Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

PANGAN DAN GIZI

Disusun Oleh:

KELOMPOK 7

1. Hanna Trinuraya (H3116041)


2. Intan Nur Aini (H3116047)
3. Meyta Dwi Kurnia (H3116054)
4. Nanda Dewi Sulistyani (H3116061)
5. Ratna Suminar (H3116067)
6. Septia Ningsih Anjarsari (H3116073)
7. Vika Nur Lutfiana (H3116079)

PROGRAM STUDI D III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017
ACARA VII
PERHITUNGAN KECUKUPAN PROTEIN

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengetahui cara-cara perhitungan kecukupan protein
2. Mahasiswa dapat menghitung kecukupan protein

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Teori
Istilah yang dipakai bagi angka kecukupan gizi berbeda-beda antar
negara. Indonesia menggunakan istilah Angka Kecukupan Gizi (AKG)
yang dianjurkan sebagai terjemahan dari RDA (Recommended Dietary
Allowance). Filipina menggunakan istilah Recommended Energy and
Nutrient Intakes (RENI). Di Amerika Serikat mulai tahun 1997 (IOM,
1997) menggunakan istilah Dietary Reference Intake (DRI). DRI terdiri
dari empat angka, yaitu 1) kebutuhan gizi rata-rata (Estimated Average
Requirement, EAR), 2) Konsumsi gizi yang dianjurkan (Recommended
Dietary Allowance, RDA), 3) Kecukupan asupan gizi (Adequate Intake,
AI) dan 4) Batas maksimum yang diperbolehkan (Tolerable Upper Intake
Level, UL). Penggunaan masing-masing istilah tersebut berbeda
tergantung konteks penerapannya (Badan POM, 2014).
Protein merupakan zat gizi penghasil energi yang tidak berperan
sebagai sumber energi tetapi berfungsi untuk mengganti jaringan dan sel
tubuh yang rusak. Protein bagi atlet lari 100 meter yang masih remaja
sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentuk tubuh guna
mencapai tinggi badan yang optimal. Atlet lari 100 meter sangat
dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein yang berasal dari hewani
dan nabati. Protein asal hewani seperti daging (dianjurkan yang tidak
berlemak), ayam, ikan telur susu. Sumber protein nabati yang dianjurkan
adalah tempe, tahu dan kacang-kacangan (kacang tanah dan kedelai)
(Gunadi, 2010).
Protein adalah mengandung nitrogen unsur yang dibentuk oleh
amino asam. Protein sebagai komponen utama struktural dari otot dan
jaringan lain di tubuh. Sebagai tambahan, protein biasanya menghasilkan
hormon, enzim dan hemoglobin. Protein dapat juga sebagai sumber energi
tetapi, protein bukan pilihan primer sebagai sumber energi. Protein yang
dipergunakan oleh tubuh perlu dimetabolisme ke dalam bentuk paling
sederhana, yaitu amino asam. 20 amino asam diperlukan untuk
perkembangan manusia dan metabolisme. Duabelas amino asam (sebelas
di anak-anak) dimasukkan tidak penting, karena dapat dipadukan oleh
tubuh dan tidak memerlukan dikonsumsi pada diet. Amino asam sisa tidak
dapat dipadukan dalam tubuh (Hoffman, 2004).
Asupan protein sangat diperlukan mengingat fungsinya dalam
tubuh, pengaruh asupan protein memegang peranan yang penting dalam
penanggulangan gizi penderita gagal ginjal kronik, karena gejala sindrom
uremik disebabkan karena menumpuknya katabolisme protein tubuh.
Gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa harus memenuhi
kebutuhannya yaitu 1-1,2 g/kg BB/hari. Sumber protein didapat dari telur,
daging, ayam, ikan, susu, semakin baik asupan protein semakin baik dalam
mempertahankan status gizinya. Untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik melalui terapi hemodialisa diperlukan Pengaturan diet untuk
mencapai status gizi yang baik (Fahmia dkk, 2012).
Kebutuhan protein perorangan tergantung pada laju pertumbuhan
dan berat badan. Orang dewasa memerlukan kira-kira 1 g protein untuk
setiap kg berat badan. Selama periode pertumbuhan, lebih banyak protein
diperlukan secara proporsional, misalnya untuk anak-anak usia 5-6 tahun
dibutuhkan kira-kira 2 g protein untuk tiap kg berat badan. Selama hamil
dan menyusui anak, wanita memerlukan lebih banyak protein dalam
susunan makanannya, karena harus memenuhi kebutuhan bayinya
disamping keperluan tubuhnya sendiri. Sehabis sakit atau menjalani
