Anda di halaman 1dari 12

EFEKTIFITAS LATIHAN PEREGANGAN OTOT (STRECHING) DAN

KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI SENDI PADA LANSIA DI


UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG

Manuscript

Oleh :
Iik Ristiyanto
NIM :G2A011026

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014 / 2015

http://jurma.unimus.ac.id
http://jurma.unimus.ac.id
Efektifitas Latihan Peregangan Otot (Streching) dan Kompres Hangat
Terhadap Nyeri Sendi Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang
Gading Semarang

Iik Ristiyanto1, Nury Sukraeny2, Chanif3


1.
Mahasiswa Progam Studi S1 Keperawatan FIKKES UNIMUS, (email, iikristianto@gmail.com )
2.
Dosen Keperawatan KMB FIKKES UNIMUS, (email, nury_sukreny@yahoo.com )
3.
Dosen keperawatan KMB FIKKES UNIMUS, (email, chanif@unimus.ac.id )

Abstrak
Dampak nyeri sendi pada lansia akan menimbulkan perubahan pada kolagen, menyebabkan
turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga dapat menimbulkan dampak berupa nyeri dan hambatan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.Peregangan otot (Streching) itu sendiri adalah membuat
otot tetap lentur, penderita nyeri sendi siap bergerak, dan penderita nyeri sendi beralih dari
aktivitas kurang gerak ke aktivitas banyak gerak tanpa menimbulkan ketegangan.kompres hangat
adalah memperlancar sirkulasi darah, melunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks,
menurunkan rasa nyeri, dan mempelancar pasokan aliran darah dan memberikan ketenangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektifitas Latihan gerak (streching) dan Kompres
Hangat Terhadap Nyeri Sendi Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang
dengan desain penelitian Quasi Eksperimental Study.Penelitian ini dilakukan di unit rehabilitasi
sosial Pucang Gading Semarang dari tanggal 09 Juli sampai dengan 12 juli 2015,sampel
penelitiaan ini 40 orang yang berjenis kelamin perempuan dan laki – laki. Jumlah sampel dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen streching 20 orang dan kelompok eksperimen
kompres hangat 20 orang.hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan latihan
gerak (streching) dan kompres hangat terhadap nyeri sendi pada lansia dengan nilai p sebesar
0,000 (P< 0,05), nilai meank reank untuk stretching (11,82) dan kompres hangat (29,18), sehingga
dapat dinyatakan lebih efektif kompres hangat dari pada streching dalam mengurangi nyeri sendi
pada lansia di unit rehabilitasi sosial pucang gading semarang.

Kata Kunci : Streching, Kompres Hangat, Nyeri sendi lansia.

Abstract
Impact of joint pain in the elderly will bring about changes in collagen, led to a decline in the
elderly flexibility so that it can have an impact in the form of pain and obstacles in performing
everyday activities. Stretching muscles (Streching) itself is made supple muscles, joint pain
sufferers are ready to move, and joint pain sufferers to switch from a sedentary activity to activity
a lot of motion without straining. Warm compresses are improving blood circulation, soften the
fibrous tissue, making the body more relaxed muscles, decrease pain, and accelrate supply blood
flow and give you peace. This study aims to determine the effectiveness of motion exercises
(stretching) and Warm Compress Against Painful of Elderly in Pucang Gading Social
Rehabilitation Unit Semarang research design Quasi Experimental Study. This research was
conducted in Pucang Gading social rehabilitation unit Semarang from 09 July until 12 July 2015,
40 people research samples were female and male - female. The number of samples were divided
into 2 groups: the experimental group streching experimental group of 20 people and warm
compresses 20 people.result of research shows that there are differences of motion exercises
(stretching) and warm compresses against joint pain in older adults with a p-value of 0.000 (P <0
, 05), the value meank reank for stretching (11.82) and warm compresses (29.18), so it can be
expressed more effectively compress warmer than stretching in reducing joint pain of Elderly in
Pucang Gading Social Rehabilitation Unit Semarang.

