Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemetaan geologi adalah suatu kegiatan pengumpulan data dan informasi


geologi yang terdapat dalam suatu daerah penelitian yang menggambarkan
penyebaran batuan, struktur, kenampakan morfologi bentang alam.

Untuk tahap awal, pengumpulan data geologi dapat dilakukan pada skala 1
: 12.500. Skala tersebut dianggap cukup mewakili intensitas data dan kerapatan
singkapan. Namun untuk suatu kegiatan prospeksi yang memerlukan informasi
lebih detail dapat digunakan skala peta yang lebih kecil. Dari data hasil pemetaan
akan dihasilkan peta geologi yang akan memberikan informasi dan tatanan
geologi suatu daerah.

Daerah Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah merupakan salah satu


tempat tersingkapnya batuan campuran, yaitu Kompleks Melange Luk-Ulo yang
berumur Kapur Akhir sampai Paleosen. Satuan batuan ini dianggap sebagai
produk jalur subduksi purba pada Pre-Tersier yang memiliki umur Kapur, yang
dapat diamati mulai dari Jawa Barat selatan (Ciletuh), Pegunungan Serayu (Jawa
Tengah) dan Laut Jawa bagian timur ke Kalimantan Tenggara akibat proses
subduksi antara lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng benua
AsiaTenggara (Asikin, 1974).

Keanekaragaman batuan di Karangsambung dengan kenampakan


morfologi serta kerumitan struktur geologinya menjadikan kawasan ini ditetapkan
sebagai monumen geologi, atau resminya Cagar Alam Geologi Karangsambung
berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.2817K/40/MEM/2006

Hasil pembelajaran pemetaan geologi di Karangsambung, Kebumen, Jawa


Tengah dengan kompleksitas tatanan geologinya, diharapkan dapat meningkatkan
pengetahun dan ketajaman pola pikir sebagai geologiwan sehingga mampu
menghasilkan sarjana-sarjana geologi yang cakap dilapangan maupun di kelas.
1.2 Maksud dan Tujuan

Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah


Geologi Lapangan pada program Studi Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknik
Mineral Indonesia.Tujuan dari kegiatan kuliah lapangan ini adalah untuk
mengimplementasikan pengetahuan geologi yang telah diperoleh dengan
melakukan pengamatan langsung data geologi di lapangan.dari data pengamatan
dilapangan nantinya akan tertuang dalam sebuah peta yang nantinya berguna
untuk mengetahui tatanan geologi daerah pengamatan.

1.3 Lokasi dan Akses Daerah Penelitian

Secara administratif daerah penelitian terletak di 4 daerah, yaitu Desa


Pencil, Desa Kalijaya, Daerah Pagarsuru Lor dan Gunung Sanggar, Kecamatan
Alian, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah .

Secara geografis daerah penelitian terletak dikoordinat 07° 36’ 00’’ – 07°
37’ 30’’ LS dan 109° 40’ 30’’ – 109° 42’ 00’’ BT dengan luas daerah pemetaan 3
x 3 km, dan termasuk dalam lembar kebumen skala 1 : 12.500. dengan luas daerah
30 x 10 km.Dari bandung, Kesampaian daerah ke lokasi pemetaan bisa diakses
dengan menggunakan kereta api jurusan kebumen dengan waktu tempuh ± 7 jam
dari stasiun Kiaracondong Bandung. Setelah sampai di stasiun Gombong, untuk
mencapai kampus LIPI yang menjadi basecamp selama masa kuliah lapangan,
perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan kendaran bermotor roda empat atau
roda dua dengan waktu tempuh ± 1 jam. dari kampus LIPI menuju lokasi
pemetaan bisa ditempuh dengan menggunakan Angkot atau sepeda motor dengan
waktu tempuh paling lama sekitar 45 menit kearah selatan kampus LIPI
Daerah Penelitian

Gambar 1.1. Lokasi Daerah Penelitian Karangsambung Dari Google Earth

Wilayah pemetaan ini dibatasi oleh:

 Bagian utara dibatasi oleh Desa Pencil


 Bagian selatan dibatasi oleh Desa Kalijaya
 Bagian barat dibatasi oleh Daerah Pagarsuru Lor
 Bagian timur dibatasi oleh G. Sanggar

1.4 Metode Penelitian

Metoda penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu pengambilan data lapangan,
pengolahan data,dan penyusunan laporan. Peta dasar yang digunakan dalam
penelitian berskala 1:12500

 Tahap Pengambilan Data


Tahap ini bertujuan untuk mengambil dan mengumpulkan data geologi
yang dibutuhkan dalam melakukan analisis. Pengambilan di lakukan pada
daerah penelitian yang telah ditentukan sebelumya yaitu daerah Kabupaten
Kebumen Kecamatan Alian Desa Kalijaya dan sekitarnya.
 Tahap Pengolahan Data
Tahap ini merupakan tahap analisis data yang diperoleh dilapangan,
kemudian diolah untuk menghasilkan peta lintasan, peta geomorfologi,
dan peta geologi daerah penelitian.
 Tahap Penyusunan Laporan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari rangkaian tahapan penelitian yang
telah dilakukan.Seluruh data yang ada digabungkan dan diolah lebih lanjut
untuk diintepretasikan dalam suatu laporan sintesis geologi.

1.5 Pelengkapan Lapangan

Adapun perlengkapan yang digunakan pada kegiatan ekskursi ini adalah


sebagai berikut :

 Alat tulis menulis


 Clip Board
 Kompas Geologi (tipe Brunton)
 Palu Geologi
 GPS Garmin 76 CSX dan 60s
 Larutan Hcl (0,1)
 Kantong Sampel
 Field Book
 Camera handphone & Digital
 Kaca Pembesar (Lup)
 Dll.
BAB 2

GEOLOGI REGIONAL

2.1 Fisiografi Regional

Daerah Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa


Tengah, Indonesia. Batas wilayah di sebelah utara daerah ini adalah dengan
wilayah Banjarnegara, di timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang, di
sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kebumen dan di sebelah barat
berbatasan dengan daerah Gombong.

Secara geografis, daerah Karangsambung mempunyai koordinat 7⁰34’00”


- 7⁰36’30” LS dan 109⁰37’00” - 109⁰44’00” BT. Secara administratif, daerah
Karangsambung termasuk kedalam Kecamatan Karangsambung dan Kecamatan
Karanggayam, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Secara fisiografis,
daerah Karangsambung termasuk ke dalam Zona Pegunungan Serayu Selatan.

