doni
Tuesday, 22 May 2012
Berbagai masalah dan terapi psikologis lansia
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata ajar Keperawatan Gerontik yang
berjudul “Berbagai masalah dan terapi psikologis lansia”.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun
materil dari banyak pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Tim Dosen pengajar mata kuliah Keperawatan Gerontik.
2. Semua Teman – teman Stikes Mitra Lampung, khususnya kelas konversi angkatan 2011.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
BAB I
Latar Belakang
A. Latar Belakang
Dengan semakin besar proporsi populasi orang-orang lanjut usia (lansia) beserta heterogenitas,
pengalaman hidup yang kompleks, dan perubahan demografis dalam populasi, penting bagi
professional kesehatan mental untuk bersiap-siap mengakses dan menagngani klien-klien lansia.
Terlepas dari kecenderungan untuk memandang lansia sebagai populasi yang homogen dilihat
dari nilai-nilai, motif, status social psikologis serta perilakunya, penelitian menunjukkan bahwa
lansia adalah populasi yang sangat beragam dan heterogen. Mereka memiliki karakteristik-
karakteristik yang sama dan yang berbeda dengan kelompok-kelompok usia lainnya.
Seringkali tolak ukur kemajuan suatu bangsa dilihat dari angka harapan hidup penduduknya.
Demikian juga Indonesia sebagai salah satu negara berkembang. Angka harapan hidup di
Indonesia juga semakin meningkat.
Tingginya usia harapan hidup yang juga menyebabkan meningkatnya jumlah lansia ini akan
menyebabkan semakin meningkatnya masalah-masalah yang timbul oleh proses penuaan. Baik
itu masalah kesehatan dari segi fisik, sosial ekonomi, maupun masalah psikologis.
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dan mempertahankan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalna sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(constantinides, 1994). Semua orang akan mengalami proses penuaan dan menjadi tua yang
merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimana pada masa ini seseorang akan mengalami
kemunduran fisik, mental, dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan
tugasnya sehari-hari.
Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada
pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu
yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial,
kultural, ekonomi dan lain-lain.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui berbagai masalah dan terapi psikologis Lansia.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui masalah yang terjadi pada lansia
b. Untuk mengetahui apakah terapi psikologis bermanfaat pada lansia
C. Manfaat penulisan
1. Manfaat bagi akademis
Secara akademis, penulisan ini berguna untuk menambah informasi bagi perawat tentang
masalah dan terapi psikologis lansia.
2. Manfaat bagi profesi keperawatan
Diharapkan penulisan ini memberikan masukan bagi profesi dalam mengembangkan
perencanaan keperawatan pada lansia yang mengalami masalah psikologis.
3. Manfaat bagi penulis
Hasil penulisan ini memmberikan pengetahuan bagi penulis tentang masalah dan terapi
psikologis lansia.
BAB II
Pembahasan
A. Lansia
1. Pengertian
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisis, kejiwaan dan sosial (UU No23 Tahun 1992 tentang kesehata). Pengertian dan
pengelolaan lansia menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang
lansia sebagai berikut :
a. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas
b. Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
c. Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.
2. Batasan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi: usia pertengahan yakni
kelompok usia 46-59 tahun, usia lanjut (Elderly) yakni antara usia 60-74 tahun, Tua (Old) yaitu
antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) yaitu usia diatas 90 tahun (Setiabudhi, 1999),
dan menurut DepKes RI tahun 1999, umur dibagi 3 lansia yaitu;
a. Usia pra senelis atau Virilitas adalah seseorang yang berusia 45-49 tahun
b. Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Usia lanjut resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
atau dengan masalah kesehatan.
3. Proses Menua
Menurut Constantindes mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus
secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status
penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam maupun dari luar tubuh.
Aging proses adalah suatu periode menarik diri yang tak terhindarkan dengan
karakteristik menurunnya interaksi antara lansia dengan orang lain di sekitarnya.
Individu diberi kesempatan untuk mempersiapkan dirinya menghadapi ketidamampuan dan
bahkan kematian.
B. Teori Penuaan
Gerontologis tidak setuju tentang adaptasi penuaan. Tidak ada satu teoripun dapat memasukan
semua variable yang menyebabkan penuaan dan respon individu terhadap hal itu. Secara garis
besar teori penuaan dibagi menjadi teori biologis, teori psikologis, dan teori sosiokultural.
1. Teori Biologis
a. Biological Programming Theory
Teori program biologis merupakan suatu proses sepanjang kehidupan sel yang terjadi sesuai
dengan sel itu sendiri. Teori waktu kehiduan makhluk memperlihatkan adanya kemunduran
biologis, kognitif, dan fungsi psikomotor yang tidak dapat dihindari dan diperbaiki, walaupun
perubahan diet atau hipotermi dalam waktu yang lama dapat menunda proses tersebut.
c. Stress-Adaptasi Theory
Teori adaptasi stres ini menegaskan efek positif dan negatif dari stres pada perkembangan
biopsikososial. Sebagai efek positif, stres menstimulasi seseorang untuk melakukan sesuatu yang
baru, jalan adaptasi yang lebih efektif. Efek negatif dari stres bisa menjadi ketidakmampuan
fungsi karena perasaan yang terlalu berlebihan. Stres sering di asumsikan dapat mempercepat
proses penuaan. Stres dapat mempengaruhi kemampuan penerimaan seseorang, baik secara
fisiologi, psikologis, sosial dan ekonomi. Hal ini dapat berakibat sakit atau injuri.
2. Teori psikologis
a. Erikson’s Stage of Ego Integrity
Teori Erikson tentang perkembangan manusia mengidentifikasi tugas yang harus dicapai pada
setiap tahap kehidupan. Tugas terakhir, berhubungan dengan refleksi tentang kehidupan
seseorang dan pencapaiannya, ini diidentifikasi sebagai integritas ego. Jika ini tidak tercapai
maka akan mengakibatkan terjadinya gangguan.
c. Stability of Personality
Perubahan kepribadian secara radikal pada lansia dapat mengakibatkan penyakit otak. Para
peneliti menemukan bahwa periode krisis psikologis pada saat dewasa tidak akan terjadi pada
interval regular. Perubahan peran, perilaku dan situasi membutuhkan respon tingkah laku yang
baru. Mayoritas lansia pada studi ini memperlihatkan adaptasi yang efektif terhadap kebutuhan
ini.
3. Teori Sosiokultural
a. Disengagement Theory
Postulat pada teori ini menyatakan bahwa lansia dan penarikan diri dari lingkungan sosial
merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Terdapat stereotype yang kuat dari teori ini
termasuk ide bahwa lansia merasa nyaman bila berhubungan dengan orang lain seusianya.
b. Activity Theory
Teori aktivitas berpendapat bahwa penuaan harus disertai dengan keaktifan beraktifitas sebisa
mungkin. Teori ini memperlihatkan efek positif dari aktivitas terhadap kepribadian lansia,
kesehatan jiwa, dan kepuasan dalam hidup.
e. Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terjadi pada
lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang timbul
pada lansia.
Psikoterapi disebut sebagai pengobatan, karena merupakan suatu bentuk intervensi, dengan
berbagai macam cara dan metode yang bersifat psikologik untuk tujuan yang telah disebutkan di
atas, sehingga psikoterapi merupakan salah satu bentuk terapi atau pengobatan disamping
bentuk-bentuk lainnya dalam ilmu kedokteran jiwa khususnya, dan ilmu kedokteran pada
umumnya.
3. Menurut teknik yang terutama digunakan, psikoterapi dibagi menurut teknik perubahan yang
digunakan, antara lain psikoterapi ventilatif, sugestif, katarsis, ekspresif, operant conditioning,
modeling, asosiasi bebas, interpretatif, dll.
4. Menurut konsep teoretis tentang motivasi dan perilaku, psikoterapi dapat dibedakan
menjadi: psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan mental-emosional dianggap teratasi bila
deviasi perilaku telah dikoreksi); psikoterapi kognitif (problem diatasi dengan mengkoreksi
sambungan kognitif automatis yang “keliru”; dan psikoterapi evokatif, analitik, dinamik
(membawa ingatan, keinginan, dorongan, ketakutan, dll. yang nirsadar ke dalam kesadaran).
Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada teori belajar, sedangkan psikoterapi
dinamik berdasar pada konsep-konsep psikoanalitik Freud dan pasca-Freud.
5. Menurut setting-nya, psikoterapi terdiri atas psikoterapi individual dan kelompok (terdiri
atas terapi marital/pasangan, terapi keluarga, terapi kelompok)
Terapi marital atau pasangan diindikasikan bila ada problem di antara pasangan, misalnya
komunikasi, persepsi,dll. Terapi keluarga, dilakukan bila struktur dan fungsi dalam suatu
keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Bila salah satu anggota keluarga mengalami
gangguan jiwa, akan mempengaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga dan sebaliknya,
keadaan keluarga akan mempengaruhi gangguan serta prognosis pasien. Untuk itu seluruh
anggota keluarga diwajibkan hadir pada setiap sesi terapi. Terapi kelompok, dilakukan terhadap
sekelompok pasien (misalnya enam atau delapan orang), oleh satu atau dua orang terapis.
Metode dan caranya bervariasi; ada yang suportif dan bersifat edukasi, ada yang interpretatif dan
analitik. Kelompok ini dapat terdiri atas pasien-pasien dengan gangguan yang berbeda, atau
dengan problem yang sama, misalnya gangguan makan, penyalahgunaan zat, dll. Diharapkan
mereka dapat saling memberikan dukungan dan harapan serta dapat belajar tentang cara baru
mengatasi problem yang dihadapi.
6. Menurut nama pembuat teori atau perintis metode psikoterapeutiknya, psikoterapi dibagi
menjadi psikoanalisis Freudian, analisis Jungian, analisis transaksional Eric Berne, terapi
rasional-emotif Albert Ellis, konseling non-direktif Rogers, terapi Gestalt dari Fritz Perls,
logoterapi Viktor Frankl, dll.
7. Menurut teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi, misalnya narkoterapi,
hypnoterapi, terapi musik, psikodrama, terapi permainan dan peragaan (play therapy),
psikoterapi religius, dan latihan meditasi.
8. Yang belum disebutkan dalam pembagian di atas namun akhir-akhir ini banyak dipakai
antara lain: konseling, terapi interpersonal, intervensi krisis.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Lansia adalah populasi yang heterogen. Orang-orang yang tertarik pada kesehatan mental dan
lansia harus memiliki pengetahuan yang luas tentang aspek-aspek psikologis, biologis, dan social
dari penuaan. Psikopatologi pada lansia berupa disfungsi emosional dan hendaya kognitif. Angka
psikopatologi dalam populasi lansia yang hidup di masyarakat maupun diberbagai institusi kira-
kira 22%. Selain kesehatan mental, bidang-bidang lain yang dapat menjadi fokus penanganan
lansia termasuk kesehatan fisik.
Penuaan populasi memunculkan berbagai tantangan dan peluang baru bagi para pekerja
kesehatan mental yang berminat. Kami harap ikhtisar ini dapat menstimulasi minat terhadap isu-
isu yang mempengaruhi lansia, keluarga, dan professional kesehatan yang berinteraksi dengan
mereka.
B. Saran
Perubahan psikologis pada lansia sejalan dengan perubahan secara fisiologis. Masalah psikologis
ini pertama kali mengenai sikap lansia terhadap kemunduran fisiknya (disengagement theory)
yang berati adanya penarikan diri dari masyarakat dan dari diri pribadinya satu sama lain.
Sebagai seorang perawat kita harus bisa melakukan intervensi pada lansia dengan berbagai
masalahnya dengan intervensi yang tepat. Begitu juga dengan permasalahan psikologis, kita juga
harus melakukan intervensi atau terapi psikologis pada lansia yang mengalami gangguan
psikologis.
Daftar Pustaka