Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara terus

menerus mengakibatkan tingkat pendidikan dan teknologi semakin maju.Orang

dengan mudah berobat dan tidak takut dengan penyakit berbahaya.Tapi hal ini

dipengaruhi oleh peningkatan biaya pengobatan sementara masyarakat, masih

banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu masyarakat

Indonesia harus sudah mengenal kesehatan keluarga dari sekarang agar

masyarakat mengenal arti pentingnya kesehatan dan oleh sebab itu disini akan

dibahas tentang konsep keperawatan keluarga dalam keperawatan di Indonesia.

Agar masyarakat Indonesia hidup sehat keperawatan keluarga merupakan salah

satu area spesalis dalam keperawatan yang berfokus kepada keluarga sebagai

target pelayanan. Tujuan dari keperawatan keluarga adalah untuk meningkatkan

kesehatan keluarga secara menyeluruh dan setiap anggota keluarga.

Dalam UU No. 10 1992 disebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam

masyarakat, yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anak, atau ayah ibu

dan anak.Dalam konteks pembangunan Indonesia bertujuan ingin menciptakan

keluarga yang bahagia dan sejahtera. Keluarga sejahtera dalam UU tersebut

disebut sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah dan

mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa kepada tuhan

yang maha esa, memilihi hubungan yang serasi, selaras dan seimbangn antar

anggota dan dengan masyarakat.

1
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga

dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua

keuntungan sekaligus.Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu,

dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat.Dalam

pemberian pelayanan kesehatan perawat harus memperhatikan nilai-nilai dan

budaya keluarga sehingga dapat menerima. Maka dari itu penulis akan meninjau

beberapa tinjauan kepustakaan untuk melengkapi teori teori dasar mengenai kosep

dasar keluarga.

2
BAB II

KONSEP KELUARGA

A. Definisi Keluarga

Beberapa ahli menguraikan tentang definisi keluarga sesuai dengan

perkembangan sosial masyararakat.Salah satu dari ahli tersebut adalah Duval

dan Logan.Menurut Duval dan Logan (1986) keluarga adalah sekumpulan

orang degnan ukatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk

menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan

fisik, mental, emosional, serta sosal dari tiap anggota keluarga.Sebagai

tambahan, Bailon dan Maglaya (1978), menguraikan bahwa keluarga adalah

dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya

hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu

dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya.

Dari dua pengertian mengenai keluarga tersebut dapat disimpulkan

bahwa karakteristik keluarga adalah:

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang terikat oleh hubungan darah,

perkawinan, dan/atau adopsi.

2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mreka tetap

memperhatikan satu sama lain.

3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing

mempunyai peran sosial, misalnya suami, istri, anak, kakak, adik.

3
4. Mempunyai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan budaya serta

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota

keluarga.

B. Keluarga Sebagai Sistem

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu

sistem. Sebagai sistem, keluarga memiliki sub-sub sistem atau anggota

keluarga yaitu: ayah, ibu, anak, dan semua individu yang tinggal di dalam

rumah tangga tersebut. Anggota keluarga dalam sebuah rumah tangga saling

berinteraksi, interelasi, dan interdependensi untuk mencapai tujuan

bersama.Keluarga termasuk ke dalam sistem yang terbuka karena keluarga

dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya, yaitu lingkungannya (masyarakat),

dan sebaliknya sebagai sub sistem dari lingkungan, keluarga juga dapat

mempengaruhi masyarakat.Akibat dari interaksi tersebut, norma-norma

keluarga dapat berkembangan sesuai dengan keunikan/pengalaman masing-

masing anggota keluarga dalam menerima pengaruh lingkungan tersebut.Oleh

karena itu, betapa penting peran dan fungsi keluarga dalam membentuk

manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat secara bio-psiko-sosio-

spiritual.Jadi sangatlah tepat bila keluarga dijadikan sebagai titik sentral

pelayanan keperawatan. Diyakini bahwa keluarga yang sehat akan

mempunyai anggota yang sehat dan bisa mewujudkan masyarakat yang sehat.

Lebih jauh lagi, untuk memahami keluarga sebagai sistem perlu juga lebih

mendalam mengenai tipe keluarga.

Di Indonesia keluarga dikelompokan menjadi 5 tahap, yaitu :

4
1. Keluarga Pra-sejahtera

Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,

kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan, atau

keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator

keluarga sejahtera tahap I.

2. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,

tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya,

yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi

dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap I :


 Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut.
 Makan 2x sehari atau lebih.
 Pakaian yang berbeda intuk berbagai keperluan.
 Lantai rumah bukan dari tanah.

3. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)


Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, dan

dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum

dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu : kebutuhan menabung

dan memperoleh informasi.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap II :


 Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut

agama masing-masing yang dianut.


 Makan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk, paling kurang 1x

dalam seminggu.
 Memperoleh pakaian baru dalam 1 tahun terakhir.
 Luas lantai tiap penghuni rumah 8 M2 perorang.

5
 Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir sehingga dapat

melaksanakan fungsi masing-masing.


 Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan

tetap.
 Bisa baca tulis latinbagi setiap anggota keluarga dewasa yang

berumur 10 – 60 tahun.
 Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah.
 Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai

kontrasepsi.

4. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)


Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan

sosial psikologisnya, dan dapat memenuhi kebutuhan pengembangan,

tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal

terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk

material dan keuangan untuk social kemasyarakatan, juga berperan serta

secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau

yayasan social, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan lain

sebagainya.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III:


 Upaya keluarga untuk meningkatkan / menambah pengetahuan agama.
 Keluarga mempunyai tabungan.
 Makan bersama paling kurang sekali sehari.
 Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
 Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan.
 Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televise, dan majalah.

Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi


5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang

bersifat dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, maupun

6
pengembangan,serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan

berkelanjutan bagi masyarakat.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III Plus:


 Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan

sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat.


 Aktif sebagai pengurus yayasan/panti.

Berdasarkan intruksi Presiden Nomor 3 tahun 1996 tentang

Pembangunan Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Peningkatan

Penanggulangan Kemiskinan, Keluarga miskin adalah keluarga

prasejahtera dan keluarga sejahtera I (KS I). Tahun 2000 Badan

Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menetapkan 9

indikator keluarga miskin.

Indikator Keluarga Miskin ;


 Tidak bisa Makan 2x sehari atau lebih.
 Tidak bisa menyediakan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk, paling

kurang seminggu sekali.


 Tidak bisa memiliki Pakaian yang berbeda untuk setiap aktivitas.
 Tidak bisa Memperoleh pakaian baru minimal 1 stel setahun sekali.
 Bagian terluas lantai rumah dari tanah.
 Luas lantai rumah kurang dari 8 M2untuk setiap penghuni rumah.
 Tidak ada anggota keluarga berusia 15 tahun mempunyai penghasilan

tetap.
 Bila anak sakit/PUS ingin ber-KB tidak bisa ke fasilitas

7
C. Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai

macam pola kehidupan.Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe

keluarga juga berkembang mengikutinya dari tipe keluarga tradisional

menjadi non tradisional.Tetapi tidak semua tipe keluarga non tradisional ini

diterima atau sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia.

1. Tipe Keluarga Tradisional, terdiri dari:

1. Keluarga Inti (Nuclear Family), yaitu suatu rumah tangga yang terdari

dari suami, istri, dan anak (kandung atau angkat).

2. Keluarga besar (Extended Family), yaitu keluarga inti ditambah

dengan keluarga yang lain yang mempunyai hubungan darah,

misalnya, kakek, nenek, paman, dan bibi.

3. Keluarga Dyad (Dyad Family), yaitu suatu rumah tangga yang terdiri

dari suami istri tanpa anak.

4. “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang

tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan

oleh perceraian atau kematian.

5. “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari

seorang dewasa.

6. Keluarga usila, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri

yang lanjut usia.

2. Tipe Keluarga Non Tradisional, terdiri dari:

1. “Commune Family” yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian

darah hidup serumah.

8
2. Orang tua (ayah-ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak

hidup bersama dalam satu rumah tangga.

3. Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis hidup bersama dalam

satu rumah tangga.

D. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1986), ada lima fungsi dasar keluarga, yaitu:

1. Fungsi afektif

2. Fungsi sosialisasi

3. Fungsi reproduksi

4. Fungsi ekonomi

5. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan keluarga.Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial.Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada

kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.Tiap anggota

keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.Hal tersebut dipelajari

dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga.Dengan

demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, maka seluruh

anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan

fungsi afektif adalah:

a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, dan saling

mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota keluarga yang

9
mendapatkan kasih saying dan dukungan dari anggota keluarga yang lain

maka kemampuannya untuk memberikan kasih saying akan meningkat,

yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.