Gambar 2.1 Fisiografi Regional Jawa Tengah (van Bemmelen, 1949 dalam
Hadiansyah, 2005)
Secara fisiografi, van Bemmelen (1949) membagi Jawa Tengah menjadi 6
zona yaitu:
1. Zona Pegunungan Serayu Selatan
2. Zona Gunung Api Kuarter
3. Zona Dataran Aluvial Jawa Utara
4. Zona Pegunungan Selatan Jawa
5. Zona Depresi Jawa Tengah
6. Zona Antiklinorium Bogor- Serayu Utara- Kendeng

2.2 Geomorfologi Karangsambung


Geomorfologi merupakan studi mengenai bentuk-bentuk permukaan bumi
dan semua proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut.Morfologi daerah
Karangsambung merupakan perbukitan struktural, disebut sebagi
kompleks melange. Tinggian yang berada didaerah ini antara lain adalah Gunung
Waturanda, bukit Sipako, Gunung Paras, Gunung Brujul, serta bukit Jatibungkus.
Bentukan melange di lapangan Karangsambung merupakan dalam bentuk blok
dengan skala ukuran dari puluhan hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat
melange yang membentuk sebuah rangkaian pegunungan. Daerah Karangsambung
oleh para ahli geologi sering disebut sebagai lapangan terlengkap di dunia.

Gambar 2.2 Peta citra SRTM Daerah Karangsambung dan Sekitarnya


Karangsambung merupakan jejak-jejak tumbukan dua lempeng bumi yang
terjadi 117 juta tahun sampai 60 juta tahun yang lalu. Ia juga merupakan
pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Hindia. Ia merupakan saksi dari
peristiwa subduksi pada usia yang sangat tua yaitu pada zaman Pra-Tersier. Di
daerah ini terjadi proses subduksi pada sekitar zaman Paleogene (Eosen, sekitar
57,8 juta sampai 36,6 juta tahun yang lalu).

Oleh karena itu, pada tempat ini terekam jejak-jejak proses paleosubduksi
yang ditunjukan oleh singkapan-singkapan batuan dengan usia tua dan merupakan
karakteristik dari komponen lempeng samudera. Karangsambung merupakan
tempat singkapan batuan terbesar batuan-batuan dari zaman Pre-Tersier yang
terkenal dengan sebutan Luk Ulo Melange Complex , suatu melange yang
berhubungan dengan subduksi pada zaman Crateceous (145.5 ± 4.0 hingga 65.5 ±
0.3 juta tahunyang lalu) yang diperkirakan berumur 117 juta tahun.

Tersingkapnya batuan melange di daerah Karangsambung ini disebabkan


oleh adanya tektonik kompresional yang menyebabkan daerah tersebut dipotong
oleh sejumlah sesar-sesar naik disamping adanya pengangkatan dan proses erosi
yang intensif. Apabila diperhatikan bahwa posisi batuan melange ini dijumpai di
sekitar inti lipatan antiklin dan di sekitar zona sesar naik dan kenyataannya pada
saat sekarang posisi inti lipatan ini berada di bagian lembah yang didalamnya
mengalir aliran sungai Luk Ulo yang menunjukan bahwa di daerah tersebut proses
erosi berlangsung lebih intensif.
Gambar 2.3 Bentukan morfologi Daerah Karangsambung dan sekitarnya

Melange Luk Ulo didefinisikan oleh Asikin (1974) sebagai percampuran


tektonik dari batuan yang mempunyai lingkungan berbeda, sebagai hasil dari
proses subduksi antara Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah
Lempeng Benua Asia Tenggara, yang terjadi pada Kala Kapur Atas-Paleosen.
Melange tektonik ini litologinya terdiri atas batuan metamorf, batuan basa dan
ultra basa, batuan sedimen laut dalam (sedimen pelagic) yang seluruhnya
mengambang di dalam masa dasar lempung hitam yang tergerus (Scally clay).

2.3 Stratigrafi Karangsambung

Stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan


sabtuan serta hubungannya dengan lapisan batuan yang lainnya, yang bertujuan
untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi.Secara garis besar,
stratigrafidaerah Karangsambung diurutkan berdasarkan umur dari tua ke muda,
yaitu:

1. Komplek Melange Luk Ulo atau Formasi Melange berumuran Pra-tersier.


2. Formasi Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam.
3. Formasi Totogan dengan batuan utamanya lempung bersisik’ Scaly Clay
4. Formasi Waturanda, terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan breksi.
5. Formasi Penosongan, terdiri dari perselingan lempung dan pasir karbonat.
6. Formasi Halang, terdiri dari perselingan lemping dan pasir karbonatan
sisipan tuff.
7. Endapan Alluvial, merupakan endapan paling muda yang sedang
berlangsung.

Gambar 2.4 Kolom stratigrafi wilayah Karangsambung (Asikin,1974)

1. Kompleks Melange Luk ulo / Formasi Melang

Luk Ulo merupakan formasi tertua berupa melange yang sangat kompleks,
berumur Pre-Tersier. Batuannya meliputi graywacke, lempung hitam, lavabantal
yang berasosiasi dengan rijang dan gamping merah, tirbidit klastik, dan ofiolit
yang tersisipkan diantara batuan metamorfose berfasies sekis. Batuan-batuan
tersebut merupakan hasil dari pencampuran secara tektonik pada jalur
penunjaman (zona subduksi) yang juga telah melibatkan batuan-batuan asal kerak
samudra dan kerak benua. Kompleks ini dibagi menjadi 2 satuan berdasarkan
dominasi fragmen pada masa dasrnya, yaitu satuan Jatisamit disebelah barat dan
satuan Seboro di sebelah utara.Satuan Jatisamit merupakan batuan yang berumur
paling tua. Satuan ini terdiri bongkah asing di dalam masa dasar lempung hitam.
Bongkah yang ada adalah batuan beku basa, batupasir graywacke, serpentinit,
rijang, batugamping merah dan sekis mika. Batuan tersebut membentuk morfologi
yang tinggi seperti Gunung Sipako dan Gunung Bako

2. Formasi Karangsambung

Karakteristik litologi dari formasi Karangsambung yaitu terdiri dari


batulempung abu-abu yang mengandung concression besi, batugamping
numulites, konglomerat, dan batu pasir kuarsa polemik yang berlaminasi.
Batupasir graywacke sampai tanah liat hitam menunjukkan struktur yang bersisik
dengan irisan ke segala arah dan hampir merata di permukaan. Struktur tersebut
diperkirakan sebagai hasil mekanisme pengendapan yang terjadi dibawah
permukaan air dengan volume besar, estimasi ini didukung oleh gejala merosot
yang dilihat pada inset batupasir. Umur Formasi Karangsambung ini adalah dari
Eosen Tengah (45 juta tahun) sampai Eosen Akhir (36 juta tahun) dilihat dari
adanya foraminifera plankton.

