Disusun Oleh:
KELOMPOK 7
FAKULTAS PERTANIAN
SURAKARTA
2017
ACARA VII
PERHITUNGAN KECUKUPAN PROTEIN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengetahui cara-cara perhitungan kecukupan protein
2. Mahasiswa dapat menghitung kecukupan protein
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Teori
Istilah yang dipakai bagi angka kecukupan gizi berbeda-beda antar
negara. Indonesia menggunakan istilah Angka Kecukupan Gizi (AKG)
yang dianjurkan sebagai terjemahan dari RDA (Recommended Dietary
Allowance). Filipina menggunakan istilah Recommended Energy and
Nutrient Intakes (RENI). Di Amerika Serikat mulai tahun 1997 (IOM,
1997) menggunakan istilah Dietary Reference Intake (DRI). DRI terdiri
dari empat angka, yaitu 1) kebutuhan gizi rata-rata (Estimated Average
Requirement, EAR), 2) Konsumsi gizi yang dianjurkan (Recommended
Dietary Allowance, RDA), 3) Kecukupan asupan gizi (Adequate Intake,
AI) dan 4) Batas maksimum yang diperbolehkan (Tolerable Upper Intake
Level, UL). Penggunaan masing-masing istilah tersebut berbeda
tergantung konteks penerapannya (Badan POM, 2014).
Protein merupakan zat gizi penghasil energi yang tidak berperan
sebagai sumber energi tetapi berfungsi untuk mengganti jaringan dan sel
tubuh yang rusak. Protein bagi atlet lari 100 meter yang masih remaja
sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentuk tubuh guna
mencapai tinggi badan yang optimal. Atlet lari 100 meter sangat
dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein yang berasal dari hewani
dan nabati. Protein asal hewani seperti daging (dianjurkan yang tidak
berlemak), ayam, ikan telur susu. Sumber protein nabati yang dianjurkan
adalah tempe, tahu dan kacang-kacangan (kacang tanah dan kedelai)
(Gunadi, 2010).
Protein adalah mengandung nitrogen unsur yang dibentuk oleh
amino asam. Protein sebagai komponen utama struktural dari otot dan
jaringan lain di tubuh. Sebagai tambahan, protein biasanya menghasilkan
hormon, enzim dan hemoglobin. Protein dapat juga sebagai sumber energi
tetapi, protein bukan pilihan primer sebagai sumber energi. Protein yang
dipergunakan oleh tubuh perlu dimetabolisme ke dalam bentuk paling
sederhana, yaitu amino asam. 20 amino asam diperlukan untuk
perkembangan manusia dan metabolisme. Duabelas amino asam (sebelas
di anak-anak) dimasukkan tidak penting, karena dapat dipadukan oleh
tubuh dan tidak memerlukan dikonsumsi pada diet. Amino asam sisa tidak
dapat dipadukan dalam tubuh (Hoffman, 2004).
Asupan protein sangat diperlukan mengingat fungsinya dalam
tubuh, pengaruh asupan protein memegang peranan yang penting dalam
penanggulangan gizi penderita gagal ginjal kronik, karena gejala sindrom
uremik disebabkan karena menumpuknya katabolisme protein tubuh.
Gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa harus memenuhi
kebutuhannya yaitu 1-1,2 g/kg BB/hari. Sumber protein didapat dari telur,
daging, ayam, ikan, susu, semakin baik asupan protein semakin baik dalam
mempertahankan status gizinya. Untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik melalui terapi hemodialisa diperlukan Pengaturan diet untuk
mencapai status gizi yang baik (Fahmia dkk, 2012).
Kebutuhan protein perorangan tergantung pada laju pertumbuhan
dan berat badan. Orang dewasa memerlukan kira-kira 1 g protein untuk
setiap kg berat badan. Selama periode pertumbuhan, lebih banyak protein
diperlukan secara proporsional, misalnya untuk anak-anak usia 5-6 tahun
dibutuhkan kira-kira 2 g protein untuk tiap kg berat badan. Selama hamil
dan menyusui anak, wanita memerlukan lebih banyak protein dalam
susunan makanannya, karena harus memenuhi kebutuhan bayinya
disamping keperluan tubuhnya sendiri. Sehabis sakit atau menjalani
operasi, tubuh kehilangan sejumlah protein. Misalnya retaknya tulang paha
(femur) menyebabkan tubuh kehilangan kira-kira 800 g protein. Karena itu
selama penyembuhan kandungan protein dalam susunan makanan harus
dinaikkan menjadi 14% dari seluruh suapan protein
(Gaman dan Sherrington, 1992).