Hubungan intim di dalam keluarga merupakan modal dasar dalam

memberikan hubungan dnegan orang lain di luar keluarga/masyarakat.

b. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan

mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu

mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.

c. Ikatan dan Identifikasi. Ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat

memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui

proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan

anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi

yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif

tersebut.

Fungsi afektif merupakan sumber “energi” yang menentukan kebahagiaan

keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak, atau masalah keluarga

timbul

karena fungsi afektif tidak terpenuhi.

Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dna perubahan yang dilalui oleh

individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosial (Friedman, 1986).

Sosialisasi dimulai sejak lahir.Keluarga merupakan tempat individu

untuk belajar bersosialisasi.Keberhasilan perkembangan individu dan

10
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang

diwujudkan dalam sosialisasi.Anggota keluarga belajar disiplin, mengenai

norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam

keluarga.

Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

menambah sumber daya manusia.Dengan adanya program keluarga

berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.

Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan makanan,

pakaian dan tempat berlindung (rumah).

E. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


1. Mengenal masalah kesehatan
Kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan keluarga yang tidak

boleh di abaikan, karna kesehatan berperan penting dalam keluarga


2. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
Peran ini merupakan upaya keluarga untuk mencari pertolongan yang

tepat sesuai dengan keadaan keluarga


Adapun klarifikasi nya adalah :
a. Apakah masalah dirasakan oleh keluarga ..??
b. Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang

di hadapi salah satu anggota keluarga ….??


c. Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi yang di lakukan

terhadap salah satu anggota keluarga nya ..?


d. Apakah kepala keluarga percaya pada petugas kesehatan ..?
e. Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau

fasilitas kesehatan ..?

11
3. Memberikan perawatan pada keluarga yang sakit
Pemberian secara fisik merupakan beban paling berat yang di rasakan

keluarga (friedman,1998) Suprajitno (2004) menyatakan bahwa

keluarga memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah keperawatan

keluarga, Untuk mengetahui yang dapat di kaji yaitu :


a. Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien ..?
b. Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti tentang

perawatan yang di perlukan pasien ..?


c. Bagaimana sikap keluarga terhadap pasien ..?
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga
a. Pengetahuan keluarga tentang sumber yang di miliki di sekitar

lingkungan rumah
b. Pengetahuan tentang penting nya sanitasi lingkungan dan manfaat

nya
c. Kebersamaan dalam meningkat kan dan memelihara lingkngan

rumah yang menunjang kesehatan


5. Menggunakan pelayanan kesehatan
Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam memanfaatkan sarana

kesehatan yang perlu di kaji tentang :


a. Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat di

jangkau keluarga
b. Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan
c. Kepercayaan keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang ada
d. Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga

F. Struktur Keluarga
Menurut Friedcman (1998), struktur keluarga terdiri dari :

1. Pola dan proses komunikasi dapat dikataan berfungsi apabila jujur,

terbuka,melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik keluarga serta

adanya hierarki kekuatan. Pola komunikasi dalam keluarga dikatakan

12
akan berhasil jika pengirim pesan (sender) yakin mengemukakan

pesannya, isi pesan jelas dan berkualitas, dapat menerima dan memberi

umpan balik, tidak bersifat asumsi, berkomunikasi sesuai. Sebaliknya,

seseorang menerima pesan (receiver) dapat menerima pesan dengan baik

jika dapt menjadi pendengan yang baik, memberi umpan balik dan dapat

memvalidasi pesan yang diterima.

2. Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi

sosial yang diberikan baik peran formal maupun informal.

3. Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol dan

mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain yang terdiri dari

legitimate power (hak), referen power (ditiru), expert power (keahlian),

reward power (hadiah), coercive power (paksaan) dan affektif power.

4. Nilai keluarga dan norma adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan

yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu sedangkan norma

adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu.

G. Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat dan kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu.Peranan individu didasari dalam keluarga dan kelompok masyarakat.

Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :

13
1. Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya,

berperan dari pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman

sebagai kepala keluarga, anggota dari kelompok sosial serta dari anggota

masyarakat dari lingkungannya.

2. Peran ibu : ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai

peran mengurus rumah tangga , sebagai pengasuh dan pendidik anak-

anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,

disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan

dalam keluarga.

3. Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai engan

tingkat perkembangan fisik, mental, soaial dan spiritual.

H. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga Dan Tugas Perkembangan

Keluarga

Menurut friedman (1998), tahap perkembangan keluarga berdasarkan

siklus kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap :

1. Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang insan

yang menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada tahap ini

mempunyai tugas perkembangan, yaitu membina hubungan dan

kepuasan bersama, menetapkan tujuan bersam, membina hubungan

dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial dan merencanakan anak

atau KB.

14
2. Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu dimulai

dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.

Mempunyai tugas perkembangan seperti persiapan bayi, membagi peran

dan tanggungjawab, adaptasi pola hubungan seksual, pengetahuan

tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua.

3. Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan anak

pertama yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun. Mempunyai

tugas perkembangan, yaitu membagi waktu, pengaturan keuangan,

merencanakan kelahiran yang berikutnya dan membagi tanggungjawab

dengan anggota keluarga yang lain.

4. Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia

13 tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menyediakan

aktivitas untuk anak, pengaturan keuangan, kerjasama dalkam

memnyelesaikan masalah, memperhatikan kepuasan anggota keluarga

dan sistem komunikasi keluarga.

5. Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertam 13 tahun

sampai dengan 20 tahun. Tugas pekembangan keluarga ini adalah

menyediakan fasilitas kebutuhan keluarga yang berbeda, menyertakan

keluarga dalam bertanggungjawab dan mempertahankan filosofi hidup.

6. Keluarga denagn anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak pertama,

meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan keluarga, yaitu menata

kembali sumber dan fasilitas, penataan yanggungjawab antar anak,

mempertahankan komunikasi terbuka, melepaskan anak dan

mendapatkan menantu.

15
7. Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir

meninggalakan rumah dan berakhir pada saat pensiun. Adapaun tugas

perkembangan, yaitu mempertahankan suasana yang menyenangkan,

bertanggungjawab pada semua tugas rumah tangga, membina keakraban

dengan pasangan, mempertahankan kontak dengan anak dan

berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

8. Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai

dari salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung

hingga salah satu pasangan meninggal dunia. Adapun tugas

perkembangan keluarga ini, yaitu menghadapi pensiun, saling rawat,

memberi arti hidup, mempertahankan kontak dengan anak, cucu dan

masyarakat.

BAB III

PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang

diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini

16
bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan, secara umum, tujuan asuhan

keperawatan keluarga adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam

mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri.

Sebelum memberikan asuhan keperawatan keluarga, beberapa persiapan

yang perlu dilakukan oleh perawat:

1. Menetapkan keluarga yang menjadi sasarn keluarga serta menentukan

kasus-kasus yang perlu ditindaklanjuti di rumah, melalui seleksi kasus di

puskesmas sesuai prioritas


2. Menetapkan jadwal kunjungan
a. Membuat jadwal kunjungan dan identitas keluarga yang akandikunjungi.
b. membuat kesepakatan dengan keluarga tentang waktu kunjungan dan

kehadiran anggota keluarga pengambil keputusan.


3. Menyiapkan perlengkapan lapangan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan

kunjungan antara lain:


a. Mempelajari riwayat penyakit klien(individu atau anggota keluarga)

dari rekan kesehatan keluarga di Puskesmas dan pencatatan lain (unit

layanan kesehatan) yang ada kaitannyadengan klien tersebut


b. Membuat catatan singkat tentang masalah klien dan keluarga sebagai

dasar kajian lebih lanjut di keluarga.


c. Formulir atau catatan pengkajian keluarga dan catatan lain yang

diperlukan
d. Kit primary health nursing (PHN) yang berisi peralatan dan obat-

obatan sederhana
e. Alat bantu penyuluhan

1. Pengkajian

Lima tahap proses keperawatan terdiri dari pengkajian terhadap

keluarga, identifikasi masalah keluarga dan individu (diagnosa keperawatan),

17
rencana keperawatan, implementasi rencana pengerahan sumber-sumber dan

evaluasi perawatan.

Proses keperawatan memiliki tahapan-tahapan yang saling bergantung dan

disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap

satu ke tahap lain, (Friedman,1998:55).

Menurut Friedman (1998:56) proses pengkajian keperawatan dengan

pengumpulan informasi secara terus-menerus terhadap arti yang melekat pada

informasi yang sedang dikumpulkan tersebut. Pengkajian yang dilakukan

meliputi pengumpulan informasi dengan cara sistematis, diklasifikasi

dianalisa artinya.