3. Formasi Totogan

Formasi Totogan mempunyai karakteristik yang sama dengan Formasi


Karangsambung. Ditandai dengan litologi berupa batulempung dengan warna
coklat, dan kadang-kadang ungu dengan struktur scaly (menyerpih). Juga terdapat
fragmen berupa batukarang yang terperangkap pada batulumpur, batupasir,
batukapur fossil dan batuan beku. Umur dari formasi Totogan adalah Oligosen
(36-25 juta tahun), yang didasarkan pada keberadaan Globoquadrina
praedehiscens danGlobigeriona binaensis

4. Formasi Waturanda

Usia formasi Waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung


berdasarkan posisi statigrafi kebawah diperkirakan sebagai usia Meocene (25,2-
5,2 juta tahun) yang terdiri dari breksi vulkanik dan batupasir wacke dengan
sisipan batu lempung dibagian atas. Masa dasar batupasir berwarna abu-abu
dengan butir sedang hingga kasar, terdiri atas kepingan batuan beku dan obsidian.
5. Formasi Panosogan

Formasi Penosogan diendapkan diatas Formasi Waturanda dengan litologi


berupa perubahan secara berangsur dari satuan breksi kearah atas menjadi
perselingan batupasir tufan dan batulempung merupakan ciri batas dari Formasi
Penosogan yang terletak selaras di atasnya.Secara umum formasi terdiri dari
perlapisan tipis sampai sedang batupasir, batulempung, sebagian gampingan,
kalkanerit, napal-tufan dan tuf. Bagian bawah umumnya dicirikan oleh pelapisan
batupasir dan batulempung, kearah atas kadar karbonatnya semakin
tinggi. Bagian atas terdiri atas perlapisan batupasir gampingan, napal dan
kalkanerit. Bagian atas didomonasi oleh batulempung tufan dan tuf.

6. Formasi Halang

Formasi Halang berumur Miosen Atas-Pliosen dan diendapkan selaras di atas


Formasi Panosogan. Bagian bawah didominasi oleh breksi dengan sisipan
batupasir dan napal. Kearah atas, sisipan batupasir, perselingan napal dan
batulempung semakin banyak dengan sisipan tuf makin dominan.

7. Endapan Alluvial

Endapan aluvial merupakan yang paling muda. Endapan ini memiliki umur
Holosen dan pembentukannya terus berlangsung hingga sekarang.

2.4 Struktur Regional Karangsambung

Struktur utama yang ada di karangsambung dapat dibagi menjadi 3


struktur utama , yaitu :

1. Arah timurlaut – Baratdaya yang ditunjukkan oleh arah umum sumbu


panjang boudin, berkembang di kelompok batuan Pra – Tersier
(Harsolumkso dkk., 1995 dalam Prasetyadi, 2007 ).
2. Arah Timur – Barat yang ditunjukkan oleh arah umum struktur lipatan
yang berkembang di batuan Tersier,
3. Arah Utara – Selatan berupa sesar yang memotong batuan Pra – Tersier
dan Tersier (Asikin dkk.,1992 dalam Prasetyadi, 2007)
Gambar 2.5 Peta Geologi Karangsambung (Asikin dkk., 1992)

Pola struktur yang terjadi di Jawa diperngaruhi oleh tumbukan antara dua
lempeng, yaitu lempeng Eurasia, dan Indo-Australia. Subduksi yang terjadi pada
daerah karangsambung terjadi pada dua tahap. Zaman kapur – Pliosen Pola
struktur berarah barat daya – timur laut merupakan jejak dari pola yang lebih
dikenal dengan sebutan pola meratus.

Struktur ini diperkirakan terjadi karena adanya subduksi antara lempeng


Eurasia dengan Mikrocontinen yang berasal dari lempeng Indo-Australia. Zaman
tersier Pola struktur berarah barat-timur merupakan pola yang terjadi akibat
subduksi yang baru atau bisa dibilang masih berlangsung hingga sekarang. Proses
subduksi ini terjadi setelah proses subduksi yang lama berhenti.
Gambar 2.6 Pola stuktur di Pulau Jawa berupa pola Meratus , pola Sunda dan arah
Timur – Barat (Sujanto dan Sumantri , 1977 dalam Natalia dkk., 2010).
BAB III

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian

Satuan geomorfologi pada peta dibagi menjadi 4 satuan geomorfologi,


yaitu satuan blok punggungan antiklin Gunung Cantel , satuan lembah sinklin
Pencil ,satuan punggungan antiklin Kalikudu , dan satuan lembah antiklin
Kalijaya.

Gambar 3.1 Peta Geomorfologi daerah Penelitian

 Satuan lembah sinklin Pencil

Satuan lembah sinklin Pencil ini terletak di bagian Barat laut peta dan
memanjang dari arah barat ke timur menempati 10% peta. Satuan ini dicirikan
oleh kontur yang renggang dan memiliki arah kemiringan lereng yang relatif sama
yaitu ke arah utara . Morfometri dari satuan ini adalah lembahan yang litologinya
tersusun oleh batuan lunak yang relatif cepat pelapukan. Batuan penyusun di
daerah satuan ini terdapat batulempung karbonatan perselingan batugamping
klastik yang merupakan bagian dari formasi Panosogan.

