebelumnya
Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata
sebelumnya akan dapat menerangkan tambahan gejala-gejala
penyakit yang dikeluhkan penderita.
7) Penyakit lain yang sedang diderita
Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk, dapat
pula memperburuk keadaan klien
8) Usia penderita
Dikenal beberapa jenis penyakit yang terjadi pada usia
tertentu. Retinoblastoma umumnya ditemukan pada anak-anak,
terutama pada usia di bawah 5 tahun.
9) Riwayat psikologi
Reaksi pasien dan keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang
dialami pasien: cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering
bertanya.
10) Mekanisme koping
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan Fisik Umum
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum
yang dapat merupakan penyebab penyakit mata yang sedang diderita.
2) Pemeriksaan Khusus Mata
a) Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola
mata sehingga dapat merusak semua organ di mata yang
menyebabkan tajam penglihatan sangat menurun.
b) Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan
bahkan dapat merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf
III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata juling.
c) Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal,
konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris, lensa dan pupil.
d) Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan
keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan pada penderita
dengan retinoblastoma.
e) Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil
saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat
perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
f) Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan
bola mata meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makan dd
kemoterapi.
b. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentan metastasis dan
perkembangan penyakit
d. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler
e. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penurunan
lapang pandang, fungsi penglihatan.
3. Perencanaan
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makan dd
kemoterapi.
Tujuan: Anak dapat mempertahankan keseimbangan nutrisi yang adekuat
KH:
- Pasien mendapat asupan nutrisi secara adekuat sesuai dengan
kebutuhannya.
- Terjadi peningkatan BB 20-30 gr/hari setelah periode akut terlewati
- Peningkatan masa otot
Tujuan:
1) Monitor intake nutrisi
2) Pantau toleransi oral pasien
3) Lakukan oral hygiene secara teratur minimal 2x sehari
4) Ajarkan teknik distraksi untuk mengurangi rasa mual pasien
5) Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi mengenai kebutuhan nutrisi dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien
6) Tentukan jalur pemberian nutrisi
7) Monitor berat badan minimal setiap 3 hari jika memungkinkanatau
lingkar lengan atas.
8) Kolaborasi : monitor hasil laborat.
9) Kolaborasi pem pemberian antiemetik.
b. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan persepsi dan sikap positif terhadap
gambaran tubuhnya.
Kriteria hasil:
- Pasien dapat mengungkapkan ungkapan positif terhadap dirinya.
- Tidak menghindari sosialisasi dengan teman dan orang lain.
- Mau menjawab pertanyan perawat
Intervensi:
1) Monitorpersepsi pasien terhadap keadaan tubuhnya sekarang dan
harapan pasien terhadap tubuhnya.
2) Identifikasi strategi koping yang digunakan oleh orangtua dan pasien