Keywords: Stretching, warm compresses, joint pain elderly.

http://jurma.unimus.ac.id
PENDAHULUAN
Lanjut usia (lansia) itu merupakan suatu proses tumbuh kembang yang terjadi
pada manusia, lansia itu sendiri adalah fase menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup.
Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai
kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah,
seseorang akan kehilangan tugas dan fungsinya, dan memasuki selanjutnya, yaitu
usia lanjut (Darmojo, 2004). Disadari atau tidak Indonesia termasuk negara yang
memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia atau (aging structured population)
karena mempunyai jumlah penduduk dengan usia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%
(Makhfudli, 2009).

Melihat dari banyaknya jumlah lansia yang ada di Indonesia, pasti banyak
gangguan yang terjadi pada kesehatan lansia antara lain: gangguan sistem
pendengaran, penglihatan, kardiovaskular, persyarafan, gastrointestinal,
pengaturan suhu tubuh, pernafasan, genitourinaria, endokrin, integumen dan
muskuloskeletal. Salah satu masalah tersebut merupakan gangguan yang terjadi
pada sistim muskuloskeletal, yaitu sendi (Azizah, 2011).Kemunduran kartilago
sendi, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat, dan
pembentukan tulang di permukaan sendi merupakan hal yang umum
terjadi.Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan kolagen yang terdapat pada
jaringan penyambung meningkat secara progresif yang jika tidak dipakai lagi
mungkin menyebabkan inflamasi nyeri, penurunan mobilitas sendi, dan
deformitas.Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya
fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri (Stanley,
2006).
Dampak nyeri sendi pada lansia akan menimbukan perubahan pada kolagen,
menyebabkan turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga dapat menimbulkan
dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot,
kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan, dan hambatan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Proses itu dapat dihambat atau dicegah

http://jurma.unimus.ac.id
bila upaya pencegahan dilakukan sejak dini, terpadu, terus-menerus dan
berkesinambungan. Pertimbangan lain adalah tingginya biaya pelayanan
kesehatan sehingga upaya pencegahan akan jauh lebih hemat dan murah daripada
upaya pengobatan (Pudjiastuti, 2003). Ada banyak cara untuk mengobati atau
menanggulangi nyeri, upaya untuk mengatasi nyeri adalah dengan melakukan
terapi latihan stretching (peregangan), selain dapat menurunkan nyeri juga dapat
mengembalikan kelenturan otot-otot yang mengalami kekakuan (Mujianto, 2013).
Selain itu menanggulangi nyeri dapat juga di lakukan dengan kompres hangat.
Kompres hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau
membebaskan nyeri,mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, dan
memberikan rasa hangat (Hidayah, 2008).
Stretching atau latihan gerak kaki itu sendiri adalah membuat otot tetap lentur,
penderita nyeri sendi siap bergerak, dan penderita nyeri sendi beralih dari aktivitas
kurang gerak ke aktivitas banyak gerak tanpa menimbulkan ketegangan
(Anderson, 2008).Hasil penelitian Pamungkas (2010), menunjukan ada pengaruh
latihan gerak kaki (stretching) terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia di
posyandu lansia Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri.Selain itu hasil penelitian
Saadah (2012), menunjukan terdapat Pengaruh latihan fleksi William (Stretching)
terhadap tingkat nyeri punggung bawah pada lansia di posyandu lansia RW 2
Desa Kedungkandang Malang.
Kompres hangat merupakan tindakan keperawatan dengan memberikan kompres
hangat yang digunakan untuk memenuhi rasa nyaman.Tindakan ini digunakan
untuk klien yang mengalami nyeri (Hidayah, 2008). Efek pemberian terapi panas
terhadap tubuh antara lain meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang
mengalami cedera, meningkatkan pengiriman leukosit dan antibiotik ke daerah
luka, meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau
kekakuan, meningkatkan aliran darah dan meningkatkan pergerakan zat sisa dan
nutrisi (Potter & Perry, 2006). Hasil penelitian Yuswanto (2012), menunjukan ada
perbedaan intensitas nyeri sebelum dan setelah diberikan kompres hangat. Setelah
pemberian kompres hangat, semua intensitas nyeri mengalami penurunan.

