Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

ANALISIS GUGUS FUNGSIONAL

Nama : Nadia Yulisma


NIM : 1630221007
Dosen : Salih Muharam S.Si., M. Si.
Asdos : Afria Fitri

PRODI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKHNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa Organik dapat dikelompokan menjadi golongan tertentu menurut
adanya gugus yang khas yang terdapat pada molekul senyawa tersebut. Gugus tertentu
yang menandai jenis senyawa-senyawa ini,yang dalam reaksi menunjukan peran yang
aktif disebut gugus fungsional.
Setiap gugus fungsional mempunyai sifat spesifik yang dapt membedakan
senyawa organik satu dengan senyawa organik yang lain. Untuk mengetahui dengan
pasti susunan senyawa organik diperlukan analisa gugus fungsional yang terkandung
dalm senyawa tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan percobaan ini adalah :
 Menentukan beberapa gugus fungsional penting dalam senyawa-senyaw
organik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Tiap-tiap senyawa organic dapat dikelompokkan menjadi golongan tertentu menurut
adanya gugus yang khas yang terdapat pada molekul senyawa tersebut. Gugus tertentu
yang menandai jenis senyawa-senyawa ini, yang dalam reaksi menunjukkan peran yang
aktif disebut gugus fungsional.
Setiap gugus fungsional mempunyai sifat spesifik yang dapat membedakan senyawa
organic satu dengan senyawa organic yang lain. Untuk mengetahui dengan pasti susunan
senyawa organic, diperlukan analisa gugus fungsional yang terkandung dalam senyawa
tersebut.
BAB III
METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat : Tabung reaksi dan gelas ukur
Bahan : CCl4,
Air Brom (diganti dengan Iod),
KMnO4,
Fehling A dan B,
Reagen Tollens
Alkohol 95 %
NaOH
HCl
Sixlohexasana
Benzena
3.2 Prosedur Percobaan
1. Penentuan gugus tak jenuh
a. Tes Bromin (diganti dengan Iod)
 Mengambil 5 tetes zat cair (siklohexsana) yang akan dianalisa, dilarutkan
dalam CCl4/H2O
 Menambahkan reagen Iod dalam CCl4/H2O lalu dikocok
 Mengetest (+) bila warna coklat dari reagen hilang
 Reaksinya :
-C=C- + I2 → -C-C-
I2 I2
c oklat tak berwarna

b. Tes KMnO4
 Mengambil sedikit zat yang akan dianalisa (benzena) melarutkannya
dalam air
 Meneteskan beberapa tetes larutan KMnO4
 Mengetest (+) bila warna ungu dari KMnO4 hilang dan terjadi endapan
berwarna coklat
 Reaksinya :
-C=C- + KMNo4 → -C-C-→2-C
OH OH OH
Ungu tak berwarna

2. Membedakan aldehid dan Keton


a. Dengan Reagen Fehling
 Mengambil zat yang akan dianalisa(madu, Glukosa, Aseton, Formalin)
 Menambahkan 1 ml reagen fehling A dan B dengan perbandingan volume
yang ama antara fehling A dan B
 Memanaskan, terbentuknya endapan Cu2O yang berwarna merah bata atau
kuning
 Reaksi
b. Dengan reagen Tollens
 Mengambil 3-5 tetes reagen tollens
 Menambahkan beberapa tes yang akan diuji (madu, Glukosa, Aseton,
Formalin)
 Menmbahkan larutan Iod 3 tetes.
 Reaksinya:

3. Asam Karboksilat dan fenol


a. Tes Bromin (diganti dengan Iod)
 Mengambil zat yang kan dianalisa ( Isoprofil dan fenol)
 Menambahkan larutan Iod 3 tetes
 Akan terjadi :
a. Warna Iod hilang atau tetap, jika berisi asam karboksilat
b. Endapan putih (tetap atau sebentar hilang) jika berisi fenol

