PENDAHULUAN
Ada hal yang menarik untuk dilihat di tahun 2015 nanti mengenai
pencapaian MDGs. MDGs MDGs merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh
seluruh negara di dunia untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik, dibentuk
oleh beberapa negara salah satunya Indonesia di New York pada September 2000.
Termuat delapan tujuan mulia yang ingin digapai meliputi 1) menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan, 2) mencapai pendidikan dasar untuk semua, 3)
mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan masyarakat, 4) menurunkan
angka kematian anak, 5) meningkatkan kesehatan ibu, 6) memerangi HIV/AIDS,
malaria, dan penyakit menular lainnya, 7) memastikan kelestarian lingkungan
hidup, dan 8) membangun kemitraan global untuk pembangunan. MDGs
ditargetkan dari tahun 1990 hingga tahun 2015. Dalam pelaksanaannya tentu
setiap negara memiliki tingkat pencapaian yang berbeda-beda tergantung dari
kesiapan negara tersebut dalam mencapai tujuan MDGs.
Kesiapan sebuah Negara dalam pencapaian MDGs dapat dilihat dari kesiapan
sumber daya alam yang dimiliki dan kualitas sumber daya manusia yang ada,
namun disamping itu perlu juga dilihat dari sumber daya lokal yang ada di setiap
daerah. Hingga saat ini waktu yang dimiliki oleh Indonesia tinggal beberapa tahun
lagi begitu halnya dengan di Bali. Menurut data didapat untuk HIV/AIDS di Bali
tercatat jumlah HIV/AIDS bertambah sekitar 100 kasus dalam satu bulan.
Sebelumnya, jumlah kasus HIV di Bali hanya sekitar 50 setiap bulannya hingga
saat ini tercatat sekitar 7300 lebih kasus hingga April lalu. Dari data tersebut perlu
ditingkatkan lagi dari segi kesehatan di Bali agar MDGs dapat tercapai di tahun
2015, oleh karena itu perlu dilakukan percepatan atau akselerasi. Agar akselerasi
pencapaian MDGs ini dapat terlaksana dengan baik maka perlu didukung dengan
sumber daya lokal yang ada yang dikenal dengan kearifan lokal. Salah satu
kearifan lokal yang dapat digunakan untuk mendukung akselerasi pecapaian
MDGs adalah kearifan lokal Bali. Namun kearifan lokal Bali ini perlu dianalisis
lebih lanjut dengan analisis yang kondusif.
Salah satu analisis yang dapat digunakan adalah analisis SWOT. Analisis SWOT
adalah sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman
(threats) dalam suatu proyek atau dalam usaha bisnis. Sehubungan dengan hal
tersebut, menarik untuk dikaji analisis SWOT peran kearifan lokal Bali dalam
akselerasi pencapaian MDGs di Bali melalui karya tulis yang berjudul :” Peran
Kearifan Lokal Bali Dalam Akselerasi Pencapaian MDGs di Bali”
Terkait dengan rumusan masalah di atas, maka penyusunan karya tulis ini
memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis peran kearifan lokal Bali dalam akselerasi pencapaian
MDGs berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada
(SWOT).
2. Untuk mendeskripsikan kearifan lokal Bali apa saja yang berperan dalam
mengakselerasi pencapaian MDGs di Bali
.
BAB II
LANDASAN TEORI
1) Penghapusan kemiskinan;
Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin
di pemukiman kumuh pada tahun 2020
Kearifan lokal (local wisdom) dalam kamus terdiri dari dua kata: kearifan
(wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan
Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan
kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat
dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius.
Bali sebagai satu kesatuan geografis, suku, ras, agama memiliki nilai
kearifan lokal yang telah teruji dan terbukti daya jelajah sosialnya dalam
mengatasi berbagai problematika kehidupan sosial. Bali mempunyai banyak
potensi kearifan lokal yang digunakan oleh masyarakat sebagai rambu-rambu atau
pedoman dalam menjalani kehidupan. Nilai kearifan lokal yang berkembang dan
diyakini sebagai perekat sosial yang kerap menjadi acuan dalam menata hubungan
dan kerukunan antar sesama umat beragama Bali, antara lain
jadi dapat disimpulkan analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk
menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep
bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu
Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering
digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan
dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan
sebagai pemecah masalah. Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang
memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-
an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune
500.