http://jurma.unimus.ac.id
Berdasarkan study pendahuluan dilakukan oleh peneliti di unit rehabilitasi sosial
Pucang Gading Semarang. Hasil pengkajian dari 10 lansia di unit rehabilitasi
sosial terdapat 7 lansia yang mengalami nyeri sendi dengan skala nyeri diatas 3,
Dari latar belakang dan fenomena tersebut,Streching dan kompres hangat telah
terbukti bisa menurunkan skala nyeri pada lansia, untuk mengetahui mana yang
lebih efektif. Apakah lebih efektif streching dan kompres hangat maka peneliti
tertarik ingin mengetahui bagaimana perbedaan pengaruh antara latihan gerak
(stretching) dan kompres hangat terhadap penurunan nyeri sendi yang di lakukan
di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang dengan judul “Efektifitas
Latihan Peregangan Otot (streching) Dan Kompres Hangat Terhadap Nyeri Sendi
Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang”.

METODE
Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental Study atau eksperimen semu
dengan rancangan Two group pretest – posttest design yang diberikan intervensi
kompres hangat dan stretching pada lansia yang mengalami nyeri sendi.Sampel
dalam penelitian berjumlah 40 orang lansia di unit rehabilitasi social pucang
gading Semarang.Teknik sampling menggunakan purposive sampling yaitu sesuai
kriteria inklusi dan eksklusi.Alat pengukuran nyeri menggunakan skala numerik,
proses penelitian berlangsung pada bulan Juli 2015. Data dianalisis secara
univariat, bivariat (uji kenormalan, uji Wilcoxon, uji Mean Whitney)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata usia responden pada kelompok
strechingadalah 67.25 tahun, rata-rata kelompok kompres hangat didapatkan rata-
rata usia responden adalah 68.15 tahun. Berdasarkan jenis kelamin kelompok
strechingdan kelompok kompres hangat sebesar 55.0% perempuan dan 45.0%
laki-laki. Rata-rata kelompok streching berdasarkan pendidikan yang tidak
sekolah 35.0%, SD 45.0%, SMP 10.0%, SMA 10 penelitian menunjukan adanya
perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan setelah diberikan intervensi relaksasi
dzikir yang dapat dilihat pada (tabel 1)

http://jurma.unimus.ac.id
Tabel 1
Uji beda wilxocon intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada
kelompok strechingdan kompres hangat di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang
Gading Semarang Bulan Juli 2015 ( n1 = 20, n2 =20).% dan pada kelompok
kompres hangat yang tidak sekolah 40.0%, SD 45.0%, SMP 10%,
SMA 5%.Hasil
Median(interquartil)
Mean Sum
Intensitas nyeri N p
rank range
Pre Post
Perlakuan streching
Post streching < pre streching 20 6,00 (1) 5,00 (2) 10,50 210 0,000
Post streching > pre streching 0 - - - - -
Post streching = pre streching 0 - - - - -
Perlakuan kompres
Post kompres hangat < pre kompres 20 7,00 (2) 4,00 (2) 10,50 210 0,000
hangat
Post kompres hangat > pre kompres 0 - - - - -
hangat
Post kompres hangat = pre kompres 0 - - - - -
hangat

Hasil uji beda intensitas nyeri sebelum dan sesudah streching di dapatkan p value
0.000 (p<0,05). Dan Hasil uji beda kompres hangat di dapatkan pvalue 0,000
(p<0,05) artinya ada perbedaan pada intensitas nyeri sebelum dan sesudah
diberikan streching dan kompres hangat.Untuk analisis keefektifan penurunan
intensitas nyeri pada kelompokstrechingdan kelompok kompres hangat diuji
dengan uji Mean Whitneyyang dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2
Uji mean whitney efektifitas rata-rata perubahan intensitas nyeri sendi streching dan kompres
hangat pada lansia di unit rehabilitasi sosial pucang gading semarang
Bulan Juli 2015 ( n1 = 20, n2 =20).
Median Mean
Variabel n Sum range p
(interquartil) rank
Streching 20 2 (1) 11.82 236.50 0,000
Kompres hangat 20 29.18 538.50