b. Tes esterifikasi
 Mengambil beberapa zat yang akan dianlisa ( 3 tetes Isoprofil)
 Menambahkan Alkohol 95%
 Menambahkan 1 tetes asam sulfat pekat lalu dipanaskan
 Mengamati perubahan yang terjadi
 Terjadinya bau harum dari ester, zat yang mengandung asam/gugus
karboksilat
 Reaksinya :
4. Gugus Amina
 Mengambil beberapa tetes zat yang akan dianalisa (Urin)
 Menambahkan 5 tetes larutan NaOH
 Test (+)
a. Bila terbentuk gas amonia yang dapat dideteksi dengan batang pengaduk
yang dibasahi HCl akan terbentuk kabut putih dan kertas lakmus merah
menjadi biru
b. Bila larutan yang terjadi ditambah reagen nessler terbentuk endapan putih
/kekuningan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
1.Penentuan gugus tak jenuh
a. Test Bromin (diganti dengan Iod)
Senyawa Reagen Perubahan Test
Siklohexsana Iod Kuning larut +
Benzena Iod Pink, ↓kuning +

b.Test KMnO4
Senyawa Reagen Perubahan Test
Siklohexsana KMnO4 ↓coklat kemerahan +
Benzena KMnO4 Ungu -

2. Membedakan aldehid dan Keton


a. Dengan reagen Fehling
Senyawa Reagen Perubahan Test
Madu Fehling A dan B ↓merah bata +
Glukosa Fehling A dan B ↓merah bata +
Aseton Fehling A dan B ↓ merah bata +
Formalin Fehling A dan B ↓merah bata +

b.Dengan Reagen Tollens


Senyawa Reagen Perubahan
Madu Tollens Kuning , Cermin perak
Glukosa Tollens Ungu
Aseton Tollens Putih, keruh
Formalin Tollens Tidak berwarna
3. Asam karboksilat
a. Test Bromin (diganti dengan Iod)
Senyawa Reagen Perubahan
Isoprofil Iod Kuning
Fenol Iod Kuning lebih pekat (orange)

b.Tes Esterifikasi
Senyawa Reagen Perubahan
Isoprofil Asam sulfat pekat Kuning
Fenol Asam sulfat pekat Kuning lebih pekat (orange)
4. Gugus amina
Prosedur kerja Hasil pengamatan
Urin ditambahkan NaOH Terjadi kabut /asap putih
6N 5 Tetes batang dan terjadi perubahan
pengaduk di tetesi HCl lakmus merah menjadi
pekat 2tetes masukan lakmus biru
kedalam tabung reaksi

4.2 Pembahasan
Percobaan pertama adalah menguji ketidakjenuhan. Identifikasi ketidakjenuhan
adalah ikatan rangkap baik rangkap dua maupun rangkap tiga yang yang terdapat dalam
senyawa kimia. Uji ketidakjenuhan menggunakan Iod dan KMnO4, bereaksi dengan cepat
dengan senyawa yang mengandung ikatan rangkap. Reaksi tersebut dapat diketahui dari
perubahan larutan. Iod adalah larutan yang berwarna merah kecoklatan, dan apabila bereaksi
dengan senyawa yang mengandung ikatan rangkap maka warna merah kecoklatan akan
hilang dan menjadi larutan yang tidak berwarna.
Test Iod atau Tes Bromin dan KMnO4 dilakukan untuk mengetahui senyawa jenuh dan tak
jenuh.
Reaksi: -C=C- + Br2 -C-C-
Br Br
Coklat tak berwarna
Apabila bereaksi dengan senyawa yang mengandung ikatan rangkap maka warna merah
kecoklatan akan hilang dan larutan menjadi tidak berwarna.
Uji ketidakjenuhan yang kedua menggunakan oksidasi KMnO4. Reaksi positif
menggunakan KMnO4 adalah adanya perubahan warna dari ungu menjadi coklat. Uji ini
dilakukan pada larutan benzene, siklobenzena, dan glukosa, dan menghasilkan endapan
coklat dan ungu kemerah-merahan. Hasil ini menandakan bahwa ada yang mengandung
struktur tidak jenuh. O
Reaksi: -C=C- + KMnO4 -C-C- 2 -C
OH OH OH
Ungu tak berwarna

