Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep kebutuhan
A. Defenisi
a. Defenisi diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Berikut ini adalah beberapa pengertian diare menurut para ahli, yaitu suatu
keadaan dimana :
 Individu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal,
ditandai seringnya kehilangan cairan dan feses yang tidak berbentuk.
 Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan
atau lendir dalam tinja.
 Bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistensi tinja yang
dikeluarkan.
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk
tinja yang encer atau cair. Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal
dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal
dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi
dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan
neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar.
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian tersebut bahwa diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair yang dapat disertai lendir atau darah dengan frekuensi defekasi lebih dari
3 kali sehari dimana diare akut berlangsung kurang dari dua minggu dan diare
kronik berlangsung lebih dari dua minggu.
b. Defenisi kebutuhan
Kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan
yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah
dan nyeri).
Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek
yaitu:
 Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
 Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan
sosial.
 Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
 Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman
eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur
alamiah lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman (bebas nyeri) diartikan perawat
telah memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan
bantuan.
Nyeri adalah sensori yang tidak menyenangkan dan penagalaman
emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan.

B. Fisiologi sistem
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
hewan.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian
awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh
gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian
dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.Berasal
dari bahasa Yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring,
dan laring. Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas
tulang belakang
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”,
dan έφαγον, phagus – “memakan”). Esofagus bertemu dengan faring pada
ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histology esofagus dibagi menjadi tiga
bagian:
 Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
 Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 Bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus, Antrum. Makanan
masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :
 Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
 Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan
cara membunuh berbagai bakteri.
 Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan
serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
f. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,
dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua belas jari yang
normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua
muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.Nama duodenum
berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
g. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus
antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan
dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili),
yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara
hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel
goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune
yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari
bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
h. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
i. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari : Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon
desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyaknya
bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting
untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
j. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil.Sebagian besar herbivora memiliki sekum
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
k. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu.Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk
nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform
appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang
menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada
tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm
tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu
tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
l. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam
rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan.
Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan
feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan
dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh.Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lannya dari usus.Pembukaan dan penutupan anus diatur
oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang
air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem


a. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang
masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus
dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan
intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang
akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan
elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor
menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya
sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
 Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
 Infeksi bakteri: oleh bakteriVibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
 Infeksi virus: oleh virus Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,
poliomyelitis), Adenovirus, Ratavirus, Astrovirus.
 Infestasi parasit: oleh cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
 Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA),Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia,Ensifalitis, keadaan ini terutama terdapat pada bayi
dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan
tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga
terjadilah diare.
 Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi laktosa.
 Malabsorbsi lemak
 Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik
dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan seperti makanan basi,
beracun, dan alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang dapat
mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan cemas.

D. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem


Menurut Depkes RI (2001), macam-macam gangguan yang mungkin
terjadi akibat diare sebagai berikut:
 Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
 Syok hipovolemik.
 Hipokalemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah, dan bradikardi)
 Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktose.
 Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
 Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare yang berlangsung
lama)

