BAB 1
PENDAHULUAN
Kata tortikolis berasal dari bahasa Latin, tortus dan collum. Tortus berarti
posisi berputar atau condong, sedangkan collum berarti leher. Tortikolis merupakan
gejala pada leher di mana terdapat kontraktur pada satu sisi otot
samping lesi otot leher dan sebaliknya, wajah dan dagu pasien berputar ke sisi
normal.
trauma. Salah satu penyebab trauma paling umum adalah proses persalinan sulit,
seperti persalinan sungsang, persalinan dengan forceps, panggul sempit, dan ukuran
bayi besar, serta proses sebelum persalinan, seperti intrauterine fixed head position.
Semakin muda usia pasien tortikolis, semakin baik prognosisnya. Pada usia
anak dibawah satu tahun, pengobatan secara konservatif menunjukkan hasil yang
memuaskan. Sedangkan, waktu yang optimal untuk operasi adalah antara 1-4 tahun.
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
Nama : Nn. NF
Agama : Islam
Pekerjaan :-
No. MR : 48.83.35
2.2 Anamnesis
Pasien datang ke RSU Cut Meutia dengan keluhan utama kepala condong
ke kanan. Keluhan ditemukan sejak 13 tahun yang lalu yaitu saat pasien mulai
memasuki usia sekolah. Menurut ibu pasien, kepalanya telah lama condong ke
kanan, meskipun baru disadari selama 13 tahun terakhir. Ibu pasien mengaku saat
pasien masih bayi kelainan tersebut sudah mulai tampak tetapi belum terlihat
Tidak ada keluhan nyeri maupun benjolan di leher. Tetapi pasien mengaku
terdapat sensasi tertarik pada lehernya. Kepala bergeser otomatis tanpa diperlukan
atau disengaja. Buang air kecil dan buang air besar dalam
batas normal. Pasien merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Lahir perv
aginam dengan letak sungsang tanpa forceps dan menangis secara spotan dengan
bantuan bidan desa. Pasien mengaku selama ini berobat ke dokter saraf namun
belum ada perbaikan. Riwayat menjalani fisioterapi diakui oleh pasien dan ibu
pasien. Pasien juga mengaku sering meminta untuk diurut lehernya oleh tenaga
Pasien baru saja tamat SMA dan saat ini tidak memiliki aktivitas tertentu.
a. Keadaan umum
b. Keadaan sirkulasi
c. Keadaan pernapasan
d. Suhu : 36,2 oC
a. Kepala
perdarahan (-/-)
6. Leher
Inspeksi
Massa : (-/-)
Palpasi
Massa : (-/-)
7. Thorax
Inspeksi
Pergerakan : Simetris
Tumor : (-)
Palpasi
Iktus cordis
Pelebaran : (-)
Irama : Reguler
Thrill : (-)
Perkusi
Paru-paru :
Kanan : Sonor
Kiri : Sonor
Peranjakan : +- 1 cm
Jantung :
Auskultasi
Paru-paru :
Jantung :
Murmur : (-)
Gallop : (-)
7
8. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Bruit : (-)
Palpasi
Hepar
Lien
Ginjal
Perkusi : timpani
8
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Edema : (-)
Sianosis : (-)
Palpasi
a. Inspeksi
b. Palpasi
29 Agustus 2018
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 12,6 12,0 – 16,0 g/dL
Hematokrit 39,6 37 – 47 %
Eritrosit 4,67 3,8 – 5,8 106/mm3
Leukosit 9,42 4,0 – 11,0 103/mm3
Trombosit 310 150 – 450 103/mm3
MCV 84,8 79 – 99 fL
MCH 27,0 27 – 32 pg
MCHC 31,8 33 – 37 %
RDW-CV 12,8 11,5 – 14,5 %
Golongan darah 0
Faal Hemostasis
Masa perdarahan/BT 2’ 1–3 Menit
Masa pembekuan/CT 7’ 9 – 15 Menit
29 Agustus 2018
tampak swelling.