Pada percobaan kedua dilakukan percobaan tentang Aldehid dan Keton. Aldehid dan
Keton adalah suatu senyawa yang tersusun dari unsur –unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.
Keduanya dapat diperoleh dari oksidasi alkohol, aldehida dari alkohol primer dan keton dari
alkohol sekunder. Aldehid dapat dioksidasi sedangkan keton tidak. Untuk mengetahui
perbedaan antara aldehid dan keton dapat dilakukan uji fehling dan uji tollens.
Fehling Fungsinya adalah menguji glukosa dalam makanan,apabila ditetesi fehling
maka zat makanan yg mengandung glukosa akan berubah warnanya menjadi merah bata.
Sedangkan
Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amonikal merupakan campuran AgNO3 dan
ammonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi Tollens adalah Ag2O yang bila tereduksi
akan menghasilkan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada tabung reaksi
yang akan menjadi cermin perak. Oleh karena itu pereaksi Tollens sering juga disebut
pereaksi cermin perak. O
𝑆𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡
Reaksi: CH3 C + Cu2+ + 5OH- 𝑡𝑎𝑟𝑡𝑟𝑎𝑡 CH3COOH + Cu2O +3H2O

OH merah bata
CH3-C-CH3 + Cu2+ +OH-
O
Hal yang membedakan Aldehid dengan keton yaitu kemampuan kedua senyawa ini
apabila dioksidasi. Aldehid adalah larutan yang mudah sekali dioksidasi dengan
menggunaknan Uji Tollens. Sedangkan Keton tidak memberikan reaksi positif terhadap uji
Tollens. Sifat inilah yang dimanfaatkan untuk dapat membedakan Aldehid dengan Keton.
Apabila suatu sampel direaksikan dengan pereaksi tollens kemudian dipanaskan dan muncul
endapan cermin perak pada dinding tabung reaksi maka dapat dikatakan bahwa sampel itu
merupakan salah satu dari senyawa aldehid.
Metode dari percobaan uji tollens pertama direaksikan AgNO3 dan Na4OH untuk
mendapatkan tollens. kemudian tollens direaksikan dengan sampel (glukosa, fruktosa, aseton,
formaldehid) yang dibantu dengan pemanasan untuk mempercepat apabila larutan terbentuk
kristal kaca di tabung reaksi, maka larutan tersebut termasuk aldehid sedangkan apabila tidak
sampel termasuk keton.
Pada glukosa terbentuk endapan Ag, perubahan warna perak, dan setelah dipanaskan
Perubahan warna menjadi cokelat pekat, terbentuk endapan Ag berwarna abu-abu, pada
fruktosa terbentuk endapan Ag, perubahan warna perak dan setelah dipanaskan Perubahan
warna menjadi cokelat kemerah-merahan, terbentuk endapan Ag berwarna emas, pada aseton
tidak terbentuk endapan Ag, perubahan warna menjadi putih keruh dan setelah dipanaskan
Terjadi perubahan warna menjadi abu-abu, tidak terjadi endapan Ag, lalu pada formaldehid
terbentuk endapan Ag, Perubahan warna namun peraknya pecah dan setelah dipanaskan
Terjadi perubahan warna menjadi warna putih bening dan terbentuk endapan Ag berwarna
abu abu.
Pada uji tollens setelah diamati didapat glukosa, fruktosa, formaldehid dapat bereaksi
dengan tollens yang ditandai dengan terbentuknya kristal kaca ditabung reaksi. Hal ini juga
menunjukan bahwa sampel-sampel tersebut tergolong aldehid sedangkan aseton tidak dapat
bereaksi dengan tollens yang menunjukan bahwa aseton adalah keton.
Setelah kami melakukan praktikum uji tollen ini, dapat disimpulkan ternyata mudah
untuk membedakan mana senyawa aldehid dan keton. Suatu sampel dapat dikatakan sebagai
aldehid apabila direaksikan dengan pereaksi tollens kemudian dipanaskan akan terbentuk
cermin perak pada dinding tabung reaksinya. Sedangkan sampel dapat dikatakan bahwa ia
merupakn senyawa keton apabila terjadi reaksi negatif pada saat ditambah pereaksi tollens
dan dipanaskan, sampel ini tidak akan menunjukkan adanya cerminperak pada dinidng
tabung. Dari 4 sample yang digunakan didapatkan hasil sebagai berikut :
Glukosa = aldehid
Fruktosa = aldehid
Formaldehid = aldehid
Aseton = keton
.
Reaksi:
O
CH3-C-2 Ag(NH3)2+ +4OH- CH3COOH + 2 Ag 4NH3 ++2H2O
O
CH3-C-CH3 +2 Ag(NH3)2+ +4OH-