operasi, tubuh kehilangan sejumlah protein. Misalnya retaknya tulang paha
(femur) menyebabkan tubuh kehilangan kira-kira 800 g protein. Karena itu
selama penyembuhan kandungan protein dalam susunan makanan harus
dinaikkan menjadi 14% dari seluruh suapan protein
(Gaman dan Sherrington, 1992).
Tingkat kecukupan konsumsi protein dipengaruhi oleh factor
pengeluaran pangan yang menunjukkan hubungan positif yang sangat
nyata (ρ<0,01) terhadap tingkat kecukupan konsumsi protein. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar pengeluaran rumah tangga membeli
pangan maka semakin besar jumlah pangan sumber protein yang dapat
disediakan untuk dikonsumsi oleh rumah tangga (Damora dkk, 2008).
Cadangan protein tubuh, tubuh manusia dengan berat 70 kg
mengandung kira-kira 11 kg protein. Hampir setengah dari jumlah protein
tersebut (kira-kira 43%) terdapat sebagai otot kerangka, sedang jaringan
struktur lainnya seperti kulit dan darah masing-masing mengandung kira-
kira 15% protein. Organ lain seperti otak, paru-paru, hati, dan tulang
berubah dengan perkembangan umur (Martini, 2011).
2. Tinjauan Bahan
Bahan pangan sumber protein dapat berasal dari hewan, yang
disebut protein hewani dan dapat berasal dari tumbuhan yang disebut
protein nabati. Protein hewani mempunyai mutu lebih tinggi daripada
protein nabati karena kandungan asam amino esensial yang lebih banyak.
Jenis kacang-kacangan merupkan sumber protein yang sangat banyak,
namun yang telah banyak dgunakan adalah kedelai, selain itu kacang tanah
juga termasuk dalam golongan ini walaupun mengandung minyak cukup
tinggi. Dari hewani sumber protein yang murah adalah telur, ikan tawar,
ikan asin (Handajani, 1994).
Karbohidrat yang ada pada ubi jalar ungu memiliki Glycemic Index
(GI) yang rendah. Menurut Truswell yang dikutip oleh Winarti (2010) ubi
jalar ungu memiliki GI sebesar 48. Dengan demikian nampak bahwa ubi
jalar memiliki GI yang rendah, oleh sebab itu aman dikonsumsi bahkan
dapat menurunkan kadar gula darah karena mengandung karbohidrat yang
berfungsi sebagai serat pangan. Pada karbohidrat dan protein terdapat
kaitan yang erat satu sama lain. Hal ini dikemukakan oleh Khomsan
(2009) yang menyatakan bahwa apabila asupan energi masih kurang maka
protein yang dikonsumsi akan digunakan sebagai sumber energi, hal ini
akan berakibat janin yang ada pada kandungan akan kekurangan protein
(Rahayu dkk, 2012).
Alat konversi zat gizi adalah alat untuk menghitung kandungan zat
gizi pada makanan. Ada beberapa alat konversi zat gizi antara lain Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Daftar Komposisi Bahan Makanan
(DKBM) bertujuan untuk pengukuran konsumsi makanan sering dijumpai
makanan dalam bentuk olahan (masak). Untuk mengatasi dapat dihitung
dengan menkonversi makanan olahan tersebut dalam bentuk bahan
mentah. Untuk menaksir berat bahan mentah dari bahan makanan olahan
atau sebaliknya dapat digunakan denan rumus. DKBM menunjukkan
kandungan berbagai zat gizi dari berbagai jenis pangan atau makanan
dalam seratus gram bagian yang dapat dimakan (BDD)
(Charrondiere et al, 2004)..
Bagi setiap ahli gizi atau siapa yang berminat, DKBM ini sangat
penting sebagai alat untuk menilai konsumsi pangan. Untuk mengetahui
berapa kecukupan gizi masing-masing individu harus dihitung dengan
baik. Kecukupan gizi yang sudah diketahui untuk setiap individu akan
memudahkan setiap keluarga dalam mempersiapkan makanan sehari-hari
yang sesuai dengan kebutuhan dari seluruh anggota keluarga. Untuk
memudahkan dalam menghitung kandungan gizi bahan makanan
diperlukan daftar komposisi bahan makanan (DKBM). Daftar komposisi
bahan makanan sangat diperlukan untuk menyusun menu makanan
individu, kelompok maupun keluarga. Pada daftar komposisi bahan
makanan berisi informasi tentang kandungan gizi (makro dan mikro) dari
berbagai bahan makanan. Daftar komposisi bahan makan juga membantu
untuk mengetahui berapa jumlah zat gizi (energi dan protein) yang
dihasilkan dari sejumlah bahan makanan yang kita konsumsi
(Nurhamidi dkk., 2014).
C. METODOLOGI
1. Alat dan Bahan
a. DKBM
b. Tabel aktivitas
c. Timbangan
2. Cara Kerja