Lembah Sinklin Pencil Punggungan Antiklin G.Cantel

Gambar 3.2 Pemandangan morfologi lembah sinkiln Pencil dan punggungan


antiklin G.Cantel ke arah Tenggara

 Satuan Punggungan Antiklin Gunung Cantel

Satuan punggungan antiklin G.Cantel ini terletak di bagian Barat laut peta dan
memanjang dari arah timur laut ke barat daya menempati 15% peta. Satuan ini
dicirikan oleh kontur yang rapat dan memiliki arah kemiringan lereng yang relatif
sama yaitu ke arah utara . Morfometri dari satuan ini adalah punggungan yang
litologinya tersusun oleh batuan keras yang relatif tahan terhadap pelapukan.
Batuan penyusun di daerah sataun ini terdapat batugamping klastik perselingan
batulempung sisipan tuff yang merupakan bagian dari formasi Panosogan.
Punggungan Antiklin ini adalah bagian Barat laut dari lembah antiklin Kalijaya.

Punggungan Antiklin G.Cantel

Gambar 3.3 Pemandangan morfologi punggungan antiklin G.Cantel ke arah Barat


laut
 Satuan Lembah Antiklin Kalijaya

Satuan lembah antiklin Kalijaya ini terletak di bagian Timur laut peta dan
memanjang dari arah timur laut ke barat daya menempati 65% peta. Satuan ini
dicirikan oleh kontur yang renggang dan memiliki arah kemiringan lereng yang
relatif ke arah utara dan selatan. Morfometri dari satuan ini adalah lembahan yang
litologinya tersusun oleh batuan lunak yang relatif terhadap pelapukan. Batuan
penyusun di daerah sataun ini terdapat batulempung perselingan batupasir yang
merupakan bagian dari formasi Panosogan. Batulempung yang terdapat di daerah
Kalijaya memiliki kandungan fosil foraminifera bentos dan plangton.

Punggungan Antiklin G.Sanggar

Lembah Antiklin Kalijaya

Gambar 3.4 Pemandangan morfologi lembah antiklin Kalijaya dan punggungan


antiklin G.Sanggar ke arah Tenggara

 Satuan Punggungan Antiklin G.Sanggar

Satuan punggungan antiklin G.Sanggar ini terletak di bagian Tenggara peta


dan memanjang dari arah utara ke selatan menempati 10% peta. Satuan ini
dicirikan oleh kontur yang rapat dan memiliki arah kemiringan lereng yang relatif
ke arah selatan. Morfometri dari satuan ini adalah punggungan yang litologinya
tersusun oleh batuan lunak yang relatif terhadap pelapukan. Batuan penyusun di
daerah sataun ini terdapat batugamping klastik perselingan batulempung sisipan
tuff yang merupakan bagian dari formasi Panosogan.

Punggungan Antiklin G.Sanggar

Gambar 3.5 Pemandangan morfologi punggungan antiklin G.Sanggar ke arah


selatan

3.5 Lintasan Geologi Daerah Penelitian


Wilayah pemetaan ini dibatasi oleh:

 Bagian utara dibatasi oleh Desa Pencil


 Bagian selatan dibatasi oleh Desa Kalijaya
 Bagian barat dibatasi oleh Daerah Pagarsuru Lor
 Bagian timur dibatasi oleh G. Sanggar

Pelaksanaan kegiatan pemetaan di lapangan, terlebih dahulu kita membuat


perencanaan peta lintasan untuk mempermudah penentuan lokasi pengamatan dan
pengambilan contoh. Hal ini sangat mempengaruhi efektifitas dan efisiensi waktu.
Secara umum pada pemetaan geologi kali ini membagi menjadi 6 lintasan terbuka.
yakni:
Lintasan 1

Lokasi : Desa Kalijaya

Tanggal : 19-11-2017

Cuaca : Cerah

Lintasan pertama kami menyusuri jalan setapak di daerah desa kalijaya,


lalu masuk ke cabang sungai Kalijaya. Hari pertama membuat lintasan terbuka
kami mendapatkan 15 titik keberadaan singkapan yang berada di daerah kalijaya.
Singkapan batuan di daerah kalijaya berupa batuan sedimen batulempung
perselingan batugamping klastik dengan sisipan batupasur dan tuff.

Tabel 3.1 Lintasan ke 1 daerah Desa Kalijaya dan cabang sungai Kalijaya

Stasiun X Y Strike/Dip Litologi

DNG 1 109˚41'20,8'' ─7˚37'19,9'' N 93˚E/80˚ Blp sisipan Tuff dan Bps

DNG 2 109˚41'19,2'' ─7˚37'27,9'' Breksi

DNG 3 109˚41'1,7'' ─7˚37'25,6'' N 85˚E/61˚ Bgp k

DNG 4 109˚41'1,7'' ─7˚37'24,5'' N 72˚E/37˚ Bgp k sisipan Tuff

DNG 5 109˚40'55'' ─7˚37'23,9'' N 93˚E/52˚ Blp

DNG 6 109˚40'49,3'' ─7˚37'19,8'' N 98˚E/49˚ Bgp k sisipan Tuff

DNG 7 109˚40'46,2'' ─7˚37'21,3'' N 98˚E/49˚ Blp sisipan Tuff

DNG 8 109˚40'40,8'' ─7˚37'11'' Bps

DNG 9 109˚40'38,4'' ─7˚37'7,8'' Blp sisipan Tuff

DNG 10 109˚40'34,2'' ─7˚37'5,2'' Bgp k

DNG 11 109˚40'49,4'' ─7˚37'3,2'' N 145˚E/23˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 12 109˚40'52,5'' ─7˚37'7,9'' N 128˚E/20˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 13 109˚41'0,1'' ─7˚37'15'' N 84˚E/48˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 14 109˚41'2,6'' ─7˚37'17,8'' N 87˚E/50˚ Bgp k

DNG 15 109˚41'16,9'' ─7˚37'17,8'' Tuff


Lintasan 2

Lokasi : Daerah Bukit Sikenap dan Gunung Sanggar

Tanggal : 20-11-2017

Cuaca : Cerah

Lintasan hari ke 2 kami menyusuri daerah bukit Sikenap, kalikudu,


gunung Sanggar. Hari ke 2 membuat lintasan terbuka kami mendapatkan 19 titik
keberadaan singkapan yang berada di daerah bukit Sikenap dan gunung Sannggar.
Singkapan batuan di daerah bukit Sikenap berupa batuan sedimen batulempung
perselingan batugamping klastik, dengan sisipan tuff. Singkapan batuan di daerah
gunung Sanggar berupa batulempung perselingan batupasir.

