Menyetujui
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Gideon A.R. Tiwow, S.Si., MM., Apt Yessie K. Lengkey, S.Si., M.Si
NIDN : 091606502 NIDN : 0918027907
Tanggal Seminar :
i
KATA PENGANTAR
ii
8. Seluruh Pegawai dan Staff Tata Usaha Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Kristen Indonesia Tomohon.
9. Seluruh Sivitas yang selalu setia menjadi sahabat dan saudara baik
susah maupun senang, serta memberikan semangat, motivasi,
mendorong bahkan membantu penulis dalam penyelesaian penulisan
makalah ini.
10. Keluarga tercinta Papa, Mama, Kakak dan kepada semua keluarga
yang dengan tulus hati telah membiayai perkuliahan, serta
mendorong, mendoakan, mendambahkan kesuksesan dan
keberhasilan saya, bahkan memberikan motivasi serta semangat
untuk dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
11. Serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
penulisan makalah ini, yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.
Semoga segala doa, harapan dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis mendapat berkat tersendiri dari Tuhan Yesus Kristus.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
baik dalam teknik penyajian materi maupun pembahasan. Demi
kesempurnaan penulisan makalah ini, saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Semoga penulisan makalah ini
bermanfaat bagi saya pribadi dan dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I. PENDAHULUAN
1
yang dapat memberikan efek samping terhadap saluran cerna. Oleh
karena itu, dibutuhkan alternatif lain dalam mengatasi inflamasi dengan
efek samping yang relatif lebih kecil dari obat modern, seperti penggunaan
obat tradisional (Wahyuni, 2008).
Oleh karena itu pengunaan obat tradisional perlu ditingkatkan guna
mencari pengembangan bahan baku obat baru. Dengan dugaan bahwa
Akar sagu (Metroxylon sagu) berpotensi dan memiliki aktivitas sebagai
antiinflamasi, maka perlu dilakukan kajian pustaka lebi lanjut. Berdasarkan
latar belakang tersebut, Penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam
tentang potensi akar sagu sebagai antiinflamasi
1.2. Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui potensi akar sagu
(Metroxylon sagu) sebagai antiinflamasi
1.3 Manfaat penulisan
1. Teoritis
Untuk memberikan informasi mengenai kandungan kimia dari akar
sagu (Metroxylon sagu) yang dapat dimanfaatkan sebagai antiinflamasi
2. Praktis
Untuk memberikan informasi tentang potensi pemanfaatan akar sagu
(Metroxylon sagu) sebagai antiinflamasi
1.4. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini mengunakan
study literatur.
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
3
tua berwarna kuning gading, masa berbuah antara bulan November –
April, tiap batang mempunyai masa berbunga dan berbuah berbeda-beda
Buah Sagu berbentuk bulat dan terdapat benih didalamnya. Waktu antara
bunga muncul hingga fase pembentukan buah matang berlangsung
selama 2 tahun (Agung, 2011).
2.1.2. Sistematika tumbuhan
Secara lengkap sistematika (Metroxylon sagu )
Kingdom : Plantae
Divisi : Liliopsida
Kelas : Angiospermae
Ordo : Arecaceae
Famili : Palmae
Genus : Metroxylon
Spesies : Metroxylon sagu (Plantamor, 2008)
2.1.3. Manfaat Tumbuhan Sagu
Tumbuhan sagu menyimpan pati sebagai cadangan pangan di
bagian batang. Manfaat pati sagu selama ini digunakan sebagai makanan
pokok dan bagi masyarakat Papua maupun Maluku dengan nama
pepeda. Disamping makanan pokok dari pati sagu dimanfaatkan sebagai
makanan kudapan (cemielan) seperti bagea, ongol-ongol, kue bangkit dan
sebagainya. (Hariyanto, 2011)
2.1.4. Kandungan kimia
Berdasarkan analisis kandungan senyawa kimianya, akar sagu
mengandung senyawa fitokimia yatu tanin, saponin dan alkaloid,(
Mohammad et al, 2011)
2.2. Inflamasi.
2.2.1. Definisi Inflamasi
Inflamasi merupakan respon pertahanan tubuh terhadap invasi
benda asing, kerusakan jaringan atau keduanya. Penyebab inflamasi
antara lain mikroorganisme, trauma mekanis, zat-zat kimia dan pengaruh
fisika, gejala respon antiinflamasi meliputi rubor (kemerahan), kalor
(panas), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan) (Corwin, 2008).
4
Penyebab inflamasi antara lain mikroorganisme, trauma mekanis,
zat-zat kimia, dan pengaruh fisika. Tujuan akhir dari respon inflamasi
adalah menarik protein plasma dan fagosit ke tempat yang mengalami
cedera atau terinvasi agar dapat mengisolasi, menghancurkan,atau
menginaktifkan agen yang masuk,membersihkan debris dan
mempersiapkan jaringan untuk proses penyembuhan (Corwin, 2008).