untuk menghadapi perubahan tubuh pasien akibat sakit dan
pengobatan.
3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi persepsi positif terhadap
tubuhnya.
4) Bantu pasien untuk beradaptasi terhadap perubahan tubuhnya.
5) Fasilitasi pasien untuk berinteraksi dengan pasien lain yang sama-sama
sedang menjalani kemoterapi.
c. Ansietas berhubungan dengan prosedur pengobatan
Tujuan: Kecemasan pasien berkurang
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mengekspresikan perasaan cemas dan takut
- Keluarga memberi dukungan
- Anak dan keluarga mendapat informasi mengenai prosedur dan terapi
yang dilakukan seca akurat
- Pasien dan keluarga mampu meningkatkan adaptasi terhadap penyakit
pasien dan pengobatan yang sedang dijalani
Intervensi:
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
1) Gunakan pendekatan yang menenangkan
2) Jelaskan semua prosedur
3) Gali apa yang dirasakan selama prosedur
4) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
5) Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
6) Dorong keluarga untuk menemani anak
7) Identifikasi tingkat kecemasan
8) Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
9) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
d. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler
Tujuan: Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil:
- Mampu mengontrol nyeri·
- Skala nyeri berkurang
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,frekuensi dan tanda
nyeri)·
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- Tanda vital dalam rentang norma
Intervensi
Pain Management
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Kurangi faktor presipitasi nyeri
4) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi dan
inter personal)
5) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
6) Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
1) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat-obatan
2) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, danfrekuensi
3) Cek riwayat alergi
4) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberiananalgesik pertama
kali
6) Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efeksamping)
e. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penurunan
lapang pandang, fungsi penglihatan.
Tujuan: Pasien menunjukkan status neurologis: fungsi motorik sensorik
menunjukkan orientasi kognitif.
Kriteria hasil:
- Pasien berinteraksi secara sesuai dengan orang lain dan lingkungan.
- Pasien mempertahankan ketajaman lapang penglihatan tanpa
kehilangan lebih lanjut.
- Mengkompensasi defisit sensori dengan memaksimalkanindera yang
tidak rusak.
- Menginterpretasikanobjek yang dikomunikasikanoleh orang lain
secara benar.
Intervensi:
1) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya.
2) Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam
jangkauan.
3) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang
kehilangan/kemungkinan kehilangan penglihatan.
4) Lakukan tindakan untuk membantu pasien untuk menangani
keterbatasan penglihatan: atur perabot/mainan, perbaiki sinar suram
dan masalah penglihatan malam
BAB III
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Anak : An. N
Tempat/Tanggal Lahir : Batang/ 16 Juni 2014
Usia : 4 th 1 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat : Batang, Jawa Tengah
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Tanggal Pengkajian : 24 Juli 2018
Tanggal Masuk RS : 22 Juli 2018
Pemberi Informasi : Ny. I ( Ibu Pasien )
Rekam medis