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan,

studi dokumentasi (melihat KMS, kaetu keluarga) dan pemeriksaan fisik

(Effendi,1998:47). Data yang dikumpulkan meliputi:

a. Identitas keluarga, yang dikaji adalah umur,pekerjaan dan tempat

tinggal.

Yang beresiko menjadi penderita tuberculosis adalah: individu tanpa

perawatan kesehatan yang adekuat (tuna wisma,tahanan), dibawah

umur 15 tahun dan dewasa muda antara 15-44 tahun ,tinggal ditempat

kumuh dan perumahan di bawah standart dan pekerjaan.

b. Latar belakang budaya atau kebiasaan keluarga

 Kebiasaan makan

Pada penderita tuberculosis mengalami nafsu makan menurun bila

terjadi terus menerus akan menyebabkan penderita menjadi lemah.

18
Bagi penderita tuberculosis dianjurkan diet Tinggi Kalori Tinggi

Protein (TKTP) (Tempointeraktif, 23 Juli 2005).

 Pemanfaatkan fasilitas kesehatan

Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan

sangat berpengaruh dalam perawatan tuberculosis baik untuk

mendapatkan informasi maupun pengobatan.Beberapa tempat yang

memberikan pelayanan kesehatan bagi tuberculosis adalah

Puskesmas, BP4, Rumah Sakit dan Dokter pratek swasta (Depkes

RI, 2002).

 Status Sosial Ekonomi

Pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap pola pikir dan

tindakan keluarga dalam mengatasi masalah dalam keluarga

(Effendy, 1998). Sebaliknya dengan tingkat pendidikan tinggi

keluarga akan mampu mengenal masalah dan mampu mengambil

keputusan untuk menyelesaikan masalah.

 Pekerjaan dan Penghasilan

Pekerjaan dan penghasilan merupakan hal yang sangat berkaitan.

Penghasilan keluarga akan menentukan kemampuan mengatasi

masalah kesehatan yang ada. Kemampuan menyediakan perumahan

yang sehat, kemampuan pengobatan anggota keluarga yang sakit dan

kemampuan menyediakan makanan dengan Gizi yang seimbang.

60% penderita tuberculosis adalah penduduk miskin (Sinar Harapan,

23 Juli 2005).

 Aktivitas

19
Selain kebutuhan makanan, kebutuhan istirahat juga harus

diperhatikan. Bagi penderita tuberculosis dianjurkan istirahat

minimal 8 jam perhari (Depkes RI, 2002).

 Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga

Tingkat perkembangan pada tahap pembentukan keluarga akan

didapati masalah dengan social ekonomi yang rendah karena harus

belajar menyesuaikan dengan kebutuhan yang harus dipenuhi.

Keluarga baru belajar memecahkan masalah.Dengan keadaan

tersebut berpengaruh pada tingkat kesehatan keluarga. Social

ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan masalah

kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena ketidak mampuan

dan ketidak tahuan dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi

(Effendy,1998). Tidak adanya riwayat keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan tidak berpengaruh pada status kesehatan keluarga.

c. Data lingkungan

 Karakteristik rumah

Keadaan rumah yang sempit, ventilasi kurang, udara yang lembab

termasuk rumah dengan kondisi di bawah standart kesehatan.Salah

satu factor yang bisa menyebabkan kuman tuberculosis bertahan

hidup adalah kondisi udara yang lembab (Depkes RI, 2002).

 Karakteristik lingkungan

Lingkungan rumah yang bersih, pembuangan sampah dan

pembuangan limbah yang benar dapat mengurangi penularan

20
TBC dan menghambat pertumbuhan bakteri tuberkulosa. TBC

sangat erat berhubungan dengan kondisi lingkungan yang

kumuh .

 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Kuman tuberculosis dapat menular dari ke orang melalui

udara. Semakin sering kontak langsung dengan penderita

bereksiko sekali tertular TBC. Terutama yang merawat di

rumah berkesempatan terkena TBC dari pada yang berada di

tempat umum

 Struktur keluarga

 Pola komunikasi

Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka

dan dua arah akan sangat mendukung bagi penderita TBC.

Saling mengingatkan dan memotivasi penderita untuk terus

melakukan pengobatan dapat mempercepat proses

penyembuhan.

 Struktur peran keluarga

Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan

perannya dengan baik akan membuat anggota keluarga puas

dan menghindari terjadinya konflik dalam keluarga dan

masyarakat.

 Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan

mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga

21
yang mendukung kesehatan. Penyelesaian masalah dan

pengambilan keputusan secara musyawarah akan dapat

menciptakan suasana kekeluargaan. Akan timbul perasaan

dihargai dalam keluarga.

 Nilai atau norma keluarga

Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang

ditampakan merupakan gambaran dari nilai dan norma yang

berlaku dalam keluarga.(Suprajitno,.2004: 7)

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang

telah disepakati, terdiri dari Masalah (problem, P) adalah suatu pernyataan

tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga

atau anggota (individu).

Penyebab (etiology ,E) adalah suatu pernyataan yang dapat

menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu

mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota

keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan .

Tanda (Sign, S) adalah sekumpulan data subyektif dan obyektif yang

diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung

masalah dan penyebab.

Apabila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari satu

perlu dilakukan skor Proses skoring menggunakan skala yang telah

22
dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1978). Proses scoring untuk setiap

diagnosis keperawatan:

 Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang di buat perawat.

 Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan

bobot.

Skor yang diperoleh

_______________ x bobot

Skor tertinggi

 Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan

jumlah bobot, yaitu 5). Tipologi diagnosis keperawatan keluarga

dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

a) Diagnosis actual adalah masalah keperwatan yang sedang dialami

oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.

b) Diagnosis resiko / resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang

belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan

actual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat

bantuan perawat.

c) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga

ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya

dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan

dapat ditingkatkan.

Diagnosa yang mungkin muncul pada keluarga dengan penyakit TBC

adalah :

a. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

23
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan secret yang keluar

c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

penumpukan secret yang berlebih.

d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplay O2 yang

menurun (Doenges,1999:240-247).

Dalam merumuskan diagnosa dalam keperawatan keluarga perlu

dilakukan prioritas masalah dan adanya kriteria prioritas masalah.

Prioritas masalah

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah

sebagai berikut :

a. Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang

ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus.

b. Perlu mempertimbangkan masalah-masalan yang dapat

mengancam kehidupan keluarga seperti masalah penyakit.

c. Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap

asuhan keperawatan yang akan diberikan.

d. Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka

hadapi.

e. Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah

kesehatan/ keperawatan keluarga.

f. Penetahuan dan kebudayaan keluarga (Effendy,1998).

Kriteria prioritas masalah

24
Beberapa kriteria dalam penyusunan prioritas masalah menurut

Effendy (1998:52)

1. Sifat masalah, dikelompokkan menjadi : ancaman kesehatan,

keadaan sakit atau kurang sehat dan situasi krisis.

2. Kemungkinan masalah dapat dirubah, adalah kemungkinan

keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah

bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan. Faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi masalah dapat dirubah adalah:

a. Pengetahuan dan tindakan untuk menangani masalah.

b. Sumber daya keluarga, diantaranya adalah keuangan, tenaga,

sarana dan prasarana.

c. Sumber daya perawatan, diataranya adalah pengetahuan dan

ketrampilan dalam penanganan masalah serta waktu.

d. Sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas,

organisasi, seperti posyandu, polindes dan sebagainya.

3. Potensi masalah untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah

yang akan timbul dan dapat dikuraangi atau dicegah melalui

tindakan keperawatan dan kesehatan. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah TBC

adalah :

a. Kepelikan/kesulitan masalah,hal ini berkaitan dengan beratnya

penyakit atau masalah TBC yang menunjukkan pada prognosa

dan beratnya TBC yang diderita oleh anggota keluarga.

25
b. Tindakan yang sudah dan sedang dijalankan, adalah tindakan

untuk mencegah dan mengobati masalah TBC dalam rangka

meningkatkan status kesehatan keluarga.

c. Lamanya masalah, berhubungan dengan beratnya masalah

TBC pada keluarga dan potensi masalah untuk dicegah.

d. Adanya kelompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok

yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.

4. Menonjolnya masalah TBC,adalah cara keluarga melihat dan menilai

masalah TBC dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi

melalui intervensi keperawatan dan kesehatan.

3. Rencana Keperawatan

Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang

didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang

mengacu pada penyebab.Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan

yang berorientasi pada kriteria dan standart.

Ada beberapa tingkatan tujuan dalam penyusunan rencana keperawatan

menurut Friedman (1998;64). Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat

diukur, langsung dan spesifik. Dan tujuan jangka panjang yang merupakan

tingkatan akhir yang menyatakan maksud-maksud luas yang diharapkan oleh

perawat dan keluarga agar dapat tercapai.