a. Diagnosis banding :
1. Torticollis dextra
2. Sindrom Klippel-Feil
Tindakan Operasi :
1. Release torticollis
Teknik Operasi :
8. Kontrol perdarahan
2.7 Prognosis
2.6 Follow Up
Tanggal S O A P
19/9/18 -Kepala VS: Torticollis -IVFD RL 20 gtt/i
condong ke (TD:100/70; Nadi 72x/I; dextra -Release tirticollis
kanan (+) RR:20x/I; T: Afebris) dextra hari
-Sensasi Status lokalis ar colli Kamis/20-9-18
tertarik di dextra:
leher (+) I: Kepala condong ke
kanan (+), dagu
condong ke kiri (+)
P: nyeri tekan (-),
tonjolan otot
sternokleidomastoideus
kanan (+)
P: tidak dilakukan
A: tidak dilakukan
20/9/18 -Kepala VS: Post Instruksi post op:
condong ke (TD:110/70; Nadi:80x/I; release -IVFD RL 20 gtt/i
kanan (+) RR:20x/I; T: Afebris) torticollis -IV Ceftriaxone 1
-Sensasi Status lokalis ar colli dextra gr/12 jam
tertarik di dextra: POD 0 -IV Ketorolac 30
leher (↓) I: Kepala condong ke mg/8 jam
kanan (+), dagu -IV Ranitidine 50
condong ke kiri (+), mg/12 jam
luka post op tertutup -Pantau perdarahan
kasa kesan kering (+) -GV POD III
P: nyeri tekan (+),
tonjolan otot
sternokleidomastoideus
kanan (-)
P: tidak dilakukan
A: tidak dilakukan
21/9/18 -Nyeri post VS: Post -IVFD RL 20 gtt/i
POD I op (+) (TD:110/60; Nadi:80x/I; release -IVFD Paracetamol
-Demam RR:20x/I; T: 38,3˚C) torticollis 500 mg/8 jam
(+) Status lokalis ar colli dextra -IV Ceftriaxone 1
-Kepala dextra: POD I gr/12 jam
condong ke I: Kepala condong ke -IV Ketorolac 30
kanan (+) kanan (+), dagu mg/8 jam
-Sensasi condong ke kiri (+), -IV Ranitidine 50
tertarik di luka post op tertutup mg/12 jam
leher (-) kasa kesan kering (+) -Pantau luka
-Lemas (-) P: nyeri tekan (+), -Mobilisasi
tonjolan otot -GV POD III
sternokleidomastoideus
kanan (-)
P: tidak dilakukan
A: tidak dilakukan
13
2.9 Dokumentasi
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
sebagai istilah umum untuk berbagai kondisi distonia kepala dan leher, yang
berasal dari Bahasa Latin ‘tortus’ berarti memutar dan collum, berarti leher.2
Otot leher ada yang melekat pada tulang hyoid dan ada yang tidak melekat
pada tulang hyoid. Otot yang tidak melekat pada tulang hyoid yaitu :
wajah ke sisi sebaliknya. Otot ini dipersarafi oleh nervus accessorius (N XI).
adalah fleksi leher dan elevasi costa 1. Otot ini dipersarafi oleh ramus
Otot leher yang melekat pada hyoid terbagi menjadi dua yaitu suprahyoid
1. Musculus Omohyoid (otot ini memiliki dua belly yang dihubungkan dengan
rib 1. Insersionya pada tulang hyoid. Aksinya yaitu untuk menekan tulang
hyoid. Aksinya untuk depresi tulang hyoid dan elevasi laring. Thyrohyoid
Gambar 3.4).3
1. Musculus Digastricus (memiliki dua belly), origo posterior belly dari tulang
origo anterior belly dari bagian dalam mandibula. Insersionya pada tulang
21
hyoid melalui tendon intermediet. Aksinya untuk elevasi tulang hyoid dan
insersio di tulang hyoid. Aksinya untuk elevasi tulang hyoid dan dipersarafi
tulang hyoid. Aksinya untuk elevasi tulang hyoid serta mengangkat dasar
mulut selama menelan. Otot ini dipersarafi ileh nervus trigeminus (N V3).
di tulang hyoid. Aksinya untuk elevasi tulang hyoid dan membawa hyoid
ke depan. Otot ini dipersarafi oleh C1, nervus hypoglossus ( N XII) (Gambar
3.4).3
3.3 Epidemiologi
sekitar 1,5 kali lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan pria. Angka
kejadian tortikolis dapat terjadi pada semua umur tetapi paling sering ditemukan
dengan tortikolis otot bawaan. Kelainan ini lebih sering terjadi pada anak pertama.
Tortikolis terjadi pada 0,4 % dari seluruh kelahiran, untuk torticollis muscular
nonkongenital, rata-rata terjadi pada usia 40 tahun. Perempuan lebih sering terkena
3.4 Etiologi2
1. Etiologi lokal
Pada orang dewasa, setiap abnormalitas atau trauma tulang servikal bisa
dislokasi, dan subluxasi, sering menyebabkan spasme dari otot leher. Penyebab
lainnya yakni infeksi, spondylosis, tumor, jaringan parut. Selain itu, infeksi saluran
nafas bagian atas dan infeksi jaringan lunak di leher bisa menyebabkan tortikolis
Pada anak usia 2-4 tahun biasanya tortikolis sering disebabkan oleh abses
retrofaringeal. Tortikolis juga bisa terjadi akibat infeksi yang mengikuti trauma atau
23
lobus atas.