Tabel 3.2 Lintasan ke 2 daerah Bukit Sikenap, Kalikudu, dan G.Sanggar

DNG 16 109˚41'21,6'' ─7˚37'22,5'' N 80˚E/45˚ Bgp k perselingan blp


DNG 17 109˚41'24'' ─7˚37'28'' Breksi
DNG 18 109˚41'27,2'' ─7˚37'26,5'' N 85˚E/64˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 19 109˚41'27,9'' ─7˚37'28,5'' Breksi
DNG 20 109˚41'32,4'' ─7˚37'25,1'' Breksi
DNG 21 109˚41'32,2'' ─7˚37'22,4'' N 81˚E/60˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 22 109˚41'35,7'' ─7˚37'19,2'' N 80˚E/63˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 23 109˚41'36,4'' ─7˚37'18'' N 82˚E/66˚ Blp sisipan tuff
DNG 24 109˚41'43,4'' ─7˚37'20,7'' N 85˚E/30˚ Tuff
DNG 25 109˚41'49,5'' ─7˚37'18,9'' N 83˚E/30˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 26 109˚41'48,5'' ─7˚37'14,2'' N 92˚E/45˚ Blp perselingan bps
DNG 27 109˚41'40,5'' ─7˚37'8,1'' N 95˚E/47˚ Blp perselingan bps
DNG 28 109˚41'29,2'' ─7˚37'7'' N 92˚E/35˚ Blp perselingan bps
DNG 29 109˚41'29,2'' ─7˚37'5,5'' N 95˚E/25˚ Blp perselingan bps
DNG 30 109˚41'27,2'' ─7˚37'2,89'' N 90˚E/30˚ Blp perselingan bps
DNG 31 109˚41'30,9'' ─7˚37'3,6'' N 90˚E/28˚ Blp perselingan bps
DNG 32 109˚41'33,1'' ─7˚37'1,3'' N 90˚E/26˚ Blp perselingan bps
DNG 33 109˚41'40,6'' ─7˚37'57,7'' N 85˚E/25˚ Blp perselingan bps
DNG 34 109˚41'47,4'' ─7˚36'46,1'' N 120˚E/15˚ Bps
Lintasan 3

Lokasi : Daerah Sungai Kalijaya

Tanggal : 21-11-2017

Cuaca : Cerah

Lintasan hari ke 3 kami menyusuri sungai Kalijaya. Hari ke 3 membuat


lintasan terbuka kami mendapatkan 21 titik keberadaan singkapan yang berada di
sungai Kalijaya. Kami medapatkan patahan/sesar naik yang berada di stasiun 41
dengan arah kedudukan sesar N 270˚E dan adanya struktur sedeimen slump.
Singkapan batuan di sungai Kalijaya berupa batuan sedimen batulempung
perselingan batugamping klastik, dengan sisipan batupasir.

Tabel 3.3 Lintasan ke 3 Sungai Kalijaya.

DNG 35 109˚41'55'' ─7˚36'0,3'' Bgp k


DNG 36 109˚41'55,8'' ─7˚36'7,9'' N 303˚E/19˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 37 109˚41'55,1'' ─7˚36'10,3'' N 290˚E/21˚ Bgp k
DNG 38 109˚41'50,6'' ─7˚36'12,9'' N 245˚E/26˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 39 109˚41'51,5'' ─7˚36'17,3'' N 274˚E/34˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 40 109˚41'45,5'' ─7˚36'19,4'' N 330˚E/43˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 41 109˚41'44,1'' ─7˚36'20,1'' N 304˚E/18˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 42 109˚41'42,7'' ─7˚36'26,5'' N 242˚E/22˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 43 109˚41'41,1'' ─7˚36'31,7'' N 246˚E/28˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 44 109˚41'47,9'' ─7˚36'44,09'' N 210˚E/10˚ Blp perselingan bps
DNG 45 109˚41'35,7'' ─7˚36'46,7'' N 190˚E/20˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 46 109˚41'32,6'' ─7˚36'51,9'' N 45˚E/56˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 47 109˚41'26,7'' ─7˚36'49,8'' N 210˚E/20˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 48 109˚41'26,4'' ─7˚36'55,3'' N 130˚E/16˚ Blp sisipan tuff
DNG 49 109˚41'19,76'' ─7˚36'59,9'' N 130˚E/16˚ Bgp k
DNG 50 109˚41'21,2'' ─7˚36'57,1'' N 140˚E/14˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 51 109˚41'19,04'' ─7˚37'0,07'' N 100˚E/28˚ Blp perselingan bps
DNG 52 109˚41'22,5'' ─7˚37'9,42'' N 85˚E/43˚ Blp perselingan bps
DNG 53 109˚41'19,5'' ─7˚37'10,4'' N 80˚E/60˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 54 109˚41'19,5'' ─7˚37'13,1'' N 100˚E/56˚ Blp perselingan Bgp k
DNG 55 109˚41'34'' ─7˚36'5,2'' N 190˚E/17˚ Blp perselingan Bgp k
Lintasan 4

Lokasi : Daerah G.Cantel dan Padurenan

Tanggal : 22-11-2017

Cuaca : Cerah

Lintasan hari ke 4 kami menyusuri daerah G.Cantel dan Padurenan. Hari


ke 4 membuat lintasan terbuka kami mendapatkan 21 titik keberadaan singkapan
yang berada di daerah G.Cantel dan Padurenan. Singkapan batuan di daerah
G.Cantel berupa batuan sedimen batugamping klastik perselingan batulempung
sisipan tuff. Singkapan batuan di daerah Padurenan berupa batuan sedimen
batulempung perselingan batupasir.

Tabel 3.4 Lintasan ke 4 daerah G.Cantel dan Padurenan.