Penyusunan kriteria evaluasi dan standar evaluasi, disesuaikan dengan

sumber daya yang ada pada keluarga yaitu biaya, pengetahuan dan sikap dari

keluarga berupa respon verbal, afektif dan psikomotor untuk mengatasi

masalahnya.Tujuan asuhan keperawatan pada keluarga dengan masalah :

26
Tujuan jangka pendek antara lain :

Setelah di berikan informasi kepada keluarga mengenai, maka keluarga

mampu mengenal masalah, mampu mengambil keputusan dan mampu

merawat anggota keluarga yang menderita.

Kriteria evaluasi :

 Respon verbal,keluarga mampu menyebutkan pengertian, tanda dan

gejala, penyebab, cara penularan perawatan dan pencegahan.

 Respon efektif, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang

menderita.

 Respon Psikomotor, keluarga mampu memodifikasi lingkungan bagi

penderita.

Standar evaluasi :

Pengertian, tanda dan gejala, penyebab, cara pencegahan, cara

pencegahan penularan dan cara perawatan.

Tujuan jangka panjang

Masalah dalam keluarga dapat teratasi / dikurangi setelah dilakukan

tindakan keperawatan.

Tahap intervensi diawali dengan penyelesaian perencanaan

perawatan. Seperti pendapat Friedman (1998: 67). Selama pelaksanaan

intervensi keperawatan, data-data baru secara terus-menerus mengalir

masuk. Karena informasi ini (respon dari klien, perubahan situasi, dll)

dikumpulkan, perawat perlu cukup fleksibel dan dapat beradaptasi untuk

mengkaji ulang situasi keluarga dengan membuat modifikasi-modifikasi

tanpa rencana terhadap perencanaan. Dalam memilih tindakan

27
keperawatan tergantung pada sifat masalah dan sumber-sumber yang

tersedia untuk pemecahan.

Intervensi pada keluarga dengan masalah antara lain sebagai berikut

(Doenges, 1999) :

1. Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tissue

dan menghindarkan meludah di sembarang tempat.

2. Dorongan keluarga untuk memberi makanan yang bergizi.

3. Kontrol berat badan secara periodic

4. Dorong pasien untuk makan sedikit tapi sering dengan makanan

tinggi karbohidart dan tinggi protein.

5. Dorong pasien untuk minum obat secara teratur

4. Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan pada

rencana keperawatan yang telah disusun.Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga adalah :

a. Sumber daya Keluarga (keuangan)

Sumber daya (keuangan) yang memadai diharapkan mampu menunjang

proses penyembuhan pada anggota keluarga yang menderita TBC

b. Tingkat pendidikan keluarga

Tingkat pendidikan keluarga dapat mempengaruhi kemampuam keluarga

dalam mengenal masalah TBC dan mengambil keputusan mengenai

tindakan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita TBC.

c. Adat istiadat yang berlaku

28
Adat istiadat yang berlaku berpengaruh pada kemampuan kelurga dalam

merawat anggota keluarga yang menderita TBC

d. Respon dan penerimaan keluarga

Respon dan penerimaan keluarga sangat berpengaruh pada penyembuhan

karena keluarga mampu memberi motivasi.

e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga

Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik pada keluarga akan

memudahkan keluarga dalam memberikan perawatan dan pengobatan

pada anggota keluarga yang menderita TBC.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Menurut

Friedman (1998) evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi-

intervensi yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya. Ada

beberapa metode evaluasi yang dipakai dalam perawatan. Faktor yang paling

penting adalah bahwa metode tersebut harus disesuaikan dengan tujuan dan

intervensi yang sedang dievaluasi. Bila tujuan tersebut sudah tercaapai maka

kita membuat recana tindak lanjut.

29
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyararakat.Salah

satu dari ahli tersebut adalah Duval dan Logan.Menurut Duval dan Logan

(1986) keluarga adalah sekumpulan orang degnan ukatan perkawinan,

kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan

budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta

sosal dari tiap anggota keluarga.Sebagai tambahan, Bailon dan Maglaya

(1978), menguraikan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang

hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,

perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain,

mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan

suatu budaya.
B. Saran
Diharapkan keluarga mampu memelihara dan merawat anggota keluarga

yang sakit dan memberikan perhatian terhadapa anggota keluarga

tersebutr.

30

Anda mungkin juga menyukai