Reaksi eterifikasi
R-COOH + C2H5OH R-C-O-C2H5
O

Reaksi Amonia:
R-NH3 + NaOH R-ONa + NH3
NH3 + HCl NH4Cl (kabut putih)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setiap gugus fungsional mempunyai sifat spesifik satu dengan yang lainnya
Senyawa jenuh adalah senyawa organik yang tidak mempunyai ikatan rangkap atau tidak
dapat atom H lagi
Senyawa Tak jenuh adalah senyawa organik yang mempunyai ikatan rangkap sehingga
pada reaksi adisi ikatan itu dapat berubah jadi ikatan tunggal dan mengikat atom H

DAFTAR PUSTAKA

 https:// www.gugus+fungsi&gws_rd=ssl.com
 http://id.Wikipedia.Org/wiki/gugus_fungsional
LAMPIRAN
A.1
1. Sebutkan gugus fungsi pada senyawa organik!
2. Berikan 2 contoh senyawa dengan gugus fungsi dan berikan nama gugus fungsinya
3. Apa yang dimaksud esterifikasi berikut reaksi dan persamaannya
4. Apa yang dimaksud gugus fungsi dan kaitannya dengan senyawa organik
Jawab :
1. Haloalkana, alkohol, eter, aldehid, keton, asam karboksilat.

2. Pertama Haloalkana
suatu senyawa karbon atau alkil yang berikatan dengan salah satu unsur halogen R –
X, x = unsur-unsur halogen. Penamaan haloalkana sesuai dengan penamaan alkana,
letak atom halogen dituliskan sesuai letak nomor atom C yang mengikatnya.
Contohnya adalah CH3I (iodometana atau metil iodide)

Kedua Alkohol
merupakan kelompok senyawa karbon yang memiliki gugus fungsi hidroksil (-
OH) dengan rumus umum R-OH atau CnH2n + -OH. Penamaan alkohol dengan cara
mengganti akhiran a pada induk alkana (rantai terpanjang) dengan akhiran ol.

Contohnya adalah CH3–CH2–CH2–CH2OH ( 1-butanol)

ketiga Eter
Alkoksi alkana berdasarkan aturan IUPAC, yang dianggap sebagai turunan alkana,
mempunyai rumus umum R-O-R’ atau CnH2n+2O. Jika dua gugus alkilnya sama,
sering diawali dengan kata di (terkadang tidak dengan awalan di).
Contohnya adalah
CH3–CH2–O–CH3 (metoksietana atau etil metil eter)
–CH2–O–CH2–CH3 [etoksietana atau dietil eter (etil eter)]

Keempat Aldehid
Aldehida merupakan senyawa organik yang memiliki gugus karbonil terminal. Gugus
fungsi ini terdiri dari atom karbon yang berikatan dengan atom hidrogen dan berikatan
rangkap dengan atom oksigen. Golongan aldehida juga dinamakan golongan formil
atau metanoil. Kata aldehida merupakan kependekan dari alcohol dehidrogenasi yang
berarti alkohol yang terdehidrogenasi. Golongan aldehida bersifat polar.

kelima Keton
Keton memiliki Nama IUPAC : akhiran a pada induk alkana (rantai
terpanjang) diganti dengan akhiran on.
Nama trivial : menyebutkan nama gugus-gugus alkil yang
diikat oleh gugus karbonil diikuti kata keton.
Keenam Asam Karboksilat
memiliki rumus umum CnH2nO2 atau R-COOH. Gugus karboksilat (-COOH)
merupakan gabungan dari gugus karbonil dan hidroksil. Senyawa ini dianggap
turunan alkana dan diberi nama asam alkanoat atau dengan nama yang lebih lama,
asam alkana karboksilat. Turunan alkana satu ini berbeda sama sekali karena nantinya
dalam tata nama senyawa, hanya asam karboksilat-lah yang menggunakan nama
depan asam serta menandakannya dengan huruf yunani alpha, beta, gamma, dan
omega.