Identitas Orang tua


Nama Ayah : Tn. A
Umur : 37 th
Alamat : Batang, Jawa Tengah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Nama Ibu : Ny. I
Umur : 31 th
Alamat : Batang, Jawa Tengah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan deganGENOGRAM
Anak : KELUARGA

Keterangan Genogram:
: Pria sehat
: Wanita sehat
: Pasien
: meninggal
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mual, perut terasa tidak enak, malas makan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan saat berusia 3 tahun, muncul titik putih di bagian
mata kiri yang berwarna hitam ( iris ). Lama-lama titik itu melebar dan hampir
menutup semua bagian mata yang berwarna hitam. Saat itu pasien juga sering
mengeluh sakit pada mata kirinya. Bulan Januari 2018, dari PKU di Batang,
pasien dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi dan didiagnosa kanker mata. Februari
2018, mata kiri pasien diangkat. Setelah itu pasien menjalani kemoterapi
sebanyak 5 siklus. Ibu pasien mengatakan, setiap selesai menjalani
kemoterapi pasien mengalami mual, muntah, tidak mau makan, dan rambut
rontok. Saat ini pasien datang untuk melanjutkan kemoterapi yang terakhir
(siklus ke-6)dari yang sudah diprogramkan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Penyakit yang pernah diderita
Ibu pasien mengatakan waktu berumur 9 bulan muncul benjolan di area
perut bagian kiri. Awalnya kecil lama-lama menjadi sebesar telur ayam.
Kemudian dilakukan operasi dan dilakukan pemeriksaan PA. Saat itu
dokter mengatakan hasil PA menunjukkan benjolan tersebut adalah tumor
jinak.
b. Pengalaman dirawat di RS
Ibu pasien mengatakan pasien sudah berulangkali keluar masuk rumah
sakit. Dimulai umur 9 bulan, saat diketahui ada benjolan di perut kiri,
kemudian operasi pengangkatan benjolan tersebut, sampai dengan
terdiagnosa kanker mata, operasi pengangkatan mata kiri, dan menjalani
kemoterapi sebanyak 5 siklus.
c. Riwayat operasi
Ibu pasien mengatakan pasien sudah menjalani 2 kali operasi. Operasi
yang pertama saat pasien berusia 9 bulan yaitu operasi pengangkatan
benjolan di perut bagian kiri bawah. Pada bulan februari 2018 pasien
menjalani operasi yang kedua yaitu operasi pengangkatan mata kiri.
d. Riwayat kehamilan Ibu
P2A1
Ibu pasien mengatakan anak pertama meninggal saat berusia 1 minggu
karena sakit panas. Kehamilan kedua mengalami keguguran saat usia
kehamilan 3 bulan.
e. Riwayat alergi
Ibu pasien mengatakan pasien tidak punya riwayat alergi.
f. Riwayat imunisasi
Ibu pasien mengatakan pasien sudah mendapatkan imunisasi dasar
lengkap.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien mengatakan baik di keluarganya maupun di keluarga
suaminya tidak ada yang menderita penyakit seperti pasien atau penyakit
tumor lainnya. Riwayat penyakit jantung, DM, hipertensi juga tidak ada.
6. Pengukuran Antropometri
Berat badan : 11,5 kg
Tinggi badan : 91,5 cm
Lingkar kepala : 44 cm
Lingkar dada : 47 cm.
Lingkar lengan atas : 15cm
Interpretasi status gizi
WHZ : antara -1 SD dan -2SD
Kesimpulan : Nomal mendekati kurus
7. Vital Sign
Diukur pada tanggal : 24 Juli 2018 pukul 11.00
Suhu : 36,7°C
Frekuensi jantung : 100 x/menit
Frekuensi pernapasan : 20 x/menit
Tekanan darah : 100/70 mmHg
8. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk kepala : simetris
Rambut : lurus, jarang ( seperti rambut jagung)
Mata
Kanan : penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, simetris.
Kiri : bola mata sudah diambil
Hidung : fungsi penciuman baik, simetris
Telinga : simetris, bersih
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
b. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Mulut
1) Membran mukosa : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis
2) Gusi : merah mudah
3) Jumlah gigi : 20 gigi, 8 gigi seri, 4 gigi taring, 8 gigi
geraham
4) Warna gigi : 4 gigi seri bagian atas berwarna hitam
5) Warna lidah : merah muda
6) Gerakan lidah : terkontrol
7) Tonsil : tiadak ada pembesaran
8) Tes pengecapan : pasien bisa merasakan manis, asam, asin, pahit
Abdomen
1) Bentuk : simetris, ada bekas luka operasi di perut bagian kiri
bawah
2) Umbilikus : bersih
3) Bising usus : 10 x/menit
4) Pembesaran hepar : tidak ada
5) Pembesaran limpa :tidak ada
6) Perkusi dinding perut : timpani