Tabel konsumsi pangan dari dua teman selama 2 hari

Pencarian jumlah protein yang dimakan


dalam DKBM

Penghitungan Angka Kecukupan Protein


(AKP)

Gambar 7.1 Diagram Alir Penghitungan AKP


D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
Tabel 7.1 Konsumsi Pangan selama 2 Hari
a) Meyta Dwi Kurnia

No Waktu (hari) Konsumsi Pangan Jumlah Protein


Alpukat 0,0009
Chicken steak 0,0342
Nasi 0,0084
1 Sabtu
Teh 0,0195
Melon 0,0005
Lele bakar 0,0078
Soto sapi 0,0021
Nasi 0,0084
Udang 0,0624
Lemon tea 0,0203
Pisang 0,0012
2 Minggu Sate sapi 0,0389
Marning 0,0092
Es krim 0,004
Mie goreng 0,0019
Gethuk 0,0006
Tape 0,0005
Jumlah protein 0,2208
Sumber : Laporan Sementara
b) Ratna Suminar

No Waktu (hari) Konsumsi Pangan Jumlah Protein


Nasi 0,0084
Bandeng 0,0171
Sambal 0,0047
1 Tahu 0,0014
Sabtu
Teh 0,0195
Coklat 0,002
Roti 0,008
Ayam bakar 0,034
Nasi 0,0084
Bandeng 0,0171
Sambal 0,0047
Kerupuk 0,0005
2 Teh 0,0195
Minggu
Sale pisang 0,0014
Bakso 0,0103
Tahu 0,0014
Terong 0,0011
Ketela goreng 0,0011
Jumlah protein 0,1606
Sumber : Laporan Sementara
2. Pembahasan
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi
yang merupakan polimer dari monomer asam amino yang dihubungkan
satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor.
Protein merupakan salah satu biomolekul raksasa, selain polisakarida
,lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama semua
makhluk hidup. Pada manusia protein menyumbang dari 20% berat total
tubuh. Protein ibaratnya seperti sebuah mesin, mesin yang menjaga dan
menjalankan fungsi tubuh semua makhluk hidup, Tubuh manusia terdiri
dari sekitar 100 trilyun sel masing-masing sel memiliki fungsi yang
spesifik. Setiap sel memiliki ribuan protein berbeda, yang bersama-sama
membuat sel melakukan tugasnya (Mandle et al, 2012).
Sumber protein dibedakan menjadi 2 yaitu protein hewani dan
nabati. Protein hewani merupakan asupan nutrisi protein yang berasal dari
hewan atau produk olahannya. Contoh dari protein hewani misalnya
daging merah, daging ayam, daging ikan, susu ,dan telur. Protein nabati
berasal dari konsumsi tanaman atau berbagai jenis olahannya. Contoh dari
protein nabati misalnya tempe, tahu, kacang kedelai, kacang polong
(Mandle et al, 2012).
Berdasarkan bentuknya, protein dibagi menjadi dua jenis, yaitu
pertama protein fibriler (skleroprotein), yaitu protein yang berbentuk
serabut. Protein ini tidak larut dalam pelarut-pelarut encer, baik larutan
garam, asam basa ataupun alkohol. Contohnya kolagen yang terdapat pada
tulang rawan, miosin pada otot, keratin pada rambut, dan fibrin pada
gumpalan darah. Kedua, Protein globuler atau steroprotein, yaitu protein
yang berbentuk bola. Protein ini larut dalam larutan garam dan asam encer,
juga lebih mudah berubah di bawah pengaruh suhu, konsentrasi garam,