System imun dalam tubuh dikontrol oleh sel darah putih yang
bertugas untuk melindungi tubuh dari infeksi serta membantu proses
penyembuhan. Sel darah putih meliputi neutrofil, eosinofil, basoril,
monosit dan fragmen merupakan sel yang berperan dalam proses
penyembuhan. Sel darah putih diproduksi oleh sel stem (originator) dalam
sum-sum tulang dan kelenjar limfa (Corwin, 2009).
2.2.2. Mekanisme Inflamasi
Prostaglandin dilepaskan saat terjadi kerusakan sel dan OAINS
menghambat biosintesis prostaglandin. Obat-obat tersebut tidak
menghambat pembentukan mediator inflamasi lain atau leukotrien. Enzim
pertama dalam jalur pembentukan prostaglandin adalah prostaglandin
G/H sintetase, atau yang dikenal dengan nama siklooksigenase (COX).
Enzim ini mengubah asam arakidonat menjadi Prostaglandin yang akan
diubah menjadi tromboksan dan bentuk prostaglandin lainnya. Dosis
terapeutik OAINS menurunkan biosintesis prostaglandin dengan
menghambat COX, dan terdapat korelasi antara potensi sebagai
penghambat COX dan aktivitas antiinflamasi (Brunton et al., 2008).
Terdapat dua bentuk COX, COX-1 dan COX-2. COX-1 dapat
ditemukan dalam kebanyakan sel dan jaringan normal, sedangkan sitokin
dan mediator inflamasi yang menyertai inflamasi menginduksi produksi
COX-2. COX-1 lebih banyak diekspresikan, khususnya dalam sel epitel
lambung dan merupakan sumber terbanyak dari pembentukan
prostaglandin sitoprotektif. Penghambatan COX-1 pada lokasi ini memiliki
efek terhadap lambung sebagai komplikasi dari terapi OAINS, sehingga
dilakukan penelitian untuk mengembangkan penghambat COX-2 yang
diekspresikan dalam ginjal dan otak (Brunton et al., 2008).
5
OAINS biasanya diklasifikasikan sebagai analgesik ringan. Obat ini
efektif ketika inflamasi menyebabkan sensitisasi pada reseptor nyeri
karena stimulus kimia atau mekanik. Nyeri yang menyertai inflamasi dan
kerusakan jaringan dapat berasal dari stimulus lokal dari jaringan yang
rusak dan meningkatkan sensitivitas nyeri (hiperalgesia), sebagai
konsekuensi dari peningkatan rangsangan dari neuron di medula spinalis
(Brunton et al., 2008).
Kapasitas prostaglandin untuk membuat reseptor nyeri peka
terhadap stimulasi mekanik dan kimia berasal dari penurunan ambang
pada nosiseptor fiber C. Umumnya, OAINS tidak memiliki efek langsung
terhadap nyeri, karena kerja obat ini adalah dengan menghambat
biosintesis prostaglandin (Brunton et al., 2008).
2.2.3. Obat Antiinflamasi
Obat obat yang termasuk golongan ini adalah indometasin, asam
mefenamat, ibu profen, asam salisilat, diklofenak, dan fenilbutazon.
Mekanisme kerja dari obat ini adalah menghambat sintesis prostaglandin
atau siklooksigenase, dimana enzim tersebut mengkatalisis pembentukan
asam arakidonat menjadi prostaglandin dan tromboksan (Gilman, 2008).
Obat antiinflamasi golongan non steroid bekerja melalui mekanisme
lain seperti isoenzim COX-1 dan COX-2 seperti yang ditunjukkan pada
Enzim COX ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan
tromboksan dari asam arakhidonat. Prostaglandin merupakan molekul
pembawa pesan pada proses inflamasi.Inhibisi sintesis prostaglandin
dalam mukosa lambung sering kali dapat menyebabkan kerusakan
gastrointestinal (dispepsia, mual, dan gastritis).
Efek samping yang paling serius adalah pendarahan gastrointestinal
Penghambatan enzim COX juga akan menghambat sintesis tromboksan
sehingga dapat menurunkan agregasi platelet. Pemberian obat pada dosis
yang rendah secara terus-menerus digunakan sebagai terapi pada
penderita stroke untuk mencegah terjadinya stroke berikutnya. Selain itu,
penghambatan COX juga berakibat pada peningkatan produksi leukotrien
6
yang berperan dalam proses kontraksi pada bronkus sehingga dapat
memicu terjadinya asma (Roberts dan Morrow, 2011).
7
BAB III. PEMBAHASAN
Sagu merupakan salah satu jenis tumbuhan palem wilayah tropika basah.
Jenis ini tumbuh baik pada daerah rawa air tawar, rawa bergambut,
daerah sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air, atau hutan-hutan
rawa. Tumbuhan sagu memiliki daya adaptasi yang tinggi pada lahan
marjinal yang tidak memungkinkan pertumbuhan optimal bagi tanaman
pangan maupun tanaman perkebunan (Suryana, 2008).
Tumbuhan sagu menyimpan pati sebagai cadangan pangan di
bagian batang. Manfaat pati sagu selama ini digunakan sebagai makanan
pokok dan bagi masyarakat Papua maupun Maluku dengan nama
pepeda. Disamping makanan pokok dari pati sagu dimanfaatkan sebagai
makanan kudapan (cemielan) seperti bagea, ongol-ongol, kue bangkit dan
sebagainya. (Hariyanto, 2011)
Berdasarkan analisis kandungan senyawa kimianya, akar sagu
mengandung senyawa fitokimia yatu tanin, saponin dan Alkaloid. (
Mohammad et al, 2011)
Inflamasi merupakan respon pertahanan tubuh terhadap invasi
benda asing, kerusakan jaringan atau keduanya. Penyebab inflamasi
antara lain mikroorganisme, trauma mekanis, zat-zat kimia dan pengaruh
fisika, gejala respon antiinflamasi meliputi rubor (kemerahan), kalor
(panas), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan) (Corwin, 2008).
Penyebab inflamasi antara lain mikroorganisme, trauma mekanis,
zat-zat kimia, dan pengaruh fisika. Tujuan akhir dari respon inflamasi
adalah menarik protein plasma dan fagosit ke tempat yang mengalami
cedera atau terinvasi agardapat mengisolasi, menghancurkan,atau
menginaktifkan agen yang masuk,membersihkan debris dan
mempersiapkan jaringan untuk proses penyembuhan (Corwin, 2008).
Radang atau inflamasi merupakan usaha tubuh untuk menginaktivasi
atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan atau
mengatur derajat perbaikan jaringan. Inflamasi adalah salah satu dari
respon utama sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi dan iritasi serta
8
merupakan respon biologis kompleks dari jaringan atas adanya bahaya
seperti kerusakan sel. Pengobatan pasien dengan inflamasi umumnya
menggunakan obat-obatan golongan anti inflamasi non steroid (AINS)
yang dapat memberikan efek samping terhadap saluran cerna. Oleh
karena itu, dibutuhkan alternatif lain dalam mengatasi inflamasi dengan
efek samping yang relatif lebih kecil dari obat modern, seperti penggunaan
obat tradisional (Wahyuni, 2008).
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat
menimbulkan busa jika dikocok dalam air. Mekanisme saponin sebagai
antiinflamasi dengan cara menghambat kenaikan permeabilitas vaskular
Saponin juga bekerja menghambat dehidrogenase prostaglandin,
sehingga peradangan dapat dikurangi (Atik, 2011).
saponin diduga berinteraksi dengan banyak membran lipid, seperti
fosfolipid yang merupakan prekursor prostaglandin dan mediator inflamasi
lainnya (Pelegrini et al., 2012).
saponin berfungsi mereduksi radang antara lain menghambat kerja
enzim siklooksigenase dengan menghambat reaksi asam arakhidonat
menjadi senyawa endoperoksidase. Enzim siklooksigenase berperan
dalam produksi prostaglandin, sehingga dengan terhambatnya enzim
siklooksigenase ini maka akan menurunkan pembentukan prostaglandin
sehingga terjadi penurunan kemudian dapat mempercepat proses
penyembuhan (Rizqah, 2008)
Dari hasil pemaparan diatas penulis berasumsi bahwa akar sagu
(Metroxylon sagu) berpotensi dapat digunakan sebagai antiinflamasi.
Senyawa Saponin, dalam berbagai penelitian dan literatur yang ada
bawah saponin memiliki potensi sebagai Antiinflamasi.
9
BAB IV. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan kajian pustaka dari berbagai sumber, didapatkan
bahwa Akar sagu (Metroxylon sagu) mempunyai kandungan kimia
Saponin, dapat dimanfaatkan sebagai antiinflamasi
3.2. Saran
Perlu dilakukakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui manfaat
dari Akar sagu (Metroxylon sagu) yang bisa dijadikan sebagai
antiinflamasi.
10
DAFTAR PUSTAKA
AhmadF.Morad.2008,flickriver.com.hhttp://www.flickriver.com/photos/tags/
pokoksagu/interesting/ diakses 23 November 2017.
Atik. (2011). Uji Antiinflamasi Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav), Fakultas Farmasi, Universitas Jember, 8.
Bassam, M. & Mayank, P., 2012, Steroids in Asthma: Friend or Foe, 569-
592, Department of Pulmonology and Allergy & Sleep Medicine
Rashid Hospital, Dubai..
G.R., Prema, R., Jeevanandham, S., Murthy, G.L. and Sekar, M. 2011,
Prelude Studies of Anti Diarrheal Activity of Ethyl Acetate Extract of
Areial Part of Indigofera purpurea on Isolated Rabbit Ileum. Asian J.
Pharm. Clin. Research. 4, 2, 85-87.
11
Gilman, A.G., Theodore, W.R., Alan, S.N., dan Palmer, T. 2008. Goodman
and Gilman’s: The pharmacological basis of therapeutics, 18th Ed,
Vol.II. USA: McGraw-Hill, 638-669, 1685.
Mohammad B, Aswin F., and Defiyanti R., 2011 Antibacterial invitro and
antidiarrhea invivo effects of the infusion of sago roots (Metroxylon
sagu) Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Majalah
Farmasi Indonesia, 22(3), 158 – 165
12
13