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata perubahan intensitas nyeri pada kedua


kelompok menunjukkan p value 0,000 (0<0,05), dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan rata-rata perubahan intensitas nyeri antara kelompok streching dan
kompres hangat. Analisa meunjukkan bahwa kompres hangat lebih efektif
dibandingkan streching. Hal ini dapat dilihat dari hasil Mean Rank masing-msing

http://jurma.unimus.ac.id
variabel dimana kompres hangat memiliki rata-rata perubahan lebih besar
dibandingkan dengan strechingsebesar 29.18 % berbanding 11.82 %.
Hasil penelitian ini tentang stretching didukung penelitian Sumitro dan Nasir
(2012) dalam penelitiannya juga menyatakan ada pengaruh latihan peregangan
terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja las. Penelitian lain yang di
lakukan oleh Suharjono, Joni dan Retno (2014) dalam penelitiannya juga
menyatakan ada pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri persendian pada
lansia dan ada juga dari penelitian Penelitian Dachlan (2009) membuktikan bahwa
dengan latihan back exercise secara rutin dapat mengurangi keluhan nyeri
punggung bawah pada pasien nyeri punggung bawah muskuloskeletal di Instalasi
Rehabilitasi Medik Rumah Sakit dr.Moewardi Surakarta.

Hasil penelitian ini tentang kompres hangat di didukung oleh Rifda (2015) dalam
penelitiannya juga menyatakan ada pengaruh terapi kompres air hangat terhadap
penurunan skala nyeri sendi pada wanita lanjut usia sebelum dan sesudah
diberikan terapi kompres air hangat. Selain itu juga diperkuat dalam penelitian
Demir (2012) yang mengatakan terapi kompres air hangat dapat menghambat rasa
nyeri dengan cara reseptor panas dan menurunkan rasa sakit dengan efek
vasodilatasi sehingga dapat mengurangi nyeri dan spasme otot.Kaur et al. (2007)
dalam penelitiannyamengatakan bahwa kompres air hangat efektif dilakukan
untuk menurunkan intensitas nyeri sendi lutut dikalangan lansia.

Streching dan kompres hangat merupakan manajemen nonfarmakologis untuk


menurunkan skala nyeri tanpa menggunakan agen farmakologi. Streching dan
kompres hangat adalah merupakan tindakan independen untuk mengatasi respons
nyeri klien (Andarmoyo, 2013). Efek yang timbul dari streching akan melatih otot
untuk mencapai derajat panjang dan fleksibilitas yang normal yang
mempengaruhi pelebaran pembuluh kapiler otot, sehingga sirkulasi darah yang
lebih baik akan mengurangi penumpukan sampah metabolisme dan iritan,
meningkatkan supply oksigen pada sel otot akan mengurangi nyeri, Sedangkan
kompres hangat sendiri meningkatkan aliran darah ke tubuh yang mengalami

http://jurma.unimus.ac.id
nyeri, meningkatkan pengiriman leukosit, meningkatkan relaksasi otot dan
mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Mann Whitney Test didapatkan


nilai meank reank untuk stretching (11,82) dan kompres hangat (29,18).
Menunjukkan bahwa kompres hangat lebih efektif menurunkan intensitas nyeri di
bandingkan streching dibuktikan oleh mean rankkelompok kompres hangat lebih
tinggi di bandingkan kelompok streching.Kesimpulan dapat diambil kompres
hangat lebih efektif terhadap penurunan intensitas nyeri pada lansia di unit
rehabilitasi sosial pucang gading semarang. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitianMery (2012) menunjukkan bahwa terapi kompres hangat berpengaruh
menurunkan intensitas nyeri di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang.

Secara fisiologis latihan peregangan otot streching kurang efektif untuk usia
lansia , karena latihan peregangan otot streching membutuhkan tenaga untuk
menggerakkan sendi dan pada dasarnya kelenturan sendi pada lansia sudah
berkurang karena cairan sinovial dan struktur sendi fungsinya sudah menurun,
sehingga lansia lebih efektif bila dilakukan kompres hangat (Stanley, 2006).
Secara fisiologis kompres hangat lebih efektif dari stretching karena kompres
hangat dilakukan dalam kondisi duduk sehingga pasien lebih rileks, selain itu
kompres hangat dapat membantu vasodilatasi pembuluh darah dengan cepat
sehingga darah dapat mengalir dengan lancar dalam mensuplai oksigen menuju
jaringan yang mengalami nyeri. Karena nyeri juga dapat disebabkan karena
kurangnya kadar oksigen dalam sel, yang menyebabkan terjadinya metabolisme
anaerob yang memproduksi asam laktat yang menyebabkan nyeri (Smeltzar &
Bare, 2010).Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini yaitu peneliti tidak
mengontrol variabel yang mampu berkontribusi terhadap nyeri sendi antara lain:
penyakit penyerta atau pengalaman nyeri sebelumnyadan peneliti tidak
mengontrol jenis kelamin dalam mempengaruhi intensitas nyeri.