pelarut asam dan basa dibandingkan protein fibriler. Protein ini mudah
terdenaturasi, yaitu susunan molekulnya berubah diikuti dengan perubahan
sifat fisik dan fisiologiknya seperti yang dialami oleh enzim dan hormone
(Friedman, 1996).
Protein terdiri atas tiga jenis berdasarkan fungsinya yaitu pertama
protein sempurna adalah protein yang didalamnya terkandung asam amino
yang lengkap. Contohnya kasein pada susu dan albumin pada putih telur.
Protein sempurna pada umumnya terdapat pada protein hewan. Kedua,
protein kurang sempurna adalah protein yang asam aminonya lengkap
tetapi jumlah dari beberapa asam amino sedikit. Protein kurang sempurna
tidak mampu mencukupi pertumbuhan, tetapi protein kurang sempurna ini
dapat mempertahankan jaringan yang telah ada. Contohnya protein pada
lagumin yang terdapat pada kacang-kacangan dan giladin pada
gandum. Ketiga, protein tidak sempurna adalah protein yang kurang atau
tidak memiliki asam amino esensial. Protein tidak sempurna tak mampu
mencukupi pertumbuhan dan mempertahankan yang telah ada
sebelumnya. Contohnya, zein yang terdapat pada jagung, dan beberapa
protein yang ada pada tumbuhan (Goddete et al, 1993).
Jenis-jenis protein berdasarkan komponen-komponen penyusunnya
terbagi atas tiga yaitu pertama, protein sederhana adalah protein dari hasil
hidrolisa, total protein ini merupakan campuran atas berbagai macam asam
amino. Kedua, protein kompleks adalah protein dari hasil hidrolisa total
protein jenis ini yang terdiri dari berbagai macam asam amino selain itu
juga tedapat komponen-komponen yang lain seperti unsur logam, gugusan
phospat. dll Contohnya hemoglobin, lipoprotein, glikoprotein dan masih
banyak lagi). Ketiga, protein derivat adalah protein yang merupakan ikatan
antara (intermediate product) yang merupakan hasil dari hidrolisa parsial
yang berasal dari protein native. Contohnya albumosa, peptone dan masih
banyak lagi (Lowry et al, 1951).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan protein adalah
yang pertama perkembang jaringan dimana perkembangan terjadi dengan
cepat seperti pada masa janin dan kehamilan yang membutuhkan lebih
banyak protein. Kedua, kualitas protein dipengaruhi oleh kebutuhan
protein makanan pada pola asam aminonya. Ketiga, digestibilitas protein
dipengaruhi oleh jarak antara waktu makan, dengan interval yang lebih
panjang akan menurunkan persaingan dari enzim yang tersedia dan tempat
absorpsi. Keempat, kandungan energi dari makanan dari karbohidrat harus
tersedia untuk mencukupi kebutuhan energi sehingga protein dapat
digunakan hanya untuk pembagunan jaringan. Kelima, status kesehatan
dapat meningkatkan kebutuhan energi karena meningkatnya katabolisme
(Hoffman et al, 2004).
Angka Kecukupan Protein (AKP) merupakan rata-rata konsumsi
protein untuk menyeimbangkan protein agar tercapai semua populasi