Contohnya

O
||
CH3CH2CHCH2CH2C–OH
|
CH3 (asam 4-metilheksanoat)

Ketujuh Ester
Nama IUPAC : Awalan asam diganti nama gugus alkil pengganti H pada RCOOH
diikuti nama gugus karboksilatnya. Kebanyakan senyawa ester berbau harum, karena
itu banyak digunakan sebagai pengharum (esens). Ester dibuat dari asam dan alkohol
melalui reaksi esterifikasi yang berupa reaksi setimbang.
Contohnyaa adalah
O
||
H3C–C–OCH2CH3 (Etil etanoat/ Etil Asetat)

3. Esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat dan alkohol
menjadi suatu ester dengan menggunakan katalis asam. Reaksi ini juga sering
disebut esterifikasi Fischer. Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus -
COOR dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk
dengan reaksi esterifikasi berkatalis asam. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi
dapat balik (reversible). Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung
terutama pada halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam
dari asam karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam pembentukan ester.
Untuk alasan sterik, urutan reaktivitas alkohol untuk reaksi esterifikasi adalah
metanol > alkohol 1º > alkohol 2º > alkohol 3º.
Contoh reaksi esterifikasi :

Mekanisme Reaksi Esterifikasi

Seperti banyak reaksi aldehida dan keton, esterifikasi asam karboksilat berlangsung
melalui serangkaian tahap protonasi dan deprotonasi. Oksigen karbonil diprotonasi,
alkohol nukleofilik menyerang karbon positif, dan eliminasi air akan menghasilkan
ester yang dimaksud. Inilah mekanisme reaksi esterifikasi :
mekanisme reaksi esterifikasi

Perhatikan bahwa dalam reaksi esterifikasi, ikatan yang terputus adalah ikatan C-O
asam karboksilat dan bukan -OH dari asam atau ikatan C-O dari alkohol.

Reaksi esterifikasi bersifat reversibel. Untuk memperoleh rendemen tinggi dari


ester, kesetimbangan harus digeser ke arah sisi ester. Satu teknik untuk mencapainya
adalah menggunakan salah satu zat pereaksi yang murah secara berlebihan. Teknik
lain yaitu membuang salah satu produk dalam campuran reaksi (misalnya dengan
destilasi air secara azeotropik). Dengan bertambahnya halangan sterik dalam zat
antara, laju pembentukan ester akan menurun. Rendemen esternya pun berkurang.
Alasannya ialah karena esterifikasi itu merupkan suatu reaksi yang bersifat dapat
balik dan spesies yang kurang terintangi (pereaksi) akan lebih disukai. Jika suatu ester
yang meruah (bulky) harus dibuat, maka lebih baik digunakan jalur sintesis lain,
seperti reaksi antara alkohol dengan suatu anhidrida asam atau klorida asam, yang
lebih reaktif daripada asam karboksilat dan dapat bereaksi secara tak dapat balik.
Ester fenil umumnya tidak dibuat dengan secara langsung dari fenol dan asam
karboksilat karena kesetimbangan cenderung bergeser ke sisi pereaksi daripada
produk. Ester fenil dapat diperoleh dengan menggunakan derivat asam yang lebih
reaktif.
4. Gugus fungsi mengacu pada atom tertentu yang terikat dalam susunan tertentu
yang memberikan sifat fisik dan kimia tertentu senyawa. Gugus fungsi adalah
Sekelompok atom yang bertanggung jawab untuk reaksi karakteristik senyawa.
Sebagai contoh, gugus hidroksil adalah kelompok fungsional alkohol. Dalam
asam amino, dua gugus fungsional – gugus amino dan gugus karboksil – yang
melekat pada atom karbon yang sama. Dalam kimia organik, gugus fungsi adalah
kelompok tertentu atom atau ikatan dalam senyawa yang bertanggung jawab
untuk karakteristik reaksi kimia senyawa itu. Gugus fungsi yang sama akan
berperilaku dengan cara yang sama (misalnya, mengalami reaksi yang sama)
terlepas dari senyawa yang menjadi bagiannya. Gugus fungsi juga memainkan
peranan penting dalam nomenklatur senyawa organik; menggabungkan nama-
nama kelompok fungsional dengan nama-nama alkana induk menyediakan cara
untuk membedakan senyawa.

A.2

Anda mungkin juga menyukai