DNG 56 109˚41'24,5'' ─7˚36'11,4'' Blp

DNG 57 109˚41'15,8'' ─7˚36'17,5'' N 265˚E/12˚ Bgp k

DNG 58 109˚41'14,9'' ─7˚36'19,6'' Bgp k

DNG 59 109˚41'18,3'' ─7˚36'20,4'' Tuff

DNG 60 109˚41'22,9'' ─7˚36'19,4'' N 267˚E/18˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 61 109˚41'29,9'' ─7˚36'19,3'' Breksi

DNG 62 109˚41'36,7'' ─7˚36'24,9'' N 252˚E/23˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 63 109˚41'41,5'' ─7˚36'31'' N 250˚E/30˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 64 109˚41'38,5'' ─7˚36'30'' N 252˚E/20˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 65 109˚41'33,8'' ─7˚36'30'' N 253˚E/25˚ Blp perselingan bps

DNG 66 109˚41'31'' ─7˚36'39,1'' N 275˚E/22˚ Blp perselingan bps

DNG 67 109˚41'30,8'' ─7˚36'40,2'' N 270˚E/20˚ Blp perselingan bps

DNG 68 109˚41'38,4'' ─7˚36'40,8'' N 265˚E/25˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 69 109˚41'13,05'' ─7˚36'25,59'' N 270˚E/20˚ Tuff

DNG 70 109˚41'11,58'' ─7˚36'27,69'' N 250˚E/30˚ Bgp k


DNG 71 109˚41'11,8'' ─7˚36'30,8'' N 260˚E/28˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 72 109˚41'14,34'' ─7˚36'32,89'' N 255˚E/24˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 73 109˚41'15,8'' ─7˚36'35,4'' N 250˚E/21˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 74 109˚41'16,212'' ─7˚36'79'' N 255˚E/22˚ Blp perselingan bps

DNG 75 109˚41'18,16'' ─7˚36'41,7'' N 245˚E/26˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 76 109˚41'18,16'' ─7˚36'41,1'' N 240˚E/24˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 77 109˚41'18,58'' ─7˚36'46,68'' N 240˚E/20˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 78 109˚41'17,22'' ─7˚36'48,5'' N 243˚E/22˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 79 109˚41'19,2'' ─7˚36'54,72'' N 150˚E/12˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 80 109˚41'18,61'' ─7˚36'59,79'' N 135˚E/24˚ Bps

DNG 81 109˚41'10,6'' ─7˚37'6,23'' N 70˚E/18˚ Blp perselingan bps

DNG 82 109˚41'6,73'' ─7˚37'7,98'' N 95˚E/26˚ Blp perselingan bps

DNG 83 109˚41'11,8'' ─7˚37'10,07'' Blp perselingan bps


Lintasan 5

Lokasi : Daerah Desa Pencil

Tanggal : 23-11-2017

Cuaca : Cerah

Lintasan hari ke 5 kami menyusuri daerah Pencil. Hari ke 5 membuat


lintasan terbuka kami mendapatkan 14 titik keberadaan singkapan yang berada di
daerah Pencil. Singkapan batuan di daerah Pencil berupa batuan sedimen
batulempung perselingan batugamping klastik.

Tabel 3.5 Lintasan ke 5 daerah Pencil

DNG 84 109˚40'43,4'' ─7˚36'14,1'' Blp

DNG 85 109˚40'45,7'' ─7˚36'14,6'' N 270˚E/23˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 86 109˚40'48,8'' ─7˚36'15,5'' N 245˚E/20˚ Bgp k

DNG 87 109˚40'48,8'' ─7˚36'14,7'' N 272˚E/20˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 88 109˚40'39,2'' ─7˚36'25'' N 250˚E/15 Blp perselingan Bgp k

DNG 89 109˚40'30,4'' ─7˚36'25,9'' N 255˚E/18˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 90 109˚40'54'' ─7˚36'23,23'' Blp perselingan Bgp k

DNG 91 109˚40'51,59'' ─7˚36'24,9'' N 258˚E/18˚ Tuff

DNG 92 109˚40'49,2'' ─7˚36'30,9'' N 230˚E/21˚ Bgp k

DNG 93 109˚40'43,2'' ─7˚36'31,2'' N 255˚E/38˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 94 109˚40'32,8'' ─7˚36'31,44'' N 260˚E/20˚ Bgp k

DNG 95 109˚40'33,5'' ─7˚36'35,12'' N 255˚E/21˚ Blp sisipan tuff

DNG 96 109˚40'34,08'' ─7˚36'39,7'' N 256˚E/26˚ Bgp k

DNG 97 109˚40'32,7'' ─7˚36'40,1'' N 265˚E/20˚ Bps


Lintasan 6

Lokasi : Daerah Pencil dan Pagarsuru Kidul

Tanggal : 24-11-2017

Cuaca : Cerah

Lintasan hari ke 6 kami menyusuri daerah Pencil dan Pagarsuru Kidul.


Hari ke 6 membuat lintasan terbuka kami mendapatkan 14 titik keberadaan
singkapan yang berada di daerah Pencil dan Pagarsuru Kidul. Singkapan batuan di
daerah Pencil berupa batuan sedimen batulempung perselingan batugamping
klastik dan batulempung perselingan batupasir. Singkapan batuan di daerah
Pagarsuru Kidul berupa batuan sedimen batugamping klastik perselingan
batulempung dan batulempung perselingan batupasir.

Tabel 3.6 Lintasan ke 6 daerah Pencil dan Pagarsuru Kidul

DNG 98 109˚40'39,5'' ─7˚36'23,5'' N 228˚E/11˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 99 109˚40'46'' ─7˚36'21,5'' N 263˚E/13˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 100 109˚40'51'' ─7˚36'22,5'' N 272˚E/16˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 101 109˚40'50'' ─7˚36'39'' N 255˚E/12˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 102 109˚40'44'' ─7˚36'44,7'' N 258˚E/17˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 103 109˚40'49,9'' ─7˚36'39,6'' Blp perselingan Bgp k

DNG 104 109˚40'50,1'' ─7˚36'53'' Blp

DNG 105 109˚40'54'' ─7˚36'37'' N 155˚E/10˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 106 109˚40'57,5'' ─7˚36'57'' N 138˚E/10˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 107 109˚40'53'' ─7˚37'2'' N 123˚E/10˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 108 109˚40'36'' ─7˚37'16'' N 96˚E/22˚ Blp perselingan bps

DNG 109 109˚40'39'' ─7˚37'48,5'' N 92˚E/30˚ Blp perselingan bps

DNG 110 109˚40'38'' ─7˚37'21'' N 90˚E/32˚ Blp perselingan bps

DNG 111 109˚40'36'' ─7˚37'25,2'' N 96˚E/23˚ Blp perselingan bps


Lintasan 7

Lokasi : Daerah Pencil dan G.Wudel

Tanggal : 26-11-2017

Cuaca : Cerah

Lintasan hari ke 7 kami menyusuri daerah Pencil dan G.Wudel. Hari ke 7


membuat lintasan terbuka kami mendapatkan 9 titik keberadaan singkapan yang
berada di daerah Pencil dan G.Wudel. Singkapan batuan di daerah Pencil berupa
batuan sedimen batulempung perselingan batugamping klastik dan sisipan tuff.
Singkapan batuan di daerah G.Wudel berupa batuan sedimen batulempung
perselingan batupasir.