Strengths (kekuatan)
merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep
bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam
tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Weakness (kelemahan)
Opportunities (peluang)
merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi
yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu
sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
Threats (ancaman)
merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu
organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
METODA PENULISAN
PEMBAHASAN
4.1 Analisis Swot Peran Kearifan Lokal Bali Dalam Akselerasi Pencapaian
MDGs di Bali
Salah satu kearifan lokal yang dapat digunakan untuk mendukung dalam
akselerasi pencapaian MDGs adalah kearifan lokal Bali.
Hal ini perlu dianalisis lebih lanjut mengingat kearifan lokal Bali dapat
membantu dalam mengakselerasi pencapaian MDGs. Salah satu analisis yang
dapat digunakan adalah analisis SWOT.
Dalam membuat analisis ini terdapat dua buah faktor, faktor dari dalam
(internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor internal disini yaitu factor dari
dalam masyarakat yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan. Sedangkan
faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar masyarakat seperti lingkungan
masyarakat yang terkait dengan peluang dan ancaman. Penentuan keempat faktor
ini sangat sederhana di mana faktor internal yang mendukung merupakan
kekuatan, sedangkan factor internal yang tidak mendukung akan menjadi
kelemahan. Selanjutnya factor eksternal yang mendukung akan menjadi peluang,
sedangkan factor eksternal yang tak mendukung akan menjadi ancaman.
A. Kekuatan :
1. Kearifan lokal Bali telah dimiliki oleh setiap masyarakat dari setiap daerah
2. Setiap masyarakat ingin hidup aman dan nyaman
3. Kearifan lokal Bali memiliki peran yang efektif untuk masyaraktan dalam
akselerasi tercapainya MDGs
4. Masyarakat sadar akan adanya kearifan lokal Bali
5. Masyarakat percaya Bahwa kearifan lokal Bali merupakan nilai yang harus
diamalkan
6. Adanya tradisi yang memunculkan kearifan lokal Bali
B. Kelemahan :
1. Tumbuhnya sikap egois dan nafsu yang berlebihan pada masyarakat yang
mementingkan diri masyarakat
2. Kurangnya informasi dan pengetahuan tentang pentingnya mengamalkan
kearifan lokal Bali
3. Jarang diterapkan kearifan lokal Bali dalam kehidupan masyarakat
4. Tidak tertanam dengan baik nilai-nilai kearifan lokal Bali pada masyarakat
C. Peluang :
D. Ancaman :
Dalam analisis SWOT di atas, ada empat kelemahan dan empat ancaman
yang terjadi. Dua diantara kelemahan tersebuti adalah terkait dengan masih
kurangnya informasi dan pengetahuan tentang pentingnya mengamalkan kearifan
lokal Bali dan tumbuhnya sikap egois dan nafsu yang berlebihan pada masyarakat
yang mementingkan diri masyarakat. Sedangkan ancaman yang ada dua
diantaranya adalah masuknya budaya dari luar yang tidak selektif dan adanya
tempat-tempat yang merusak moral msyarakat
4.2 Kearifan lokal Bali yang berperan dalam mengakselerasi pencapaian MDGs di
Bali
Bali memiliki begitu banyak nilai-nilai kearifan lokal yang dapat digunakan dalam
akselerasi pencapaian MDGs di Indonesia pada umumnya dan di Bali pada
khusunya. Dikatakan demikian karena kearifan lokal bali memiliki hubungan
yang erat dalam mendukung dan memperlancar pencapaian MDGs. Berikut
merupakan kearifan lokal Bali yang dapat mendukung dalam akselerasi
pencapaian MDGs di Indonesia pada umumnya dan di Bali khususnya.
1. Nilai kearifan lokal Tri Hita Karana. Pada kearifan lokal bali ini terdapat
salah satu isinya mengenai menjaga hubungan yang baik dengan
lingkungan dan alam, dalam kaitanya dengan pencapaian MDGs, nilai
kearifan lokal ini mendukung pada poin ke tujuh yaitu memastikan
kelestarian lingkungan hidup. Dengan nilai ini, baik pemerintah maupun
masyarakat akan menyadari bahwa sesama makhluk hidup perlu adanya
hubungan yang harmonis.