Pola Nutrisi dan Sehat Sakit


Cairan
Jam makan pagi ± jam 07.00 ± jam 07.00
siang ± jam 12.00 ± jam 12.00
malam ± jam 06.30 ± jam 06.30
Porsi makan >½ porsi makanan < ½ porsi makanan
yang disediakan yang disediakan RS
ibu pasien.
Jenis makanan pokok Nasi Nasi
Jenis makanan selingan Snack seperti ciki- Ekstra putih telur 2x
ciki
Makanan kesukaan Snack seperti ciki- Susu
ciki, susu kemasan
Makanan yang tidak Sayur dan buah Sayur dan buah
disukai
Jumlah air yang ± 1000cc ± 1000cc
diminum
Istilah yg digunakan Maem dan mimik Maem dan mimik
anak untuk makan dan
minum
7) Pengkajian risiko malnutrisi
Nafsu makan : intake berkurang, sisa makanan < ½
porsi (1)
emampuan untuk makan : sering muntah (1)
Faktor stress : penyakit kronik (2)
Persenti berat badan :0
Total skor :4
Kategori risiko malnutrisi : berisiko sedang malnutrisi
8) Lembar obsevasi status nausea post kemoterapi
Perubahan sikap dan Distress 9 Perubahan Fisiologis
perilaku (Tekanan)
Penurunan aktivitas □ Gelisah □ Peningkatan □
frekuensi pernafasan
Meletakkan tangan □ Menangis √ Kurang nafsu atau √
di mulut selera makan
Meletakkan tangan □ Ekspresi √ Muntah √
di atas perut wajah mual
Posisi mual √ Sensitif √ Muntah berat □
Menolak cairan □ Keringat dingin □
lewat mulut
Kulit terasa dingin √
saat disentuh
Perubahan warna □
kulit atau kemerahan
Air liur meningkat □
Sering menelan □
Ada gerakan lidah □
atau menekan
atau membasahi bibir
Total skor 7
9. Kebutuhan interaksi sosial
Komunikasi
a. Anak-orang tua : Baik.Orang tua selalu menuruti kemauan anak
b. Anak-teman : Pasien cenderung menyendiri karena temannya
selalu mengejek pasien atas kondisi mata kanannya.
c. Anak-keluarga : Baik
d. Anak-orang lain : Pasien cenderung menghindar ketika didekati
perawat dan tampak ketakutan.
Pasien tampak cemas
Bicara
a. Ketidakfasihan (gagap) : tidak
b. Defisiensi artikulasi : tidak
c. Gangguan suara : tidak
Bahasa
Memberikan arti pada kata-kata : ya
Mengatur kata-kata dalam kalimat : ya
10. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laborat darah (22/7/18)
Hb : 11,1 g/dL
Ht : 34 %
Lekosit : 8,5 10^3/uL
Trombosit : 455 10^3/uL
GDS : 96
Ureum :19
Kreatinin : 0,4
Asam Urat :2,4
Calsium : 2,5
Phosphat Anorganik:5,6 mg/dL
Elektrolit
Na : 140 mmol/ L
K : 4,1 mmol/ L
Cl : 110 mmol/ L
b. MSCT Orbita ( 15 Januari 2018)
Kesan: Massa padat inhomogen intraoculli kanan, rentrotental, batas
sebagian tidak tegas, tapi sebagian irreguler disertai kalsifikasi
di dalamnya.
Cenderung gambaran retinoblastoma.
c. Hasil PA (20 Februari 2018)
Kesan: Retinoblastoma bulbus oculi
Tidak tampak metastasis
11. Terapi
Infus: D5 ½ NS 480/ 20ml/jam
Terapi kemo yang didapat: Vincristine 0,78 mg
Carboplatin 291 mg
Etoposide 78 mg
>>>terdiri atas 6 siklus yang diberikan setiap 28 hari
12. Diit
Nasi lunak
Pediasure 3 kali 100cc
Ekstra putih telur 2x

B. ANALISA DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS: Resiko Defisit nutrisi Ketidakmampuan
- Ibu pasien mengatakan, setiap ketidakmampuan mencerna makan dd
selesai menjalani kemoterapi mencerna makan dd kemoterapi.
pasien mengalami mual, kemoterapi.
muntah, tidak mau makan,
dan rambut rontok.
- Ibu pasien mengatakan
makanan yg dihabiskan
pasien < ½ porsi makanan
yang disediakan RS

DO:
- Berat badan : 11,5 kg
- Tinggi badan : 91,5 cm
- Lingkar kepala : 44 cm
- Lingkar dada : 47 cm.
- Lingkar lengan atas: 15cm
- Interpretasi status gizi
WHZ: antara -1 SD dan -
2SD
Kesimpulan:Nomal
mendekati kurus
- Pengkajian risiko malnutrisi
Total skor : 4
Kategori risiko malnutrisi:
berisiko sedang malnutrisi
- Pada observasi status nausea
post kemoterapi: pasien
menunjukkan posisi mual,
menangis, menunjukkan
ekspresi wajah mual, kurang
nafsu atau selera makan,
muntah, kulit terasa dingin saat
disentuh dengan total skor 7.

