Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada hal yang menarik untuk dilihat di tahun 2015 nanti mengenai
pencapaian MDGs. MDGs MDGs merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh
seluruh negara di dunia untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik, dibentuk
oleh beberapa negara salah satunya Indonesia di New York pada September 2000.
Termuat delapan tujuan mulia yang ingin digapai meliputi 1) menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan, 2) mencapai pendidikan dasar untuk semua, 3)
mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan masyarakat, 4) menurunkan
angka kematian anak, 5) meningkatkan kesehatan ibu, 6) memerangi HIV/AIDS,
malaria, dan penyakit menular lainnya, 7) memastikan kelestarian lingkungan
hidup, dan 8) membangun kemitraan global untuk pembangunan. MDGs
ditargetkan dari tahun 1990 hingga tahun 2015. Dalam pelaksanaannya tentu
setiap negara memiliki tingkat pencapaian yang berbeda-beda tergantung dari
kesiapan negara tersebut dalam mencapai tujuan MDGs.

Untuk dapat mencapai tujuan MDGs di Indonesia tidaklah semudah


membalikan telapak tangan, selain dengan perencanaan yang matang tentu juga
harus diawali dari pencapaian MDGs di daerah-daerah yang ada di Indonesia.
Untuk dapat mencapai MDGs di tiap daerah pun juga sama sulitnya seperti yang
dikatakan oleh Ishran Noor yaitu melakukan pembangunan di pusat sama sulitnya
dengan pembangunan di daerah. Oleh karena itu kesiapan menjadi modal utama
dalam pencapaian MDGs

Kesiapan sebuah Negara dalam pencapaian MDGs dapat dilihat dari kesiapan
sumber daya alam yang dimiliki dan kualitas sumber daya manusia yang ada,
namun disamping itu perlu juga dilihat dari sumber daya lokal yang ada di setiap
daerah. Hingga saat ini waktu yang dimiliki oleh Indonesia tinggal beberapa tahun
lagi begitu halnya dengan di Bali. Menurut data didapat untuk HIV/AIDS di Bali
tercatat jumlah HIV/AIDS bertambah sekitar 100 kasus dalam satu bulan.
Sebelumnya, jumlah kasus HIV di Bali hanya sekitar 50 setiap bulannya hingga
saat ini tercatat sekitar 7300 lebih kasus hingga April lalu. Dari data tersebut perlu
ditingkatkan lagi dari segi kesehatan di Bali agar MDGs dapat tercapai di tahun
2015, oleh karena itu perlu dilakukan percepatan atau akselerasi. Agar akselerasi
pencapaian MDGs ini dapat terlaksana dengan baik maka perlu didukung dengan
sumber daya lokal yang ada yang dikenal dengan kearifan lokal. Salah satu
kearifan lokal yang dapat digunakan untuk mendukung akselerasi pecapaian
MDGs adalah kearifan lokal Bali. Namun kearifan lokal Bali ini perlu dianalisis
lebih lanjut dengan analisis yang kondusif.

Salah satu analisis yang dapat digunakan adalah analisis SWOT. Analisis SWOT
adalah sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman
(threats) dalam suatu proyek atau dalam usaha bisnis. Sehubungan dengan hal
tersebut, menarik untuk dikaji analisis SWOT peran kearifan lokal Bali dalam
akselerasi pencapaian MDGs di Bali melalui karya tulis yang berjudul :” Peran
Kearifan Lokal Bali Dalam Akselerasi Pencapaian MDGs di Bali”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah analisis SWOT peran kearifan lokal Bali dalam akselerasi


pencapaian MDGs di Bali ?
2. Kearifan lokal Bali apa saja yang berperan dalam mengakselerasi
pencapaian MDGs di Bali?