Tabel 3.7 Lintasan ke 7 daerah Pencil dan Pagarsuru Kidul

DNG 112 109˚41'35,4'' ─7˚36'2'' N 115˚E/8˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 113 109˚41'6,9'' ─7˚36'10,5'' Blp perselingan Bgp k

DNG 114 109˚41'15,4'' ─7˚36'7'' Blp

DNG 115 109˚41'26,3'' ─7˚36'6,4'' Bgp k

DNG 116 109˚41'32,1'' ─7˚36'5,3'' Bgp k

DNG 117 109˚41'40'' ─7˚36'6'' N 165˚E/30˚ Blp perselingan Bgp k

DNG 118 109˚41'54,1'' ─7˚36'22,3'' N 258˚E/32˚ Blp perselingan bps

DNG 119 109˚41'58,9'' ─7˚36'20,7'' N 328˚E/50˚ Blp perselingan bps

DNG 120 109˚41'57,9'' ─7˚36'25,8'' N 273˚E/25˚ Blp perselingan bps


Gambar 3.6 Peta Lintasan Geologi daerah penelitian.

3.6 Stratigrafi Daerah Penelitian

Stratigrafi daerah penelitian meliputi 2 formasi yang ada,yakni Formasi


Penosogan dan Formasi Halang. Formasi Pansosogan berada di sebelah utara dan
Formasi Halang terletak di sebelah selatan. Formasi Panosogan di dominasi oleh
batulempung yang berumur miosen tengah, sedangkan Formasi Halang di
dominasi oleh batuan breksi yang berumur miosen akhir. Satuan batuan pada
daerah penelitian terbagi menjadi 4 satuan batuan tidak resmi yang berurutan dari
tua ke muda, yaitu:

1. Satuan batulempung 1
2. Satuan batugamping klastik
3. Satuan batulempung 2
4. Satuan breksi
1. Satuan batulempung 1

Satuan batulempung 1 merupakan satuan batuan tertua didaerah penelitian.


Satuan ini memiliki persebaran pada daerah bagian timur-barat peta geologi,
memanjang dari barat ke timur dengan luas area sekitar 50%. Dinamakan satuan
batulempung 1 karena batuan yang dominan adalah batu lempung. Batulempung
ini masuk dalam kelompok formasi Panosogan.

 Batulempung, warna abu-abu gelap, kekompakan rapuh-getas, semen


karbonat.
 Batupasir halus, warna abu-abu, besar butir pasir halus, membulat
tanggung, pemilahan sedang, kemas terbuka, porositas baik, kekompakan
kompak, semen karbonat, komposisi mineral quartz, biotit, struktur
sedimen parallel laminasi dan terdapat fosil foraminifera plangton dan
bentos

Gambar 3.7 Satuan batulempung 1 yang berada di stasiun DNG 30 yang


merupakan batulempung perselingan batupasir dominan batulempung.
2. Satuan batugamping klastik

Satuan batugamping klastik memiliki luas sekitar 20% . Satuan ini memiliki
persebaran pada daerah bagian utara dan selatan peta geologi, memanjang dari
barat ke timur. Dinamakan satuan batugamping klastik karena batuan yang
dominan adalah batugamping klastik (kalkarenit) yang mana di daerah ini
batugamping klastik yang tebal dengan batugamping klastik perselingan
batulempung Karbonatan. Batugamping klastik ini masuk dalam kelompok
formasi Panosogan.

 Batulempung karbonatan, warna abu-abu terang, kekompakan rapuh.


 Batugamping klasik (kalkarenit), warna abu-abu kecoklatan, basar butir
pasir halus, membulat tanggung, pemilahan buruk, kemas terbuka,
porositas baik, kekompakan kompak.

Gambar 3.8 Satuan batugampimg klastik (kalkarenit) yang berada di stasiun DNG
62 yang merupakan batugamping klastik (kalkarenit) perselingan batulempung
karbonatan dominan batugamping klastik (kalkarenit).
3. Satuan batulempung 2

Satuan batulempung 2 memiliki luas sekitar 20% . Satuan ini memiliki


persebaran pada daerah bagian utara dan selatan peta geologi, memanjang dari
barat ke timur. Dinamakan satuan batulempung 2 karena batuan ini memiliki
batulempung karbonatan perselingan batugamping klastik (kalkarenit) yang mana
didaerah ini yang dominan adalah batulempung karbonatan kuat. Batulempung ini
masuk dalam kelompok formasi Panosogan.

 Batulempung karbonatan, warna abu-abu terang, kekompakan rapuh.


 Batugamping klasik (kalkarenit), warna abu-abu kecoklatan, basar butir
pasir halus, membulat tanggung, pemilahan buruk, kemas terbuka,
porositas baik, kekompakan kompak.

Gambar 3.9 Satuan batulempung 2 yang berada di stasiun DNG 89 yang


merupakan batulempung karbonatan perselingan batugamping klastik (kalkarenit)
dominan batulempung 2 dengan unsur karbonatan yang tinggi
4. Satuan breksi

Satuan breksi merupakan satuan termuda di daerah penelitian. Satuan ini


memiliki persebaran pada daerah bagian selatan peta geologi, memanjang dari
barat ke timur dengan luas area penyebaran sekitar 10%. Dinamakan satuan breksi
karena batuan yang dominan di daerah penelitian adalah breksi. Satuan breksi ini
masuk dalam formasi halang dengan fragmen batuan beku (basalt-andesit), massa
dasar pasir kasar, semen karbonat.

 Breksi polimik, warna abu-abu gelap, ukuran fragmen kerakal-kerikil,


menyudut, fragmen batuan beku (basalt,andesite), massa dasar batupasir
kasar-sedang, pemilahan buruk, kemas terbuka, porositas baik,
kekompakan kompak, semen karbonat.