S: Ansietas Krisi situasional,


- Ibu pasien mengatakan pasien hospitalisasi
cenderung menyendiri karena
temannya sering mengejek
pasien atas kondisi mata
kanannya.
O:
- Pasien cenderung menghindar
ketika didekati perawat
- Pasien tampak ketakutan.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makan
dd kemoterapi.
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, hospitalisasi.
D. PERENCANAAN
No Waktu Tujuan dan Kriteria Intervensi dan Rasional Ttd &
Dx (tgl/jam) Hasil Nama
jelas
1 24 Juli Setelah diberikan 1. Monitor intake nutrisi
2018 jam asuhan keperawatan R: Memantau intake nutrisi
12.00 selama 2x24 jam pasien pasien.
dapat mempertahankan 2. Pantau toleransi oral pasien
keseimbangan nutrisi R: mengetahui kemampuan
yang adekuat.dengan pasien menghabiskan
kriteria hasil: makanannya.
- Pasien tidak muntah 3. Lakukan oral hygiene
- Pasien mengatakan secara teratur minimal 2x
mual berkurang sehari.
- Intake nutrisi ≥ ½ R: mulut yang kotor
porsi menyebabkan nafsu makan Ledy
- Pasien tampak rileks semakin turun.
- Akral hangat 4. Ajarkan teknik distraksi
untuk mengurangi rasa
mual pasien.
R: dengan tujuan mual
berkurang sampai dengan
hilang.
5. Kolaborasi dengan dokter
dan ahli gizi mengenai
kebutuhan nutrisi dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan
oleh pasien.
R: menentukan kebutuhan
nutrisi pasien.
6. Tentukan jalur pemberian
nutrisi.
R: disesuaikan dengan
kondisi pasien, secara intra
vena atau per oral.
7. Kolaborasi : monitor hasil
laborat.
R: salah satu indikator
kemajuan status nurisi
pasien.
8. Monitor berat badan
minimal setiap 3 hari jika
memungkinkan atau
lingkar lengan atas.
R: salah satu indikator
kemajuan status nurisi
pasien.
9. Kolaborasi pemberian
antiemetik.
R: mengurangi efek mual
post kemoterapi.
2 24 Juli Setelah diberikan 1. Gunakan
2018 jam asuhan keperawatan pendekatan yang
12.00 selama 2x24 jam pasien menenangkan.
kecemasan pasien R: untuk membina
berkurang dengan hubungan saling percaya
kriteria hasil: dengan pasien.
- Pasien dapat 2. Jelaskan semua prosedur
mengekspresikan R: pasien dan ortu lebih
perasaan cemas dan siap dalam menjalani
takut proses pengobatan.
- Keluarga memberi 3. Gali apa yang dirasakan
dukungan selama prosedur. Ledy
- Anak dan keluarga R: mengetahui tingkat
mendapat informasi kecemasan pasien selama
mengenai prosedur proses pengobatan.
dan terapi yang akan 4. Motivasi ortu untuk selalu
dijalani selanjutnya. menemani pasien selama
- Pasien dan keluarga proses kemoterapi.
mampu R: memberikan keamanan
meningkatkan dan mengurangi takut
adaptasi terhadap pasien.
penyakit pasien dan
pengobatan yang
sedang dijalani
- Pasien tampak rilek.

E. CATATAN KEPERAWATAN
No Tgl Jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien Ttd &
Dx Nama
jelas
1 24 12.30 Memonitor intake nutrisi S: Pasien mengatakan Ledy
Juli malas makan, perut tidak

2018 enak, mual.


