UNIVERSITAS HASANUDDIN
OLEH:
PEMBIMBING RESIDEN:
DOSEN PEMBIMBING:
2015
1
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:
Nama:
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Mengetahui,
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
2
DAFTAR ISI
A. IDENTITAS PASIEN 5
B. ANAMNESIS 5
C. PEMERIKSAAN FISIS 6
D. LABORATORIUM 6
E. PEMERIKSAAN RADIOLOGI 7
F. DIAGNOSIS 15
G. TERAPI 15
1. PENDAHULUAN 16
2. ANATOMI TULANG 17
3. FRAKTUR 23
4. DIAGNOSIS 34
3
5. DIFFERENSIAL DIAGNOSIS 38
6. PENATALAKSANAAN 38
7. KOMPLIKASI 39
8. PROGNOSIS 44
BAB 3: RESUME 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 47
4
BAB I : STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien:
Nama : Natan Malupu
Umur : 20 Tahun
No. Rekam Medik : 705587
Ruang Perawatan : Bagian Ortopedi Lt. 1 Kamar 3
Tanggal MRS : 21 Maret 2015
B. Anamnesis:
Keluhan utama:
- Nyeri pada bahu kiri, lengan bawah kanan sejak 4 hari
sebelum MRS
- Nyeri pada bahu kanan dan panggul kiri
5
C. Pemeriksaan Fisis:
D. Laboratorium:
RBC 2.49 L 10^6/mm^3
HGB 7.7 L g/dL
HCT 22.7 L %
ALY 2.5 H 0.16
6
E. Pemeriksaan Radiologi:
7
2. Foto Serendipity view clavicula dextra et sinistra
- Allignment clavicula intak, tidak tampak dislokasi
- Tampak fraktur pada 1/3 medial dan acromial facet clavicula sinistra
dengan fragmen fraktur distal dislokasi kea rah superior
- Callus forming negatif, korteks belu intak
- Mineralisasi tulang baik
- Jaringan lunak sekitarnya kesan swelling
8
3. Foto antebrachii dextra:
- Alignment antebrachii berubah, tampak dislokasi head of radius
kearah cranioanterior
- Tampak fraktur komunitif segmental pada 1/3 middle os ulna disertai
dengan plastic bowing pada 1/3 distal os radius dan ulna kearah
posterolateral
- Mineralisasi tulang baik
- Celah sendi yang tervisualisasi lainnya kesan normal
- Jaringan lunak sekitranya kesan swelling
- Plastic bowing fracture pada 1/3 distal os. radius dan ulna
9
4. Foto manus dextra:
- Alignment manus dextra berubah, tampak dislokasi pada os psiformis
kearah medioanterior
- Tampak plastic bowing pada 1/3 distal os radius dan ulna kearah
posterolateral
- Mineralisasi tulang baik
- Celah sendi yang tervisualisasi baik
- Jaringan lunak sekitarnya kesan swelling
10
5. Foro Cruris Sinistra AP/lateral:
- Alignment cruris sinistra intak, tidak tampak dislokasi
- Tidak tampak fraktur dan destruksi tulang
- Mineralisasi tulang baik
- Celah sendi yang tervisualisasi kesan baik
- Jaringan lunak sekitar kesan baik
11
6. Foto Pelvis AP:
- Alignment tulang dan sendi pembentuk pelvis tidak intak
- Tampak fraktur fossa ecetabular kiri kearah craniolateral
- Mineralisasi tulang baik
- SI dan Hip joint kanan baik
- Jaringan lunak sekitar kesan swelling
12
7. Foto Pelvis AP:
- Alignment tulang dan sendi pembentuk pelvis tidak intak
- Tampak fraktur fossa acetabular kiri kearah craniolateral
- Mineralisasi tulang baik
- SI dan Hip joint kanan baik
- Jaringan lunak sekitar kesan swelling
13
8. Foto Pelvis (Judet View):
- Alignment tulang dan sendi pembentuk pelvis tidak intak
- Tampak fraktur pada dinding anterior dan posterior dari acetabulum kiri
dengan fragmen distal ke arah craniomedial
- Mineralisasi tulang baik
- SI dan Hip joint kanan baik
- Jaringan lunak sekitar kesan swelling
14
F. Diagnosis:
- Masalah / Diagnosa Keperawatan : Nyeri
- Diagnosa radiologis : Multiple fracture
G. Terapi:
Pada tanggal 23-03-2015, pasien dioperasi “closed reduction of dislocation of
hip” dengan indikasi gangguan neurovaskuler. Pada tanggal 30-03-2015,
dilakukan dua operasi terhadap pasien yaitu, “open reduction internal fixation
acetabulum”, dengan indikasi patah tulang, dan “open reduction of fracture
with internal fixation ulna”, dengan indikasi patah tulang. Antara operasi
pasien sering dikasi transfusi darah.