1.2 Tujuan Penelitian

Terkait dengan rumusan masalah di atas, maka penyusunan karya tulis ini
memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis peran kearifan lokal Bali dalam akselerasi pencapaian
MDGs berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada
(SWOT).
2. Untuk mendeskripsikan kearifan lokal Bali apa saja yang berperan dalam
mengakselerasi pencapaian MDGs di Bali

1.4 Manfaat Penelitian

Penyusunan karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai


berikut:

1. Untuk menambah wawasan penulis mengenai analisis SWOT terhadap


peran kearifan lokal Bali dalam akselerasi pencapaian MDGs di Bali.
2. Sebagai sumbangan pemikiran kepada warga masyarakat ataupun pihak-
pihak terkait dalam mencari solusi strategis untuk mendukung akselerasi
pencapaian MDGs

.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Mengenal MDGs

Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia


diterjemahkan menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah paradigma
pembangunan global, dideklarasikan Konperensi Tingkat Tinggi Milenium oleh
189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan
September 2000. Dasar hukum dikeluarkannya deklarasi MDGs adalah Resolusi
Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 55/2 Tangga 18 September
2000, (A/Ris/55/2 United Nations Millennium Development Goals). (anonim)
Upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen
bersama antara 189 negara anggota PBB untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan
pembangunan.

Merupakan target kuantitatif dan terjadual dalam upaya penanggulangan


kemiskinan global serta dimensi kemiskinan lainnya seperti kelaparan, penyakit,
penyediaan infrastruktur dasar (perumahan dan permukiman) serta
mempromosikan persamaan gender, pendidikan, dan lingkungan
berkelanjutan. Merupakan upaya pemenuhan hak asasi manusia seperti yang
tercantum dalam Deklarasi Millenium PBB.

a. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Ruang lingkup Kesehatan Reproduksi secara luas meliputi:

1. Kesehatan Ibu dan Anak


2. Keluarga Berencana
3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),
termasuk IMS-HIV/AIDS
4. Pencegahan dan Penanggulangan Komplikasi Aborsi
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
7. Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis

b.Tujuan Millenium Development Goals

Millenium Development Goals mempunyai delapan tujuan pembangunan yaitu :

1) Penghapusan kemiskinan;

Target 1 : Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di


bawah $1 perhari menjadi setengahnya antara tahun 1990-2015

Target 2 : Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi


setengahnya antara tahun 1990–2015

2) Pencapaian pendidikan dasar untuk semua;

Target 3 : Memastikan pada tahun 2015 semua anak dimanapun, laki-laki


maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar

3) Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;

Target 4 : Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan


lanjutan pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak
lebih dari tahun 2015

4) Penurunan angka kematian anak:

Target 5 : Menurunkan angka kematian Balita sebesar dua pertiganya antara th


1990–2015

5) Meningkatkan kesehatan ibu;

Target 6 : Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara


tahun 1990–2015

6) Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya;

Target 7 : Mengendalikan penyebaran HIV/AIDs dan mulai menurunnya jumlah


kasus baru pada tahun 2015
Target 8 : Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah
malaria dan penyakit lainnya

7) Menjamin kelestarian lingkungan berkelanjutan;

Target 9 : Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan


kebijakan dan program nasional

Target 10 : Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap


sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas dasar
pada 2015

Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin
di pemukiman kumuh pada tahun 2020

8) Membangun kemitraan global untuk pembangunan

2.2 Kearifan Lokal Bali

Kearifan lokal (local wisdom) dalam kamus terdiri dari dua kata: kearifan
(wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan
Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan
kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat
dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius.

Gobyah (2003), mengatakan bahwa kearifan lokal (local genius) adalah


kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal
merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang
ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat
maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk
budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup.
Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung didalamnya dianggap sangat
universal. (anonim.2012) Kearifan lingkungan atau kearifan lokal masyarakat
sudah ada di dalam kehidupan masyarakat semenjak zaman dahulu mulai dari
zaman prasejarah hingga saat ini, kearifan lingkungan merupakan perilaku positif
manusia dalam berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya yang dapat
bersumber dari nilai-nilai agama, adat istiadat, petuah nenek moyang atau budaya
setempat Wietoler dalam Akbar (2006) yang terbangun secara alamiah dalam
suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya.
(Erwin Putra .2012)

Masing-masing daerah, suku atau komunitas dalam suatu wilayah akan


memiliki pengetahuan tradisional yang secara empiris merupakan nilai yang
diyakini oleh komunitasnya sebagai pengetahuan bersama dalam menjalin
hubungan antara sesama dan lingkungan alamnya.

Bali sebagai satu kesatuan geografis, suku, ras, agama memiliki nilai
kearifan lokal yang telah teruji dan terbukti daya jelajah sosialnya dalam
mengatasi berbagai problematika kehidupan sosial. Bali mempunyai banyak
potensi kearifan lokal yang digunakan oleh masyarakat sebagai rambu-rambu atau
pedoman dalam menjalani kehidupan. Nilai kearifan lokal yang berkembang dan
diyakini sebagai perekat sosial yang kerap menjadi acuan dalam menata hubungan
dan kerukunan antar sesama umat beragama Bali, antara lain

1. Nilai kearifan Tri Hita Karana; suatu nilai kosmopolit tentang


harmonisasi hubungan manusia dengan tuhan (sutata parhyangan),
hubungan manusia dengan sesama umat manusia (sutatapawongan) dan
harmonisasi hubungan manusia dengan alam lingkungannya
(sutata palemahan). Nilai kearfian lokal ini telah mampu menjaga dan
menata pola hubungan sosial masyarakat yang berjalan sangat dinamis.
2. Nilai kearifan lokal Tri Kaya Parisuda; sebagai wujud keseimbangan
dalam membangun karakter dan jati diri insani, dengan menyatukan unsur
pikiran, perkataan dan perbuatan. Tertanamnya nilai kearfan ini telah
melahirkan insan yang berkarakter, memiliki konsistensi dan akuntabilitas
dalam menjalankan kewajiban sosial.
3. Nilai kearifan lokal Tatwam Asi; kamu adalah aku dan aku adalah kamu,
nilai ini memberikan fibrasi bagi sikap dan prilaku mengakui eksistensi
seraya menghormati orang lain sebagaimana menghormati diri sendiri.
Nilai ini menjadi dasar yang bijaksana dalam membangun peradaban
demokrasi modern yang saat ini sedang digalakkan.
4. Nilai Salunglung Sabayantaka, paras paros sarpanaya; sutu nilai sosial
tentang perlunya kebersamaan dan kerjasama yang setara antara satu
dengan yang lainnya sebagai satu kesatuan sosial yang saling menghargai
dan menghormati.
5. Nilai Bhineka Tunggal Ika sebagai sikap sosial yang menyadari akan
kebersamaan ditengah perbedaan, dan perbedaan dalam kebersamaan.
Semangat ini sangat penting untuk diaktualisasikan dalam tantanan
kehidupan sosial yang multikultural.
6. Nilai kearifan lokal Menyama Braya mengandung makna persamaan dan
persaudaraan dan pengakuan social bahwa kita adalah bersaudara. Sebagai
satu kesatuan sosial persaudaraan maka sikap dan prilaku dalam
memandang orang lain sebagai saudara yang patut diajak bersama dalam
suka dan duka.
7. Nilai kearifan lokal Nawang lek nilai ‘nawang lek’ ini membuat
masyarakat Bali cenderung tidak berperilaku yang aneh-aneh, tidak neko-
neko. Mereka merasa malu kalau sampai bikin masalah, apalagi sampai
ribut-ribut. Mereka malu mengambil sesuatu yang bukan haknya. Mereka
malu kalau tidak hadir ketika ada warga lain dalam kesusahan. Mereka
malu kalau tidak membantu tetangga yang sedang punya hajatan, terlepas
dari berbedaan latar belakang suku, agama, ras, dan yang lainnya.
8. Nilai kearifan lokal Jengah mengandung makna ingin melakukan hal yang
lebih baik. Rasa jengah yang berada dalam diri masyarakat, akan membuat
masyarakat selalu termotivasi untuk selalu melakukan yang terbaik.
9. Nilai kearifan lokal Mulat Sarira nilai mulat sarira mengandung makna
introspeksi diri, yaitu setiap masyarakat akan selalu melakukan introspeksi
diri setiap melakukan sesuatu. Dengan mulat sarira masyarakat dapat
mengetahui hal yang patut dan tidak patut untuk
dilakukan.(brahmacarya.2012)
10. Nilai kearifan lokal Song Baduda Titinin mengandung makna kehati-
hatian dan ketelitian, seperti apapun pekerjaan yang didapatkan harus
selalu berhati-hati dalam pengerjaannya.

2.3 Analisis SWOT

Pada hakekatnya pengertian atau definisi Analisis SWOT telah banyak


dikemukakan oleh para ahli atau pakar di bidangnya. Dari sekian banyak definisi
yang dikemukakan para ahli atau pakar tersebut, ada delapan macam definisi
sebagai berikut :

a. Analisis SWOT adalah tahap pertama dari perencanaan dan membantu


pengambil keputusan untuk berfokus pada isu-isu kunci.
b. Analisis SWOT adalah alat kunci bagi pimpinan perusahaan untuk
merumuskan rencana strategis
c. Analisis SWOT adalah merupakan metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini
melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau
proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
d. Analisis SWOT adalah sebuah proses menghasilkan informasi yang
membantu dalam pencocokan tujuan sebuah organisasi atau kelompok,
program, dan kapasitas untuk lingkungan sosial di mana perusahaan
beroperasi.
e. Analisis SWOT menyediakan informasi yang membantu dalam
pencocokan sumber daya perusahaan dan kemampuan untuk bersaing di
lingkungan yang beroperasi.
f. Analisis SWOT sangat penting dalam perumusan strategi dan seleksi.
g. Analisis SWOT dapat digunakan untuk mengukur kompetensi suatu
organisasi dan mengidentifikasi peluang untuk diambil oleh manajemen
bisnis di masa depan.
h. Analisis SWOT adalah alat, yang digunakan dalam manajemen dan
formulasi strategi. Ini dapat membantu untuk mengidentifikasi Kekuatan,
Kelemahan, Peluang dan Ancaman dari perusahaan tertentu

jadi dapat disimpulkan analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk
menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep
bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu
Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering
digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan
dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan
sebagai pemecah masalah. Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang
memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-
an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune
500.

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:

Strengths (kekuatan)

merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep
bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam
tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

Weakness (kelemahan)

merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau


konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

Opportunities (peluang)
merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi
yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu
sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.

Threats (ancaman)

merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu
organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

Selain pemilihan alternatif analisis SWOT juga bisa digunakan untuk


melakukan perbaikan dan improvisasi. dengan mengetahui kelebihan (Strength
dan opportunity) dan kelemahan kita (weakness dan threat), maka kita melakukan
strategi untuk melakukan perbaikan diri. Mungkin salah satu strateginya dengan
meningkatkan Strength dan opportunity atau melakukan strategi yang lain yaitu
mengurangi weakness dan threat.
BAB III

METODA PENULISAN

Penyusunan karya tulis ini bertujuan untuk menganalisis peran kearifan


lokal Bali dalam akselerasi pencapaian MDGs berdasarkan kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman yang ada (SWOT) serta untuk mendeskripsikan strategi
yang dapat ditempuh dalam menerapkan kearifan lokal Bali dalam akselerasi
pencapaian MDGs. Dengan demikian diperlukan metode tertentu baik untuk
mengumpulkan data ataupun mengolah data yang telah terkumpul.

Data yang diperlukan dalam penyusunan karya tulis ini dikumpulkan


dengan metode studi pustaka yakni dengan mengumpulkan bahan dari berbagai
literatur baik berupa buku ataupun internet. Selanjutnya berbagai data yang
terkumpul diolah secara deskriptif kualitatif yaitu melakukan pengolahan data
melalui tiga tahapan sebagai berikut :

 Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada


penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau kasar
yang muncul dari data yang diperoleh. Dengan kata lain proses reduksi
data ini dilakukan secara terus menerus saat melakukan pengumpulan data
untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin.
 Penyajian data, yaitu penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu
bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana
serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data dan
pengambilan tindakan. Dengan proses penyajian data ini akan diperoleh
data telah disederhanakan dan menghasilkan informasi yang sistematis.
 Simpulan, yaitu merupakan tahapan akhir dalam proses analisa data. Pada
bagian ini diuraikan simpulan dari data yang telah diperoleh.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Swot Peran Kearifan Lokal Bali Dalam Akselerasi Pencapaian
MDGs di Bali

Milennium Development Goals atau sering disingkat gengan MDGs


merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh seluruh negara di dunia untuk
mewujudkan kehidupan yang lebih baik, dibentuk oleh beberapa negara salah
satunya Indonesia di New York pada September 2000. termuat delapan tujuan
mulia yang ingin digapai meliputi 1) menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, 2)
mencapai pendidikan dasar untuk semua, 3) mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan masyarakat, 4)menurunkan angka kematian anak, 5) meningkatkan
kesehatan ibu, 6) memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya,
7) memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan 8) membangun kemitraan global
untuk pembangunan. MDGs ditargetkan dari tahun 1990 hingga tahun 2015.