O: Makanan di piring
sisa ¾ porsi. Sayur tidak
dimakan.
12.35
Ledy
Memotivasi pasien makan sedikit S: Ibu pasien
tapi sering dan meminum
mengatakan pasien
susunya.
menghabiskan 1/4 botol
susu yang disediakan.
O: Sisa susu di botol
12.40
masih ¾.
Ledy
Memantau toleransi oral pasien S: Ibu pasien
mengatakan pasien baru
selesai kemo hari
pertama
O: Pasien menunjukkan
wajah mual, muntah 2
kali, kulit teraba dingin.
12.45
S: Ibu pasien Ledy
Memotivasi ortu untuk
membantu pasien melakukan oral mengatakan pasien
hygiene secara teratur minimal 2x
belum mau.
sehari dan kumur setiap muntah.
O: Pasien tampak rewel,
13.00
menangis.
Ledy
Melakukan kolaborasi dengan S:-
ahli gizi mengenai kebutuhan
O: Diit terprogram: nasi
nutrisi dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan oleh pasien. lunak dan pediasure 3x
100cc ekstra putih telur
17.00
2x.
Mengajarkan ibu pasien tentang S: Ibu pasien
teknik distraksi untuk
mengurangi rasa mual pasien: mengatakan anaknya Ledy
mengajak pasien mewarnai suka mewarnai.
gambar.
O: Pasien kooperatif,
mewarnai gambar
25
17.15 kesukaannya.
Juli
Memantau toleransi oral pasien S: Ibu pasien
2018
mengatakan pasien
sudah muntah 4 kali
sejak selesai pemberian
obat kemo tadi siang.
O: Pasien masih
menunjukkan ekspresi
18.30
wajah mual.
Memonitor intake nutrisi
S: Ibu pasien
mengatakan pasien mau
makan sedikit-sedikit
sampai habis ½ porsi
sambil mewarnai.
26 08.00 O: Pasien tampak asik
Juli mewarnai.
Memonitor intake nutrisi
2018 S: Ibu pasien
mengatakan pagi ini
pasien makan habis ½
porsi, pagi bangun tidur
sudah minum susu habis
½ botol.
O: Pasien tampak rileks.

2 24 13.00 Melakukan pendekatan pada S: Ibu pasien Ledy


pasien dan ortu dengan membina
Juli mengatakan setiap
hubungan saling percaya.
2018 didekati perawat pasien
rewel.
O: Pasien tampak
ketakutan sambil
memegang tangan
ibunya.
Menjelaskan pada ortu pasien
13.30 tentang prosedur yang akan S: Ibu pasien
dijalani pasien selanjutnya.
mengatakan terima kasih
sudah dijelaskan.
O: Ibu pasien kooperatif.
13.40
Memotivasi ortu untuk selalu S: Ibu pasien
menemani pasien selama proses
mengiyakan motivasi
kemoterapi.
perawat.
O: Ibu pasien kooperatif.
S: Pasien mengatakn
17.00
kemoterapi rasanya tidak
25 Menanyakan perasaan pasien
selama kemoterapi. enak, membuatnya
Juli
muntah.
2018 O: Pasien mau bercerita
tentang perasaannya
tanpa takut dengan
perawat.
17.30 S: Pasien mengatakan
Memberi semangat pasien untuk
ingin sembuh dan main
sembuh.
dengan teman-temanya.
O: Pasien mau
tersenyum dengan
perawat dan mewarnai
gambar yang diberi
perawat.
08.00 S: Ibu pasien
26 Menanyakan kabar pasien mengatakan pagi ini
Juli pagi ini. pasien lebh ceria.
2018 O: Pasien tampak
tersenyum dengan
perawat dan mau
bersalaman dengan
perawat.

F. CATATAN PERKEMBANGAN
No Waktu Respon perkembangan Ttd &
Dx (tgl/jam) Nama
jelas
1 26 Juli S: Ledy
- Pasien mengatakan perutnya sudah tidak mual.
2018/jam
- Ibu pasien mengatakan hari ini pasien tidak
12.00 muntah.
O:
- Intake nutrisi ≥ ½ porsi
- Pasien tampak rileks
- Akral hangat
A: Masalah resiko defisit nutrisi behubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan dd kemoterapi
teratasi.
P: Lanjutkan intervensi no.8
2 24 Juli S: Ledy
2018/ jam - Pasien mau menceritakan perasaan cemas dan
takutnya.
12.00
- Pasien dan keluarga mampu meningkatkan adaptasi
terhadap penyakit pasien dan pengobatan yang
sedang dijalani
- Ortu mengatakan sudah siap untuk pengobatan
pasien selanjutnya.