15
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
1. Pendahuluan:
Cedera kompresi AP dapat disebabkan oleh pejalan kaki yang tertabrak mobil
atau tabrakan sepeda motor, cedera crushing pelvis, atau jatuh dari ketinggian lebih
dari 12 kaki (3,6 meter). Dengan ruptur symfisis pubis, sering terdapat robekan
kompleks ligamen posterior (sakroiliak, sakrospinosus, sakrotu Berous,
fibromuskular dasar pelvis) ditandai dengan fraktur sakroiliak dan atau dislokasi atau
fraktur sakrum. Dengan terbukanya cincin pelvis, kemungkinan terdapat pendarahan
komplek posterior pelvis dan kadang-kadang, cabang-cabang dari arteri iliaka interna.
Gambar 5-7 memperlihatkan fraktur “open book” dengan frekuensi kejadian 60-70
%.
16
sakrotuberus dan menyebabkan instabilita mayor pelvis. Gambar 5-9 memperlihatkan
fraktur “vertical shear” dengan frekuensi kejadian 5-15 %.
Mortalitas pada pasien dengan semua tipe fraktur pelvis sekitar 1 : 6 (5%-30%). Pada
pasien dengan fraktur pelvis tertutup dan hipotensi, mortalitas meningkat sampai 1 : 4
(10-42%). Perdarahan adalah faktor penyebab utama mortalitas.
Untuk kasus ini, etiologi yang mungkin ialah karena fraktur patologis atau
fraktur yang diakibatkan oleh trauma. Trauma dibagi menjadi dua, yaitu, trauma
langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi
miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras
(jalanan) seperti kecelakaan kendaraan bermotor dan jatuh dari ketinggian.Trauma
tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh
terpeleset di kamar mandi pada orang tua.
17
2. Anatomi Tulang:
Dalam setiap individu tulang adalah organ yang terpisah dari sistem skeletal.
Setiap manusia mempunyai sekitar 270 tulang dan jumlah tulang ini akan berkurang
ke 206 apabila sudah dewasa. Bahkan angka ini bervariasi karena jumlah tulang kecil
yang bervariasi. Sebagai contoh tulang sesamoid; tulang bulat kecil yang terbentuk di
dalam tendon dalam respon terhadap stress. Misalnya tulang tempurung lutut
(patella). Tulang wormian yaitu tulang yang terbentuk dalam sutura tengkorak.
Masing-masing organ rangka terdiri dari berbagai jenis jaringan yaitu tulang, tulang
rawan, jaringan ikat fibrosa, pembuluh darah dan tisu saraf. 9
18
c. Selaras dengan meningkatnya usia, sumsum merah diganti dengan
sumsum kuning
2. Tulang rawan articular terletak pada permukaan epifisis. Terdiri dari tulang
rawan hyaline yang bersifat seperti bantal.
3. Diafisis merupakan tulang kompak tebal tetapi ringan dan berongga
4. Rongga meduler (medullary cavity) terdiri dari sumsum kuning dan jaringan
lemak adipose. Pada pasien dengan anemia berat sumsum kuning bias
berubah kembali ke sumsum merah untuk membuat sel-sel darah.
5. Periosteum merupakan jaringan ikat fibrosa putih yang bersambungan dengan
tendon menembus tulang dan bersambung dengan pembuluh darah ke tulang.
6. Endosteum merupakan kartilago tendon berserat yang melapisi rongga
meduler
19
2.1 Anatomi Tulang Pelvis:
Bagian keras dari pelvis dibentuk oleh dua (2) bagian yaitu:
a. Pelvis mayor: mendukung isi perut seperti usus, hati, ginjal, pancreas
dan organ abdomen yang lain.