Salah satu kearifan lokal yang dapat digunakan untuk mendukung dalam
akselerasi pencapaian MDGs adalah kearifan lokal Bali.

Hal ini perlu dianalisis lebih lanjut mengingat kearifan lokal Bali dapat
membantu dalam mengakselerasi pencapaian MDGs. Salah satu analisis yang
dapat digunakan adalah analisis SWOT.

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan


untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths,
weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan
yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan
tersebut.
Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah
berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya
dalam gambar matriks SWOT, di mana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan
(strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses)
yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada,
selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman
(threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru.

Dalam membuat analisis ini terdapat dua buah faktor, faktor dari dalam
(internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor internal disini yaitu factor dari
dalam masyarakat yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan. Sedangkan
faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar masyarakat seperti lingkungan
masyarakat yang terkait dengan peluang dan ancaman. Penentuan keempat faktor
ini sangat sederhana di mana faktor internal yang mendukung merupakan
kekuatan, sedangkan factor internal yang tidak mendukung akan menjadi
kelemahan. Selanjutnya factor eksternal yang mendukung akan menjadi peluang,
sedangkan factor eksternal yang tak mendukung akan menjadi ancaman.

Dengan menggunakan cara di atas dapat diidentifikasi kekuatan,


kelemahan, peluang dan ancaman sebagai berikut :

A. Kekuatan :

1. Kearifan lokal Bali telah dimiliki oleh setiap masyarakat dari setiap daerah
2. Setiap masyarakat ingin hidup aman dan nyaman
3. Kearifan lokal Bali memiliki peran yang efektif untuk masyaraktan dalam
akselerasi tercapainya MDGs
4. Masyarakat sadar akan adanya kearifan lokal Bali
5. Masyarakat percaya Bahwa kearifan lokal Bali merupakan nilai yang harus
diamalkan
6. Adanya tradisi yang memunculkan kearifan lokal Bali

B. Kelemahan :

1. Tumbuhnya sikap egois dan nafsu yang berlebihan pada masyarakat yang
mementingkan diri masyarakat
2. Kurangnya informasi dan pengetahuan tentang pentingnya mengamalkan
kearifan lokal Bali
3. Jarang diterapkan kearifan lokal Bali dalam kehidupan masyarakat
4. Tidak tertanam dengan baik nilai-nilai kearifan lokal Bali pada masyarakat

C. Peluang :

1. Adanya desa pakraman dan balai banjar sebagai tempat pembinaan


masyarakat tentang kearifan lokal Bali
2. Adanya sosialisasi ke sekolah-sekolah untuk menanamkan nilai positif ke
para pelajar salah satunya nilai kearifan lokal Bali
3. Masuknya nilai-nilai karakter pada pembelajaran disekolah
4. Gencarnya lembaga pemerintah untuk mencapai MDGs

D. Ancaman :

1. Masuknya budaya dari luar yang tidak selektif


2. Adanya tempat-tempat yang merusak moral msyarakat
3. Kurangnya pengawasan dari penegak hukum terhadap pelanggaran-
pelanggaran yang terjadi di masyarakat
4. Adanya organisasi yang mengajarkan nilai-nilai yang bertentangan dengan
kearifan lokal Bali

Demikian beberapa indikator yang merupakan kekuatan, kelemahan,


peluang ataupun ancaman dalam penerapan LRB di tingkat rumah tangga.
Tentunya masih ada indikator yang dapat diidentifikasi lebih lanjut, namun
indikator yang tersaji di atas merupakan indikator yang umum terjadi.
Selanjutnya yang menjadi pusat perhatian dalam upaya kearifal lokal Bali
dalam akselerasi tercapainya MDGs adalah faktor-faktor yang tidak mendukung
yang menjadi kelemahan ataupun ancaman. Karena kelemahan dan ancaman
inilah yang menjadi batu sandungan dalam peran kearifan lokal dalam akselerasi
tercapainya MDGs. Jika kelemahan dan ancaman ini bisa diidentifikasi dan
dicarikan solusi, maka kearifan lokal Bali dapat digunakan untuk membantu
akselerasi tercapainya MDGs.