O:
- Ortu selalu menemani pasien
- Anak dan keluarga mendapat informasi mengenai
prosedur dan terapi yang dijalani selanjutnya.
- Pasien tampak rileks.

A: Asietas berhubungan dengan prosedur pengobatan


teratasi.
P: Motivasi ortu untuk selalu menemani dan memberi
semangat pada pasien.
BAB IV
APLIKASI JURNAL EBN RISET “ PENGARUH DISTRAKSI OLEH
KELUARGATERHADAP MUAL-MUNTAH AKIBAT KEMOTERAPI
PADA ANAK PRA SEKOLAH DI RSUP CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA”

A. Data Fokus Pasien


DS:
- Ibu pasien mengatakan, setiap selesai menjalani kemoterapi pasien
mengalami mual, muntah, tidak mau makan, dan rambut rontok.
- Ibu pasien mengatakan makanan yg dihabiskan pasien < ½ porsi makanan
yang disediakan RS.

DO:
- Identitas Pasien
Nama Anak : An. N
Tempat/Tanggal Lahir : Batang/ 16 Juni 2014
Usia : 4 th 1 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
- Berat badan : 11,5 kg
- Tinggi badan : 91,5 cm
- Lingkar kepala : 44 cm
- Lingkar dada : 47 cm.
- Lingkar lengan atas: 15cm
- Interpretasi status gizi
WHZ: antara -1 SD dan -2SD
Kesimpulan: Nomal mendekati kurus
- Pengkajian risiko malnutrisi
Total skor : 4
Kategori risiko malnutrisi: berisiko sedang malnutrisi
- Pada observasi status nausea post kemoterapi: pasien menunjukkan posisi
mual, menangis, menunjukkan ekspresi wajah mual, kurang nafsu atau
selera makan, muntah, kulit terasa dingin saat disentuh dengan total skor
7.
B. Diagnosa Keperawatan yang Berhubungan dengan Jurnal EBN Riset yang
diaplikasikan.
Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makan
dd kemoterapi.
C. Analisa sintesa penerapan EBN
Salah satu penatalaksanaan pasien kanker: kemoterapi

Efek samping kemoterapi: mual-muntah

Pemberian antiemetik masih kurang, pasien masih mengalami mual-muntah

Perlu dilakukan tindakan nonfarmakologis untuk mengoptimalkan pencegahan


mual muntah akibat kemoterapi: distraksi

D. Mekanisme Penerapan EBN


1. An. N masuk dalam kriteria inklusi EBN riset “Pengaruh Distraksi oleh
Keluarga Terhadap Muntah-Muntah Akibat Kemoterapi pada Anak Pra
Sekolah di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta”. EBN ini mempunyai
kriteria inklusi sebagai berikut:
a. Anak usia 3-6 tahun yang mendapat kemoterapi
b. Anak mampu berkomunikasi secara verbal atau nonverbal
c. Ibu/keluarga bersedia dan setuju anak menjadi responden penelitian.
d. Ibu/keluarga mampu membaca, menulis, dan berkomunikasi secara verbal
atau nonverbal
e. Ibu/keluarga mampu melakukan intervensi yang akan diberikan pada anak.
2. Pasien mengalami mual-muntah setiap selesai kemoterapi meskipun pasien
sudah mendapatkan Ondancentron 2 mg secara intravena yang diberikan 1
jam sebelum obat kemo dimasukkan.
3. Pada hari kedua kemoterapi, tanggal 25 Juli 2018 pukul 17.00, perawat
mengajak pasien mewarnai gambar-gambar yang sudah disiapkan perawat.
Pasien memilih gambar yang disukai kemudian mewarnai ditemani ibu pasien
dan perawat.
Diharapkan dengan penerapan EBN ini pada An. N, dapat mengurangi mual-
muntah yang dialami An.N.
BAB V
PEMBAHASAN APLIKASI EBN