orang sehat disesuaikan dengan kelompok umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh dan aktivitas fisik. Kecukupan karbohidrat sesuai dengan pola
pangan yang baik berkisar antara 50-65% total energi, sedangkan
kecukupan lemak berkisar antara 20-30% total energi. Untuk mengukur
kecukupan protein seseorang, dapat diketahui dengan cara metode recall.
Prinsip dari metode recall , dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah
bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu
(Hardinsyah dan Tambunan, 2004).
Menurut Hardiansyah (2010), kecukupan protein seseorang
dipengaruhi oleh berat badan, usia (tahap pertumbuhan dan
perkembangan) dan mutu protein dalam pola konsumsi pangannya. Bayi
dan anak-naka yang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat membutuhkan protein lebih banyak perkilogram berat
badannya dibanding orang dewasa. Protein yang bermutu baik adalah
protein yang mengandung semua jenis asam amino essensial dalam
proporsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan.
Berdasarkan praktikum dan perhitungan yang diperoleh dari dua
mahasiswa dengan setiap mahasiswa mempunyai kecukupan protein yang
berbeda-beda. Hasil yang didapatkan yaitu AKP dari Meyta dengan berat
badan 47,5 kg yaitu 10,488 gr/kg BB dan KP yang diperoleh yaitu
647,634. AKP dari Ratna dengan berat badan 42 kg yaitu 6,7452 gr/kg BB
dan KP yang diperoleh yaitu 368,28792. Dari hasil tersebut bahwa KP
yang diperoleh Meyta lebih besar daripada Ratna. Hal ini sesuai dengan
teori Hardiansyah (2010), bahwa kebutuhan protein perorangan tergantung
pada berat badan. Sehingga semakin besar berat badan seseorang maka
angka kecukupan protein dan kecukupan proteinnya semakin tinggi.
Jika berpedoman pada batas standar kecukupan konsumsi kalori
dan protein per kapita per hari, yaitu 2.000 kkal dan 52 gram protein, maka
angka nasional rata-rata konsumsi kalori penduduk Indonesia masih
berada dibawah standar kecukupan yakni hanya sebesar 1.952,01 kkal.
Sebaliknya rata-rata konsumsi protein sudah berada di atas standar
kecukupan yakni sebesar 56,25 gram protein (Susenas, 2011).
Protein terdiri dari asam-asam amino. Disamping menyediakan
asam amino esensial, protein juga mensuplai energi dalam keadaan energi
terbatas dari karbohidrat dan lemak. Asam amino esensial
meliputi Histidine, Isoleucine, Leucine, Lysine, Methionine, Cysteine,
Phinilalanine, Tyrosine, Threonine, Tryptophan dan Valine. Pada
umumnya empat asam amino yang sering defisit dalam makanan anak-
anak adalah Lysine, Methionine + Cysteine, Threonine + Tryptophan.
Protein atau asam amino esensial berfungsi terutama sebagai katalisator,
pembawa, pengerak, pengatur, ekpresi genetik, neurotransmitter, penguat
struktur, penguat immunitas dan untuk pertumbuhan (WHO, 2002).