Tulang- tulang yang menyusun panggul terdiri atas empat (4) tulang utama yaitu:
Tulang coxae terdiri atas tiga (3) buah tulang yang berhubungan satu sama lain. Tiga
(3) tulang itu ialah:
20
Tulang usus (os illium):
Os illium terletak dari articulation sakroiliaka sampai pinggir atas acetabulum. Batas
atasnya merupakan pinggir tulang yang tebal yang disebut krista illiaka. Ujung depan
maupun belakang dari krista illiaka menonjol terdiri atas empat (4) yaitu:
Di bawah spina illiaka posterior terdapat tekik yang disebut incisura ischiadika
mayor.
Tulang yang membatasi sebuah lubang dalam tulang panggul dinamakan foramen
obturatorium. Bagian atas yang menonjol pada os pubis dinamakan ramussuperior,
cekungannya dinamakan linea inominata atau linea terminalis.Pertemuan kedua
ramus superior dinamakan tepi atas simfisis.Pada bagian bawahnya dinamakan ramus
inferior, pertemuan antara ramus inferior membentuk tepi bawah simfisis.Pada ramus
inferior membentuk sudut yang disebut arcus pubis yang sudutnya tidak boleh kurang
dari 90 derajat.
21
Tulang selangkang (os sacrum):
Pada pertengahan basis terdapat titik menonjol digunakan sebagai petunjuk saat
melakukan pengukuran panggul dalam dinamakan promontorium. Pada bagian
anterior memanjang sampai illium dinamakan sayap sacrum. Lubang yang terdapat
pada bagian depan dinamakan foramina sacralia anteriora. Lubang yang terdapat pada
bagian belakang dinamakan foramina sacralia posteriora. Pada vertebra terdapat
bagian yang berduri yang dinamakan krista sakralia. Pada bagian samping tulang
kelangkang berhubungan dengan kedua tulang pangkal paha dengan perantara
articulatio sacroilliaca dan ke bawah dengan tulang tungging.
Berbentuk segitiga dan terdiri atas 3-5 ruas bersatu.Pada persalinan ujung tulang
tungging dapat ditolak sedikit ke belakang, hingga ukuran pintu bawah panggul
bertambah besar. Coccygis bersifat lentur, kelenturannya mempengaruhi lebar dari
ukuran panggul dalam.
22
Foto tulang panggul (pelvis)
3. Fraktur:
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya yang biasanya disebabkan oleh paksaan
atau tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Untuk mengetahuimengapadan bagaimana tulang mengalami fraktur, kondisi fisik
tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah harus diketahui
terlebih dahulu.Tulangkortikalmempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan
tekanan memuntir (shearing). Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang
menahantekanan membengkok, memutar dan tarikan akibat trauma yang bersifat
langsung maupun tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung
pada tulangdan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya
bersifat komunitifdan jaringanlunak ikut mengalami kerusakan sedangkan
23
traumatidak langsung apabilatrauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari
daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan extensi dapat menyebabkan fraktur pada
klavikula.
Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. Tekanan pada tulang dapat
berupa:
f. Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian
tulang.
24
1. Menurut hubungannya antara fragmen tulang dengan adanya dunia
luar:
c. Fraktur multiple – Garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang
yang berlainan tempatnya
25
b. Fraktur bergeser (displaced) – Terjadi pergeseran fragmen-
fragmen fraktur
26
a)Transversal, b)Oblik, c)Spiral, d)Kupu-kupu, e)Komunitif, f)Segmental, g)Depresi.
27
3.2 Jenis-Jenis Fraktur Pelvis:
28
gabungan Kompresi lateral /
geser vertikal
29
3.3 Fraktur Fossa Acetabulum:
30
Foto normal pelvis: anteroposterior radiografi menunjukkan garis iliopectineal
(hijau), ilioischial garis (biru) , acetabular anterior dinding (kuning) , posterior
acetabular dinding (merah muda) , dan foramen obturatorius (O).
Seperti trauma pelvis, cedera ini terutama disebabkan oleh trauma berenergi tinggi
untuk kendaraan bermotor, kecelakaan sepeda motor, atau jatuh dari ketinggian. Pola
fraktur tergantung pada:
31
Hip externally rotated and abducted: anterior column injury.
Hip internally rotated: posterior column injury.
Trauma tidak langsung, (misalnya, 'dashboard' cedera lutut tertekuk): Sebagai tingkat
hip fleksi meningkat, dinding posterior retak diposisi yang semakin rendah. Demikian
sepertitingkathipfleksimenurun, bagian superior dari dinding posterior lebih mungkin
untuk terlibat.
Fraktur acetabulum biasanya terkena pada anak remaja dan sering disebabkan
oleh trauma hebat seperti kecelakaan lalu lintas. Oleh karena pelvis merupakan tulang
supportif terhadap organ-organ abdomen, fraktur acetabulum seringkali dapat
mengancam nyawa mangsa. Dari makalah ini akan diceritakan mengenai kelanjutan
dari fraktur di daerah acetabulum sehingga ke penatalaksanaan yang sesuai untuk
diambil tindakan.
32
Kedua kolom fraktur Fraktur bentuk T Fraktur melintang
33
4. Diagnosis:
34
Teardrop
35
Iliac – oblique view (45-degree external rotation view
Diambil dengan memutar pasien menjadi
45° rotasi eksternal dengan mengangkat
sisi terluka pada irisan.
36
1. Iliac-oblique view
2. Baris Iliopectineal.
3. Dinding Posterior
4. Setengahan sendianterior
5. Sayap iliac
37
Sinar-X Inlet dan Outlet Pelvis
Inlet Pelvis X-ray
38
Outlet Pelvis XR
39
CT scan
Memberikan informasi tambahan mengenai ukuran & posisi kolom fraktur,
dampak fraktur dari dinding acetabular, tulang fragmen disendi, tingkat
kominusi, dan gangguan sacroiliac joint. Dua dan tiga dimensi CTscan yang
berguna dalam mengevaluasi fragmen intra-artikular serta karakteristik
morfologi spesifik setiap pola fraktur yang diberikan.
5. Differensial Diagnosis:
40
6. Penatalaksanaan:
Teknik sederhana dalam membidai fraktur pelvis yang tidak stabil dan
mengembalikan volume pelvis yang membesar sebelum mentransfer pasien dan
selama resusitasi cairan kristaloid dan darah. Tehnik ini termasuk :
7. Komplikasi:
41
Komplikasi dibagi menjadi dini dan akhir.
Kematian
Infeksi
Faktor predisposisi infeksi meliputi berikut ini:
o Kehadiran lecet luka / gesekan dekat lokasi operasi atau pada jarak
42
Manajemen terdiri dari:
Kerusakan saraf
o N. Sciatik
Saraf yang paling sering cedera adalah saraf sciatic, baik komponen peroneal saja
atau kedua tibialis posterior dan komponen peroneal. Penyebab termasuk trauma
langsung oleh retaknya fragmen dan trauma langsung pada saat operasi. Kerusakan
saraf siatik juga berhubungan dengan traksi.
Cedera pada saraf kutan lateral paha biasanya terjadi sebagai cedera iatrogenik
mengikuti ilioinguinal. Kebanyakan menghilang secara spontan jika saraf tidak
avulsi.
o N. femoralis
Cedera pada saraf femoralis sangat jarang. Hal ini terlihat hanya jika traksi lateral
yang terlalu diberikan ke kompartemen iliopsoas selama manipulasi fraktur dalam
pendekatan ilioinguinal.
43
o N. glutealis superior
N. glutealis superior adalah resiko patah tulang yang tinggi keluar di skiatik dan
selama pendekatan posterior, terutama jika koagulasi perdarahan dicoba di daerah ini.
o N.pudenda
N. pudenda dapat terluka karena tekanan dari pos perineum dari tabel traksi. Sekitar
90% pasien dengan cedera ini sembuh spontan.
Cedera vaskular
Arteri glutealis superior adalah arteri yang paling sering terlibat. Cedera mungkin
karena cedera itu sendiri, terutama dalam patah tulang keluar dekat atap skiatik besar.
Hal ini juga akibat dari kerusakan iatrogenik selama diseksi di wilayah atas n. skiatic.
o Arteri femoralis
Helfet et al melaporkan perforasi vena femoralis dari fragmen fraktur yang tajam dari
kolom anterior selama upaya pengurangan fraktur. Pasien sembuh sepenuhnya setelah
perbaikan pembuluh darah.