2. Etiologi kompensasi
symptom lain seperti strabismus dengan parese nervus IV, nistagmus kongenital,
3. Etiologi sentral
phenytoin, and terapi L-dopa. Pada wanita usia 30-60 tahun idiopatik spasmodic
3.5 Patofisiologi
disebabkan oleh trauma lokal pada jaringan lunak leher sebelum atau selama
dari otot sternokleidomastoideus. Bisa juga terjadi hematom yang diikuti dengan
kontraktur otot. Biasanya anak-anak seperti ini lahir dengan persalinan sungsang
atau menggunakan forseps. Penyebab lain yang mungkin yakni herediter dan oklusi
24
sternokleidomastoideus.2,4,5
merupakan hasil dari injury atau inflamasi dari otot cervical atau nervus kranialis
Tortikolis akut bisa disebabkan oleh trauma tumpul pada kepala dan leher
atau dari kesalahan posisi saat tidur. Tortikolis akut biasanya akan sembuh dengan
sendirinya dalam beberapa hari dampai minggu atau setelah menghentikan obat
pada tortikolis akut yang disebabkan oleh obat-obatan seperti dopamine reseptor
yang sama dengan tortikolis, biasanya terjadi pada anak-anak dan setelah trauma
minor, operasi faring, proses inflamasi, atau infeksi saluran nafas bagian atas. Hal
rotasi ke sisi yang berlawanan dengan dislokasi dan lateral fleksi ke arah yang
diduga ada lesi thalamus. Hal ini ditandai dengan etiologi nontraumatic terdiri dari
episodik tonik dan/atau kontraksi involunter klonik otot leher. Gejala berlangsung
dengan episode berulang dari kepala miring dengan muntah, pucat, irritabilitas,
ataksia, atau mengantuk dan biasanya terjadi dalam beberapa bulan pertama
idiopatik, diyakini muncul dari kelainan sirkuit ganglia basalis yang berasal dari
kerentanan selektif struktur ini untuk proses biokimia abnormal yang mengarah ke
serebrospinal (CSF).2
3.6 Diagnosis
3.5) . Didapati riwayat kelahiran sukar atau sungsang serta trauma pada proses
persalinan seperti fraktur klavikula pada tortikolis kongenital. Selain itu, perinatal
(GERD), atau sindrom Sandifer juga turut menjadi penyebabnya. Manifestasi klinis
yang didapat dari pemeriksaan yaitu kepala miring ke arah yang sakit (setelah
menjadi tidak seimbang dan pendek pada bagian yang fibrosis, di sisi yang fibrosis
telinga mendekati bahu, garis mata dan garis bahu membentuk sudut (normalnya
Benjolan ini bersifat firm, tidak nyeri, terdiri dari jaringan fibrotic dengan deposit
dan fleksi dan rotasi, apakah deformitas tersebut rigid atau fleksibel, dan apakah
lainnya seperti hip dysplasia harus diperiksa. Selain itu, pemeriksaan optalmologi
perlu dilakukan karena dapat mengetahui ketidakseimbangan dari otot ekstra ocular
dan untuk menentukan prognosis. Hal ini ditandai dengan sensitivitas (95.83%) dan
bahwa hasil temuan dari MRI memiliki korelasi dengan hasil histopatologi.4
BAB 4
PEMBAHASAN
dengan keluhan kepala condong ke arah kanan sejak 13 tahun yang lalu atau saat
Perbandingan kejadian tortikolis sekitar 1,5 kali lebih banyak pada wanita
dibandingkan dengan pria. Angka kejadian tortikolis dapat terjadi pada semua umur
tetapi paling sering ditemukan pada usia antara 30-60 tahun. Tortikolis terjadi pada
terjadi pada usia 40 tahun. Perempuan lebih sering terkena dengan perbadingan 2:1
Menurut ibu pasien, kepalanya telah lama condong ke kanan, meskipun baru
disadari selama 13 tahun terakhir. Ibu pasien mengaku saat pasien masih bayi
kelainan tersebut sudah mulai tampak tetapi belum terlihat dengan jelas sehingga
dengan letak sungsang tanpa forceps dan menangis secara spotan dengan bantuan
bidan desa.
28
condong ke samping lesi otot leher dan sebaliknya, wajah dan dagu pasien berputar
ke sisi normal Tortikolis muskular dapatan terjadi setelah kelahiran, masa kanak-
dengan tortikolis otot bawaan. Kelainan ini lebih sering terjadi pada anak pertama.
Secara umum, tortikolis disebabkan oleh trauma, infeksi, dan infeksi kongenital.
