Anda di halaman 1dari 3

TUGAS INDIVIDU

Komputerisasi Pembelajaran Fisika

Nama : irwan

Nim : H0416506

Program studi Pendidikan Fisika, Angkatan 2016

1. Teori Behavoristik

Teori Behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini berkembang
menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan
dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang


belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi
antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati
adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa
yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.

Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
respon juga semakin

2. Teori psikologi kognitif

Istilah "Cognitive" berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti.
Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan dan penggunaan
pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini
menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang
mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan,
memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga
berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada
kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

Menurut penelitiannya, bahwa tahap-tahap perkembangan individu/pribadi serta perubahan


umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu. Jean Piaget menyebut bahwa struktur
kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu
dapat mengikat, memahami dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena
bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki
struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil. Piaget memakai istilah
scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang
dapat diulang . Scheme berhubungan dengan : 1. Refleks-refleks pembawaan ; misalnya
bernapas, makan, minum. 2. Scheme mental ; misalnya scheme of classification, scheme of
operation. (pola tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap, pola tingkah laku yang
dapat diamati

Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek, yaitu ; Struktur ; disebut
juga scheme seperti yang dikemukakan diatas. 2. Isi ; disebut juga content, yaitu pola tingkah
laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah. 3. Fungsi ; disebut fungtion, yaitu
yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektul. Fungsi itu sendiri
terdiri dari dua macam fungsi invariant, yaitu 1. Organisasi ; berupa kecakapan seseorang dalam
menyusun proses-proses fisik dan psikis dalam bentuk system-sistem yang koheren. 2. Adaptasi ;
yaitu penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya

3. Teori Kontruktivistik

Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif


menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Teori ini
menekankan pada pembangunan pengetahuan dalam pikiran siswa sendiri. Menurut teori ini
belajar adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu


tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik
yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus
respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi
pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan
pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri
pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk
proses ini, dengan membri kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide –
ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi
mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawasiswa
ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis dengan
bahasa dan kata – kata mereka sendiri.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut konstruktivisme
adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina sendiri pengtahuannya, mencari arti
dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru
dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya (Shymansky,1992).

Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan mempunyai


dasar bagaimana membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan untuk mengujinya,
menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan yang ditemuinya, mengadakan
renungan, mengekspresikan ide dan gagasan sehingga diperoleh konstruksi yang baru.

Anda mungkin juga menyukai