Dalam analisis SWOT di atas, ada empat kelemahan dan empat ancaman
yang terjadi. Dua diantara kelemahan tersebuti adalah terkait dengan masih
kurangnya informasi dan pengetahuan tentang pentingnya mengamalkan kearifan
lokal Bali dan tumbuhnya sikap egois dan nafsu yang berlebihan pada masyarakat
yang mementingkan diri masyarakat. Sedangkan ancaman yang ada dua
diantaranya adalah masuknya budaya dari luar yang tidak selektif dan adanya
tempat-tempat yang merusak moral msyarakat

4.2 Kearifan lokal Bali yang berperan dalam mengakselerasi pencapaian MDGs di
Bali

Bali memiliki begitu banyak nilai-nilai kearifan lokal yang dapat digunakan dalam
akselerasi pencapaian MDGs di Indonesia pada umumnya dan di Bali pada
khusunya. Dikatakan demikian karena kearifan lokal bali memiliki hubungan
yang erat dalam mendukung dan memperlancar pencapaian MDGs. Berikut
merupakan kearifan lokal Bali yang dapat mendukung dalam akselerasi
pencapaian MDGs di Indonesia pada umumnya dan di Bali khususnya.

1. Nilai kearifan lokal Tri Hita Karana. Pada kearifan lokal bali ini terdapat
salah satu isinya mengenai menjaga hubungan yang baik dengan
lingkungan dan alam, dalam kaitanya dengan pencapaian MDGs, nilai
kearifan lokal ini mendukung pada poin ke tujuh yaitu memastikan
kelestarian lingkungan hidup. Dengan nilai ini, baik pemerintah maupun
masyarakat akan menyadari bahwa sesama makhluk hidup perlu adanya
hubungan yang harmonis.
2. Nilai kearifan lokal Tri Kaya Parisuda. Tertanamnya kearifan lokal ini di
dalam diri akan berpengaruh besar pada setiap tindakan yang dilakukan
baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Kearifan lokal ini dapat
menumbuhakan kosistensi di dalam diri seseorang yang dapat membantu
salah satu tujuan dari MDGs mengenai pemberdayaan masyarakat
3. Nilai kearifan lokal Tatwam Asi . Dengan nilai kearifan lokal ini akan
menumbuhkan rasa saling menghormati dan rasa saling memiliki.
Sehingga baik masyarakat dan pemerintah akan berjuang bersama-sama
untuk mencapai kedelapan tujuan dari MDGs
4. Nilai kearifan lokal Salunglung Sabayantaka, Paras Paros Sarpanaya.
Dengan nilai kearifan lokal ini, masyarakat akan bahu membahu untuk
bersama-sama bekerja untuk mencapai tujuan dari MDGs.
5. Nilai kearifan lokal Bhineka Tunggal Ika. Berkembanya nilai bhineka
tunggal ika pada masyarakat dan pemerintah akan berpengaruh terhadapa
tercapainya poin MDGs tentang pemerataan pendidikan untuk semua dan
kesetaraan gender sehingga tidak akan ada lagi suatu pembedaan kasta.
6. Nilai kearifan lokal Menyama Braya. Nilai kearifan lokal ini merupakan
nilai persaudaraan. Dengan bekembangnya nilai ini maka rasa
persaudaraan dan kebersamaan akan meningkat sehingga akan mudah
dikendalikan dalam mencapai tujuan MDGs.
7. Nilai kearifan lokal Nawang lek nilai ‘nawang lek’ ini membuat
masyarakat Bali cenderung tidak berperilaku yang aneh-aneh, tidak neko-
neko. Berkembangnya nilai ini dalam masyarakat dapat menekan hal-hal
yang menghambat pencapaian tujuan dari MDGs seperti hamil usia dini,
pergaulan bebas yang menyebabkan HIV/AIDS dan lain sebagainya.
8. Nilai kearifan lokal Jengah mengandung makna ingin melakukan hal yang
lebih baik. Rasa jengah yang berada dalam diri masyarakat, akan membuat
masyarakat selalu termotivasi untuk selalu melakukan yang terbaik. Begitu
juga dengan pemerintah, memiliki rasa jengah dalam diri akan mendorong
pemerintah lebih mengoptimalkan program-program yang telah dirancang.
9. Nilai kearifan lokal Mulat Sarira. Nilai mulat sarira mengandung makna
introspeksi diri. Dengan nilai kearifan lokal mulat sarira akan bermanfaat
untuk pemerintah dalam menetapkan langkah-langkah yang akan
dilakukan dengan melihat kembali hal-hal yang sudah dilakukan serta
mengidentifikasi kelemahannya, sehingga dapat menjadikan kelemahan
sebagai kekuatan baru.
10. Nilai kearifan lokal Song Baduda Titinin mengandung makna kehati-
hatian dan ketelitian. Penting untuk pemerintah menjunjung kearifan lokal
song baduda titinin. Dengan kearifan lokal ini akan menuntun pemerintah
untuk berhati-hati dalam meracang program-program yang akan
dilakukan.

