LAPORAN KASUS
Seorang anak laki-laki 3,5 tahun datang ke RSUD Setjonegoro Wonosobo diantar
keluarga. pada tanggal 21 Juli 2009 dengan keluhan
- Pasien datang dengan keluhan tubuh bengkak mulai dari wajah sampai kaki
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, tidak demam, tidak sesak nafas, pilek(+),
penyakit kulit (-). BAK sedikit + 1/8 gelas belimbing, warna kuning kecoklatan
pekat, tidak nyeri saat BAK
- 9 HSMRS: pasien batuk pilek, tidak demam, pasien berobat ke puskemas dan
diberi obat sirup dan puyer 3 x 1, obat diminum sampai habis, tidak dimuntahkan,
setelah minum obat keluhan batuk pileknya berkurang, tapi setelah obatnya habis,
batuk pileknya kambuh lagi
- 6 HSMRS pasien masih batuk pilek, tidak demam, pasien berobat kembali ke
puskesmas diberi lagi obat sirup dan puyer 3 x 1, obat dihabiskan.
- 3 HSMRS tubuh pasien mulai bengkak mulai dari wajah sampai kaki, tidak
demam, masih pilek, tidak sesak nafas, Muntah (-), sakit kepala (-), kelainan kulit
(-), BAB tidak ada keluhan (-) , BAK sedikit, warna kuning kecoklatan pekat,
tidak nyeri saat BAK
PEMERIKSAAN FISIK
Vital sign :
N =120x/menit, nadi teraba kuat, irama teratur, isi dan tegangan cukup
TD =130/90
Status gizi :
Lingkar kepala: 50 cm
Lingkar dada : 63 cm
Status Generalis
Pemeriksaan Kepala : Edema Palpebra + / +, hidung rinore +
Thoraks:
Abdomen
Perkusi : timpani
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan Darah
HT : 37,39 % (30-40%)
1 jam : 82 mm/l
Warna : kuning
Kejernihan: jernih
pH:7
protein : +3
Glukosa : -
Urobilin: +
Bilirubin: -
Sedimen
Epitel: 2-3
Lekosit: 0-2
Eritrosit: 1-2
Kristal: -
Silinder: corel cyl +
DAFTAR MASALAH
• Masalah aktif :
– Riwayat mondok dengan keluhan bengkak pada seluruh tubuh dan menjalani
pengobatan dalam jangka waktu lama
– Anak pilek
Masalah inaktif :
DIAGNOSA BANDING
Observasi Udem
Udem Nutrisional
Udem Hepatal
DIAGNOSA
- Dx Penyerta: ISPA
TERAPI
1. Medikamentosa
Pada anak ini diberikan prednison 30 mg setiap hari selama 4 minggu, Bila terjadi
remisi pengobatan dilanjutkan prednison 20 mg pagi hari selang sehari selama 4
minggu (alternating dose)
2. Supportif
4. Edukatif :
PROGNOSIS
• Que ad vitam : dubia, dapat kambuh lagi jika obat tidak diminum dan dihabiskan
sesuai aturan
• Que ad sanam : dubia, baik jika udem dapat diatasi dan mencegah terjadinya
komplikasi
• Que ad fungsionam : dubia, baik jika sembuh dan kualitas dan kuantitas gizi
diperbaiki
PEMBAHASAN
2. Pemeriksaan fisik: Udem, ascites, efusi pleura, Anemia ringan (KU : tampak
pucat), Hipertensi ringan
3. Laboratorium
Urin
- Proteinuria massif (10-15 g/ hari)
- Cenderung : oliguria
Darah
- Albumin ↓ (<2,5>
- Kolesterol ↑
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Keterangan: Berat badan dihitung berdasarkan berat badan tanpa edema (berat
badan terhadap tinggi badan pada persentil 50)
Bedah
Suportif
Rujukan ke bagian gizi diperlukan untuk pengaturan diet terutama pada pasien
dengan penurunan fungsi ginjal.
PEMANTAUAN (MONITORING)
Terapi
Dengan pemberian prednison atau imunosupresan lain dalam jangka waktu lama,
maka perlu dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya efek samping
obat. Prednison dapat menyebabkan hipertensi atau efek samping lain, dan
siklofosfamid dapat menyebabkan depresi sumsum tulang dan efek samping lain.
Pemeriksaan tekanan darah perlu dilakukan secara rutin apabila terjadi hipertensi,
prednison dihentikan dan diganti dengan imunosupresan laindan hipertensi diatasi
dengan obat antihipertensi. Pada pemakaian siklofosfamid diperlukan
pemeriksaan darah tepi setiap minggu. Jika terjadi depresi sumsum tulang
(leukosit <3.000/ul)>> 5000/ul.
Tumbuh kembang
Kadar albumin serum 1-2 g/dl: diberikan 0,5 g/kgBB/hari; kadar albumin <>
3. Disertai hematuria.
Pada umumnya sebagian besar (+ 80%) sindrom nefrotik primer memberi respons
yang baik terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% di
antaranya akan relapse berulang dan sekitar 10% tidak memberi respons lagi
dengan pengobatan steroid
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Ilmu Kesehatan Anak edisi II. FKUI,
Jakarta. 1985, halaman 832-834.
2. IDAI. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi I 2004. Badan Penerbit
IDAI. Jakarta. 2004. Halaman 192-194.
3. Buku ajar ilmu penyakit dalam FKUI 2006. EGC: Jakarta Halaman 558-560
4. Sherwood, Lauralee. 2004. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC: Jakarta.
halaman 461-502
6. Kaysen GA, 1992. Proteinuria and the nephrotic syndrome. In : Schrier RW,
editor. Renal and electrolyte disorders. 4th edition. Boston : Little, Brown and
Company pp. 681-726
8. Wila Wirya IG, 2002. Sindrom nefrotik. In: Alatas H, Tambunan T, Trihono
PP, Pardede SO, editors. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi-2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI pp. 381-426