Anda di halaman 1dari 3

10.

24 18:35
1. Pengertian hukum secara leksikologis (kamus) , belum ada kesepahaman dalam
mengartikan hukum, namun secara umum, rumusan pengertian hukum setidaknya
mengandung beberapa unsur sebagai berikut :

- Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam masyarakat. Peraturan
berisikan perintah dan larangan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur perilaku manusia agar tidak
bersinggungan dan merugikan kepentingan umum.

- Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaga atau badan yang berwenang untuk itu.
Peraturan hukum tidak dibuat oleh setiap orang melainkan oleh lembaga atau badan
yang memang memiliki kewenangan untuk menetapkan suatu aturan yang bersifat
mengikat bagi masyarakat luas.

- Penegakan aturan hukum bersifat memaksa. Peraturan hukum dibuat bukan untuk
dilanggar namun untuk dipatuhi. Untuk menegakkannya diatur pula mengenai aparat
yang berwenang untuk mengawasi dan menegakkannya sekalipun dengan tindakan yang
represif. Meski demikian, terdapat pula norma hukum yang bersifat
fakultatif/melengkapi.

- Hukum memliki sanksi dan setiap pelanggaran atau perbuatan melawan hukum akan
dikenakan sanksi yang tegas. Sanksi juga diatur dalam peraturan hukum.

Para ulama mendefinisikan hukum syari’at/hukum Islam adalah seperangkat aturan yang
berasal dari pembuat syari’at (Allah SWT) yang berhubungan dengan perbuatan
manusia, yang menuntut agar dilakukan suatu perintah atau ditinggalkan suatu
larangan atau yang memberikan pilihan antara mengerjakan atau meninggalkan.

2. Secara garis besar hukum Islam terbagi menjadi 5 macam.


○Wajib, yaitu suatu perbuatan apabila dikerjakan oleh seseorang, maka orang yang
mengerjakannya akan mendapat pahala dan apabila perbuatan itu ditinggalkan maka
akan mendapat siksa.
○Sunnah (mandub), yaitu perbuatan apabila dikerjakan maka orang yang mengerjakan
akan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan maka orang yang meninggalkan tersebut
tidak mendapat siksa.
○Haram, yaitu segala perbuatan yang apabila perbuatan itu ditinggalkan akan
mendapat pahala sementara apabila dikerjakan maka orang tersebut akan mendapat
siksa.
○Makruh, yaitu satu perbuatan disebut makruh apabila perbuatan tersebut
ditinggalkan maka orang yang meninggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan
maka orang tersebut tidak mendapat siksa.
○Mubah, yaitu suatu perbuatan yang apabila apabila dikerjakan tidak mendapat pahala
dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.

3. Secara garis besar prinsip hukum Islam.

a. Prinsip tauhid, menjelaskan bahwa seluruh manusia ada di bawah ketetapan yang
sama sebagai hamba Allah.

b. Prinsip keadilan, mengandung pengertian bahwa hukum Islam yang mengatur


persoalan manusia dari berbagai aspeknya harus dilandaskan kepada prinsip keadilan
yang meliputi hubungan antara individu dengan manusia dan masyarakat serta hubungan
antara individu dengan lingkungannya.

c. Prinsip amar ma’ruf nahi munkar, merupakan konsekuensi dari prinsip pertama dan
kedua. Amar ma’ruf mengandung arti bahwa hukum Islam ditegakkan untuk menjadikan
umat manusia dapat melaksanakan hal-hal yang baik dan benar sebagaimana dikehendaki
Allah SWT. Sedangkan nahi munkar mengandung arti hokum tersebut ditegakkan untuk
mencegah terjadinya hal-hal buruk yang dapat meruntuhkan kehidupan bermasyarakat.

d. Prinsip kemerdekaan dan kebebasan, mengandung maksud bahwa hokum Islam tidak
diterapkan berdasarkan paksaan, akan tetapi penjelasan yang baik dan argumentatif
yang meyakinkan. Apakah manusia pada akhirnya menolak atau menerima sepenuhnya
diserahkan kepada masing-masing individu.

e. Prinsip persamaan, mengandung arti bahwa pada dasarnya semua manusia adalah sama
meskipun faktanya berbeda dalam lahiriyahnya. Kesamaan tersebut terletak pada nilai
kemanusiaannya. Hukum Islam memandang perbedaan secara lahiriyah tidak menjadikan
manusia berbeda dari segi kemanusiaannya.

f. Prinsip tolong-menolong, mengajarkan bahwa warga masyarakat harus saling


menolong demi tercapainya kemaslahatan bersama.

g. Prinsip toleransi, mengajarkan bahwa hukum Islam mengharuskan kepada umatnya


untuk hidup penuh dengan suasana damai dan toleran. Tolernsi ini harus menjamin
tidak dilanggarnya hukum Islam dan hak umat Islam.

4. Secara etimologis sunnah diartikan sebagai perjalanan, cara hidup atau tradisi
yang baik maupun yang buruk.

Secara istilah yang disebut dengan sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari
Muhammad SAW selain al-Qur’an, baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapan
yang layak menjadi sumber hukum syariat.

Terdapat tiga bentuk sunnah/hadits yaitu,


○Qouliyah (perkataan)
Segala sesuatu yang memang berupa perkataan Nabi SAW. Biasanya qouliyah ini dalam
bentuk sederhananya diungkapkan dengan kata-kata “Nabi bersabda”.
○Fi’liyah (perbuatan)
Fi’liyah adalah segala sesuatu yang dilakukan Nabi SAW yang berkaitan dengan urusan
agama kemudian para sahabat melaporkan hal tersebut.
○Taqririyah (ketetapan)
Taqririyah adalah segala bentuk perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat kemudian
Nabi SAW tidak melarangnya justru membenarkannya.

5. Urgensi sunnah Nabi SAW dalam hukum Islam ditegaskan dengan beberapa argument,
di antaranya adalah:
○Iman
Salah satu konsekuensi beriman kepada Allah SWT adalah menerima segala sesuatu yang
bersumber dari para utusan-Nya (khususnya Nabi Muhammad SAW).
○Al-Qur’an.
Di dalam al-Qur’an banyak ayat yang menjelaskan kewajiban taat kepada Rasulullah
SAW.
○Di antara argumen tentang posisi sunnah sebagai sumber hukum dalam Islam
dijelaskan sendiri oleh Nabi Muhammad SAW dalam beberapa haditsnya.
○Di antara argumen tentang posisi sunnah sebagai sumber hukum Islam adalah
berdasarkan konsensus umat Islam.
○Al-Qur’an yang bersisi petunjuk dari Allah secara umum masih bersifat global,
sehingga perlu ada penjelasan. Sekiranya tidak ada Hadits Nabi SAW maka ajaran al-
Qur’an tidak dapat dilaksanakan secara baik.

Anda mungkin juga menyukai