http://jurma.unimus.ac.id
PENUTUP
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata usia responden pada kelompok
strechingadalah 67.25 tahun, rata-rata kelompok kompres hangat didapatkan rata-
rata usia responden adalah 68.15 tahun. Berdasarkan jenis kelamin kelompok
strechingdan kelompok kompres hangat sebesar 55.0% perempuan dan 45.0%
laki-laki. Rata-rata kelompok streching berdasarkan pendidikan yang tidak
sekolah 35.0%, SD 45.0%, SMP 10.0%, SMA 10% dan pada kelompok kompres
hangat yang tidak sekolah 40.0%, SD 45.0%, SMP 10%, SMA 5%. Hasil uji
Mean Whitneydidapatkan bahwa kompres hangat dan stretching sama-sama dapat
menurunkan nyeri sendi pada lansia namun antara kompres hangat dan stretching
hasilnya lebih efektif kompres hangat dengan skor 29.18 % berbanding 11.82 %.
Hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat antara lain dapat bermanfaat untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan pada lanjut usia yang menderita nyeri sendi ,
dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang nyeri sendi, kompres hangat
dan stretching dan hasil penelitian ini dapat diterapkan untuk menurun kan skala
nyeri sendi.

http://jurma.unimus.ac.id
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2013). Konsep & proses keperawatan nyeri. Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media.

Anderson, B. (2008). Stretching. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dachlan, L. M. (2009). Pengaruh back exercise pada nyeri punggung bawah.


Tesis. MKK Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Darmojo, M.(2004). Buku ajar geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). Jakarta:
FKUI.

Demir, Y. (2012). Non-pharmacological therapies in pain management.


painmanagement-currest issues and opinions.

Hidayah, M. U. (2008). Praktikum ketrampilan dasar praktik klinik: Aplikasi


dasar-dasar praktik kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Kaur, K.& Abas, Z. W. (2004). Sebuah penilaian e -learning readiness di buka


University Malaysia . konferensi internasional tentang komputer di
pendidikan 2004. diakses pada tanggal 9 September 2010 ,
darihttp://teddyso.com/Materials/RTC/Ch123_Kaur_An%20Assessment%2
0.
Makhfudli, F. E. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik
dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Mujianto. (2013). Cara praktis mengatasi nyeri leher dan nyeri pinggang dengan
stretching. Jakarta: Trans Info Media.

Pamungkas. (2011). Pengaruh latihan gerak kaki (streching) terhadap penurunan


nyeri sendi ekstremitas bawah pada lansia di posyandu lansia sejahtera
GBI setia bakti kediri.

Potter, P. A. & Perry, A. G.. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan:Konsep,


Proses, dan Praktik (Fundamental Of Nursing:konsep, Proses, and
Pratik),eds. Ester, M, Yulianti D, & Parulian I, Vol. 2, edk 4. Jakarta: EGC.

Pudjiastuti. (2003). Fisioterapi pada lansia. Jakarta: EGC.

Rifda, A. W. (2015). Pengaruh kompres air aangat terhadap penurunan skala


nyeri sendi pada wanita lanjut usia di panti Tresna Werdha Mulia Dharma
Kabupaten Kubu Raya. Universitas Tanjungpura Pontianak.

http://jurma.unimus.ac.id
Smeltzer, S.C.& Bare B.G. (2008). Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Sumitro, A. P.&Nasir, A. H. (2012). Pengaruh latihan peregangan terhadap


keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja las di Kecamatan Seberang
Ulu II Palembang.

Stanley, M. (2006). Buku ajar keperawatan gerontik (Edisi 2). Jakarta: EGC.

Yuswanto. (2012). Kompres hangat terhadap penurunan intensitas nyeri


pinggang bawah (low back pain) pada lansia di panti werdha pangesti
lawang Malang.

http://jurma.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai