Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN PILAR GOOD LABORATORY PRACTICE

PADA LABORATORIUM URINALISA

KELOMPOK V :
1. I Gusti Ngurah Teja Pratama (P07134016011)
2. Putu Nia Nuratmini (P07134016003)
3. Dewa Ayu Dian Permata (P07134016007)
4. Ni Kadek Ayu Kusumayanti (P07134016009)
5. Kadek Ayu Tia Surya Handriyani (P07134016011)
6. Komang Setyaningsih (P07134016013)
7. Dewa Ayu Yuni Kartika Putri (P07134016011)

JURUSAN ANALIS KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN 2018
PILAR GOOD LABORATORY PRACTICE

I. KARAKTERISTIK
a. Bahan
1. Urine
Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang
berkualitas. Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan
kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi mutu temuan
laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme
masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya.
Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa
millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien
perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita
yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum
menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi
untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar.
Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine
sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama
pagi hari adalah yang paling bagus. Urine satu malam
mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga
unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.
Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen
urin. Hindari sinar matahari langsung pada waktu menangani
spesimen urin. Jangan gunakan urin yang mengandung antiseptik.
Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air
kecil. Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus
dihindari karena dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus
dilakukan selambat-lambatnya 4 jam setelah pengambilan
spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain : unsur-
unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan
dalam 2 jam, urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap
sehingga mengaburkan pemeriksaan mikroskopik elemen lain,
bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila terpajan
sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun,
dan badan keton, jika ada, akan menguap.
a. Makroskopis
 Volume urin
 Warna urin
 Kekeruhan
 Bau urin
 Berat jenis
 Ph urin
b. Kimia Urin
 Glukosa
 Protein
 Bilirubin
 Urobilinogen
 Darah
 Keton
 Nitrit
 Leukosit Esterase
c. Mikroskopis
 Eritrosit
 Leukosit
 Sel epitel
 Silinder
 Bakteri
 Ragi
 Tricomonas (Parasit)
 Kristal (Kalsium Oksalat, Triple Fosfat, Asam Urat, Sistin,
Leusin/Tirposin, Kolesterol, Natrium Urat, Amorf Urat, Ca-
Fosfat, Amorf Fosfat)
2. FESES
Pemeriksaan feses di maksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya telur cacing ataupun larva yang infektif. Pemeriksaan
feses ini juga di maksudkanuntuk mendiagnosa tingkat infeksi
cacing parasit usus pada orang yang di periksa fesesnya.
Identifikasi parasit yang tepat memerlukan pengalaman dalam
membedakan sifat sebagai spesies, parasit, kista, telur, larva dan
jugamemerlukan pengetahuan tentang berbagai bentuk
pseudoparasit dan artefak yang mungkin dikira suatu parasit.
Bahan yang akan di periksa tergantung dari jenis parasitnya, untuk
cacing atau protozoa usus maka bahan yang akan di periksa adalah
tinja atau feses.
Syarat pengambilan fese yang baik yaitu :
1. Tempat kering, bersih, bebas urin, segera dikirim ke
laboratorium pemeriksa.
 Feses yang masih hangat sangat baik untuk pemeriksaan
telur dan parasit. Untuk keperluan ini feses tidak boleh
dimasukkan atau disimpan dalam lemari es.
 Feses yang disimpan dalam almari es tidak boleh langsung
diperiksa tetapi sebaiknya dibiarkan dulu pada temperatur
ruang
 Tidak boleh disimpan pada inkubator
2. Sampel terbaik adalah yang fres (baru)
3. Pengumpulan harus dilakukan sebelum terapi antibiotika dan
diambil seawal mungkin saat sakit
4. Jumlah sampel yang dibutuhkan hanya sedikit, kira-kira
sebesar ibujari kaki bayi. Bila dijumpai mukus atau darah
maka sampel diambil dari tempat tersebut karena parasit
biasanya terdapat disitu.
5. Tidak boleh menggunakan feses yang ditampung di kloset atau
terkontaminasi barium atau produk x-ray
6. Beri label yang berisi identitas seperti nama, tanggal, alamat,
apa yang akan diminta untuk diperiksa
Pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimiawi pada feses
a. Makroskopis
 Jumlah
 Konsistensi
 Warna
 Bau
 Darah
 Lender
 Parasite
b. Mikroskopis
 Sel darah:
1. Eritrosit
2. Leukosit
 Sel epitel
 Sisa makanan
 Parasit
 Kristal
c. Kimiawi
 Pemeriksaan bilirubin

b. Sistem Pengujian
1. URIN
 Metode Dipstik
Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang
ditempeli kertas seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu
sesuai jenis parameter yang akan diperiksa. Urine Dip merupakan
analisis kimia cepat untuk mendiagnosa berbagai penyakit.
Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah :
glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah,
keton, nitrit, dan leukosit esterase.
Ambil hanya sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan
segera tutup wadah. Celupkan strip reagen sepenuhnya ke dalam
urin selama dua detik. Hilangkan kelebihan urine dengan
menyentuhkan strip di tepi wadah spesimen atau dengan meletakkan
strip di atas secarik kertas tisu. Perubahan warna diinterpretasikan
dengan membandingkannya dengan skala warna rujukan, yang
biasanya ditempel pada botol/wadah reagen strip. Perhatikan waktu
reaksi untuk setiap item. Hasil pembacaan mungkin tidak akurat jika
membaca terlalu cepat atau terlalu lambat, atau jika pencahayaan
kurang. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih
dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara
visual.
Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh
karena itu harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan
seperti yang tertera dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang
reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali dengan rapat,
agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap strip
harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak
ada perubahan warna.
 Metode Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel dan
benda berbentuk partikel lainnya. Banyak macam unsur mikroskopik
dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi (bakteri,
virus) maupun yang bukan karena infeksi misalnya perdarahan,
disfungsi endotel dan gagal ginjal.
Metode pemeriksaan mikroskopik sedimen urine lebih dianjurkan
untuk dikerjakan dengan pengecatan Stenheimer-Malbin. Dengan
pewarnaan ini, unsur-unsur mikroskopik yang sukar terlihat pada
sediaan natif dapat terlihat jelas.
Sampel urin dihomogenkan dulu kemudian dipindahkan ke dalam
tabung pemusing sebanyak 10 ml. Selanjutnya dipusingkan dengan
kecepatan relatif rendah (sekitar 1500 – 2000 rpm) selama 5 menit.
Tabung dibalik dengan cepat (decanting) untuk membuang
supernatant sehingga tersisa endapan kira-kira 0,2-0,5 ml. Endapan
diteteskan ke gelas obyek dan ditutup dengan coverglass. Jika hendak
dicat dengan dengan pewarna Stenheimer-Malbin, tetesi endapan
dengan 1-2 tetes cat tersebut, kemudian dikocok dan dituang ke
obyek glass dan ditutup dengan coverglass, siap untuk diperiksa.
Endapan pertama kali diperiksa di bawah mikroskop dengan
perbesaran rendah menggunakan lensa obyektif 10X, disebut lapang
pandang lemah (LPL) atau low power field (LPF) untuk
mengidentifikasi benda-benda besar seperti silinder dan kristal.
Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi
menggunakan lensa obyektif 40X, disebut lapang pandang kuat
(LPK) atau high power field (HPF) untuk mengidentifikasi sel
(eritrosit, lekosit, epitel), ragi, bakteri, Trichomonas, filamen lendir,
sel sperma. Jika identifikasi silinder atau kristal belum jelas,
pengamatan dengan lapang pandang kuat juga dapat dilakukan.
Karena jumlah elemen yang ditemukan dalam setiap bidang dapat
berbeda dari satu bidang ke bidang lainnya, beberapa bidang dirata-
rata. Berbagai jenis sel yang biasanya digambarkan sebagai jumlah
tiap jenis ditemukan per rata-rata lapang pandang kuat. Jumlah
silinder biasanya dilaporkan sebagai jumlah tiap jenis yang
ditemukan per lapang pandang lemah.
2. Feses
Pemeriksaan feses dapat dilakukan dengan metode
kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan
metode natif, metode apung, metode harada mori, dan Metode
kato. Metode ini digunakan untuk mengetahui jenis parasit usus,
sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan metode kato untuk
menentukan jumlah cacing yang ada didalam usus.
Metode flotasi menggunakan larutan NaCl jenuh atau
larutan gula atau larutan gula jenuh yang didasarkan atas BD
(Berat Jenis) telur sehingga telur akan mengapung dan mudah
diamati. Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses yang
mengandung sedikit telur. Cara kerjanya didasarkan atas berat
jenis larutan yang digunakan, sehingga telur-telur terapung
dipermukaan dan juga untuk memisahkan partikel-partikel yang
besar yang terdapat dalam tinja. Pemeriksaan ini hanya berhasil
untuk telur-telur Nematoda, Schistostoma, Dibothriosephalus,
telur yang berpori-pori dari famili Taenidae, telur-telur
Achantocephala ataupun telur Ascaris yang infertil.