Tingkat kecukupan konsumsi protein dipengaruhi oleh factor
pengeluaran pangan yang menunjukkan hubungan positif yang sangat
nyata (ρ<0,01) terhadap tingkat kecukupan konsumsi protein. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar pengeluaran rumah tangga membeli
pangan maka semakin besar jumlah pangan sumber protein yang dapat
disediakan untuk dikonsumsi oleh rumah tangga (Damora dkk, 2008).
Cadangan protein tubuh, tubuh manusia dengan berat 70 kg
mengandung kira-kira 11 kg protein. Hampir setengah dari jumlah protein
tersebut (kira-kira 43%) terdapat sebagai otot kerangka, sedang jaringan
struktur lainnya seperti kulit dan darah masing-masing mengandung kira-
kira 15% protein. Organ lain seperti otak, paru-paru, hati, dan tulang
berubah dengan perkembangan umur (Martini, 2011).
2. Tinjauan Bahan
Bahan pangan sumber protein dapat berasal dari hewan, yang
disebut protein hewani dan dapat berasal dari tumbuhan yang disebut
protein nabati. Protein hewani mempunyai mutu lebih tinggi daripada
protein nabati karena kandungan asam amino esensial yang lebih banyak.
Jenis kacang-kacangan merupkan sumber protein yang sangat banyak,
namun yang telah banyak dgunakan adalah kedelai, selain itu kacang tanah
juga termasuk dalam golongan ini walaupun mengandung minyak cukup
tinggi. Dari hewani sumber protein yang murah adalah telur, ikan tawar,
ikan asin (Handajani, 1994).
Karbohidrat yang ada pada ubi jalar ungu memiliki Glycemic Index
(GI) yang rendah. Menurut Truswell yang dikutip oleh Winarti (2010) ubi
jalar ungu memiliki GI sebesar 48. Dengan demikian nampak bahwa ubi
jalar memiliki GI yang rendah, oleh sebab itu aman dikonsumsi bahkan
dapat menurunkan kadar gula darah karena mengandung karbohidrat yang
berfungsi sebagai serat pangan. Pada karbohidrat dan protein terdapat
kaitan yang erat satu sama lain. Hal ini dikemukakan oleh Khomsan
(2009) yang menyatakan bahwa apabila asupan energi masih kurang maka
protein yang dikonsumsi akan digunakan sebagai sumber energi, hal ini
akan berakibat janin yang ada pada kandungan akan kekurangan protein
(Rahayu dkk, 2012).
Alat konversi zat gizi adalah alat untuk menghitung kandungan zat
gizi pada makanan. Ada beberapa alat konversi zat gizi antara lain Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Daftar Komposisi Bahan Makanan
(DKBM) bertujuan untuk pengukuran konsumsi makanan sering dijumpai
makanan dalam bentuk olahan (masak). Untuk mengatasi dapat dihitung
dengan menkonversi makanan olahan tersebut dalam bentuk bahan
mentah. Untuk menaksir berat bahan mentah dari bahan makanan olahan
atau sebaliknya dapat digunakan denan rumus. DKBM menunjukkan
kandungan berbagai zat gizi dari berbagai jenis pangan atau makanan
dalam seratus gram bagian yang dapat dimakan (BDD)
(Charrondiere et al, 2004)..
Bagi setiap ahli gizi atau siapa yang berminat, DKBM ini sangat
penting sebagai alat untuk menilai konsumsi pangan. Untuk mengetahui
berapa kecukupan gizi masing-masing individu harus dihitung dengan
baik. Kecukupan gizi yang sudah diketahui untuk setiap individu akan
memudahkan setiap keluarga dalam mempersiapkan makanan sehari-hari
yang sesuai dengan kebutuhan dari seluruh anggota keluarga. Untuk
memudahkan dalam menghitung kandungan gizi bahan makanan
diperlukan daftar komposisi bahan makanan (DKBM). Daftar komposisi
bahan makanan sangat diperlukan untuk menyusun menu makanan
individu, kelompok maupun keluarga. Pada daftar komposisi bahan
makanan berisi informasi tentang kandungan gizi (makro dan mikro) dari
berbagai bahan makanan. Daftar komposisi bahan makan juga membantu
untuk mengetahui berapa jumlah zat gizi (energi dan protein) yang
dihasilkan dari sejumlah bahan makanan yang kita konsumsi
(Nurhamidi dkk., 2014).
