Annex I
Regulasi tentang pencegahan pencemaran oleh minyak
Untuk menyesuaikan dengan peraturan ini, maka setiap kapal harus memenuhi
perlengkapan sebagai berikut:
Oil record book
Adalah suatu record kapal tentangsegala aktivitas yang berhubungan dengan oil. Mulai
dari proses discharge cargo, discharge slop tank, pembersihan cargo tank, dan sebagainya.
Segala bentuk pencatatan harus selalu ada di kapal, bila ada pemeriksaan berkala atau
pemeriksaan setempat.
Oil discharge monitoring system
Adalah suatu system yang mengontrol kadar minyak dalam air yang akan dibuang ke laut.
System monitoring harus berfungsi dengan baik dalam berbagai kondisi lingkungan untuk
memonitor dan mongontrol segala macam pembuangan minyak ke laut karena
pembuangan dari air ballast kotor dan segala macam minyak bercampur air dari cargo tank
ke laut yang tidak terkontrol oleh system monitoring adalah suatu bentuk pelanggaran.
Sistem monitoring ini terdiri dari:
Meteran minyak untuk mengukur kadar minyak dalam air
Indikator kecepatan kapal untuk mengetahui kecepatan kapal (dalam knots)
Indikator posisi kapal untuk mengetahui posisi kapal
Discharge control untuk mengatur pembuangan minyak
Data recorder untuk mencatat data-data pada waktu discharge
Data display untuk menunjukkan data-data ketika discharge sedang berlangsung
Sistem ini dihubungkan ke alarm yang akan berbunyi dan otomatis menutup saluran
pembuangan jika minyak bercampur air yang dikeluarkan melebihi 30 liter per mil laut
dan kandungan minyak yang dibuang melebihi 15 ppm (part per million)
Annex II
Regulasi tentang pencegahan pencemaran oleh NOx cair
Kapal chemical tanker adalah kapal yang konstruksinya di buat dengan tujuan mengangkut
bahan-bahan berbaya yaitu cairan beracun. Kapal oil tanker dapat dikatan chemical tanker
apabila kapal tersebut membawa NLS (noxious liquid substances).
Annex III
Regulasi tentang pencegahan pencemaran oleh substansi berbahaya yang diangkut dalam
bentuk kemasan
Substansi berbahaya dan kemasan yang dimaksud adalah substansi yang masuk dalam
criteria IMDG (International Maritime Dangerous Good) code. Peraturan ini dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya pencemaran laut oleh barang-barang yang memiliki sifat
berbahaya (baik secara fisik maupun kimia) sehingga perlu mendapatkan perlakuan-
perlakuan khusus. Sebagai pengimplementasian dari aturan tersebut, maka harus dilakukan
beberapa prosedur sebagai berikut:
Packing:
kemasan harus cukup untuk meminimalisasi bahaya pencemaran yang mungkin
ditimbulkan kepada lingkungan.
Marking and labeling:
Kemasan yang berisi substansi berbahaya harus dilengkapi dengan informasi
terperinci dan terpasang label bahwa merupakan marine pollutant sesuai
dengan IMDG code.
Material untuk penandaan dan pemberian label harus bertahan selama 3 bulan
pelayaran.
Documentation:
Semua barang harus dilengkapi dengan sertifikat-sertifikat sebagai bahan pemeriksaan
sesuai pada IMDG code.
Stowage:
Semua barang yang berbahaya harus tersimpan dengan aman sehingga tidak
menimbulkan pencemaran pada lingkungan laut dengan tidak membahayakan kapal
dan penumpangnya.
Quantity limitations:
Pembatasan jumlah substansi yang sekiranya dapat membahayakan lingkungan laut.
Annex IV
Regulasi tentang pencegahan pencemaran oleh limbah (seawage)
1. Peraturan ini berlaku untuk :
kapal baru GT 200 atau lebih.
kapal baru kurang dari GT 200 yang membawa lebih dari 10 orang.
kapal yang tidak ada surat ukur tapi membawa lebih dari 10 orang.
kapal lama diberlakukan 10 tahun setelah aturan ini enter inforce.
2. Yang diaksud sewage adalah :
pembuangan dari toilet,urinoir dan wc (grey water).
pembuangan dari tempat pengobatan seperti hospital, dispensary yang dibuang ke
wastafel atau scupper (black water).
pembuangan dari ruang tempat binatang hidup.
buangan lain yang bercampur dengan buangan diatas.
3. Kapal-kapal yang memenuhi persyaratan diberikat sertifikat International Sewage
Pollution Prevention Certificate.
4. Sehubungan dengan sertifikat ini dilaksanakan survei :
initial Survey
periodical Survey
Annex V
Regulasi tentang pencegahan pencemaran oleh sampah
Annex VI
Regulasi tentang pencegahan pencemaran udara
Pengawasan emisi dilakukan terhadap :
Zat perusak ozone
Nitrogen Oxide (Nox)
sulphur Oxides (Sox)
Volatile Organuc Compounds
1. Persyaratan annex VI dari marpol " Regulation for the Prevention for Air Pollution from
Ships " mulai diberlakukan pada tanggal 19 Mei 2005.