II. Rencana asuhan klien


A. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
 Data demografi
Nama
Usia
Jenis kelamin
Jenis pekerjaan
Alamat
Suku/bangsa
Agama
Tingkat pendidikan: bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim
mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka
akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan
hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut
biasa dan akan memakan makanan yang dapat
menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
 Riwayat sakit dan kesehatan
1. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan
cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi
ringan/sedang), BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare
berlangsung < 14 hari maka diare tersebut adalah diare akut,
sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare
persisten (Suriadi, 2010).
2. Riwayat penyakit sekarang
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
 Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan
mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan
timbul diare.
 Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur
empedu.
 Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi
dan sifatnya makin lama makin asam.
 Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
 Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit,
maka gejala dehidrasi mulai tampak.
 Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi
dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit
gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam
waktu 6 jam pada dehidrasi berat.
3. Riwayat kesehatan
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
 Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering
terjadi atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau
yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai
akibat dari penurunan kekebalan pada pasien.
 Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan (antibiotik)
karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab
diare.
 Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah
2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang
terjadi sebelum, selama, atau setelah diare.
4. Riwayat nutrisi
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
 Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan dapat
mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
 Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak
dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak
bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
 Perasaan haus, anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus
dan minum seperti biasa. Pada dehidrasi ringan/sedang anak
merasa haus dan banyak minum. Pada dehidrasi berat anak malas
minum atau tidak bisa minum.
b. Pemeriksaan fisik
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
 Keadaan umum
1) Baik, sadar (tanpa dehidrasi).
2) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang).
3) Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat)
 Berat badan
Menurut Nursalam (2005), anak yang diare dengan dehidrasi biasanya
mengalami penurunan berat badan sebagai berikut:
Tabel Tingkat Dehidrasi
Kehilangan Berat Badan Dalam %
Tingkat Dehidrasi
Bayi Anak Besar
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)
Presentase penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat anak
dirawat di rumah sakit. Sedangkan di lapangan, untuk menentukan
dehidrasi, cukup dengan menggunakan penilaian keadaan anak.
 Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan
turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua
ujung jari (bukan kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (< 2 detik),
berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan
lambat (= 2 detik), ini berarti diare dengan dehidrasi ringan/sedang.
Apabila turgor kembali sangat lambat (> 2 detik), ini termasuk diare
dengan dehidrasi berat.
 Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-
ubunnya biasanya cekung.
 Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi bentuk kelopak matanya normal.
Apabila mengalami dehidrasi ringan/sedang kelopak matanya cekung.
Apabila mengalami dehidrasi berat kelopak matanya sangat cekung.
 Mulut dan lidah
1) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).
2) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang).
3) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).
 Abdomen
1) Kemungkinan distensi.
2) Mengalami kram.
3) Bising usus yang meningkat.
 Anus
Apakah ada iritasi pada kulitnya karena frekuensi BAB yang menigkat.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Pemeriksaan Feses
 Makroskopis dan mikroskopis.
 pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
 Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan Darah
 pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium,
Kalsium dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan
asama basa.
 Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
 Doudenal Intubation ; Untuk mengatahui jasad renik atau parasit
secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
B. Diagnosa
Diagnosa 1: Diare
Nomor : 00013
Domain: 3
Class: 2
 Defenisi
Diare adalah pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk
(NANDA NIC-NOC 2010)
 Batasan Karakteristik
1. Ada dorongan untuk defekasi
2. Bising usus hiperaktif
3. Defekasi feses cair >3kali dalam 24 jam
4. Kram
5. Nyeri Abdomen
 Faktor yang Berhubungan
1. Situasional: efek dari medikasi, kontaminasi, penyalah gunaan
laksatif, penyalah gunaan alkohol, radiasi, toksin, makanan per
NGT.
2. Fisiologis: proses infeksi, inflamasi, iritasi, malabsorbsi, parasit
Diagnosa 2: Defisit Volume Cairan
Nomor : 00027
Domain : 2
Class : 5
 Defenisi
Kekuranngan volume cairan adalah penurunan cairan
intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler. Ini mengacu pada
dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.
 Batasan Karakteristik
1. Haus
2. Penurunan turgor kulit / lidah
3. Membran mukosa / kulit kering
4. Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan
volume / tekanan nadi
5. Pengisian vena menurun
6. Perubahan status mental
7. Konsentrasi urine meningkat
8. Temperatur tubuh meningkat
9. Kehilangan berat badan secara tiba-tiba
10. Penurunan urine output
11. HMT meningkat
12. Kelemahan
 Faktor yang Berhubungan
1. Kehilangan volume cairan secara aktif
2. Kegagalan mekanisme pengaturan
Diagnosa 3: Mual
Nomor : 00134
Domain : 12
Class : 1
 Defenisi
Mual adalah pengalaman yang sama sekali subyektif, didefinisikan
sebagai sensasi yang segera mendahului muntah. Pasien menyatakan
bahwa mereka merasa seolah-olah akan muntah, atau menggambarkan
sensasi seperti merasa tidak nyaman/sakit perut.
 Batasan Karakteristik
1. Hipersalivasi
2. Penigkatan reflek menelan
3. Menyatakan mual / sakit perut
 Faktor yang Berhubungan
1. Pengobatan: iritasi gaster, distensi gaster, obat kemoterapi, toksin
2. Biofisika: gangguan biokimia (KAD, Uremia), nyeri jantung, tumor
intra abdominal, penyakit oesofagus / pankreas.
3. Situasional: faktor psikologis seperti nyeri, takut, cemas.
III. Daftar Pustaka

Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition.


Missouri : Mosby Elsevier.

International NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan : Defenisi Dan Klasifikasi


2012-2014. Editor, T.Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan
Nike Budi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester,
Dan Wuri Praptiani. Jakarta ; EGC.

Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai