Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah TRIBOLOGI
mengenai PELUMASAN ini.

Adapun makalah TRIBOLOGI tentang TRIBOLOGI-PELUMASAN ini telah kami


usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak
terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun
tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah TRIBOLOGIini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah TRIBOLOGI ini kita dapat
mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

LHOKSUEMAWE, Februari 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
ISI............................................................................................................................................................ 3
A. Pengertian Pelumas ..................................................................................................................... 3
B. Fungsi Bahan Pelumas ................................................................................................................ 3
1. Mengurangi gesekan dan keausan ......................................................................................... 4
2. Memindahkan panas............................................................................................................... 4
3. Menjaga sistem agar tetap bersih .......................................................................................... 4
4. Melindungi sistem ................................................................................................................... 4
C. Jenis-jenis pelumasan.................................................................................................................. 5
1. Pelumasan Hidrodinamis ........................................................................................................ 5
2. Pelumasan Hidrostatis ............................................................................................................ 5
3. Pelumasan Elastohidrodinamis (Elastohydrodynamic Lubrication) ........................................ 6
4. Pelumasan Bidang Batas (Boundary Lubrication) ................................................................... 6
5. Pelumasan Padat (Solid Lubrication)....................................................................................... 6
6. Pelumasan Tekanan Ekstrim ................................................................................................... 7
D. Sifat Pelumasan ........................................................................................................................... 7
E. Klasifikasi Kekentalan Minyak Pelumas Menurut SAE (Society of American Engineers) ....... 8
PENUTUP ............................................................................................................................................ 10
KESIMPULAN ................................................................................................................................. 10

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Jika dua benda bersentuhan dan bergerak maka akan timbul gesekan.Kita mengetahui
bahwa akibat yang ditimbulkan gesekan bisa bermacam-macam misalnya bunyi mencicit,
kenaikan suhu permukaan atau ausnya permukaan. Aktifitas manusia sehari-harinya juga tak
luput dari gesekan, apalagi pada dunia industri. Mulai dari bangun tidur dengan menggeliat
maka sendi-sendi bergesekan, mandi dengan menggosok sabun, menyikat gigi, jalan kaki,
naik kendaraan, berputarnya roda, berputarnya bantalan dan masih banyak lagi.
Pada tahun 1966 di negeri pelopor industri modern Inggris, menteri pendidikan waktu
itu H.P. Jost memberikan laporan yang mengejutkan kepada parlemen tentang besarnya
energi yang terbuang karena gesekan. Dalam laporannya yang terkenal dengan nama The Jost
Report disebutkan bahwa energi yang hilang di Inggris karena gesekan bila dikonversi setara
dengan 1,3 NP Inggris waktu itu, atau sekitar 500 juta poundsterling. Dari laporan Host inilah
muncul istilah baru untuk ilmu tentang gesekan dan cara menguranginya yaitu, Tribologi.
Negara-negara industri maju terkejut atas laporan Jost dan mulai mengadakan investigasi di
negaranya masing-masing. Jepang yang baru saja menjadi negara industri segera mengadakan
penelitian besar-besaran untuk mengurangi gesekan. Pada tahun 1971, pemerintah Jepang
mengumumkan bahwa besar energi yang telah dihemat berdasarkan hasil penelitian mengenai
tribologi setara dengan 2.6 NP atau sekitar 2 trilyun yen. Meski relatif terlambat, beberapa
tahun kemudian Amerika Serikat mengumumkan bahwa penghematan energi berkat tribologi
mencapai 0.9 NP atau sekitar enam persen dari konsumsi energi AS saat itu. Di era tahun
delapan puluhan, di negara Jepang penghematan anggaran bisa mencapai 800 milyar sampai
1 triliyun yen tiap tahunnya pada industri dari sisi tribologi

B. Rumusan Masalah

1. Zat apa yang terkandung di dalam pelumas?


2. Bagaimana cara memperhalus gesekan?
3. Apa fungsi pelumas pada saat gesekan?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bahan baku pelumas.


2. Untuk mengetahui cara memperhalus gesekan.
3. Memperdalam pengetahuan tentang pelumas.

2
BAB II

ISI

A. Pengertian Pelumas
Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan di antara dua benda
bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang
memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari
90% minyak dasar dan 10% zat tambahan.
Pada dasarnya yang menjadi tugas pokok pelumas adalah mencegah atau mengurangi
keausan sebagai akibat dari kontak langsung antara permukaan logam yang satu dengan
permukaan logam lain terus menerus bergerak. Selain keausan dapat dikurangi, permukaan
logam yang terlumasi akan mengurangi besar tenaga yang diperlukan akibat terserap gesekan,
dan panas yang ditimbulkan oleh gesekan akan berkurang. Selain mempunyai tugas pokok,
pelumas juga berfungsi sebagai penghantar panas.
Teknik pelumasan adalah suatu cara untuk memperkecil gesekan dan keausan dengan
menempatkan suatu lapisan tipis (film) fluida diantara permukan-permukaan yang
bergesekan. Sementara pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang berada atau
disisipkan diantara dua permukaan yang bergerak secara relatife agar dapat mengurangi
gesekan antar permukaan tersebut. Teknik pelumasan ini sangat dibutuhkan dalam suatu
industri terutama dalam dunia permesinan yang sangat banyak terjadinya gesekan antara
komponen-komponen mesin dan banyaknya komponen mesin yang harus dijaga kondisinya
agar umur dari suatu komponen mesin tersebut lebih panjang dalam pemakaiannya. Misalnya
dalam gerakan berputar pada bantalan luncur, poros atau jurnal yang beroksilasi pada
bantalan, gabungan dari gerakan menggelinding atau luncuran pada gigi-gigi roda gigi yang
berpasangan, gerakan luncuran pada piston terhadap silindernya dan yang lain yang
kesemuanya itu memerlukan pelumasan.

B. Fungsi Bahan Pelumas


Merawat mesin maupun peralatan (equipment) harus dilakukan dengan perawatan
berkala secara teratur salah satunya dengan memperhatikan penggunaan minyak pelumas
yang tepat dan berkualitas. Penggunaan minyak pelumas yang tepat merupakan syarat yang
mutlak agar kemampuan mesin ataupun peralatan yang digunakan tetap prima.

3
Hal ini sesuai dengan fungsi dari minyak pelumasan antara lain:

1. Mengurangi gesekan dan keausan

Mengurangi gesekan dan keausan dilakukan dengan memberikan lapisan (film) untuk
menghindari kontak langsung bagian-bagian mesin yang saling bergesekan sehingga
melindungi permukaan logam yang bersinggungan baik yang meluncur atau yang
menggelinding dari keausan. Ini merupakan fungsi utama dari bahan pelumas.

2. Memindahkan panas

Panas yang timbul akibat pergesekan seperti pada bantalan-bantalan atau roda gigi
dapat dipindahkan oleh minyak pelumas asalkan terjadi aliran minyak yang mencukupi.
Demikian juga panas yang terjadi akibat dari pembakaran. Minyak pelumas menjadi
komponen pendingin dari piston, silinder liner, dan lainnya dari panas pembakaran Di
samping itu, minyak pelumas juga mendinginkan panas akibat gesekan. Panas yang diserap
akan mengakibatkan turunnya viscositas minyak pelumas.

3. Menjaga sistem agar tetap bersih

Pelumas juga sebaiknya bisa mencegah terjadinya fouling serpihan-serpihan yang


dihasilkan dari proses mekanis, dari hasil degradasi pelumas itu sendiri maupun dari hasil
proses pembakaran. Apa yang disebut deposit adalah seperti karbon padat, varnish atau
endapan. Ini dapat mengganggu pengoperasian alat. Kasus ekstrem adalah ring piston tidak
bisa bergerak, dan aliran minyak tersumbat. Juga partikel-partikel logam akibat keausan, abu
yang berasal dari luar dan sisa pembakaran yang dapat memasuki sistem dan menghalangi
operasi yang efisien juga harus dapat dibersihkan oleh suatu bahan pelumas. Kotoran ini
perlu disingkirkan dari permukaan komponen yang bersinggungan.

4. Melindungi sistem

Baik dari hasil degradasi pelumas atau akibat kontaminasi hasil pembakaran, pelumas
bisa bersifat asam dan menjadikan korosi pada logam. Adanya uap air dapat juga
menyebabkan karat pada besi. Oleh sebab itu pelumas harus bisa menanggulangi efek-efek

4
tersebut dan oleh Karena itu bahan pelumas harus direncanakan untuk melindungi sistem
terhadap serangan korosif dan kimiawi.
Bahan pelumas juga dapat melindungi sistem dari getaran yang terjadi dengan cara
meredam getaran dan kejutan pada sambungan karena gerakan tenaga yang selalu berubah
Mengingat arti pentingnya minyak pelumas bagi daya tahan mesin, maka sebelum memilih
minyak pelumas ada baiknya lebih dulu mengetahui kualitas minyak pelumas tersebut
sehingga dapat mencegah penggunaan minyak pelumas yang tidak sesuai dengan spesifikasi
mesin.

C. Jenis-jenis pelumasan

1. Pelumasan Hidrodinamis

Pada pelumasan dengan tipe hidrodinamis (Hydrodynamic Lubrication) permukaan


yang bergesekan atau yang bersinggungan baik yang bergerak meluncur atau pun
menggelinding, dipisahkan oleh pelumas secara sempurna. Dimana tekanan pada lapisan tipis
pelumas dibangkitkan oleh gerakan relatif oleh kedua permukaan itu sendiri. Salah satu
contoh penggunaan pelumasan dengan tipe hidrodinamis adalah gerakan rotasi yang terjadi
pada bantalan luncur (journal bearing).

2. Pelumasan Hidrostatis

Pada pelumasan hidrostatis ini menggunakan pompa tekanan tinggi yang akan
menekan minyak pelumas ke bagian-bagian yang bergerak. Pelumasan jenis ini tidak
memerlukan gerakan relatif dan biasanya digunakan pada mesin-mesin yang bagian-bagian
bergeraknya terlalu berat seperti turbin yang berkapasitas besar tidak dimungkinkan lagi
terjadinya pelumasan hidrodinamis pada saat start, sementara tipe pelumasan lainnya tidak
dihendaki terjadi. Untuk ini diperlukan tekanan yang besar terjadi pada lapisan tipis minyak
pelumas di antara poros dan bantalan misalnya. Tekanan demikian dapat diperoleh dengan
menggunakan pompa tekanan tinggi yang akan menekan minyak pelumas ke bagian-bagian
yang bergesek, bukann sekedar pompa tekanan rendah yang berfungsi hanya sebagai
pendistribusi atau pensirkulasi minyak pelumas. Pelumasan hidrostatis disebut juga
pelumasan tekanan luar karena tekanan yang timbul diakibatkan pengaruh kerja dari luar
sistem. Setelah poros berputar dengan kecepatan tinggi biasanya pompa tekanan tinggi yang

5
digunakan dapat dihentikan sementara pompa tekanan rendah sebagai pensuplai minyak
pelumas terus difungsikan.

3. Pelumasan Elastohidrodinamis (Elastohydrodynamic Lubrication)

Pelumasan jenis ini dipakai jika kontak bidang antara kedua permukaan yang
bergerak sangat kecil seperti kontak titik atau kontak garis sehingga akan timbul tekanan
yang demikian besar pada lapisan tipis minyak pelumas yang membatasi permukaan-
permukaan tersebut. Pelumasan dengan tipe seperti ini dapat ditemukan pada bantalan
gelinding meskipun pelumasan hidrodinamis dapat juga dilakukan.

4. Pelumasan Bidang Batas (Boundary Lubrication)

Pelumasan bidang batas ini terjadi karena tidak dimungkinkannya membentuk lapisan
tipis minyak pelumas yang sempurna karena beban yang terlalu besar, penurunan kecepatan
dari permukaan yang bergerak, pengurangan jumlah pelumas yang dimasukkan ke dalam
bantalan dan kenaikan suhu pelumas. Pada keadaan ini lapisan tipis yang terjadi hanya dalam
ketebalan beberapa ukuran molekul saja. Pelumasan ini sering terjadi ketika mesin
dihidupkan dan terus berlanjut hingga menjelang mesin mencapai kecepatan
operasionalnya.Lapisan yang terbentuk dalam pelumasan jenis ini sangat rumit untuk
dijelaskan yang jelas, ketebalan lapisan tersebut hanya beberapa
molekul.Lapisan ini bahkan tidak terbentuk dari oli pelumas, melainkan berupa kotoran,
oksida logam, dan gas dari udara.

5. Pelumasan Padat (Solid Lubrication)

Pelumasan padat dapat dipahami misalnya pada sebuah contoh, misalnya debu pasir
dan kerikil pada permukaan jalan dapat menyebabkan kendaraan tergelincir karena debu,
pasir dan kerikil mengurangi gesekan antara ban dan permukaan jalan. Teknisnya, debu, pasir
dan kerikil tersebut bertindak sebagai pelumas, namun tentu saja tidak ada yang
merekomendasikan debu, pasir dan kerikil sebagai pelumas padat pada elemen mesin. Jadi
pelumasan padat (Solid Lubrication) dapat diartikan seperti sebuah sistem pelumasan dimana
diantara permukaan kontak saling melumasi sendiri oleh bahan padat yang dilapisi dan
kadang menyatu pada elemen tersebut. Misalnya bahan inorganik tertentu seperti grafit dan
molybdenum disulfida, memiliki sifat mampu membentuk lapisan tipis pada permukaan
logam yang bergeser dengan mudah dan menahan penetrasi oleh permukaan-permukaan yang
bergesekan.

6
6. Pelumasan Tekanan Ekstrim

Di bawah pengaruh kondisi kerja yang paling hebat, seperti pada pemotongan logam
atau roda gigi yang mengalami beban kejut, adiktif tekanan ekstrim digunakan. Tekanan
adiktif ekstrim ini merupakan senyawa minyak yang dapat larut dan biasanya mengandung
zat belerang, chlorin atau fosfor yang bereaksi denga permukaan bantalan pada temperatur
tinggi yang timbul dimana lapisan tipis minyak pelumas pecah, membentuk zat lapisan tipis
yang titik cairnya tinggi antara permukaan-permukaan yang berkontak. Pada proses
pelumasan tekanan ekstrim sedikit keausan tak dapat dielakkan antara permukaan yang
bergerak tapi boleh jadi sangat kecil dan hampir berakhir bagi permukaan yang bergerak
relatif.

D. Sifat Pelumasan
Karakterisik Penting Untuk Pelumas Cair
Beberapa sifat penting yang sangat dibutuhkan agar minyak lumasi dapat berfungsi
dengan baik adalah .
a) Low volatility atau tidak mudah menguap, terutama pada kondisi operasi. Volatilitas
suatu minyak lumas penting sekali dalam pemilihan jenis pelumas dasar sesuai
dengan pemakaian. Sifat ini tidak dapat diperbaiki dengan penambahan aditif.
b) Fluiditas atau sifat mengalir dalam daerah suhu operasi. Karakterisitik aliran
dipengaruhi sebagian besar oleh minyak dasar. Fluiditas dapat diperbaiki dengan
aditif > Pour point depressants untuk memperbaiki aliran pada suhu, viscosity
modifiers untuk memperbaiki aliran pada suhu tinggi.
c) Stabilitas selama periode pemakaian. Sebagian sifat ini ditentukan oleh sifat minyak
dasar, namun terutama ditentukan oleh aditif yang memperbaiki stabilitas.. Stabilitas
pelumas sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan seperti temperatur, potensial
oksidasi dan kontaminasi dengan air, fraksi bahan bahan yang tak terbakar, dan asam-
asam korosif.membatasi umur pelumas. Aditif sangat berperan menaikkan kinerja dan
umur pelumas.
d) Kompatibilitas atau kecocokan dengan bahan lain dalam sistim. Kompatibilitas
pelumas dengan seals, bearings, clutch plates dll., sebagian ditentukan oleh sifat
minyak dasar. Namun aditif juga dapat memiliki pengaruh besar memperbaiki sifat
ini.

7
E. Klasifikasi Kekentalan Minyak Pelumas Menurut SAE (Society of American
Engineers)
Dalam pelumas dikenal dua tingkat kekentalan, yaitu pelumas dengan kekentalan
tunggal (single grade) dan kekentalan ganda (multi grade). Single grade ditandai dengan satu
angka SAE misalnya SAE 10, SAE 30, SAE 40, SAE 90, dll. Sedangkan multi grade ditandai
dengan dua angka SAE misalnya SAE 10W-30, SAE 20W-50, dll. Pelumas single grade
hanya memiliki satu tingkat kekentalan. Pelumas kategori ini memiliki rentang yang relatif
sempit atau kecil terhadap perubahan temperatur. Kini yang banyak digunakan adalah
pelumas multi grade, sehingga lebih fleksibel beradaptasi terhadap perubahan temperatur.
Contohnya pelumas SAE 10W-30. Huruf W menunjukkan bahwa bila pelumas dipakai pada
suhu rendah (W=winter/dingin), pelumas akan bersifat seperti pelumas SAE 10. Sementara
angka 30 menunjukkan bahwa pada suhu tinggi (panas) pelumas bersifat seperti SAE 30.
Klasifikasi SAE untuk oli motor

Nomor Daerah Kekentalan


kekentalan 0 oF atau – 17,8 oC 210 oF atau 98,9 oC
Min Max Min Max
SAE
5W - 1.300 cSt - -
10 W 1.300 cSt 2.600 cSt - -
20 W 2.600 cst 10.500 cSt - -
20 - - 5,7 cSt 9,6 cSt
30 - - 9,6 cSt 12,9 cSt
40 - - 12,9 cSt 16,8 cSt
50 - - 15,8 cSt 22,7 cSt

Klasifikasi SAE untuk oli transmisi


Nomor Temperatur maksimum Visikositas pada 210 oF
kekentalan Visikositas 166.000 cSt Min Max
o o
SAE F C cSt cSt
75 W -40 -40 4,2 -
80 W -15 -26,1 7,0 -
85 W 10 -12,2 11,0 -
90 - - 14,0 25

8
140 - - 25,0 43
250 - - 43,0 -

JASO (Japan Automotive Standard Organization)

JASO telah menciptakan standar kinerja dan kualitas mereka sendiri untuk mesin
bensin asal Jepang. Untuk mesin bensin 4 langkah, JASO T904 standar yang digunakan, dan
sangat relevan dengan mesin sepeda motor. JASO T904-MA dan MA2 dirancang untuk
penggunaan pada kopling basah, dan JASO T904-MB standar tidak cocok untuk penggunaan
kopling basah. Untuk mesin bensin 2 langkah, digunakan JASO M345 (FA, FB, FC).
Standar-standar ini, terutama JASO-MA dan JASO-FC, dirancang untuk mengatasi
kebutuhan oli yang tidak ditangani oleh kategori layanan API.

ILSAC ( International Lubricant Standardization and Approval Committee)

ILSAC juga memiliki standar untuk oli motor. Diperkenalkan pada 2004, GF-4
berlaku untuk SAE 0W-20, 5W-20, 0W-30, 5W-30, dan 10W-30. Secara umum, ILSAC
bekerja sama dengan API dalam menciptakan spesifikasi oli mesin bensin terbaru, dengan
ILSAC menambahkan persyaratan tambahan untuk pengujian penghematan bahan bakar
untuk spesifikasi mereka.

ACEA (Association des Constructeurs Européens d'Automobiles)


Klasifikasi performa dan kualitas ACEA yang digunakan di Eropa bisa dibilang lebih
ketat daripada API dan ILSAC. Badan pengembangan untuk pengujian bahan bakar dan
pelumas di Eropa, CEC (The Co-ordinating European Council), mengatur standar ini melalui
kelompok industry mereka di Eropa; ACEA, ATIEL, ATC dan CONCAWE.

9
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Pelumas mampu mengurangi gaya gesek pada sistem yang bekerja

2. Pelumas mampu mengurang keausan

3. Dengan adanya pelumasan terhadap sistem yang bekerja, akan memperpanjang jangka

waktu pemakaian sistem tersebut.

4. Pelumas adalah sebagai media yang mencegah terjadinya kontak langsung antara dua

sistem yang bekerja

10

Anda mungkin juga menyukai