C. METODOLOGI
1. Alat dan Bahan
a. DKBM
b. Tabel aktivitas
c. Timbangan
2. Cara Kerja
E. KESIMPULAN
Dari praktikum acara VII “Perhitungan Kecukupan Protein” yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kebutuhan protein seseorang tergantung pada berat badan dan jumlah
protein yang dimakan. Sehingga semakin besar berat badan dan jumlah
protein seseorang maka angka kecukupan proteinnya semakin tinggi.
Rumus dari AKP yaitu Berat Badan (BB) x jumlah protein. Lalu rumus dari
KP yaitu Berat badan x AKP x fk.
2. Angka kecukupan protein pada praktikan Meyta sebesar 10,488 gr/kg BB
dan KP yang diperoleh yaitu 647,634 serta praktikan Ratna angka
kecukupan protein yang diperoleh sebesar 6,7452 dan KP yang diperoleh
yaitu 368,28792.
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM. 2014. Topik Sajian Utama : Mengenal Angka Kecukupan Gizi (Akg)
Bagi Bangsa Indonesia. Jurnal Info POM 15 (4) : 1-12.
Charrondiere, U.R, S. Chevassus-Agnes, S. Marroni, B. Burlingame. 2004. Impact
of Different Macronutrient Definitions and Energy Conversion Factors on
Energy Supply Estimations. Journal Of Food Composition And Analysis 17
(17) :339-360.
Damora, Asih Sulistyorini Uly., Faisal Anwar, dan Yayat Heryatno. 2008. Pola
Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani Hutan Kemasyarakatan Di
Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Gizi dan Pangan 3 (3) : 227-232.
Fahmia, Nihaya Ika., Tatik Mulyati, dan Erma Handarsari. 2012. Hubungan
Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi pada Penderita Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan di RSUD Tugurejo
Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang 1(1) : 1-11.
Friedman, Mendel. 1996. Nutritional Value of Proteins from Different Food
Sources. Journal of Agriculture and Food Chemistry 44 (1) : 6–29.
Gaman, P. M., dan K. B. Sherrington. 1992. Ilmu Pangan. Yogyakarta : UGM
Press.
Goddete, D. W, C. Terri, F. L. Beth, L. Maria, R. M. Jonathan, P. Christian, B. R.
Robert, S. Y. Shiow, C. R. Wilson. 1993. Strategy and Implementation of a
System for Protein Engineering. Journal of Biotechnology 28 (1) : 41-54.
Gunadi, Dwi. 2010. Gizi Atlet Lari Cepat 100 meter Pelajar Putra Indonesia.
Jurnal Ilmiah SPIRIT 10 (2) : 1411-8319.
Handajani, Sri. 1994. Pangan dan Gizi. Surakarta : UNS Press.
Hardinsyah, Hadi Riyadi dan Victor Napitupulu. 2012. Kecukupan Energi,
Protein, Lemak Dan Karbohidrat. Departemen Gizi Masyarakat. FEMA IPB.
Hoffman, Jay R., and Michael J. Valvo. 2004. Protein-Which Is Best. Journal of
Sports Science and Medicine 3 : 118-130.
Lowry, O. H., N. J., Rosebrought, A. L., Farr, R. J. Randall. 1951. Protein
Measurement with the Folin Phenol Reagent. Journal of Biology and
Chemistry 2(1) : 193-265.
Mandle Kumar A., Pranita Jain And Shailendra Kumar Shrivastava. Protein
Structure Prediction Using Support Vector Machine. International Journal On
Soft Computing (IJSC ) 3 (1) : 67-78.
Martini, Kus Sri. 2011. Kimia Bahan Pangan. Surakarta : UNS Press.
Nurhamidi. 2014. Studi Konversi Satuan Ukuran Rumah Tangga Kedalam Berat
(Gram) Pada Beberapa Jenis Makanan Tradisional Hasil Olahan
Masyarakat Banjar di Banjarmasin. Jurnal Skala Kesehatan 5(2).
Rahayu, Paramitha., Siti Fatonah dan Meddiati Fajri. 2012. Daya Terima dan
Kandungan Gizi Makanan Tambahan Berbahan Dasar Ubi Jalar Ungu.
Food Science and Culinary Education Journal, Vol. 1, No. 1.
Susenas. 2011. Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi
2011. BPS Statistics Indonesia. Jakarta.
World Health Organization [WHO]. 2002. Protein And Amino Acid Requirements
In Human Nutrition Report Of A Joint WHO/FAO/UNU Expert Consultation.
WHO. Geneva.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
2. Ratna Suminar
Berat Badan = 42 kg
Jumlah Protein = 0,1606
Fk = 1,3