A. Hasil yang Dicapai


Saat EBN diterapkan pada An. N, rasa mual yang dirasakan seperti
teralihkan. Pasien mengatakan rasa mual hilang. Pasien asyik mewarnai gambar-
gambar yang disukainya. Selanjutnya perawat memotivasi ibu pasien untuk
mengajak pasien menggambar atau mewarnai setiap rasa mual dirasakan pasien.
Hasil uji statistik pada EBN menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
bermakna mual-muntah akut akibat kemoterapi antara kelompok kontrol dan
intervensi. Meskipun demikian, distraksi tetap bermanfaat untuk diterapkan pada
anak prasekolah yang mendapat kemoterapi, dan hal ini dapat menjadi acuan
dalam modifikasi tindakan keperawatan pada anak prasekolah yang mendapat
kemoterapi.
Terkait mual-muntah akibat kemoterapi, orangtua atau keluarga dapat
diberikan edukasi tentang tindakan yang dapat dilakukan untuk manajemen
mual-muntah pada anak. Termasuk edukasi tentang teknik nonfarmakologis
seperti relaksasi dan distraksi yang dapat dilakukan orangtua. Edukasi tersebut
selain bermanfaat selama anak dirawat di rumah sakit, juga tindakan tersebut
dianjurkan untuk menyiapkan anak dan keluarga mengatasi mual dan muntah
pasca terapi yang mungkin terjadi di rumah ( Bowden et al. , 1998 ).
B. Manfaat EBN yang diaplikasikan
Menjadi salah satu teknik nonfarmakologis distraksi yang dapat dilakukan untuk
manajemen mual-muntah pada anak pasca pemberian terapi kemoterapi.
C. Hambatan yang Ditemui Selama Aplikasi EBN
1. Pada EBN teknik distraksi dilakukan selama dan pasca pemberian kemoterapi
sedangkan penerapan EBN dilakukan setelah kemo hari kedua selesai
dilakukan.
2. Perawat hanya memfasilitasi krayon dan gambar, untuk meja perawat tidak
menyediakan sehingga hasil mewarnai pasien tidak maksimal.
3. Waktu perawat menemani pasien mewarnai terbatas.
BAB V1
PENUTUP

A. Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari retina yang
bersifat ganas. Kelainan ini merupakan kelainan kongenital yang terpaut dengan
gen (Rb 1, pada kromosom 13 -13q14) yang sering ditemukan pada anak-anak
usia 3-5 tahun, meskipun dapat juga ditemukan pada usia lanjut (40 tahun).
Penyakit keganasan ini bisa mengenai satu mata pada beberapa titik,
namun bisa juga mengenai kedua belah mata pasien (sekitar 30%). Kasus
retinoblastoma ini dapat dijumpai pada 1 dari 30.000 kelahiran. Dimana tidak
ada perbedaan kejadian pada anak laki-laki maupun pada anak perempuan.
Penyakit ini dapat mengenai semua ras.
Tumor ini pertumbuhannya sangat cepat sehingga vaskularisasi tumor
tidak dapat mengikuti pertumbuhan tumor. Oleh karena itu timbul degenerasi
dan nekrosis disertai kalsifikasi.

B. Saran
Retinoblastoma merupakan penyakit kongenital pada mata yang sering
terjadi pada anak-anak. Pemeriksaan mata pada bayi yang baru lahir penting
untuk mengetahui kelainan pada bayi lebih awal untuk mencegah terjadinya
komplikasi. Oleh karena itu sangat penting untuk menangani kelainan ini secara
tepat untuk mendapat prognosis yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1995. Rencana Asuhan dan dokumentasi keperawatan edisi
2. Jakarta:EGC
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta: EGC
Sidharta, Ilyas. 2005. Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Tomlinson, Deborah. 2006. Pediatric Oncology Nursing. Berlin: Springer
Voughan, Dale. 2000. Oftalmologi umum. Jakarta : Widya medika.
Permono, Bambang, dkk. 2006. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Anda mungkin juga menyukai