2. Survey dan Sertifikasi dilaksanakan sesuai Regulasi 5 untuk kapal dengan GT 400 keatas
(termasuk anjungan lepas pantai yang terpasang tetap dan terapung). Apabila dari hasil
survei memenuhi syarat diberi sertifikat INTERNATIONAL AIR POLLUTION
PREVENTION CERTIFICATE.
3. Survey terhadap persyaratan Regulasi 13 Mesin diesel dan perlengkapannya dalam rangka
pemenuhannya terhadap Regulasi 13 dari annex VI harus dilaksanakan sesuai NOx
TechnicalCode.
4. Sertifikasi/penerbitan sertifikat. " International Air Pollution Prevention (IAPP) Certificate
" diterbitkan setelah survey dilaksanakan sesuai persyaratan dalam Regulasi 5 dari
annex VI.
5. Pemeriksaan dan persetujuan gambar rancangan dari perlengkapan, sistim, fitting, susunan
dan material dari mesin diesel kapal sesuai Regulasi 13 dari ANNEX VI - NOx Code.
6. Pemeriksaan persetujuan dan penerbitan "IMO Type Approval Certificate for Incinerators"
dilaksanakan mengacu kepada :
Appendix IV dan Regulasi 16 dari annex VI.
Resolusi MEPC 76 (40) "Standard Specification for Shipboard Incinerators"
Resolusi MEPC 93 (45) "Ammendments to the Standard Specification for
Shipboard Incinerators"
1.3 Tidak kurang dari setengah jumlah total alat apung harus disediakan dengan
dilengkapi lampu yang dapat menyala sendiri yang memenuhi ketentuan dalam
Peraturan 3.1.2. tidak kurang dari dua alat apung juga harus disediakan sinyal asap
yang dapat aktif sendiri yang memenuhi ketentuan dalam Peraturan 3.1.3 dan
mampu dilepas dengan segera dari anjungan navigasi; alat apung dengan lampu
dan dan alat apung yang dilengkapi dengan sinyal asp harus didistribusikan merata
dikedua sisi kapal dan harus bukan berupa alat apung yang dilengkapi dengan tali-
tali penyelamatan yang memenuhi ketentuan dalam paragraf 1.2.
Contoh :
1. Komunikasi dari anjungan ke anjungan berarti komunikasi keselamatan antar posisi-
posisi kapal dimana kapal-kapal tersebut berlayar.
2. Dinas jaga terus menerus berarti bahwa dinas jaga radio tidak dapat disela untuk
pemanggilan singkat pada saat kemampuan penerimaan sedang rusak atau terhalang
oleh komunikasi itu sendiri atau fasilitas sedang dalam pemeliharaan atau
pemeriksaan.
3. Panggilan digital terpilih (Digital selective calling/DSC)berarti teknik menggunakan
kode-kode digital yang memungkinkan sebuah stasiun berhubungan dan mengirimkan
informasi ke stasiun lain atau kelompok stasiun dan memenuhi rekomendasi yang
sesuai dari Komite Konsultatif Radio Internasional (International Radio Consultative
Committee / CCIR)
4. Telegrafi cetak langsung berarti teknik telegrafi otomatis yang memenuhi
rekomendasi yang sesuai dengan CCIR.
5. Komunikasi radio umum berarti pengoperasian dan lalulintas korespondensi publik
selain dari keadaan bahaya, mendesak dan pesan-pesan keselamatan yang
dihubungkan melalui radio.
Dalam otorita dan tanggung jawab personil tersebut, termasuk memonitor aspek kesela-
matan dan perlindungan lingkungan dalam operasi setiap kapal, sesuai persyaratan yang
menjamin tersedianya sarana dan dukungan yang cukup dari darat sebagaimana
dibutuhkan.
Chapter 10 : Ketentuan Untuk Kapal Cepat
Pada kapal yang memiliki kecepatan yang tinggi harus bermuatan lebih sedikit dari
pada kapal lainnya, di karenakan cepat mengalami keolengan,selain itu kapal cepat juga
tidak boleh menempu rute yang terlalu jauh.
Chapter 11 :
A. Upaya khusus meningkatkan keselamatan Pelayaran
1. Walaupun di hari libur, jajaran Ditjen Perhubungan Laut agar senantiasa waspada
terhadap keselamatan Pelayaran.
2. Surat Persetujuan Berlayar (SPB) diberikan secara ketat sesuai aturan dan kondisi
cuaca.
3. Meningkatkan pengawasan pada proses embarkasi dan debarkasi penumpang agar
tidak melebihi batas toleransi sesuai sertifikat penumpang.
4. Meningkatkan pengawasan terhadap barang-barang berbahaya sesuai International
Maritime Dangerous Goods (IMDG) code.
5. Segera melaporkan ke kantor pusat Ditjen Perhubungan Laut jika terdapat gangguan
keselamatan/keamanan pelayaran untuk mendapatkan petunjuk.
6. Senantiasa selalu mengadakan koordinasi yang baik dalam mengantisipasi masalah
keselamatan pelayaran.