Peran kearifan lokal Bali akan dapat membantu dalam akselerasi pencapaian
MDGs di Indonesia pada umumnya dan Bali pada khusunya. Sehingga harus
ditanamkan sejak dini oleh orang tua sehingga tujuan dari MDGs akan mudah
untuk tercapai.
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan


untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses),
peluang (opportunities), dan ancaman (threats) peran kearifan lokal Bali
dalam akselerasi tercapainya MDGs di Bali. Kekuatannya yaitu kearifan
lokal Bali telah dimiliki oleh setiap masyarakat dari setiap daerah, setiap
masyarakat ingin hidup aman dan nyaman,kearifan lokal Bali memiliki
peran yang efektif untuk masyarakat dalam akselerasi tercapainya MDGs
di Bali, masyarakat sadar akan adanya kearifan lokal Bali, masyarakat
percaya bahwa kearifan lokal Bali merupakan nilai yang harus diamalkan,
serta adanya tradisi yang memunculkan kearifan lokal Bali. Kelemahannya
yaitu tumbuhnya sikap egois dan nafsu yang berlebihan pada masyarakat
yang mementingkan diri masyarakat, kurangnya informasi dan
pengetahuan tentang pentingnya mengamalkan kearifan lokal Bali, jarang
diterapkan kearifan lokal Bali dalam kehidupan masyarakat, dan tidak
tertanam dengan baik nilai-nilai kearifan lokal Bali pada masyarakat.
Peluang yang dimiliki antara lain adanya desa pakraman dan balai banjar
sebagai tempat pembinaan masyarakat tentang kearifan lokal Bali, adanya
sosialisasi ke sekolah-sekolah untuk menanamkan nilai positif ke para
pelajar salah satunya nilai kearifan lokal Bali, masuknya nilai-nilai
karakter pada pembelajaran disekolah, serta gencarnya lembaga
pemerintah untuk mencapai MDGs di Bali. Sedangkan ancaman yang ada
antara lain masuknya budaya dari luar yang tidak selektif, adanya tempat-
tempat yang merusak moral msyarakat, kurangnya pengawasan dari
penegak hukum terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di
masyarakat, dan adanya organisasi yang mengajarkan nilai-nilai yang
bertentangan dengan kearifan lokal Bali
2. Kearifan lokal Bali yang dapat digunakan untuk mendukung akselerasi
pencapaian MDGs di Bali yaitu nilai kearifan lokal Tri Hita Karana, nilai
kearifan lokal Tri Kaya Parisuda, nilai kearifan lokal Tatwam Asi,
nilai kearifan lokal Salunglung Sabayantaka, Paras Paros Sarpanaya,
nilai kearifan lokal Bhineka Tunggal Ika, nilai kearifan lokal Menyama
Braya, nilai kearifan lokal Nawang lek, nilai kearifan lokal Jengah, nilai
kearifan lokal Mulat Sarira, serta nilai kearifan lokal Song Baduda Titinin

5.2 Saran

Melalui karya tulis ini dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada warga masyarakat agar selalu menjunjung nilai kearifan lokal Bali
agar dapat mendukung dalam akselerasi pencapaian MDGs di Bali
2. Kepada Pemerintah agar menegakkan dan mempertegas kembali
peraturan-peraturan yang ada dan mampu mengajak masyarakat untuk ikut
membantu tercapainya MDGs di Bali melalui peran kearifan lokal Bali

Anda mungkin juga menyukai