Dalam kasus trauma, kejadian kurang dari 20% -30% yang dilaporkan merupakan
persalinan sungsang. Kondisi lain meliputi persalinan sulit karena pinggul sempit,
ukuran bayi besar, persalinan dengan forceps, intrauterine abnormal fixed fetal
Pada pemeriksaan fisik dijumpai kepala condong ke kanan dan dagu ke kiri
(+), pembesaran KGB dan tiroid (-/-), tonjolan otot sternokleidomastoideus kanan
(+), nyeri tekan (-), tremor dan tic (-/-), massa di leher (-) .
Gejala klinis paling sering pada adalah kekakuan dan ketegangan leher.
Pada anak-anak, terdapat gejala yang muncul secara mendadak yaitu rasa sakit
sangat hebat dan kekakuan otot leher di satu sisi. Namun, gejala paling umum hanya
kekakuan leher. Gejala ini dapat berkurang dengan sendirinya 2-3 hari sampai 1-2
minggu.
29
Gejala klinis lain yang mungkin muncul adalah leher menjadi tidak
seimbang dan pendek pada bagian yang fibrosis, di sisi yang fibrosis telinga
mendekati bahu, garis mata dan garis bahu membentuk sudut (normalnya sejajar),
perkembangan muka dapat menjadi asimetris, dan terdapat benjolan berbatas tegas
yang melibatkan satu atau kedua caput sternocledomastoideus. Benjolan ini bersifat
firm, tidak nyeri, terdiri dari jaringan fibrotic dengan deposit kolagen dan migrasi
3.5) . Didapati riwayat kelahiran sukar atau sungsang serta trauma pada proses
persalinan seperti fraktur klavikula pada tortikolis kongenital. Selain itu, perinatal
arah yang sakit (setelah menyingkirkan penyebab lain seperti anomali tulang,
diskitis, limfadenitis), leher menjadi tidak seimbang dan pendek pada bagian yang
fibrosis, di sisi yang fibrosis telinga mendekati bahu, garis mata dan garis bahu
asimetris, dan terdapat benjolan berbatas tegas yang melibatkan satu atau kedua
caput sternocledomastoideus. Benjolan ini bersifat firm, tidak nyeri, terdiri dari
jaringan fibrotic dengan deposit kolagen dan migrasi fibroblast disekitar serat
Menurut Ling et al, waktu yang optimal untuk operasi adalah antara 1-4 tahun. Hal
ini didasari pada kebanyakan anak-anak dibawah usia 1 tahun respon terhadap
terapi konservatif. Namun demikian, untuk kasus pada dewasa dengan tortikolis
kongenital yang terabaikan, dapat dilakukan reseksi unipolar pada ujung distal dari
bulan yang tidak berhasil dengan penatalaksanaan secara konservatif atau dijumpai
BAB 5
KESIMPULAN
Kata tortikolis berasal dari bahasa Latin, tortus dan collum. Tortus berarti
posisi berputar atau condong, sedangkan collum berarti leher. Tortikolis merupakan
gejala pada leher di mana terdapat kontraktur pada satu sisi otot
samping lesi otot leher dan sebaliknya, wajah dan dagu pasien berputar ke sisi
normal.
ke sebelah kanan dan terdapat sensasi tertarik pada leher yang telah dirasakan sejak
13 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan vital sign dalam batas
normal, dan pada pemeriksaan status lokalis pada daerah leher kanan secara
inspeksi didapatkan tampak kepala condong ke kanan dan dagu ke kiri serta dari
nyeri tekan. Dari pemeriksaan darah rutin, rontgen thorax PA, serta rontgen cervical
32
coli dextra. Pasien direncanakan untuk dilakukan operasi release torticollis. Terapi
gr/12 jam, IV Ketorolac 30 mg/8 jam, IV Ranitidine 50 mg/12 jam, dan oral
Ambroxol 3x30 mg. Pasien dipulangkan pada hari keempat setelah operasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta: EGC. p
1104.
2. Kruer, M.C., et al. Torticollis. Available athttp://emedicine.medscape.com/
[Accesed 20th September 2018].
3. Netter. Interactive Atlas of Human Anatomy. Elsevier. p 91-96.
4. Angoules, et al. 2013. Congenital Muscular Torticollis: An Overview.
Available at http://dx.doi.org/ [Accesed 20th September 2018].
5. The Pediatric Orthopaedic Society of North America. 2015. Torticollis.
Available at http://www.posna.org/ [Accesed 20th September 2018]
6. Apley, A. Graham dkk. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur. Jakarta :
Widya Medika
7. Chang et al. 2013. Case report: A Surgical Treatment for Adult Muscular
Torticollis. Hindawi. Available athttp://www.hindawi.com/ [Accesed
20th September 2018]