E. KESIMPULAN
Dari praktikum acara VII “Perhitungan Kecukupan Protein” yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kebutuhan protein seseorang tergantung pada berat badan dan jumlah
protein yang dimakan. Sehingga semakin besar berat badan dan jumlah
protein seseorang maka angka kecukupan proteinnya semakin tinggi.
Rumus dari AKP yaitu Berat Badan (BB) x jumlah protein. Lalu rumus dari
KP yaitu Berat badan x AKP x fk.
2. Angka kecukupan protein pada praktikan Meyta sebesar 10,488 gr/kg BB
dan KP yang diperoleh yaitu 647,634 serta praktikan Ratna angka
kecukupan protein yang diperoleh sebesar 6,7452 dan KP yang diperoleh
yaitu 368,28792.
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM. 2014. Topik Sajian Utama : Mengenal Angka Kecukupan Gizi (Akg)
Bagi Bangsa Indonesia. Jurnal Info POM 15 (4) : 1-12.
Charrondiere, U.R, S. Chevassus-Agnes, S. Marroni, B. Burlingame. 2004. Impact
of Different Macronutrient Definitions and Energy Conversion Factors on
Energy Supply Estimations. Journal Of Food Composition And Analysis 17
(17) :339-360.
Damora, Asih Sulistyorini Uly., Faisal Anwar, dan Yayat Heryatno. 2008. Pola
Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani Hutan Kemasyarakatan Di
Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Gizi dan Pangan 3 (3) : 227-232.
Fahmia, Nihaya Ika., Tatik Mulyati, dan Erma Handarsari. 2012. Hubungan
Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi pada Penderita Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan di RSUD Tugurejo
Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang 1(1) : 1-11.
Friedman, Mendel. 1996. Nutritional Value of Proteins from Different Food
Sources. Journal of Agriculture and Food Chemistry 44 (1) : 6–29.
Gaman, P. M., dan K. B. Sherrington. 1992. Ilmu Pangan. Yogyakarta : UGM
Press.
Goddete, D. W, C. Terri, F. L. Beth, L. Maria, R. M. Jonathan, P. Christian, B. R.
Robert, S. Y. Shiow, C. R. Wilson. 1993. Strategy and Implementation of a
System for Protein Engineering. Journal of Biotechnology 28 (1) : 41-54.
Gunadi, Dwi. 2010. Gizi Atlet Lari Cepat 100 meter Pelajar Putra Indonesia.
Jurnal Ilmiah SPIRIT 10 (2) : 1411-8319.
Handajani, Sri. 1994. Pangan dan Gizi. Surakarta : UNS Press.
Hardinsyah, Hadi Riyadi dan Victor Napitupulu. 2012. Kecukupan Energi,
Protein, Lemak Dan Karbohidrat. Departemen Gizi Masyarakat. FEMA IPB.
Hoffman, Jay R., and Michael J. Valvo. 2004. Protein-Which Is Best. Journal of
Sports Science and Medicine 3 : 118-130.
Lowry, O. H., N. J., Rosebrought, A. L., Farr, R. J. Randall. 1951. Protein
Measurement with the Folin Phenol Reagent. Journal of Biology and
Chemistry 2(1) : 193-265.
Mandle Kumar A., Pranita Jain And Shailendra Kumar Shrivastava. Protein
Structure Prediction Using Support Vector Machine. International Journal On
Soft Computing (IJSC ) 3 (1) : 67-78.
Martini, Kus Sri. 2011. Kimia Bahan Pangan. Surakarta : UNS Press.
Nurhamidi. 2014. Studi Konversi Satuan Ukuran Rumah Tangga Kedalam Berat
(Gram) Pada Beberapa Jenis Makanan Tradisional Hasil Olahan
Masyarakat Banjar di Banjarmasin. Jurnal Skala Kesehatan 5(2).
Rahayu, Paramitha., Siti Fatonah dan Meddiati Fajri. 2012. Daya Terima dan
Kandungan Gizi Makanan Tambahan Berbahan Dasar Ubi Jalar Ungu.
Food Science and Culinary Education Journal, Vol. 1, No. 1.
Susenas. 2011. Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi
2011. BPS Statistics Indonesia. Jakarta.
World Health Organization [WHO]. 2002. Protein And Amino Acid Requirements
In Human Nutrition Report Of A Joint WHO/FAO/UNU Expert Consultation.
WHO. Geneva.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Meyta Dwi Kurnia


Berat Badan = 47,5 kg
Jumlah Protein = 0,2208
Fk = 1,3

AKP = BB x jumlah protein


= 47,5 x 0,2208
= 10,488 gr/kg BB
KP = BB x AKP x fk
= 47,5 x 10,488 x 1,3
= 647,634

2. Ratna Suminar
Berat Badan = 42 kg
Jumlah Protein = 0,1606
Fk = 1,3

AKP = BB x jumlah protein


= 42 x 0,1606
= 6,7452 gr/kg BB
KP = BB x AKP x fk
= 42 x 6,7452 x 1,3
= 368,28792

Anda mungkin juga menyukai