II. SUMBER DAYA


a. Management
Pengelolaan laboratorium merupakan kegiatan menggerakkan
sekelompok orang, keuangan, peralatan, fasilitas, serta segala objek
fisik lainya dengan efektif serta efisien agar mencapai tujuan ataupun
sasaran tertentu yang diharapkan secara optimal. Untuk pengelolaan
laboratorium secara umum dapat meliputi aspek :
Perencanaan, merupakan pemikiran yang sistematis, analitis, logis
tentang semua kegiatan yang harus dilakukan, langkah-langkah,
metode, sdm, tenaga, serta dana yang dibutuhkan agar mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Penataan alat serta bahan, merupakan suatu proses pengaturan alat
ataupun bahan di laboratorium agar tertata dengan baik dan bila
membutuhkannya kita dapat mencarinya dengan mudah.
Pengadministrasian laboratorium, adalah suatu proses pencatatan
ataupun investarisasi fasilitas serta aktifitas laboratorium. Dengan
pengadministrasian yang tepat maka semua fasilitas serta aktifitas
laboratorium dapat teroganisi dengan sistmatis.
Pengamanan, perawatan, serta pengawasan, Di manajemen
laboratorium, dalam hal ini berkaitan dengan manajemen mutu, harus
kita desain agar sealu memperbaiki efektifitas serta efisiensi kerjanya,
disamping harus mempertimbangkan kebutuhan semua pihak yang
berkepentingan dalam laboratorium.

b. Personel
 Organisasi Kelengkapan organisasi disesuaikan dengan jenis dan
jenjang laboratorium yang bersangkutan
- Tenaga :
a) Dokter Spesialis Patologi Klinik
b) Dokter Residen Patologi Klinik + pengalaman di bidang
laboratorium
c) Sarjana bidang kesehatan
d) Analis kesehatan
- Komunikasi
a) Intern (dalam laboratorium itu sendiri) : horizontal / vertical
b) Ekstern (antar laboratorium lain / unit lainnya yang terkait)
c) Penanggung jawab laboratorium harus dapat mengadakan
komunikasi ekspertis / keahlian / konsultatif untuk
memberikan penjelasan kepada pemakai jasa.
d) Pendidikan & pelatihan bagi tenaga laboratorium secara
berkesinambungan : formal & informal
c. Gedung – peralatan
 Ruang & Fasilitas
- Ruang penerimaan
a) Ruang pemeriksaan
b) Ruang administrasi
- Fasilitas penunjang
a) Kamar mandi/WC pasien dan petugas laboratorium
b) Penampungan/pengolahan limbah laboratorium
- Fasilitas keamanan kerja
a) Ventilasi yang cukup
b) Penerangan yang cukup
c) Air bersih yang mengalir
 Peraturan Laboratorium
Sebelum menentukan jenis alat yang akan dibeli, perlu
dipertimbangkan beberapa faktor, yaitu :
- Sesuai dengan kebutuhan jenis pemeriksaan, vol spesimen,
jumlah pemeriksaan.
- Sesuai dengan fasilitas yang tersedia, misal : luas ruangan, listrik
dan lain-lain.
- Tersedianya tenaga yang ada untuk mengoperasikan alat tersebut.
- Tersedianya reagensia dan kontinuitas pengadaanya.
- Sistem alat
- Pemasok/vendor :
a) Mempunyai reputasi yang baik, memiliki fasilitas uji
fungsi.
b) Menyediakan petunjuk operasional alat.
c) Menyediakan pelatihan dan pelayanan purna-jual.
- Terdaftar di DepKes (BPOM)
- Nilai ekonomis
- Pemilihan pemasok
- Evaluasi peralatan baru, baik sebelum/ sesudah pembelian alat
yang mencakup :
a) Kesesuaian spesifikasi alat dengan brosur.
b) Kesesuaian alat dengan lingkungan dan lain-lain.
- Penggunaan dan pemeliharaan alat (maintenance)
- Pemecahan masalah kerusakan alat (trouble shooting)
- Kalibrasi peralatan
- Penanggung jawab alat (umumnya setiap alat tidak digunakan
oleh hanya satu orang saja).
III. QA
Reagen stik dan tablet harus disimpan dalam kondisi yang ditentukan oleh
produsen untuk mencegah menyerapan kelembaban dan mencegah
paparan cahaya yang dapat merusak bahan kimia dalam pad reagen.
Prosedur dan jadwal perawatan untuk semua instrumentasi di
laboratorium urinalisa ditulis dan ditinjau ulang untuk kepatuhan dan
ditunjukkan kepada penanggung jawab laboratorium.
IV. PERATURAN
a. Perencanaan
Untuk melakukan suatu pemeriksaan urinalisa maupun feses, harus
terdapat perencanaan sebelumnya berupa surat permintaan
pemeriksaan laboratorium dari dokter atau surat pengantar.
b. SOP
1. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), berupa jas
laboratorium, handgloves, sun glasess, sepatu pelindung, hairca,
masker, dll. Pakailah jas laboratorium saat berada dalam ruang
pemeriksaan atau di ruang laboratorium. Tinggalkan jas
laboratorium di ruang laboratorium setelah selesai bekerja.
2. Cuci tangan sebelum pemeriksaan menggunakan hand soup atau
hand rub
3. Semua specimen harus dianggap infeksius (sumber penular), oleh
karena itu harusditangani dengan sangat hati-hati.
4. Semua bahan kimia harus dianggap berbahaya, oleh karena itu
harus ditangani denganhati-hati.
5. Tidak makan, minum dan merokok di dalam laboratorium.
6. Tidak menyentuh mulut dan mata pada saat sedang bekerja.
7. Tidak diperbolehkan menyimpan makanan di dalam lemari
pendingin yang digunakanuntuk menyimpan bahan-bahan klinik
atau riset.
8. Tidak diperbolehkan melakukan pengisapan pipet melalui mulut
gunakan peralatanmekanik (seperti penghisap karet) atau pipet
otomatis.
9. Tidak membuka sentrifuge sewaktu masih berputar.
10. Bersihkan semua peralatan bekas pakai dengan desinfektans
larutan klorin 0,5 %dengan cara merendam selama 20-30 menit.
11. Bersihkan permukaan tempat bekerja atau meja kerja setiap kali
selesai bekerjadengan menggunakan larutan klorin 0,5 %.
12. Gunakan tempat antitembus dan antibocor untuk menempatkan
bahan-bahan yangtajam.
13. Letakkan bahan-bahan limbah infeksi di dalam kantong plastik
atau wadah denganpenutup yang tepat.
14. Cuci tangan setelah pemeriksaan menggunakan hand soup atau
hand rub
c. Manual
Dalam melaksanakan perannya, laboratorium pengujian harus
menggunakan metode pengujian, termasuk metode pengambilan
sampel, dalam melaksanakan pengujian. Hal ini dilakukan untuk
memenuhi keinginan pelanggan juga untuk memberi jaminan
kesesuaian dengan hasil pengujian yang dilakukan. Pemilihan metode
sebaiknya berpedoman pada metode yang dikeluarkan oleh pembuat
peralatan (manual).

V. HASIL
Diperlukan pencatatan hasil laboratorium untuk pemantauan dan
mengevaluasi kegiatan pemeriksaan laboratorium.
PENERAPAN GOOD LABORATORY PRACTICE
Laboratorium Urinalisa
Contoh :Pemeriksaan urine lengkap dan feses lengkap
A. Perencanaan
 Tujuan : untuk menunjang proses analisis.
Untuk melakukan suatu pemeriksaan urinalisa maupun feses, harus
terdapat perencanaan sebelumnya berupa surat permintaan pemeriksaan
laboratorium dari dokter atau surat pengantar.
1. Alat-alat yang dibutuhkan dalam pemeriksaan urine lengkap dan feses
lengkap
- Pot urine dan feses
2. Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan urine lengkap dan feses
lengkap
- Urine tengah
- Feses
- Eosin
3. Alur Kerja
a) Tehnik sampling urine

Ditampung Pemeriksaan harus


Dibuang urine yang segera dilakukan
pertama keluar urine
selanjutnya
dengan pot

b) Tehnik sampling feses

Ditampung feses pada pot, feses yang


Pemeriksaan harus
ditampung tidak boleh yang berasal
segera dilakukan
dari pampers dan tidak mengandung
urine

B. Pelaksanaan
 Pelaksanaan dari pemeriksaan urine lengkap dengan metode carik
celup
1. Digunakan APD dengan baik dan benar
2. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3. Didesinfeksi meja kerja (BSC) dengan alkohol 70%
4. Dihomogenkan urine
5. Dimasukkan urine kedalam tabung reaksi3⁄4 bagian tabung
6. Dicelupkan stik pemeriksaan urine kedalam tabung reaksi hingga
terbasahi oleh urine secara menyeluruh
7. Dimasukkan stik kedalam alat baca
8. Ditunggu hingga keluar hasil kemudian hasil di print
9. Didesinfeksi kembali meja kerja dengan alkohol 70%

 Pelaksanaan dari pemeriksaan feses lengkap


1. Digunakan APD dengan baik dan benar
2. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3. Didesinfeksi meja kerja (BSC) dengan alkohol 70%
4. Dihomogenkan feses dengan ose
5. Diteteskan 1 tetes eosin di atas objek glas
6. Kemudian ditambahkan 1 ose feses pada objek glas yang telah berisi
eosin, kemudian dihomogenkan
7. Ditutup dengan cover glas
8. Dibaca preparat dengan mikroskop pada pembesaran 40X
9. Dicatat hasil yang diperoleh
10. Didesinfeksi kembali meja kerja dengan alkohol 70%

C. Pencatatan
Pencatatan hasil identifikasi dilakukan selama proses uji.
a) Pemeriksaan urine lengkap
Makroskopis Kimia Mikroskopis
Volume urin Glukosa Eritrosit
Warna urin Protein Leukosit
Kekeruhan Bilirubin Sel epitel
Bau urin Urobilinogen Silinder
Berat jenis Darah Bakteri
Ph urin Keton Ragi
Nitrit Tricomonas (Parasit)
Leukosit Esterase Kristal (Kalsium
Oksalat, Triple Fosfat,
Asam Urat, Sistin,
Leusin/Tirposin,
Kolesterol, Natrium
Urat, Amorf Urat, Ca-
Fosfat, Amorf Fosfat)

b) Pemeriksaan feses lengkap


Makroskopis Kimia Mikroskopis
Jumlah Pemeriksaan bilirubin Sel darah:
Konsistensi -Eritrosit
Warna -Leukosit
Bau Sel epitel
Darah Sisa makanan
Lender Parasit
Parasite Kristal

4. Pelaporan
a. Judul : Pemeriksaan urine lengkap dan feses lengkap
b.Tujuan : ....
c. Metode : ....
d.Prinsip : ....
e. Waktu dan Tempat : ....
f. Dasar Teori : ....
g.Alat dan Bahan : ...
h.Prosedur Kerja : ....
i. Hasil Pengamatan : ....
j. Pembahasan : ....
k.Kesimpulan : ...
l. Daftar Pustaka : ...
m. Lampiran Gampar : ...

5. Monitoring
Pengawasan terhadap kegiatan praktikum di laboratorium bakteriologi
a. Staff : Dosen dengan kompetensi di bidang mikrobiologi
b. Managemen mutu : monitoring terhadap alat dan reagen agar hasil
yang dikeluarkan terjamin mutunya.
6. Arsip
Segala sesuatu seperti dokumentasi, data hasil, laporan di simpan
untuk bisa dipertanggung jawabkan dan sebagai bukti laporan

Anda mungkin juga menyukai