Gambar 3.10 Satuan breksi yang berada di stasiun DNG 17 berada di sungai
Kalijaya
Gambar 3.11 Kolom Stratigrafi daerah Kalijaya dan sekitarnya

3.7 Struktur Geologi daerah Penelitian

Struktur yang teramati pada daerah penelitian terdapat sesar geser, sesar
naik, dan lipatan yang terbagi dibeberapa tempat. Pada daerah penelitian, terjadi
deformasi yang bersifat ductile yaitu berupa perlipatan raksasa dan deformasi
yang bersifat brittle yang menghasilkan shear fracture berupa sesar-sesar dan
extensional fracture berupa gash fracture, kekar, dan lain-lain.
Gambar 3.12 Peta Geologi Daerah Penelitian

 Lipatan Sinklin Pencil

Lipatan sinklin pencil ini mempunyai arah sumbu lipatan NE – SW.


Dimensi lipatan sinklin ini besar dan memanjang dari barat lokasi penelitian
sampai dengan timur lokasi penelitian. Lipatan sinklin pencil ini secara
pembentukan nya di pengaruhi oleh adanya kompresi dari utara dan selatan
daerah penelitian yang mengakibatkan adanya deformasi bersifat ductile terhadap
satuan batuan di daerah pencil.

 Lipatan Antiklin Kalijaya

Lipatan antiklin kalijaya ini mempunyai arah sumbu lipatan NE – SW.


Dimensi lipatan antiklin ini sangat besar terhadap lipatan sinklin pencil dan
memanjang dari barat lokasi penelitian sampai dengan timur lokasi penelitian.
Lipatan antiklin kalijaya ini secara pembentukan nya di pengaruhi oleh adanya
kompresi dari utara dan selatan daerah penelitian. Lipatan antiklin kalijaya
terpotong oleh sesar besar yaitu sesar geser menganan yang mengakibatkan
adanya berubahan strike/dip didaerah kalijaya.

 Sesar Naik Kalijaya

Sesar naik kalijaya ini mempunyai kedudukan N 270˚E/ 70˚. Sesar naik ini
mempunyai dimensi yang cukup kecil. Sesar naik kalijaya ini hampir sejajar
dengan sumbu lipatan kalijaya relatif berarah barat – timur. Sesar naik kalijaya
terdapat pada singkapan batulempung karbonatan perselingan batugamping
klastik (kalkarenit)

Gambar 3.13 Kenampakan sesar naik kalijaya

 Sesar Mendatar Mengganan Kalijaya

Sesar mendatar mengganan kalijaya memiliki dimensi sangat besar karena


memanjang dari barat daya sampai timur laut. Data yang menunjang keberadaan
sesar ini adalah adanya srike/dip yang tidak beraturan. Sesar mendatar mengganan
kalijaya juga memtotong lipatan antiklin kalijaya. Secara pembentukannya sesar
mendatar mengganan kalijaya ini lebih mudah terhadap lipatan antiklin kalijaya.
BAB IV

GEOLOGI SEJARAH

4.1 Geologi Sejarah Daerah Penelitian

Sejarah geologi penelitian diperoleh berdasarkan data-data geologi yang


meliputi data pengukuran jurus dan kemiringan, keadaan batuan serta pola
struktur dan mekanisme pembentukannya dalam suatu kerangka ruang dan waktu.
Berdasarkan data stratigrafi yang diperoleh, urutan satuan batuan tidak resmi dari
yang lebih kemuda adalah satuan breksi, satuan batulempung 2 (karbonatan),
satuan batugamping klastik (kalkarenit), satuan batulempung 1.

1. Sejarah pengendapan

Secara sejarah geologi daerah penelitian diawali dengan adanya suatu


lingkungan pengendapan laut dalam, yang diendapkan suatu material satuan
batulempung perselingan batupasir saat umur Miosen tengah. Diatas satuan ini
diendapkan selaras satuan batugamping klastik (kalkarnit) perselingan
batulempung karbonatan dengan adanya penurunan muka air laut (regressi)
dengan bukti adanya batugamping klastik yang tebal terhadap batulempung
karbonatan. Diatas satuan batugamping klastik diendapkan kembali dengan
selaras satuan batulempug karbonatan yang tebal terhadap batugamping klastik
(kalkarenit) yang mana muka air laut kembali naik (transgressi). Pada umur
Miosen akhir diendapkan breksi dengan selaras dibawah satuan batulempung 2
(karbonatan) dengan mekanisme pengendapan didaerah daratan.

Kemudian terjadi proses endogen pengangkatan yang menyebabkan


tersingkapnya semua satuan batuan tersebut ke permukaan, proses gaya eksogen
dipermukaan berupa erosi dan sedimentasi terus berlangsung hingga sekarang.
terus terjadi sampai membentuk morfologi daerah penelitian menjadi seperti saat
ini.
Gambar 4.1 Skema lingkungan pengendapan daerah penelitian.

4.2 Sejarah Tektonik Daerah Penelitian

Proses tektonik yang terjadi di daerah penelitian menyebabkan banyak


berkembangnya struktur, seperti lipatan sinklin pencil, lipatan antiklin kalijaya
sesar mendatar mengganan kalijaya, sesar naik kalijaya. Struktur yang
berkembang di daerah penelitian sangat berpengaruh terhadap bentukan morfologi
daerah penelitian yang menyebabkan terbentuknya morfologi yang khas Seperti
adanya punggungan antiklin G.cantel sebagai bagian dari sayap lipatan antiklin.

Jika di urutkan dari rekaman pola struktur daerah penelitian mengalami fase
depormasi akibat dari gaya kompresi. Pada fase awal terbentuk perlipatan antiklin
kalijaya yang berada di selatan daerah penelitian dan sinklin pencil yang berada
di bagian utara daerah penelitian. Setelah fase pelipatan dan gaya kompresi masih
kuat, maka batuan akan telipatkan dan jika keelastisan batuan lebih minus
dibanding gaya kompresinya, maka fase berikutnya lipatan tadi akan patah yang
membentuk sesar naik kalijaya, fase berikutnya terbentuk sesar mendatar
mengganan kalijaya.

Anda mungkin juga menyukai