Tromboemboli
44
Tromboemboli adalah salah satu komplikasi yang paling signifikan dari patah tulang
acetabular. Prevalensi emboli paru dalam pengaturan akut adalah 1-5%; kejadian
yang signifikan adalah 4%, menurut Judet dan Letournel. Risiko yang dilaporkan
emboliparuadalah4-7%.Para emboli biasanya berasal dari pembuluh darah besar
proksimal ekstremitas bawah. Sebuah perbedaan besar antara prevalensi terbukti
secara klinis DVT (2,3-5%) dan DVT terdeteksi pada pengujian vaskular (hingga
60%). Namun, metode rutin digunakan seperti Doppler ultrasonografi tidak alat yang
baik untuk mendeteksi DVT proksimal. Oleh karena itu, beberapa bentuk profilaksis
antikoagulan (paling sering, heparin molekul rendah-berat dan perangkat kompresi
mekanik) sering dianjurkan, terutama pada pasien berisiko tinggi.
Vena cava inferior (IVC) filter yang direkomendasikan pada pasien dengan temuan
positif pada scan duplex dan dalam kelompok berisiko tinggi (misalnya, orang-orang
dengan kontraindikasi thromboprophylaxis kimia, sejarah keganasan, obesitas, atau
riwayat DVT).
Malreduction
Malreduction dalam banyak kasus dan penting, komplikasi dapat dicegah dengan
kompromi hasil akhirnya. Setiap upaya yang mungkin harus dilakukan untuk
mencapai pengurangan anatomi setelah operasi.
Avascular necrosis
Judet dan Letournel melaporkan kejadian 6,6% untuk nekrosis avascular (AVN).
Insiden AVN dari kepala femoral setelah dislokasi fraktur pusat hanya 1,6%,
sedangkan menyusul dislokasi anterior adalah 1,5% dan setelah dislokasi posterior
adalah 7,5%. Penting fitur adalah sebagai berikut:
45
o Trauma kecelakaan selalu menentukan keadaan caput femoral dalam
pertahanan atau penghancuran seluruh atau sebagian dari arteri
femoral
46
8. Prognosis:
Berdasarkan kasus yang diberikan, prognosis pada pasien adalah dubia atau
ragu-ragu karena pasien mengalami ‘multiple fracture’ atau fraktur di lebih dari satu
bagian. Kondisi pasien akan baik-baik saja jika operasi dan penatalaksanaan yang
sesuai diberikan ke pasien.
BAB 3: RESUME
47
Toraja. Pasien tangan kanan dominan. Seorang siwa SMA. Gizi pasien baik. Pasien
tidak pernah ada riwayat pengobatan atau riwayat alergi. Riwayat penyakit
terdahulunya tidak ada.
Hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg, nadi
81 x/menit, suhu 36,7oC, pernafasan 18 x/menit. Pemeriksaan lainnya, pasien masih
di batas normal.
Daftar Pustaka:
1. Guthrie HC, Owens R, Bircher MD. British Editorial Society of Bone and
Joint Surgery. 2010
2. Jones P. Fractures of the Femur. http://orthoanswer.org/hip/femur-
fractures/treatment.html (accessed 18 November 2014).
3. http://emedicine.medscape.com/article/1246057
48
4. Knipe H, Jones J. Fracture of Femur. www.radiopaedia.org (accessed 25
November 2014).
5. Fildes, John MD, Meredith, J. Wayne MD, dkk. 2008. Advanced Trauma Life
Support for Doctors. ATLS. Student Course Manual 8th edition. Chicago
USA : American College og Surgeons Commite of Trauma.
6. N. Jarrod Durkee, et all. Classification of Common Acetabular Fractures:
Radiographic and CT Appearances.
7. P. Tornetta III, MD. Non-operative management of acetabular fractures: The
use of dynamic stress views. Boston Medical Centre, USA
8. Rasjad C, Reksoprodjo S, Hadi SA, Yurianto H, Roeshadi D, Irianto KA.
Buku Ajar Ilmu Bedah, 3rd ed. Jakarta: EGC; 2000.
9. Solomon L, Warwick DJ, Nayagam S. Apley's System of Orthopaedics and
Fractures, 8th ed. New York; 2007.
10. Ziser.Human Anatomy & Physiology: Skeletal System. 2010
11. Campbell, Scot E, MD. 2005. Radiography of the Hip : Lines, Signs, and
Patterns of Disease. New York : Departmeny of Radiology and Imaging,
Hospital for Special Surgery. Elsevier
12. Bircher MD, R Owens & HC Guthire. 2010. Focus On Pelvic Fractures.
London, UK : St. George’s Hospital. The Journal of Bone & Joint Surgery
13. Durkee, N Jarrod, Job Jacobson, David Jamadar, dkk. October 2006.
Classification of Common Acetabular Fractures : Radiographic and CT
Appearances.
49