2. Nilai kearifan lokal Tri Kaya Parisuda. Tertanamnya kearifan lokal ini di
dalam diri akan berpengaruh besar pada setiap tindakan yang dilakukan
baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Kearifan lokal ini dapat
menumbuhakan kosistensi di dalam diri seseorang yang dapat membantu
salah satu tujuan dari MDGs mengenai pemberdayaan masyarakat
3. Nilai kearifan lokal Tatwam Asi . Dengan nilai kearifan lokal ini akan
menumbuhkan rasa saling menghormati dan rasa saling memiliki.
Sehingga baik masyarakat dan pemerintah akan berjuang bersama-sama
untuk mencapai kedelapan tujuan dari MDGs
4. Nilai kearifan lokal Salunglung Sabayantaka, Paras Paros Sarpanaya.
Dengan nilai kearifan lokal ini, masyarakat akan bahu membahu untuk
bersama-sama bekerja untuk mencapai tujuan dari MDGs.
5. Nilai kearifan lokal Bhineka Tunggal Ika. Berkembanya nilai bhineka
tunggal ika pada masyarakat dan pemerintah akan berpengaruh terhadapa
tercapainya poin MDGs tentang pemerataan pendidikan untuk semua dan
kesetaraan gender sehingga tidak akan ada lagi suatu pembedaan kasta.
6. Nilai kearifan lokal Menyama Braya. Nilai kearifan lokal ini merupakan
nilai persaudaraan. Dengan bekembangnya nilai ini maka rasa
persaudaraan dan kebersamaan akan meningkat sehingga akan mudah
dikendalikan dalam mencapai tujuan MDGs.
7. Nilai kearifan lokal Nawang lek nilai ‘nawang lek’ ini membuat
masyarakat Bali cenderung tidak berperilaku yang aneh-aneh, tidak neko-
neko. Berkembangnya nilai ini dalam masyarakat dapat menekan hal-hal
yang menghambat pencapaian tujuan dari MDGs seperti hamil usia dini,
pergaulan bebas yang menyebabkan HIV/AIDS dan lain sebagainya.
8. Nilai kearifan lokal Jengah mengandung makna ingin melakukan hal yang
lebih baik. Rasa jengah yang berada dalam diri masyarakat, akan membuat
masyarakat selalu termotivasi untuk selalu melakukan yang terbaik. Begitu
juga dengan pemerintah, memiliki rasa jengah dalam diri akan mendorong
pemerintah lebih mengoptimalkan program-program yang telah dirancang.
9. Nilai kearifan lokal Mulat Sarira. Nilai mulat sarira mengandung makna
introspeksi diri. Dengan nilai kearifan lokal mulat sarira akan bermanfaat
untuk pemerintah dalam menetapkan langkah-langkah yang akan
dilakukan dengan melihat kembali hal-hal yang sudah dilakukan serta
mengidentifikasi kelemahannya, sehingga dapat menjadikan kelemahan
sebagai kekuatan baru.
10. Nilai kearifan lokal Song Baduda Titinin mengandung makna kehati-
hatian dan ketelitian. Penting untuk pemerintah menjunjung kearifan lokal
song baduda titinin. Dengan kearifan lokal ini akan menuntun pemerintah
untuk berhati-hati dalam meracang program-program yang akan
dilakukan.
Peran kearifan lokal Bali akan dapat membantu dalam akselerasi pencapaian
MDGs di Indonesia pada umumnya dan Bali pada khusunya. Sehingga harus
ditanamkan sejak dini oleh orang tua sehingga tujuan dari MDGs akan mudah
untuk tercapai.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
1. Kepada warga masyarakat agar selalu menjunjung nilai kearifan lokal Bali
agar dapat mendukung dalam akselerasi pencapaian MDGs di Bali
2. Kepada Pemerintah agar menegakkan dan mempertegas kembali
peraturan-peraturan yang ada dan mampu mengajak masyarakat untuk ikut
membantu tercapainya MDGs di Bali melalui peran kearifan lokal Bali